Peta Konsep
1. Indikator Keberhasilan:
1. Siswa dapat menyebutkan komponen hakikat fisika
2. Siswa dapat mendefinisikan pengertian fisika
3. Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh fisika sebagai produk
4. Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh fisika sebagai proses
5. Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh fisika sebagai sikap ilmiah
6. Siswa dapat menyebutkan ruang lingkup fisika
7. Siswa dapat menjelaskan besaran – besaran fisika dan pengukuran
2. Uraian Materi
A. HAKIKAT FISIKA
1. Pengertian Fisika
Fisika berasal dari bahasa Yunani yaitu physikos yang artinya “alamiah”.
Fisika adalah bidang ilmu yang banyak membahas tentang alam dan gejalanya,
dari yang bersifat riil (terlihat secara nyata) hingga yang bersifat abstrak atau
bahkan hanya berbentuk teori yang pembahasannya melibatkan kemampuan
imajinasi atau keterlibatan gambaran mental yang kuat (Sutarto, 2008).
• Menekankan adanya hubungan antara fisika dengan bidang ilmu lain (Druxes,
1984).
3. Hakikat Fisika
Hakikat fisika adalah sebagai produk (“a body of knowledge”), fisika sebagai
sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a way of investigating”). Berikut
ini akan dikemukakan lebih rinci mengenai hakekat fisika itu.
Kemampua
Proses
n
Pengetahu
Produk
an
Sikap Kemauan
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa
yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori
atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip,
hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan
memahami fakta.
Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta.
Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner,
Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta : 1994) konsep memiliki lima
elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value), dan contoh.
Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau,
dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari
setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-
kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas
konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang
contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang
baik contoh maupun atributnya tidak dapat diamati.
Hukum dan prinsip
Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena
dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-
fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum
dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian
alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.
Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-
konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat
dinyatakan secara matematis.
Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori
tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teo bersifat tentatif
sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh
Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “kita tidak dapat
membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen
mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu
yang akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut,
sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan
hanya satu bukti yang menyimpang.Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda
dengan fakta, konsep maupun hukum”
Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat
dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena
alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh,
model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom (Sutrisno, 2006).
3
b) Fisika sebagai Proses
• Mau tahu
• Peduli
• Bertanggung jawab “Sikap Ilmiah”
• Terbuka
• Bekerja sama
4
Dari penjelasan mengenai hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika
sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali
dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan
atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang
berasal dan pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap,
sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran
para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin tahu
dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif,
jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulan
yang kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”. Oleh
para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk
fisika di dalmnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-
penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan
argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam
kaitannya dengan hakekat fisika sebagai sikap (Sutrisno, 2006).
B. METODE ILMIAH
1. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah proses eksperimen yang dilakukan untuk melahirkan
sebuah hukum atau teori melalui pengamatan dan penelitian sebagai dasar.
Pengetahuan dapat disebut ilmiah harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Obyektif :sesuai dengan obyek bukan persepsi peneliti atau orang
lain.
2. Metodik :pengetahuan yang diperoleh melalui cara cara tertentu
secara teratur dan terkontrol.
3. Sistematik :yang tersusaun dalam sistem yang saling berkaitan
dengan pengetahuan lain sehingga dapat menjelaskan sesuatu secara
menyeluruh.
4. Berlaku Umum :pengetahuan tersebut berlaku untuk semua manuasia
dan dapat dibuktikan dengan langkah langkah yang sama.
Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya
untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan mmelakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis benar atau
lolos diuji berkali kali maka hipotesis tersebut dapat menjadi teori Ilmiah.
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
2. Unsur unsur Metode Ilmiah:
5
a. Karakterisasi, pengamatan dan pengukuran
b. Hipotesis
c. Prediksi
d. Eksperimen
e. Evaluasi dan Pengulangan
3. Kriteria Metode Ilmiah
a. Berdasarkan Fakta
b. Bebas dari Prasangka
c. Menggunakan Prinsip prinsip analisis
d. Perumusan Masalah
e. Menggunakan Ukuran Obyektif
f. Menggunakan teknik Kuantitatif dan Kualitatif
4. Karakteristik Metode Ilmiah
a. Bersifat Kritis dan Analistis
b. Bersifat Logis
c. Bersifat Obyektif
d. Bersifat Empiris
e. Bersifat Konseptual.
5. Langkah - langkah Metode Ilmiah
Adalah suatu prosedur /urutan yang harus dilakukan untuk melakukan suatu
proyek ilmiah (science project ) yaitu :
a. Observasi Awal , guna mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan topik
tersebut melalui konsultasi dengan pakar ahli dibidangnya, pengalaman dan
berbagai sumber ilmu pengetahuan,yaitu :
1. Gunakan Referensi
2. Kumpulkan Informasi dari Ahli
3. Lakukan Eksplorasi.
b. Mengidentifikasi Masalah
Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan ,dengan
cara :
1. Batasi permasalahan agar tidak meluas
2. Pilih permasalahan yang penting
3. Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara dalam suatu proyek ilmiah yang perlu
diuji kebenarannya melalui penelitian ilmiah dengan cara seksama. Perlu
dicatat bahwa hipotesis yang tidak benar bukan berarti penelitian yang
dilakukan salah.
1. Gunakan pengalaman dan pengamatan
2. Rumuskan Hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen.
d. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
1. Dalam eksperimen usahakan menggunakan variabel bebas
2. Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel variabel yang diasumsikan
konstan
3. Lakukan eksperimen berkali kali untuk variasi hasil
4. Catat hasil Eksperimen secara lengkap.
e. Menyimpulkan Hasil Eksperimen
Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan
pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dan hipotesis.
1. Jangan ubah hipotesis
2. Jangan abaikan hasil eksperimen
3. Berikan alasan yang masuk akal kenapa tidak sesuai
4. Berikan cara cara yang mungkin dilakukan selanjutnya.
6
5. Lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
Besaran pokok adalah besaran yang berdiri sendiri dengan satuan tertentu dan
tidak tersusun oleh besaran lain. Besaran pokok dapat digunakan untuk menyusun
besaran turunan. Jadi, sifat besaran pokok adalah mandiri dan tidak tersusun dari
besaran lain.
N Besaran Pokok Sistem Internasional Dimensi
o (SI)
1 Massa kilogram (kg) [M]
2 Panjang meter (m) [L]
3 Waktu sekon (s) [T]
4 Suhu kelvin (k) [θ]
5 Kuat arus listrik ampere (a) [I]
6 Intensitas cahay candela (cd) [J]
7 Kuantitas (banyak) zat mole (mol) [N]
7
c) Besaran Skalar
Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai nilai atau besar saja. Contoh
besaran skalar yaitu massa, waktu, suhu, usaha, energi, massa jenis, luas, volume,
dan daya.
d) Besaran Vektor
Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contoh besaran
vektor adalah kecepatan gerak benda, momentum, percepatan, dan gaya.
D. PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses mengukur suatu besaran menggunakan alat ukur dan
satuan besaran tertentu. Proses mengukur sendiri melibatkan aktivitas membandingkan
atau menguji atau mencoba, atau mengira nilai suatu besaran menggunakan alat ukur
terhadap objek yang sedang diukur.
1. Mengukur Besaran Panjang
Alat ukur besaran panjang yang biasa digunakan antara lain mistar, rol meter
(pita pengukur), jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
a) Mengukur Panjang Menggunakan Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang benda maksimum 10
cm dengan tingkat ketelitian 0,01 cm. Bagian terpenting dari jangka sorong
sebagai berikut:
a. Rahang tetap, memiliki skala panjang yang disebut skala utama
b. Rahang geser (rahang sorong), memiliki skala pendek yang disebut nonis
atau vernier
Pembagian skala mengakibatkan ketelitian jangka sorong adalah 0,01 cm
1
sehingga ketidakpastian jangka sorong 0,005 cm yaitu dari nilai
2
ketelitian.
8
Gambar 1. Jangka Sorong
Gambar 1 menunjukkan pengukuran menggunakan jangka sorong yang
menghasilkan bacaan 2,15 cm. Cara mendapatkan bacaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Bacaan skala utama yang berdekatan dengan nol skala nonius adalah
antara 2,1 cm dan 2,2 cm
b. Skala nonius yang berimpit dengan satu tanda garis skala utama adalah
skala angka lima
c. Bacaan jangka sorong yang dilaporkan adalah (2,150 + 0,05) cm = 2,15
cm
d. Pengukuran jangka sorong yang dilaporkan adalah (2,150 ± 0,005) cm
b) Mengukur Panjang Menggunakan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur panjang benda maksumhm
25 mm. Mikrometer mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius
(skala putar). Skala nonius biasanya terdiri atas 50 skala.
