FLUIDA STATIS
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang itu.
F
P= , Dimana : P = Tekanan (1 N/m2 = 1 Pascal), F = Gaya (N), dan A = Luas Penampang bidang (m2).
A
Memperhatikan persamaan tersebut, maka dapat diketahui bahwa dengan tenaga yang sama besar (F sama), tetapi luas
penampang berbeda akan diperoleh tekanan yang berbeda. Contoh :
1. Ujung jarum dibuat setajam mungkin supaya bisa menusuk dengan lebih mudah (luas penampang kecil sehingga
tekanan besar),
2. Dinding bendungan dibuat seluas mungkin (dibuat melengkung) untuk memperkecil tekanan air.
Tekanan Fluida
Fluida jelas mempunyai tekanan. Mengapa? Karena fluida pasti memiliki gaya berat. Sesuai konsep tekanan, maka gaya
berat ini akan bekerja pada bidang sentuh fluida (A) dan terjadilah yang namanya tekanan fluida. Jika suatu cairan ada
pada suatu wadah, maka dasar wadah akan mengalami tekanan yang disebut dengan Tekanan Hidrostatis, yaitu :
PH = ρ. g. h
h
air
PH = Tekanan Hidrostatis (Pa), ρ = Massa jenis fluida, g = gravitasi bumi (9,8 m/s 2), h = kedalaman fluida dari
permukaan fluida (m).
Ciri khas dari suatu fluida bukanlah massanya karena fluida mudah untuk ‘terpecah’ atau ‘terbagi-bagi’ (ciri khas benda
titik/partikel adalah massanya, ciri khas benda tegar adalah momen inersianya). Karena itu ciri khas yang mendasar
dari suatu fluida adalah massa jenisnya (ρ). Air setitik dengan air seember tetap memiliki massa jenis yang sama, yaitu
1000 kg/m3.
Udara yang kita hirup termasuk fluida juga, berarti udara juga memiliki tekanan yang disebut tekanan udara.
Berapakah besar tekanan udara? Perumusan tekanan hidrostatis tidak bisa diterapkan untuk mengetahui besarnya
tekanan atmosfir. Coba jawab mengapa? Besaran ini dapat dihitung oleh Evangelista Torricelli pada tahun 1643 yang
terkenal dengan nama percobaan Torricelli (lihat Box). Torricelli menemukan besarnya tekanan atmosfir di permukaan
bumi adalah :
Ternyata Torricelli mendapati air raksa turun sehingga menciptakan ruang hampa setinggi 24 cm atau tinggi
air raksa 76 cm. Meskipun dipakai tabung yang diameternya berbeda maupun tingginya berbeda, tinggi air
raksa yang terjadi pastilah tepat 76 cm. Melalui percobaan ini, Torricelli menyimpulkan bahwa air raksa
ditahan oleh tekanan udara sampai terjadi kesetimbangan, yaitu tekanan udara luar sama dengan tekanan
76 cm air raksa.
Dengan rumus tekanan hidrostatis, bisa kita peroleh besar tekanan 76 cm air raksa (massa jenis air raksa =
13.600 kg/m3 dan percepatan gravitasi g = 9,8 m/s2), yaitu sama dengan tekanan udara yaitu :
101.300 N/m2 = 101.300 Pa (baca : Pascal) = 101,3 kPa (baca : kilo Pascal)
Tekanan udara ini dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk satuan, yaitu :
Tekanan Gauge Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur tekanan
Tekanan udara di dalam ban motor diukur dengan alat ukur tekanan diperoleh sebesar 75 kPa, maka :
Paradoks Hidrostatika
Perhatikan gambar tiga bejana berikut ini yang berisi air dengan ketinggian yang sama!
A B C
Dasar bejana manakah yang mendapatkan tekanan yang terbesar?
Besarnya tekanan di titik A, B, C dan D adalah sama dan tidak bergantung dari bentuk fluida di atasnya. Konsep ini
disebut dengan Hukum Pokok Hidrostatika, yang berbunyi :
semua titik yang terletak pada kedalaman yang sama dan dalam fluida yang sama, besar
tekanan hidrostatikanya sama besar.
Hukum ini juga menjelaskan mengapa permukaan air dalam bejana berhubungan selalu sama rata (gambar di atas), hal
ini karena besar tekanan atmosfir yang diterima setiap permukaan adalah sama besar.