Jika selubung luar diputar lengkap sekali, rahang geser dan juga selubung
akan maju atau mundur 0,5 mm. Satu kali putaran lengkap selubung luar sama
dengan jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm.
Jadi ketidakpastian mikrometer sekrup adalah 0,005 mm.
9
c. Bacaan mikrometer sekrup adalah (4,5 mm + 47 bagian) = (4,5 + 0,47)
mm = 4,97 mm
d. Pengukuran mikrometer sekrup yang dilaporkan adalah (4,970 ± 0,005)
mm
2. Mengukur Besaran Massa
Mengukur besaran massa suatu benda dapat menggunakan neraca atau
timbangan. Contoh alat ukur ini yaitu neraca ohauss, neraca sama lengan, dan
timbangan dacin. Mengukur massa suatu benda menggunakan neraca yaitu
membandingkan massa benda yang diukur dengan massa yang telah terukur yang
disebut anak timbangan.
3. Mengukur Besaran Waktu
Besaran waktu dapat diukur menggunakan jam atau stopwatch. Ada dua jenis
stopwatch yaitu stopwatch pegas dan digital (elektronik). Stopwatch digital lebih
teliti jika dibandingkan dengan stopwatch pegas.
Skalar
● simbol: A
● Kuantitas yang hanya memiliki besaran saja.
● Memenuhi aljabar biasa
Vektor
● Simbol: A atau A
● Kuantitas yang memiliki besaran dan arah
● Memenuhi aljabar vektor
● Diagram: Gambar panah
● Panjang panah: besarnya vektor
● Arah panah: Arah vektor
Contoh : Pesawat bergerak dengan laju 700 km/jam dalam arah 10° ke ten
Contoh vektor
12
● posisi, kecepatan, percepatan, momentum
Contoh skalar
Untuk keperluan penghitungan tertentu, kadangkadang sebuah vektor yang terletak dalam
bidang koordinat sumbu x dan sumbu y harus diuraikan menjadi komponen-komponen yang
saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y). Komponen ini merupakan nilai efektif dalam suatu
arah yang diberikan. Cara menguraikan vektor seperti ini disebut analisis. Misalnya, vektor A
membentuk sudut αterhadap sumbu x positif, maka komponen vektornya adalah:
Ax = A cos α
Ay = A sin α
PENJUMLAHAN VEKTOR
Penjumlahan dua buah vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponen-komponennya
adalah jumlah dari kedua komponen-komponen vektor pembentuknya.
13
Dengan kata lain untuk “menjumlahkan dua buah vektor”adalah “mencari resultan”. Untuk
vektor-vektor segaris, misalnya vektor A dan B dalam posisi segaris dengan arah yang sama
seperti tampak pada gambar (a) berikut maka resultan (jumlah) vektor dituliskan:
R=A+B
Pada kasus penjumlahan vektor yang lain, seperti yang ditunjukkan gambar (b) diatas terdapat
dua vektor yang tidak segaris yang mempunyai titik pangkal sama tetapi dengan arah yang
berbeda, sehingga membentuk sudut tertentu. Untuk vektor-vektor yang membentuk sudut á ,
maka jumlah vektor dapat dilukiskan dengan menggunakan metode
Cara melukiskan jumlah dua buah vektor dengan metode jajaran genjang sebagai berikut:
a. titik tangkap A dan B dibuat berimpit dengan memindahkan titik tangkap A ke titik
tangkap B, atau sebaliknya;
c. tarik diagonal dari titik tangkap sekutu, maka A + B = R adalah diagonal jajaran genjang.
14
Gambar diatas menunjukkan penjumlahan dua vektor A dan B. Dengan menggunakan
persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan arah resultan kedua vektor tersebut. Persamaan
tersebut diperoleh dengan menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR, sehingga
dihasilkan:
R adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah sudut
terkecil yang dibentuk oleh A dan B.
Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui besarnya, kita perlu
menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah R dapat ditentukan oleh sudut
antara R dan A atau R dan B.
Misalnya sudut θ merupakan sudut yang dibentuk R dan A, maka dengan menggunakan
aturan sinus pada segitiga OPR akan diperoleh:
Sehingga :
15
Metode segitiga merupakan cara lain untuk menjumlahkan dua vektor, selain metode jajaran
genjang. Dua buah vektor A dan B, yang pergerakannya ditunjukkan metode segitia (a)diatas,
akan mempunyai resultan yang persamaannya dituliskan:
R=A+ B
Resultan dua vektor akan diperoleh dengan menempatkan pangkal vektor yang kedua pada
ujung vektor pertama. Resultan vektor tersebut diperoleh dengan menghubungkan titik
pangkal vektor pertama dengan ujung vektor kedua.
Pada metode segitiga (b)diatas pergerakan dimulai dengan vektor B dilanjutkan dengan A,
sehingga diperoleh persamaan:
R=B+A
Jadi, A + B = B + A
Hasil yang diperoleh ternyata tidak berubah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan
vektor bersifat komutatif. Tahapan-tahapan penjumlahan vektor dengan metode segitiga
adalah sebagai berikut:
b) hubungkan titik tangkap vektor pertama ke ujung vektor kedua yang menunjukkan resultan
kedua vektor tersebut,
16
Jika penjumlahan lebih dari dua buah vektor, maka dijumlahkan dulu dua buah vektor,
resultannya dijumlahkan dengan vektor ke-3 dan seterusnya. Misalnya, penjumlahan tiga
buah vektor A, B, dan C yang ditunjukkan pada penjumlahan lebih dari 2 vektor berikut.
Penjumlahan 2 Vektor
Pertama-tama kita jumlahkan vektor A dan B yang akan menghasilkan vektor V. Selanjutnya,
vektor V tersebut dijumlahkan dengan vektor C sehingga dihasilkan resultan R, yang
dituliskan:
R = (A + B) + C = V + C
Cara lain yaitu dengan menjumlahkan vektor B dan C untuk menghasilkan W, yang
kemudian dijumlahkan dengan vektor A, sehingga diperoleh resultan R, yaitu:
R = A + (B + C) = A + W
Jika banyak vektor, maka penjumlahan vektor dilakukan dengan menggunakan metode
poligon (segi banyak) seperti berikut.
PENGURANGAN VEKTOR
17
Indikator : memahami pengurangan vektor
1. Sebuah vektor jika dikalikan -1, besarnya tetap tetapi arahnnya berbalik 180
derajad.
VEKTOR SATUAN
Vektor dapat dituliskan dalam vektor-vektor satuan. Sebuah vektor satuan mempunyai
magnitudo/ukuran yang besarnya sama dengan satu (1). Vektor satuan dalam sistem koordinat
kartesis dinyatakan dengan i, j dan k yang saling tegaklurus.
y
A Ax iˆ Ay ˆj Az kˆ
atau
A Ax i Ay j Az k
A
j
k x
i 18
z
MEMADUKAN VEKTOR
A.B = AB cos
A.B = A B + A B + A B
x x y y z z
A
C Perkalian Silang (Cross Product)
C=AxB
C = AB sin
19
A
POSISI DAN PERPINDAHAN
● Diberikan suatu sistem koordinat, kita dapat menentukan suatu titik dalam ruang dengan suatu
“vektor posisi”
r x iˆ y ˆj z kˆ
KECEPATAN
r x y z
v vx vy vz
t t t t
Persamaan kecepatan rata-rata
v̄=v̄ x i+ v̄ y j+ v̄ z k
20
Besar kecepatan rata-rata
√ 2 2
|v̄|= ( v̄ x ) + ( v̄ y ) + ( v̄ z )
2
vy
tan θ=
vx
KECEPATAN SESAAT
r dr
v lim
t t dt
0
dx dy dz
v x= v y= v z=
dt dt dt
dx dy dz
v= i+ j+ k v =v x i+v y j+v z k
dt dt dt
√ 2 2
|v|= ( v x ) + ( v y ) + ( v z )
2
vy
tan θ=
vx
dx
v x= v x dt=dx
dt
x t y t
∫ dx =∫ v x dt ∫ dy =∫ v y dt
x0 0 y0 0
21
t t
x+x 0 =∫ v x dt y + y 0 =∫ v y dt
0 0
t t
x=x 0 +∫ v x dt y= y 0 +∫ v y dt
0 0
Δv Δv x Δv y Δv z
ā= ā x = ā y= ā z =
Δt Δt Δt Δt
ā=ā x i+ ā y j+ ā z k
√ 2 2
|ā|= ( ā x ) + ( ā y ) + ( ā z )
2
ā y
tan θ=
ā x
dv x
ax= a x dt=dv x
dt
v t v t
∫ dv x =∫ a x dt ∫ dv y =∫ a y dt
v0 0 v0 0
t t
v x +v 0 x=∫ a x dt v y + v 0 y =∫ a y dt
0 0
t t
v x=v 0 x +∫ a x dt v y=v 0 y +∫ a y dt
0 0
22
Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus beraturan jika kecepatannya selalu konstan.
Kecepatan konstan artinya besar kecepatan alias kelajuan dan arah kecepatan selalu konstan.
Karena besar kecepatan atau kelajuan dan arah kecepatan selalu konstan maka bisa dikatakan
bahwa benda bergerak pada lintasan lurus dengan kelajuan konstan. Misalnya sebuah mobil
bergerak lurus ke arah timur dengan kelajuan konstan 10 m/s. Ini berarti mobil bergerak lurus
ke arah timur sejauh 10 meter setiap sekon. Karena kelajuannya konstan maka setelah 2
sekon, mobil bergerak lurus ke arah timur sejauh 20 meter, setelah 3 sekon mobil bergerak
lurus ke arah timur sejauh 30 mete dan seterusnya.
Perhatikan bahwa ketika dikatakan kecepatan, maka yang dimaksudkan adalah kecepatan
sesaat. Demikian juga sebaliknya, ketika dikatakan kecepatan sesaat, maka yang
dimaksudkan adalah kecepatan.
Ketika sebuah benda melakukan gerak lurus beraturan, kecepatan benda sama dengan
kecepatan rata-rata. Dalam gerak lurus beraturan (GLB) kecepatan benda selalu konstan.
Kecepatan konstan berarti besar kecepatan (besar kecepatan = kelajuan) dan arah kecepatan
selalu konstan. Besar kecepatan atau kelajuan benda konstan atau selalu sama setiap saat
karenanya besar kecepatan atau kelajuan pasti sama dengan besar kecepatan rata-rata.
Contoh GLB
Grafik sangat membantu kita dalam menafsirkan suatu hal dengan mudah dan cepat. Untuk
memudahkan kita menemukan hubungan antara Kecepatan, perpindahan dan waktu tempuh
maka akan sangat membantu jika digambarkan grafik hubungan ketiga komponen tersebut.
23
Besar kecepatan benda pada grafik di atas adalah 3 m/s. 1, 2, 3 dstnya adalah waktu
tempuh (satuannya detik). Amati bahwa walaupun waktu berubah dari 1 detik sampai 5, besar
kecepatan benda selalu sama (ditandai oleh garis lurus).
Luas daerah yang diarsir pada grafik di atas sama dengan besar perpindahan yang ditempuh
benda. Jadi, untuk mengetahui besarnya perpindahan, hitung saja luas daerah yang diarsir.
Tentu saja satuan perpindahan adalah satuan panjang, bukan satuan luas.
Dari grafik di atas, v = 5 m/s, sedangkan t = 3 s. Dengan demikian, besar perpindahan yang
ditempuh benda = (5 m/s x 3 s) = 15 m. Cara lain menghitung besar perpindahan adalah
menggunakan persamaan GLB. s = v t = 5 m/s x 3 s = 15 m.
Persamaan GLB yang kita gunakan untuk menghitung besar perpindahan di atas berlaku jika
gerakan benda memenuhi grafik tersebut. Pada grafik terlihat bahwa pada saat t = 0 s, maka v
= 0. Artinya, pada mulanya benda diam, baru kemudian bergerak dengan kecepatan sebesar 5
m/s. Padahal dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah dalam keadaan
bergerak, sehingga benda telah memiliki posisi awal s0. Untuk itu lebih memahami hal ini,
pelajari grafik di bawah ini.
Indikator :
1.1 Mengidentifikasi besaran-besaran pada gerak parabola dan hubungan besaran-besaran
tersebut
1.2 Mengklasifikasikan gerak parabola pada arah horizontal dan arah vertikal
1.3 Menganalisis karakteristik gerak parabola pada arah horizontal dengan arah vertical
2.4 Memformulsikan hubungan antara besaran – besaran fisika dalam gerak melingkar
24
2.5 Menyebutkan beberapa contoh penerapan gerak melingkar dalam bidang teknologi
atau dalam kehidupan sehari-hari.
A. Gerak Peluru
Gerak peluru merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya
diberi kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya
dipengaruhi oleh gravitasi.
25
b. Kedua, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal
pada ketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontal, sebagaimana tampak
pada gambar di bawah. Beberapa contoh gerakan jenis ini yang kita temui
dalam kehidupan sehari-hari, meliputi gerakan bom yang dijatuhkan dari
pesawat atau benda yang dilemparkan ke bawah dari ketinggian tertentu.
c. Ketiga, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dari
ketinggian tertentu dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana
tampak pada gambar di bawah.
26
Galileo menjelaskan bahwa gerak peluru dapat dipahami dengan
menganalisa komponen-komponen horisontal dan vertikal secara terpisah. Gerak
peluru adalah gerak dua dimensi, di mana melibatkan sumbu horisontal dan
vertikal. Jadi gerak parabola merupakan superposisi atau gabungan dari gerak
horisontal dan vertikal. Kita sebut bidang gerak peluru sebagai bidang koordinat
xy, dengan sumbu x horisontal dan sumbu y vertikal. Percepatan gravitasi hanya
bekerja pada arah vertikal, gravitasi tidak mempengaruhi gerak benda pada arah
horisontal.
Percepatan pada komponen x adalah nol (ingat bahwa gerak peluru hanya
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada arah horisontal atau komponen x,
gravitasi tidak bekerja). Percepatan pada komponen y atau arah vertikal bernilai
tetap (g = gravitasi) dan bernilai negatif /-g (percepatan gravitasi pada gerak
vertikal bernilai negatif, karena arah gravitasi selalu ke bawah alias ke pusat
bumi).
Untuk memudahkan kita dalam menganalisis gerak peluru, mari kita tulis
kembali persamaan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Jatuh Bebas (GJB).
a. Pertama, gerakan benda setelah diberikan kecepatan awal dengan sudut teta
terhadap garis horisontal.
27
Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh v0x dan v0y. v0x merupakan
kecepatan awal pada sumbu x, sedangkan v0y merupakan kecepatan awal pada
sumbu y. vy merupakan komponen kecepatan pada sumbu y dan vx merupakan
komponen kecepatan pada sumbu x. Pada titik tertinggi lintasan gerak benda,
kecepatan pada arah vertikal (vy) sama dengan nol.
Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh v0x dan v0y. v0x merupakan
kecepatan awal pada sumbu x, sedangkan Kecepatan awal pada sumbu vertikal
(voy) = 0. vy merupakan komponen kecepatan pada sumbu y dan vx merupakan
komponen kecepatan pada sumbu x.
Sekarang, mari kita turunkan persamaan untuk Gerak Peluru. Kita nyatakan
seluruh hubungan vektor untuk posisi, kecepatan dan percepatan dengan
28
persamaan terpisah untuk komponen horisontal dan vertikalnya. Gerak peluru
merupakan superposisi atau penggabungan dari dua gerak terpisah tersebut
Catatan : gerak peluru selalu mempunyai kecepatan awal. Jika tidak ada
kecepatan awal maka gerak benda tersebut bukan termasuk gerak peluru.
Walaupun demikian, tidak berarti setiap gerakan yang mempunyai kecepatan
awal termasuk gerak peluru.
Berdasarkan bantuan rumus sinus, cosinus dan tangen di atas, maka kecepatan
awal pada bidang horisontal dan vertikal dapat kita rumuskan sebagai berikut :
29
Keterangan : v0 adalah kecepatan awal, v0x adalah kecepatan awal pada sumbu
x, v0y adalah kecepatan awal pada sumbu y, teta adalah sudut yang dibentuk
terhadap sumbu x positip.
Kita tinjau gerak pada arah horisontal atau sumbu x. Sebagaimana yang
telah dikemukakan di atas, gerak pada sumbu x kita analisis dengan Gerak
Lurus Beraturan (GLB). Karena percepatan gravitasi pada arah horisontal = 0,
maka komponen percepatan ax = 0. Huruf x kita tulis di belakang a (dan
besaran lainnya) untuk menunjukkan bahwa percepatan (atau kecepatan dan
jarak) tersebut termasuk komponen gerak horisontal atau sumbu x. Pada gerak
peluru terdapat kecepatan awal, sehingga kita gantikan v dengan v0.
30
Kita tinjau gerak pada arah vertikal atau sumbu y. Untuk gerak pada
sumbu y alias vertikal, kita gantikan x dengan y (atau h = tinggi), v dengan vy,
v0 dengan voy dan a dengan -g (gravitasi). Dengan demikian, kita dapatkan
persamaan Gerak Peluru untuk sumbu y :
Keterangan : vy adalah kecepatan gerak benda pada sumbu y alias vertikal, v0y
adalah kecepatan awal pada sumbu y, g adalah gravitasi, t adalah waktu
tempuh, y adalah posisi benda (bisa juga ditulis h), y0 adalah posisi awal.