Jika kita memasukkan cairan yang berbeda ke dalam sebuah bejana U, maka akan terdapat perbedaan tinggi cairan
di kedua pipa, maka diperoleh hubungan sbb. :
PHA = PHB
h
minyak
H ρminyak.g.h = ρair.g.H
A B
air ρminyak.h = ρair.H
Tekanan yang diberikan pada cairan dalam suatu tempat tertutup akan diteruskan sama besar ke setiap bagian fluida
dan dinding wadah
Artinya, jika ada gaya luar atau tekanan luar, maka cairan akan menyebarkan tekanan tersebut ke segala arah dengan
besar yang sama untuk setiap titik pada permukaan fluida.
LKS Fisika kelas XI IPA
𝑭𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑭 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
=
𝑨𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑨𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan
memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung)
sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Gaya Apung
Jika sebuah benda berada di dalam fluida, maka benda tersebut akan menerima tekanan hidrostatis di semua sisinya
(lihat gambar).
p3A p4A
LKS Fisika kelas XI IPA
Tekanan yang bekerja pada sebuah sisi/permukaan adalah gaya yang diterima benda tersebut (F = P.A). Pada
kedalaman yang sama besarnya gaya hidrostatis adalah sama, maka gayanya sama dan jika dijumlahkan saling
menghilangkan, tetapi gaya yang bekerja dari atas benda dan dari bawah benda akan berbeda, karena gaya yang dari
atas lebih kecil dari gaya yang di bawah (Coba jelaskan sendiri kenapa)
Selisih gaya yang bekerja di bawah dan di atas benda disebut dengan gaya apung, karena itu kita bisa memahami
mengapa benda lebih ringan jika berada dalam air, tentu karena air mendorong ke atas benda tersebut dengan gaya
apung air sehingga berat benda menjadi berkurang.
Fangkat = P2.A – P1.A ; (P adalah tekanan hidrostatis, A adalah luas bidang benda)
FENOMENA FISIKA
Salah satu fenomena menarik di alam adalah Laut Mati yang ada di wilayah Timur Tengah. Kadar garam di
Laut Mati dapat mencapai 25%, artinya garamnya lebih banyak 3 kali lipat daripada yang ada di lautan
sehingga massa jenis air ini mencapai 1.119 kg/m3. Nilai ini lebih besar daripada massa jenis manusia
sehingga manusia bisa mengapung di Laut Mati.
Turis yang sedang menikmati Gaya Archimedes sehingga dapat mengapung di Laut Mati
Perhatikan rumus gaya apung tersebut, yaitu : ρf.Vb. Dari perkalian massa jenis x volume kita peroleh massa. Massa
apakah yang dimaksud rumus ini? Tentu saja massa fluida tetapi dalam bentuk benda yang tercelup! Perhatikan gambar
berikut ini supaya kamu menjadi semakin jelas :
Inilah yang mendasari penemuan Archimedes sehingga tanpa sadar dia berteriak “Eureka!” sambil berlari keluar dalam
keadaan telanjang. (Baca box tentang Archimedes). Mari kita lihat sekali lagi tentang Prinsip Archimedes :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas
(gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Kasus Tenggelam
Suatu benda akan tenggelam di dalam suatu fluida jika berat benda lebih besar dari gaya angkatnya :
w > FA
ρb.Vb.g > ρf.g.Vb
ρb > ρf
Kasus Melayang
Suatu benda akan melayang di dalam suatu fluida jika berat benda sama besar dengan gaya angkatnya :
w = FA
ρb.Vb.g = ρf.g.Vb
ρb = ρf
Kasus Mengapung
Suatu benda akan mengapung di dalam suatu fluida jika berat benda lebih kecil dari gaya angkatnya :
w < FA
ρb.Vb.g < ρf.g.Vb
ρb < ρf
Kita bisa meninjau kasus mengapung dengan cara lain, yaitu dengan
menganggap bagian benda yagn ada di dalam fluida sebagai kasus
melayang, dari gambar disamping diperoleh : H
w = FA h
ρb.H = ρf.h
h3
LKS Fisika kelas XI IPA
Bagaimana membuat benda yang berat mengapung? Yaitu dengan cara membuat lubang yang besar pada benda itu
sehingga massa jenisnya menjadi kecil. Inilah yang dilakukan pada kapal laut seberat ribuan ton, ada lubang yang cukup
besar pada kapal itu sehingga berat jenis totalnya lebih kecil dari berat jenis air (ρair = 1000 kg/m3).