Kedua, pada titik tertinggi lintasan, kecepatan gerak benda pada bidang vertikal
alias vy = 0. pada titik tertinggi, benda tersebut hendak kembali ke permukaan
tanah, sehingga yang bekerja hanya kecepatan horisontal alias v x, sedangkan vy
bernilai nol. Walaupun kecepatan vertikal (vy) = 0, percepatan gravitasi tetap
bekerja alias tidak nol, karena benda tersebut masih bergerak ke permukaan
tanah akibat tarikan gravitasi. jika gravitasi nol maka benda tersebut akan tetap
melayang di udara, tetapi kenyataannya tidak teradi seperti itu.
Ketiga, kecepatan pada saat sebelum menyentuh lantai biasanya tidak nol.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik tertinggi dapat dihitung Kecepatan
komponen arah vertikal VY = 0 sehingga t dapat dihitung dengan persamaan
VY = V sin α –g.t
0 = VO sin α –g.t
VO sin α =g.t
V 0 sinα
t=
g
32
7. Pembuktian Matematis Gerak Peluru = Parabola
Sekarang kita ingin menunjukkan bahwa jalur yang ditempuh gerak peluru
merupakan sebuah parabola, jika kita mengabaikan hambatan udara dan
menganggap bahwa gravitasi alias g bernilai tetap. Untuk menunjukkan hal ini
secara matematis, kita harus mendapatkan y sebagai fungsi x dengan
menghilangkan/mengeliminasi t (waktu) di antara dua persamaan untuk gerak
horisontal dan vertikal, dan kita tetapkan x0 = y0 = 0.
Dari persamaan ini, tampak bahwa y merupakan fungsi dari x dan mempunyai
bentuk umum
y = ax – bx2
Di mana a dan b adalah konstanta untuk gerak peluru tertentu. Persamaan ini
merupakan fungsi parabola dalam matematika.
B. Gerak Melingkar
Gerak melingkar adalah gerakan suatu benda atau partikel pada lintasan
yang berbentuk lingkaran. Pada gerak melingkar jarak benda ke suatu titik acuan,
yang merupakan titik pusat lingkaran selalu tetap. Arah kecepatan pada gerak
melingkar selalu menyinggung lintasan. Ini artinya bahwa pada gerak melingkar
arah kecepatannya selalu tegak lurus dengan jari-jari lingkaran.
Selain itu, pada gerak melingkar juga terdapat percepatan sentripetal atau
sering disebut percepatan radial yang arahnya selalu menuju pusat lingkaran.
33
Adanya percepatan sentripetal ini memunculkan sebuah gaya yang disebut sebagai
gaya sentripetal. Percepatan sentripetal menyebabkan kecepatan linier pada benda
yang bergerak melingkar selalu berubah-ubah. Contoh penerapan gerak melingkar
dalam kehidupan sehari-hari yaitu komidi putar, jarum jam, kipas angin,
rollcoaster, katrol dan lain-lain.
Gerak melingkar beraturan yaitu gerak suatu partikel atau benda pada
lintasan yang berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah kecepatannya
tegak lurus terhadap arah percepatan. Dapat digambarkan sebagai berikut :
34
Dari gambar di atas kita dapat mencari hubungan antara posisi sudut
dengan panjang lintasan. Kita misalkan bahwa P bergerak dari titik A ke
titik B dengan menempuh lintasan busur sejauh s dan sudut yang terbentuk
sebesar θ , maka akan diperoleh hubungan :
s
θ= atau s=θ R .
R
Δs = Δ θ . R
ds dθ
= R
dt dt
2π
Dimana ω= atau ω=2 πf
T
dengan:
v = kecepatan linier (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
R = jari-jari lintasan (m)
c. Percepatan Sentripetal (a s)
∆s
Dan karena adalah laju linier ' v ' dari benda itu, maka :
∆t
v2
a s=
R
dengan:
m/s
a s = percepatan sentripetal (¿¿ 2)
¿
v = kecepatan linier (m/s)
R= jari-jari lintasan (m)
Indikator :
Menguraikan materi ajar momentum dan impuls berorientasi proses sains dengan
kedalaman dan keluasan sesuai rumusan kompetensi dan capaian indicator.
Momentum dan Impuls dalam pemebahasan fisika adalah sebagai satu kesatuan karena
Momentum dan Impuls dua besaran yang setara. Dua besaran dikatakan setara seperti
Momentum dan Impuls bila memiliki satuan Sistem Internasional (SI) sama atau juga dimensi
sama seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan satuan.
A. MOMENTUM
p = m. v
Keterangan :
37
● p : momentum (kg m/s)
Jika kita perhatikan persamaan di atas maka kita dapat menentukan jenis besaran momentum.
massa m merupakan besaran skalar dan kecepatan v adalah besaran vektor, berarti momentum
merupakan besaran vektor. Dimana arah p searah dengan arah vector kecepatan (v). Jadi
momentum adalah besaran yang dimiliki oleh sebuah benda atau partikel yang bergerak.
Contoh soal :
Jawab:
V = 90 km/jam → 25 m/s
p = ......?
p = m .v
= 1000 . 25
= 25.000 Ns
2. Ada sebuah benda yaitu benda A bermassa 2 kg, bergerak kekanan dengan kelajuan 10
m/s. Benda B yang bermassa 7 kg bergerak kekiri dengan kelajuan 4 m/s.
Tentukan:
a. Momentum benda A
b. Momentum benda B
Jawab:
Diketahui: Benda A → m = 2 kg
V = 10 m/s
38
Benda B → m = 7 kg
V = 4 m/s
a. Momentum benda A
p=m.v
= 2 . 10
= 20 Ns
b. Momentum benda B
p=m.v
=7.4
= 28 Ns
p total = pA + pB
= 20 + 28
= 48 Ns
B. IMPULS
Impuls adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam waktu hanya sesaat atau
Impuls adalah peristiwa bekerjanya gaya dalam waktu yang sangat singkat. Secara matematis
dapat ditulis:
I = F . ∆t
Keterangan:
●I : Impuls (Ns)
●F : Gaya (N)
● ∆t : Waktu (s)
Besar gaya disini konstan, bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan
berbeda (akan dipelajari nanti). Oleh karena itu dapat menggambarkan kurva yang
39
menyatakan hubungan antara F dengan t. Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang
waktu t1 ke t2 maka kurva antara F dan t adalah :
Luasan yang diarsir sebesar F x (t2 – t1) atau I, yang sama dengan Impuls gaya. Impuls gaya
merupakan besaran vektor, oleh karena itu perhatikan arahnya.
Contoh soal :
1. Sebuah bola bergerak dengan kecepatan 20 m/s kemudian dipukul dengan pemukul
bola dengan gaya 2000 newton selama 0,001 sekon. Tentukan besarnya Impuls gaya
pada bola.
Diketahui :
v = 20 m/s
F = 2 000 N
t = 0,001 s
Ditanya : I ?
Jawab :
Besarnya Impuls :
I = F . ∆t
= 2 N.s
40
Dari persamaan p = m. v tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan
massa (m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga
momentum sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka
momentum benda tersebut juga bertambah besar. Perlu anda ingat bahwa momentum adalah
hasil kali antara massa dan kecepatan. Jadi walaupun seorang berbadan gendut, momentum
orang tersebut = 0 apabila dia diam alias tidak bergerak. Jadi momentum suatu benda selalu
dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda tersebut. kita tidak bisa meninjau
momentum suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja. Jika Partikel
dengan massa m bergerak sepanjang garis lurus, gaya F pada partikel dianggap tetap dengan
arah sejajar gerak partikel jadi Jika kecepatan (v) partikel pada t = 0 adalah Vo maka
kecepatan pada waktu t adalah :
v = vo + at
(v) m = ( vo + at ) m
Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat pemukul, tongkat bersentuhan
dengan bola hanya dalam waktu yang sangat singkat, sedangkan pada waktu tersebut tongkat
memberikan gaya yang sangat besar pada bola. Gaya yang cukup besar dan terjadi dalam
waktu yang relatif singkat ini disebut Impuls.
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2 Newton
diperoleh :
F = dp/dt
∫ F dt = ∫ dp
I = F dt = p = Impuls
Jika dilihat dengan grafik, impuls dapat dicari dengan menghitung luas daerah di bawah kurva
F(t) (yang diarsir). Bila dibuat pendekatan bahwa gaya tersebut konstan, yaitu dari harga rata-
ratanya, Fr , maka:
I = F t = ∆p
41
Fr = I /t = p/∆t
Pada pokok bahasan Momentum dan Impuls, kita telah berkenalan dengan konsep
momentum serta pengaruh momentum benda pada peristiwa tumbukan. Pada kesempatan ini
kita akan meninjau momentum benda ketika dua buah benda saling bertumbukan. Ingat ya,
momentum merupakan hasil kali antara massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut.
Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda. Kita
tidak bisa meninjau momentum suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja.
Hukum Kekekalan Momentum Tidak peduli berapapun massa dan kecepatan benda
yang saling bertumbukan, ternyata momentum total sebelum tumbukan = momentum total
setelah tumbukan. Hal ini berlaku apabila tidak ada gaya luar alias gaya eksternal total yang
bekerja pada benda yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya terbatas pada dua benda yang
bertumbukan, tanpa ada pengaruh dari gaya luar. Sekarang perhatikan gambar di bawah ini :
Jika dua benda yang bertumbukan diilustrasikan dengan gambar di atas, maka secara
matematis,hukum kekekalan momentum dinyatakan dengan persamaan :Momentum sebelum
tumbukan = momentum setelah tumbukan
Keterangan :
m1 = massa benda 1,
m2 = massa benda 2,
E. TUMBUKAN
Tumbukan adalah pertemuan dua benda yang relatif bergerak. Pada setiap jenis tumbukan
berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi
mekanik. Sebab disini sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan atau
terjadi perubahan bentuk macam tumbukan yaitu :
• Tumbukan elastis sempurna, yaitu tumbukan yang tak mengalami perubahan energi.
Koefisien restitusi e = 1
• Tumbukan elastis sebagian, yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan energi
• Mekanik sebab ada sebagian energi yang diubah dalam bentuk lain, misalnya panas.
Koefisien restitusi 0 < e < 1.
• Tumbukan tidak elastis , yaitu tumbukan yang tidak berlaku hokum kekekalan energi
mekanik dan kedua benda setelah tumbukan melekat dan bergerak bersama-sama. Koefisien
restitusi e = 0.
Pada pembahasan mengenai momentum dan impuls, kita telah meninjau hubungan
antara momentum benda dengan peristiwa tumbukan. Hukum Kekekalan Momentum yang
telah diulas sebelumnya juga selalu ditinjau ketika dua benda saling bertumbukan. Pada
43
kesempatan ini kita akan mempelajari peristiwa tumbukan secara lebih mendalam dan
mencoba melihat hukum-hukum fisika apa saja yang berlaku ketika benda-benda saling
bertumbukan.
Tumbukan lenting sempurna terjadi jika Momentum dan Energi Kinetik kedua benda
sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain, pada
tumbukanlenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan
Energi Kinetik.Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku
pada peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total massa dan kecepatan kedua benda
sama, baik sebelummaupun setelah tumbukan. Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku
pada Tumbukan lentingsempurna karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang.
Benda-benda yang mengalami Tumbukan Lenting Sempurna tidak menghasilkan bunyi,panas
atau bentuk energi lain ketika terjadi tumbukan. Tidak ada Energi Kinetik yang hilang selama
proses tumbukan. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa pada peritiwa Tumbukan
Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda 1 bergerak dengan
kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan
terpantul dalamarah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor
sehingga dipengaruhi juga oleh arah.
Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda positif dan arahke kiri bertanda
negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p =
mv) dan energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan Energi Kinetikkedua benda
sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan. Secara matematis, Hukum
Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
m1 = massa benda 1,
44
m2 = massa benda 2
Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
m₁ v₁+m₂v₂ = m₁v'₁+m₂v'₂
Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan Lenting sempurna,
selain persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik.
45
Persamaan 3 menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda
sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa benda
tersebut. Dengan kata lain kecepatan relatif kedua benda sebelum tumbukan sama dengan
harga minus dari kecepatan relatif kedua benda setelah tumbukan. Untuk keperluan lebih
lanjut didefinisikan :
berlaku jika v1, v’1, v2, v’2 pada satu arah sumbu yang sama. Harga v yang dimasukkan
disini harus memperhatikan arah (tanda + atau -). Symbol e ini yang kemudian disebut
koefisien restitusi.
Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku hukum
kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek koefisien restitusi e adalah pecahan.
Tidak berlaku hukum kekekalan energi, berarti ada energi kinetik yang hilang selama proses
tumbukan sebesar ∆Ek.
Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku hukum
kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek. koefisien restitusi e = 0.
Dimana kecepatan akhir kedua benda sama dan searah. Berarti kedua benda bergabung dan
bergerak bersama-sama. Besar energi kinetik yang hilang ∆Ek :
46
∆Ek = (1/2m₁v₁² +1/2m₂v₂²) – (1/2m₁v'₁² + 1/2m₂v'₂) dimana v’1 = v’2.
Contoh Soal :
1. Dua buah benda A dan B masing-masing bermassa 2 kg dan 4 kg bergerak saling mendekat
dengan kecepatan berturut-turut 4 m/s dan 3 m/s. Setelah tumbukan, massa A bergerak
berlawanan dengan arah semula dengan kecepatan 5 m/s. tentukan:
b. Koefisien restitusinya
Diketahui :
mA = 2 kg v’A = - 5 m/s
mB = 4 kg
vA = 4 m/s
vB = - 3 m/s
Jawab :
mA vA + mB vB = mA v’A + mB v’B
4 kg v’B = 6 kg m/s
Tanda positif menyatakan bahwa arah kecepatan benda B setelah tumbukan ke kanan.
b. Koefisien restitusi e
47
Ambil arah ke kanan sebagai arah positif
−(vb−va)
e=
(vb−va)
pada rumus ini, harus diperhatikan tanda (+) atau (-) pada kecepatan.
−(1.5−(−5 ) )
e= = 0.93
(−3−4 )
= 34 – 29.5
= 4.5 joule
A. INDIKATOR
48
B. MATERI
1. Elastisitas
Pada bab ini kita akan mempelajari tentang elastisitas atau kemampuan benda untuk
kembali ke bentuknya semula. Ambillah penggaris dari plastik, peganglah ujungnya
kemudian ayunkan ke bawah dan lepaskan. Apa yang terjadi? Penggaris akan terayun
ke bawah kemudian ke atas dan ke bawah lagi berulang-ulang. Penggaris selalu
berusaha ke keadaan semula. Pernahkah kalian meloncat di atas spring bed? Apa yang
terjadi? Bila kalian akan menekan spring bed ke bawah, kalian akan mendapat gaya
yang membuat kalian terpental ke atas. Ada gaya yang seolah menolak kalian. Gejala-
gejala tadi menunjukkan elastisitas. Elastisitas sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Perhatikan gambar penggaris di bawah, penggaris mampu melengkung tanpa
patah karenapenggaris memiliki elastisitas. Gaya yang kalian keluarkancukup besar
maka penggaris akan patah.
Gambar 1 Sebuah batang penggaris yang dijepitdan ujung yang lain diayunkan.
Jembatan dari baja akan melengkung jika terbebani atau terjadi perubahan
panjang , dan akan kembali ke bentuk semula jika bebannya tidak ada. Namun jika
beban kecil seringkali kita tidak melihat perubahan panjang atau kelengkungan
jembatan. Mengapa pada jembatan bisa terjadi kelengkungan? Secara umum mengapa
suatu materi bisa meregang? Suatu materi dapat kita anggap tersusun dari pegas-pegas.
Jika kita menarik pegas maka akan terjadi regangan,jika kita menghilangkan tarikan
pegas akan kembali seperti semula. Gaya yang dikerjakan oleh pegas serupa dengan
gaya antaratom dalam molekul-molekul zat padat. Tersebut dapat bergetar seperti
gerakan massa yang terikat pada pegas.
49
Mari kita tinjau batang penghapus yang terbuat dari karet.Jika batang
penghapus tadi kita tarik kedua ujungnya apakah yang terjadi? Batang penghapus akan
memanjang. Jika tarikan kita dihentikan maka batang penghapus tadi kembali seperti
semula. Benda seperti batang penghapus kita sebut benda elastis.Benda padat yang
dipengaruhi oleh gaya dari luar misalnyabenda ditarik, digeser, atau ditekan maka
bentuk benda akan berubah. Bila bentuk benda kembali seperti semula setelah gaya
luarnya dihilangkan maka benda dikatakan elastik. Sebagian besar benda bersifat
elastik sampai batas tertentu.Bagaimana kalau benda diberi gaya melebihi batas
elastisnya? Jika diberi gaya yang melebihi batas elastisnya maka benda tidak kembali
ke bentuk semula, tetapi akan berubah bentuk secara permanen.
Lihatlah Gambar 2.(a.b), sebuah batang tegar dipengaruhioleh gaya tarikan
sebesar F ke kanan di ujung kanan dan kekiri di ujung kiri. Mari kita perhatikan bagian
kecil dari batang yang panjangnya L. Bagian kecil batang ini dalam keadaan
setimbang karena gaya di bagian kanan sama dengan gaya dibagian kirinya. Gaya-
gaya baik di bagian kiri maupun di bagian kanan didistribusikan secara merata pada
luasan penampang A. Perbandingan gaya F terhadap luasan penampang dinamakan
tegangan tarik. F tegak lurus kuasa A.