‘Lubang‘ yang besar pada kapal yang memungkinkan kapal itu untuk mengapung di air
Kisah Archimedes
Konon katanya, Archimedes yang merupakan ilmuwan besar yang hidup antara tahun
287-212 SM (~ 2200 tahun yang lalu) ditugaskan oleh Raja Hieron II untuk menyelidiki
apakah mahkota yang dibuat untuk Sang Raja terbuat dari emas murni atau tidak
karena dia curiga bahwa mahkotanya ada campuran perak. Untuk itu, Archimedes
sebagai ilmuwan dimintai tolong oleh Sang Raja. Archimedes sangat bingung mengenai
caranya. Persoalannya, bentuk mahkota itu tidak beraturan dan tidak mungkin
dihancurkan dahulu agar bisa ditentukan apakah mahkota terbuat dari emas murni atau
tidak.
Ide brilian untuk menentukan apakah mahkota raja terbuat dari emas murni atau
tidak adalah dengan terlebih dahulu menentukan Berat Jenis mahkota tersebut lalu
membandingkannya dengan berat jenis emas. Jika mahkota terbuat dari emas murni,
maka berat jenis mahkota = berat jenis emas. Untuk menentukan berat jenis
mahkota, maka terlebih dahulu mahkota ditimbang di udara(BeratMahkotaDiudara). Selanjutnya mahkota
dimasukan ke dalam air lalu ditimbang lagi untuk memperoleh BeratMahkotaYangHilang. Jadi :
Setelah berat jenis mahkota diperoleh, maka selanjutnya dibandingkan dengan berat jenis emas. Berat jenis
emas = 19,3 gr/cm3. Jika berat jenis mahkota = berat jenis emas, maka mahkota tersebut terbuat dari emas
murni. Tapi jika mahkota tidak terbuat dari emas murni, maka berat jenis mahkota tidak sama dengan berat jenis
emas. Begitu….
Dengan cara yang sangat berhati-hati, jarum atau silet dapat terapung di atas air.
Setitik air akan membentuk bola, karena tarikan dari tegangan permukaan
membuat setitik air membentuk permukaan sekecil mungkin, yaitu permukaan bola.
Salah satu fungsi sabun yang pertama adalah memecah tegangan permukaan air
agar kotoran dapat ‘diangkat’.
LKS Fisika kelas XI IPA
Tegangan permukaan dihasilkan dari Gaya Kohesi, yaitu gaya tarik menarik antara
partikel yang sama (Gaya Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel yang
berbeda). Partikel-partikel air saling tarik menarik satu sama lain dengan Gaya Kohesi,
jika partikel air ada di dalam cairan, maka resultan gaya kohesi yang bekerja pada
partikel air sama dengan nol, tetapi jika partikel ada dipermukaan air, maka resultan
gaya tidak sama dengan nol (lihat gambar di samping), karena akan bekerja gaya
resultan ke arah bawah. Gaya ini menarik permukaan sehingga permukaan air menjadi tegang. Inilah sumber dari
munculnya tegangan permukaan.
Secara matematis, tegangan permukaan (γ) didefinisikan sebagai besarnya gaya persatuan panjang yang bekerja
pada arah tegak lurus dengan permukaan zat cair, (satuan γ adalah N/m) atau :
𝑭
𝜸=
𝑳
Percobaan yang dipakai untuk mendapatkan nilai tegangan permukaan biasanya dengan
cara seperti gambar di samping ini. Gaya permukaan selaput pada kawat U sama dengan
berat beban (w2) ditambah berat kawat (w1) sepanjang L (F = w1 + w2), permukaan selaput
ada dua, yaitu di depan dan dibelakang, maka :
𝑭 𝒘𝟏 +𝒘𝟐
𝜸= =
𝟐𝑳 𝟐𝑳
Usaha yang dilakukan kawat untuk memperbesar selaput juga bisa dihitung,
pertambahan luas adalah ΔA = ΔX . L, maka usaha yang dilakukan adalah :
W = γ.ΔA
Sudut pada gambar disebut sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk
karena kelengkungan suatu fuida pada suatu pipa.
Mengapa hal ini bisa terjai? Ini disebabkan karena gaya adhesi dan
gaya kohesi. Gaya adhesi (gaya tarik antar partikel tidak sejenis) dari
air dan kaca lebih besar dari gaya kohesi air, sehigga air lebih ‘tertarik’
ke kaca, sedangkan hal yang berkebalikan terjadi pada air raksa. Maka
jika suatu pipa dimasukkan ke air, air pada pipa akan naik , tetapi jika
pipa dimasukkan ke air raksa, maka air raksa pada pipa akan turun.
LKS Fisika kelas XI IPA
Peristiwa naik atau turunnya fluida pada suatu pipa disebut gejala
kapilaritas. Untuk pipa yang semakin sempit, maka efek kapilaritas
akan semakin besar dan pipanya disebut pipa kapiler. Beberapa gejala
kapilaritas :
𝟐𝜸 𝐜𝐨𝐬 𝜽
𝒉=
𝝆𝒈𝒓
Viskositas (η baca: eta) adalah ukuran kekentalan fluida, dengan kata lain adalah gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida.
Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut.
Viskositas hanya dimiliki oleh fluida riil (nyata). Fluida ideal tidak memiliki viskositas
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s (pascal sekon).
Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm 2 = poise (P).
Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca :
pwa-zoo-yuh). 1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2
20 1,0 x 10-3
Air
60 0,65 x 10-3
0 10.000 x 10-3
60 81 x 10-3
Hukum Stokes
Jika sebuah benda bergerak dalam suatu fluida, maka pada benda tersebut akan bekerja gaya gesekan yang
bergantung pada kekentalan fluida (η), kecepatan benda (v) dan bentuk benda (k) :
F = k.η.v
Sir George Stokes pada tahun 1845 menunjukkan melalui perhitungan laboratorium, bahwa untuk benda yang
berbentuk bola, maka nilai k adalah k = 6πr (r = jari-jari bola). Jadi persamaan di atas menjadi :
Melalui Hukum Stokes, maka kita bisa menentukan besarnya Kecepatan Terminal suatu benda yang jatuh karena
gravitasi di dalam suatu cairan atau udara :
Pada benda berbentuk bola di samping yang jatuh dalam suatu fluida, maka akan bekerja tiga
buah gaya, yaitu: gaya berat ke bawah, gaya angkat (ke atas) dan gaya gesek fluida (ke atas).
Dari ketiga gaya tersebut, hanya gaya gesekan saja yang nilainya semakin membesar seiring
dengan bertambahnya kecepatan benda jatuh.
Pada suatu saat, nilai gaya ke atas akan menjadi sama dengan gaya ke bawah (gaya
setimbang), maka kecepatan benda akan menjadi tetap sepanjang geraknya.
Besar kecepatan terminal (VT) bisa diturunkan secara sederhana menggunakan mekanika Newton, diperoleh :
𝟐 𝒓𝟐 𝒈
𝑽𝑻 = (𝝆𝒃 − 𝝆𝒇 )
𝟗 𝜼
Dimana : r = jari-jari bola
g = percepatan gravitasi
η = koefisien viskositas
Karenan kecepatan terminal inilah, maka kecepatan butiran hujan ‘ditahan’ sehingga hanya sekitar 3-5 m/s saja, jika
tidak, maka kecepatan setetes air hujan bisa menyamai kecepatan peluru.
TEKANAN
TEKANAN HIDROSTATIS
TEKANAN GAUGE
alkohol h2 h0
minyak h1
A B
air
HUKUM PASCAL
minyak
HUKUM ARCHIMEDES
TEGANGAN PERMUKAAN
KAPILARITAS
38. Air raksa memiliki massa jenis 13,6 g/cm3. Pada air
raksa tersebut dimasukkan tabung kecil dengan
diameter 5 mm. Ternyata air raksa di dalam tabung 2
cm lebih rendah dari air raksa di luar tabung. Jika
sudut kontaknya 127° (tan 127° =3/4), berapakah
tegangan permukaan raksa tersebut?
HUKUM STOKES
B. 2.103Nm-2
C. 2.104Nm-2
D. 1.103Nm-2
E. 1.104Nm-2
B. L
C. M
D. N
E. O
A. 1,8 cm
B. 2,4 cm
C. 3,6 cm
D. 4,8 cm
E. 5,4 cm
B. 2 cm
C. 3 cm
D. 4 cm
E. 5 cm
A. F > mg
B. F = m
C. F < mg
D. F < m
E. F = mg
LKS Fisika kelas XI IPA
A. 3/4 bagian
B. 2/3 bagian
C. 1/2 bagian
D. 1/3 bagian
E. 1/4 bagian
A. 0,5 gr/cm³
B. 0,6 gr/cm³
C. 0,7 gr/cm³
D. 0,8 gr/cm³
E. 0,3 gr/cm³
A. 1250 kg m-3
B. 2500 kg m-3
C. 3000 kg m-3
D. 4000 kg m-3
E. 5000 kg m-3
A. 2 x 10² kg/m³
B. 4 x 10² kg/m³
C. 6 x 10² kg/m³
D. 8 x 10² kg/m³
E. 10 x 10² kg/m³
A. 0
B. 15 cm Hg
C. 76 cm Hg
D. 81 cm Hg
E. 91 cm Hg
A. 20 N
LKS Fisika kelas XI IPA
B. 50 N
C. 100 N
D. 200 N
E. 500 N
x
(SPMB 2003)
(UMPTN 1993
(UMPTN 1989)