Bagaimana hubungan antara regangan dan tegangan pada batang padat? Mari
kita lihat grafik Gambar (2.c).
50
Gambar.2 (a.b) Sebuah batang karet ditarik dengan gaya F akan menyebabkan terjadi
perubahan panjang. (c) Grafik hubungan antara tegangan dan regangan.
Satuan tegangan adalah satuan gaya per satuan luas atau N/m 2. Regangan tidak
bersatuan. Sedangkan satuan Modulus Young adalah Newton permeter persegi atau
N/m2.
51
Tegangan geser akan mengubah bentuk benda sepertigambar (3). Perbandingan
∆X
dinamakan regangan geser
L
Modulus ini hampir konstan untuk tegangan geser yang kecil, yang berarti
regangan geser berubah secara linear untuk tegangan kecil. Dengan demikian hukum
Hooke berlaku untuk tegangan geser. Modulus geser sering juga disebut sebagai
modulus torsi.
52
Batas Elastisitas: Nilai tegangan paling kecil yang dapat menimbulkan deformasi
permanen dalam benda.
Deformasi plastis : Deformasi yang tidak kembali ke bentuk semula, setelah gaya
yang mendeformasinya dihilangkan.
Bahan rapuh : Bahan yang bila diberi gaya melewati batas elastisitasnya akan
menjadipatah / putus (daerah plastisnya kecil /sempit).
Bahan kenyal : Bahan yang memberikan deformasi plastis hingga titik putusnya, dan
mempunyai daerah plastis yang cukup lebar.
5. Hukum Hooke
Hukum Hooke merupakan hukum mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika
yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Suatu benda yang dikenai gaya
akan mengalami perubahan bentuk (volume dan ukuran). Misalnya, suatu pegas akan
bertambah panjang dari ukuran semula apabila dikenai gaya sampai batas tertentu.Hal
tersebut dapat terjadi karena sifat elastisitas pada sebuah pegas.Jika sebuah pegas
ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah. Semakin besar gaya
tarik yang bekerja, semakin besar pula pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika
gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan semula.
F’
53
mengalami pertambahan panjang (∆x) yang sebanding dengan besar gaya yang bekerja
padanya. Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan
pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.
F=−k ∆ x
Keterangan:
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
∆x = pertambahan panjang pegas (m)
54
Gambar 5 Grafik Hubungan Gaya dengan Pertambahan Panjang Pegas
x 1 x 1
2 2
Jika diambil x1= 0 dan x2 = x maka diperoleh :
1
1
W =∫ ( kx ) dx= k x2
0 2
Rumus di atas adalah usaha yang dilakukan untuk merentangkan pegas
sehingga ujungnya pindahdari posisi tak terentangkan ke posisi x. Usaha untuk
menekan pegassejauh x sama besar dengan usaha untuk menarik pegas sejauh x,
karena dalam persamaan di atas, pergeseran x dikuadratkan, apapun tanda x akan
memberikan harga positif bagi W. Integral ini dapat juga dipecahkan dengan
menghitungluas diantara kurva gaya pergeseran dan sumbu-x dari x = 0 sampai x = x.
Dalam gambar tersebut daerah ini digambarkan dengan daerah yang diarsir, bentuknya
segitiga dengan alas x dan tinggi k ∆x, sehingga luasnya sesuai dengan persamaan di
atas, yaitu:
55
1 1
( ∆ x )( k ∆ x ) = k ∆ x 2
2 2
Seluruh usaha (W) yang dilakukan oleh gaya F tersimpan menjadi energi
potensial elastisitas pegas karena tidak terjadi perubahan energi kinetik pegas. Oleh
karena itu, sebuah pegas yang memiliki konstanta pegas k dan terentang sejauh ∆x dari
keadaan setimbangnya, memiliki energi potensial sebesar Ep.
1
E p= k ∆ x2
2
Contoh penggunaan gaya pegas adalah ketapel. Jika ketapel diregangkan,
kemudian dilepaskan, maka ketapel dapat melontarkan batu. Dalam hal ini, energi
potensial elastisitas berubah menjadi energi kinetik batu.
E p ketapel= Ek batu
1 1
k ∆ x 2= m v 2
2 2
Keterangan :
k = konstanta pegas karet ketapel (N/m)
∆ x = pertambahan panjang pegas (m)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
6. Susunan Pegas
Pegas memiliki beberapa macam susunan, diantaranya yaitu:
a.Susunan Seri
Hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan seri yaitu:
Gaya yang menarik pegas pengganti sama besar (F1=F2=F).
56
Pertambahan panjang pegas pengganti sama dengan jumlah pertambahan
panjang masing-masing pegas (x=x1+x2)
Tetapan penggantinya
F=W
W =F 1 + F2
F=F1 + F 2
∆ x=∆ x 1 +∆ x 2
−F −F −F
= +( )
ks k1 k2
1 1 1
= +
ks k1 k 2
Dimana ks adalah konstanta pegas pengganti susunan seri. Susunan pegas
seri dapat dilihat pada Gambar 7.
F’
Gambar 7. Susunan Seri Pegas
b.Susunan Paralel
Hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan paralel yaitu:
Gaya yang menarik pegas pengganti sama dengan jumlah gaya yang menarik
masing-masing pegas (F= F1+F2).
Pertambahan panjang pegas (x=x1=x2)
Tetapan penggantinya
W =2 F
W =F 1 + F2
F=F1 + F 2
k . ∆ x=k 1 . ∆ x=k 2 . ∆ x
∆ x sama sehingga :
k p =k 1 +k 2
Di mana k p adalah konstanta pegas pengganti susunan paralel. Susunan pegas
paralel dapat dilihat pada Gambar 8.
57
F’
F’
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan elastisitas dalam kehidupan sehari hari:
1.Alat Ukur Gaya Tarik Kereta Api
Alat ini dilengkapi dengan sejumlah pegas yang disusun sejajar. Pegas-pegas ini
dihubungkan ke gerbong kereta api saat kereta akan bergerak. Hal ini dilakukan
untuk mengukur gaya tarik kereta api sesaat sebelum meninggalkan stasiun.
58
Penyangga badan mobil selalu dilengkapi pegas yang kuat sehingga goncangan
yang terjadi pada saat mobil melewati jalan yang tidak ratadapat diredam. Dengan
demikian, keseimbangan mobil dapat dikendalikan.
5. Jam kasa atau kronometer, yang dimanfaatkan untuk menentukan garis atau posisi
kapal yang berada di laut.
7. Ayunan Pegas
GETARAN HARMONIS
Rumusan Masalah
Indikator :
60
Getaran yang dihasilkan dari proyeksi gerak melingkar beraturan merupakan
getaran harmonik sederhana. Anda tentu masih ingat pada gerak melingkar beraturan
frekuensinya tetap. Dengan demikian frekuensi pada getaran harmonik juga tetap, dan
inilah yang merupakan ciri dari getaran harmonik sederhana. Coba perhatikan lagi Gambar
4.3! Sebuah benda mula-mula berada di titik seimbang O. Dengan kecepatan awal v0
benda bergetar harmonik sederhana. Gerakan O – A – O – B – O disebut sebagai 1 getaran.
Gerakan
O A; A O; O B; dan B O, masing-masing merupakan ¼ getaran.
Untuk memahami arah-arah v, a, dan F, perhatikan penjelasan berikut!
1. v0 adalah kecepatan awal getaran dimana benda bergetar dimulai dari titik
setimbang O. Pada gambar 4.3 permulaan getaran dari O menuju A.
b. Percepatan getar a bernilai negatif (arah ke bawah) dan menuju titik setimbang.
Jadi pada fase ini, gaya memiliki arah ke bawah dan menuju titik setimbang.
a. Kecepatan vt makin kecil, menjauhi titik setimbang, dan bernilai negatif (arah
ke bawah).
61
b. Percepatan getar a bernilai positif dan menuju titik setimbang.
1. Arah percepatan getar a dan arah gaya getar F selalu menuju titik setimbang.
Gaya getar inilah yang menyebabkan benda selalu tertarik ke titik setimbang sehingga
terjadi getaran.
2. Kecepatan getar benda vt, makin kecil pada saat benda menjauhi titik
setimbang. Pada saat ini, arah vt berlawanan dengan arah a.
3. Kecepatan getar benda vt makin besar pada saat benda menuju titik setimbang.
Pada saat ini arah vt searah dengan a.
Bandul Sederhana
F=−mgsinθ
F y
sinθ= =
mg l
−mg
F= y
l
F=−ky
Periode
k
ω2 =
m
2
4π k
=
T2 m
T =2 π
m
k √
√
m
T =2 π
mg
l
T =2 π
l
g √
62
Periode dan Frekuensi
Periode ( T ), Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana
memiliki periode atau waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu getaran secara
lengkap. Benda melakukan getaran secara lengkap apabila benda mulai bergerak dari titik
di mana benda tersebut dilepaskan dan kembali lagi ke titik tersebut.
Frekuensi getaran adalah jumlah getaran yang dilakukan oleh sistem dalam satu
detik, diberi simbol f. Satuan frekuensi adalah 1/sekon atau s-1 atau disebut juga hertz.
1 1
f= atau T =
T f
63
1. Simpangan Getaran
Apa yang dimaksud dengan simpangan getaran? Simpangan getaran
adalah jarak benda yang sedang bergetar terhadap titik setimbang. Perhatikan
Gambar 4.4! Pada bagian kiri adalah sebuah lingkaran yang bergerak
melingkar beraturan, sedangkan bagian lain merupa-kan proyeksinya.
Proyeksi ini merupakan contoh getaran harmonik seperti telah dijelaskan di
depan. Ketika lingkaran telah berputar sejauh θ , maka pada proyeksinya akan
terlihat simpangan (y), yang nilainya dapat ditentukan sebagai berikut.
2. Kecepatan Getaran
Perhatikan Gambar 4.6! Proyeksi v pada sumbu y biasa disebut
sebagai vy yang
merupakan kecepatan getaran, secara analitis dapat kita jabarkan
vy = v sin (90 +θ) atau vy = v cos θ
64
Pada GMB kecepatan v = ω R, atau jika diterapkan pada getaran
dimana R = A,
akan diperoleh v = ω A. Jadi, kecepatan getaran dapat dituliskan
sebagai
berikut.
vy = ω A cos ø. Karena ø = ω t, maka:
vy = ω A cos ω t atau vy = 2 πfA cos 2π ft
Persamaan ini berlaku jika getaran dimulai dari titik setimbang.
3. Percepatan Getaran
65
Persamaan ini juga berlaku untuk getaran yang dimulai dari titik
setimbang.
4. Gaya Getaran
Energi yang dimiliki oleh benda yang bergetar harmonik terdiri dari
energi kinetik, energi potensial dan energi mekanik. Energi kinetik
disebabkan adanya kecepatan, energi potensial disebabkan adanya simpangan
atau posisi yang berubah-ubah dan energi mekanik
merupakan jumlah energi kinetik dan energi potensial.
66
Apabila getaran harmonis terjadi pada pegas maka k = m w2 sehingga
energi kinetiknya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Keterangan :
Ep : energi potensial getaran harmonik (J)
k : konstanta getaran (N/m)
67
DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA
TEGAR
Indikator :
1. Menentukan kecepatan angular dan percepatan angular benda pada gerak
rotasi.
2. Menentukan percepatan tangensial, percepatan tangensial, dan percepatan
sentripetal benda pada gerak rotasi.
3. Menentukan torsi pada gerak rotasi.
4. Menentukan pusat massa benda.
5. Mengetahui momen inersia benda.
6. Menentukan momentum angular benda.
7. Mengetahui hukum kekekalan momentum angular benda.
8. Menentukan percepatan benda pada gerak menggelinding.
9. Mengetahui macam-macam kesetimbangan benda tegar.
URAIAN MATERI
1. Kecepatan angular dan percepatan angular benda pada gerak rotasi.
Perpindahan sudut pada gerak melingkar memerlukan konsep yang sama
seperti pada gerak linear. Pada gerak melingkar
juga diperlukan sebuah sistem acuan tetap (garis)
hanya saja yang digunakan pada gerak melingkar
adalah sistem koordinat polar.
Jika pada gerak linear kita memiliki persamaan:
Perpindahan
∆ r =r f −
ri
Kecepatan
∆ r
v =
∆t
Percepatan
a.
68
Setiap titik pada benda yang bergerak melingkar terhadap titik O.
s
Secara umum, sudut diukur dengan persamaan θ= , sementara
r
untuk elemen-elemen pada benda sudut diukur dengan menggunakan
ds i
persamaan berikut, d θ=
ri
Perpindahan pada gerak melingkar dinamakan perpindahan sudut
(perpindahan angular) yang didefinisikan sebagai sudut yang dibuat
Gambar 2. Diagram Gerak
oleh benda yang
melingkar
berotasi selama
selang waktu
tertentu. Persamaan perpindahan angular adalah
∆ θ=θf −θi
Setiap titik dalam piringan mengalami perpindahan sudut yang sama
dalam selang waktu tertentu. Perpindahan sudut tidak bergantung pada
jari-jari lingkaran, sehingga partikel yang memiliki jari-jari kecil
dengan partikel yang memiliki jari-jari besar pada satu benda yang
bergerak melingkar tetap akan memiliki perpindahan angular yang
sama.
dθ
laju perubahan sudut. Laju perubahan sudut terhadap waktu
dt
adalah sama untuk semua partikel cakram. Ini dinamakan kecepatan
angular (ω)
dθ
ω=
dt
Kecepatan sudut sesaat didefinisikan sebagai limit dari laju rata-rata
dengan selang waktu mendekati nol.
∆θ d θ
ω= lim =
∆ t → 0 ∆t dt
69
Besarnya kecepatan angular dinamakan kelajuan angular, satuannya
adalah radian/detin (rad/s). ω bernilai positif untuk rotasi yang
berlawanan dengan perputaran jarum jam ( θ bertambah) dan
negatif untuk rotasi yang searah perputaran jarum jam ( θ
berkurang).
70
mempengaruhi kecepatan dan memberikan kemampuan benda untuk
bergerak.
dv dω
ait = i =r i =r i α
dt dt
c. Percepatan sentripetal
Percepatan sentripetal adalah percepatan sebuah benda yang
menyebabkan benda tersebut bergerak melingkar. Percepatan
sentripetal arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan tangensialnya
dan mengarah ke pusat lingkaran.
r
(¿¿ i ω)2
=r i ω 2
ri
v2
a ic= i =¿
ri
Berikut adalah analogi gerak linear dan gerak rotasi
x θ
v ω
a α
v =v 0 +at ω=ω 0+ α t
1 2 1 2
x=x 0 +v 0 t+ at θ=θ 0 +ω 0 t + α t
2 2
2 2 2 2
v =v 0 +2 ax (x−x 0) ω =ω0 +2 αθ (θ−θ0 )
3. Torsi
Torsi didefinisikan sebagai perkalian cross antara vektor gaya yang
bekerja pada benda (F) dengan lengan gayanya (l). Untuk memahami
konsep torsi, mari kita perhatikan gambar dibawah ini.
71
Gambar 3. Torsi
Sebuah gaya F dikenakan pada titik berjarak l dari titik P yang merupakan
pusat massa benda, maka torsi yang dialami benda tersebut dapat
ditentukan dengan persamaan
τ =l× F
gaya dan lengan gaya merupakan besaran vektor, sehingga perkalian cross
keduanya menghasilkan torsi yang juga merupakan besaran vektor yang
memiliki arah dan kuantitas. Arah dari torsi dapat ditentukan dengan
menggunakan aturan sekrup putar kanan.
Jika komponen gaya F kita uraikan menjadi gaya dalam arah radial dan
arah tegak lurus, maka gaya dalam arah radial adalah
τ =l Fsinθ
Jika kita tarik garis tegak lurus antara garis kerja gaya dengan titik P, yaitu
pada gambar di atas merupakan garis d, dimana
d=lsinθ
Persamaan torsi menjadi
τ =Fd
Dengan
τ : torsi (Nm)
F : besar gaya yang dikerjakan pada benda (N)
d : jarak tegak lurus garis kerja gaya ke pusat rotasi (m)
Mgcosθ 72
Gambar 4. Torsi pada benda tegar
Selanjutnya kita akan membahas torsi yang bekerja pada benda tegar.
Misal sebuah partikel P pada benda tegar mengalami torsi seperti
digambarkan pada gambar 2. Gaya yang menyebabkan torsi pada partikel
P adalah gaya berat partikel tersebut serta lengan gayanya adalah d.
Komponen gaya berat partikel W diuraikan menjadi dua komponen yaitu
komponen radial
W ir =M i gcosθ
Namun gaya berat dalam komponen ini tidak menghasilkan torsi pada
partikel karena gayanya ditiadakan oleh gaya kohesi. Sedangkan
komponen tegak lurus menghasilkan
W it =M i gsinθ
τ i=li W it
i
τ¿
¿
Benda tegar tersusun dari banyak partikel, sehingga torsi total yang
dialami benda jika benda di asumsikan sebagai sistem diskrit adalah
penjumlahan torsi total yang dialami partikel-partikel dalam benda. Secara
matematis dituliskan sebagai
τ =Σ l i W it
τ =Σ l i M i gsinθ
τ =g Σ l i M i sinθ
4. Pusat Massa
Pusat massa dari suatu benda adalah suatu titik dimana jumlah momen
massa dari benda tersebut terhadap titik sama dengan nol.
CM
73
Gambar 5. Diagram Pusat Massa Benda dari Suatu Benda
Σmi r i=0
m1 r 1−m2 r 2=0
m1 r 1=m2 r 2
r 1 : r 2=m 2 :m 1
Cara menentukan pusat massa untuk benda dua dimensi adalah dengan
menggantung benda pada beberapa titik bergantian dan menggambarkan
garis vertikalnya dari titik yang dijadikan sumbu. Perpotongan garis
vertikal tersebut merupakan pusat massa benda tersebut.
Garis Simetri I
Garis Simetri II
x
Garis Simetri
x o m=x1 m1+ x 2 m2 y o m= y 1 m1 + y 2 m2
x m +x m y m +y m
x o= 1 1 2 2 y o= 1 1 2 2
m m
Keterangan:
Serba sama m V
Bidang V A
Maka,
x1 A 1 + x 2 A 2
x o=
A1 + A2
y 1 A 1+ y A2
y o=
A 1 + A2
74
Untuk sumbu z pada benda tiga dimensi, persamaannya adalah
Σ zi W i
z 0=
ΣWi
Untuk benda relative kecil, nilai gravitasi tetap sehingga W m
Jika m=ρV ; serba sama m V
Bidang V A
Panjang V l
5. Momen Inersia
Momen inersia (I) adalah ukuran resistansi atau kelembaman sebuah benda
terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia dipengaruhi oleh massa
benda, bentuk benda, dan jari-jari rotasinya. Momen inersia dianalogikan dengan
massa pada gerak translasi.
a. Sistem Diskrit
Untuk benda sebagai sistem diskrit, momen inersia ditentukan dengan
persamaan
I =mr 2
Dengan
I : momen inersia (kgm2)
m : massa (kg)
r : jarak partikel ke sumbu rotasi (m)
Misal sebuah sistem partikel terdiri dari dua buah partikel seperti pada
gambar3, momen inersia sistem adalah penjumlahan momen inersia yang
dialami oleh masing-masing partikel
2
I =Σm r
I =m1 r 12 +m2 r 22
b. Sistem Kontinu
Untuk benda sebagai sistem kontinu, benda diasumsikan terdiri dari
banyak elemen, momen inersia dapat ditentukan dengan persamaan :
I =∫ x 2 dm
dengan
dm : elemen massa (kg)
x : jarak elemen massa ke sumbu rotasi (m)
Gambar 8. Batang serba sama dengan panjang L
Misal kita akan menentukan momen inersia batang serba sama dengan
panjang L seperti pada gambar 4.
I =∫ x 2 dm
I =∫ x 2 ρAdx
I =ρA ∫ x 2 dx
Jika batang berotasi dengan sumbu rotasi y (melalui pusat massa), maka
berlaku batas integral
−1 1
x 1= L dan x 2= L
2 2
1
L
2
I =ρA ∫ x2 dx
−1
L
2
[( ) ( ) ]
1 1 3 −1 3
I =ρA L − L
3 2 2
−1
L
8
(¿ ¿3)
1 3
L −¿
8
1
I =ρA ¿
3
1 1
I =ρA [ L3 ]
3 4
1
I= ρALL2
12
1
I= ML 2
12
Jika benda berotasu dengan sumbu y’ sebagai pusat rotasi (sumbu rotasi di
salah satu ujung batang), maka batas integral dalam menentukan momen
inersia benda berubah, yaitu x 1=0 dan x 2=L
L
¿ ρA ∫ x 2 dx
0
1
I=ρA
3
[ ( L )3−0 ]
1 3
I=ρA L
3
1 2
I = ρALL
3
1 2
I = ML
3
Berbagai bentuk benda tegar dapat ditentukan momen inersianya dengan
cara yang sama seperti mencari momen inersia batang serba sama seperti
contoh diatas.
Gambar 9. Momen inersia berbagai benda tegar
6. Momentum Angular
Benda yang bermassa dan bergerak dengan kecepatan tertentu akan memiliki
besaran yang disebut sebagai momentum, yaitu hasil kali perkalian antara massa
benda dengan kecepatannya. Pada benda yang bergerak translasi, benda akan
memiliki momentum linear
p=mv
Pada gerak rotasi, karena benda juga bergerak dengan kecepatan anguler
(kecepatan sudut) tertentu maka benda juga mengalami momentum yaitu yang
disebut dengan momentum anguler atau momentum sudut.
Gambar 10. Momentum anguler sebuah partikel yang bergerak dalam sebuah
lingkaran
L=m v r
L=m ( ωr ) r
I =mr 2
L=Iω
dengan
L : momentum anguler(kgm2/s)
m : massa partikel/benda (kg)
v : kecepatan linear (m/s)
r : jari—jari rotasi (m)
ω : kecepatan sudut (rad/s)
d L d (Iω)
τ= =
dt dt
Untuk benda tegar, momen inersia adalah konstan, sehingga persamaannya
menjadi
d (ω)
τ =I =Iα
dt
dL
=0
dt
Sehingga
L=konstan
I 1 ω1 =I 2 ω2
7. Gerak Menggelinding
F
R
f =f
Iα
F−ma=
R
a
I T
R
F−ma=
R
Jika a=aT menggelinding
a< aT selip
a> aT tergelincir
Ia
F−ma= 2
R
Ia
F= 2
+ma
R
I
(
F= 2 + m a
R )
F
a=
I
+m
R2
Persamaan diatas adalah persamaan percepatan untuk gerak menggelinding.
mgc
osθ
mgsinθ mg
F
a=
menggunakan persamaan I
2
+m
R
mgsinθ
a=
Maka I
+m
R2
(A) Silinder Besi
1
I = m R2
2
mgsinθ
a=
1
mR 2
2
+m
R2
2 mgsinθ 2
a= = gsinθ
3m 3
(B) Roda Kayu
a( A) =a(B)
(C) Bola Pejal
2
I = m R2
5
mgsinθ
a=
2
mR 2
5
+m
R2
5 mgsinθ 5
a= = gsinθ
7m 7
Maka, urutan benda yang sampai terlebih dahulu pada dasar bidang miring adalah
(C) Bola pejal kemudian disusul (A) silinder besi dan (B) roda kayu secara
bersamaan.
8. Kesetimbangan Benda
Macam-macam kesetimbangan benda :
1. Jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda
dalam keadaan setimbang.
(Σ F=0)
2. Jika resultan torsi yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda
dalam keadaan setimbang.
(Σ τ=0)
FLUIDA
A. Fluida Statis
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian tekanan.
2. Menerapkan konsep tekanan untuk menyelesaikan soal.
3. Menjelaskan pengertian tekanan hidrostatis.
4. Menyebutkan aplikasi tekanan hidrostatis dalam kehidupan sehari- hari.
5. Menerapkan konsep tekanan hidrostatis untuk menyelesaikan soal.
6. Menjelaskan bunyi hukum Pascal.
7. Menyebutkan aplikasi hukum pascal dalam kehidupan sehari- hari.
8. Menerapkan persamaan hukum pascal untuk menyelesaikan soal.
9. Menjelaskan bunyi hukum Archimedes.
10. Menerapkan konsep Hukum Archimedes dan persamaannya untuk
menyelesaikan soal.
11. Menjelaskan pengertian tegangan permukaan.
12. Menerapkan konsep tegangan permukaan untuk menyelesaikan soal.
13. Mendiskripsikan konsep viskositas.
14. Menerapkan persamaan viskositas untuk menyelesaikan soal.
Materi Pembelajaran
Fluida adalah istilah yang digunakan untuk menyebut segala jenis zat yang
dapat mengalir. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk
dan kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuan untuk mengambil
bentuk dari wadah mereka).
Fluida identik dengan dua besaran yaitu kompresibilitas dan viskositas.
Kompresibilitas berkaitan dengan pengaruh gaya yang bekerja terhadap
perubahan volume suatu fluida. Kemampuan suatu fluida untuk bisa dikompresi
biasanya dinyatakan dalam bulk compressibility modulus.Viskositas menunjukkan
resistensi suatu lapisan untuk meluncur (sliding) diatas lapisan lainnya. Definisi
lain dari viskositas dikaitkan dengan ada tidaknya geseran (shear). Viskositas
berhubungan langsung dengan besarnya friksi dan tegangan geser yang terjadi
pada partikel-partikel fluida.
1. Fluida Statis
Fluida statis adalah zat alir yang berada dalam kondisi diam dan tidak
bergerak. Pada bahasan fluida statis, akan membicarakan tentang konsep gaya
dan tekanan dalam fluida.
2.1 Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal yang bekerja pada suatu
bidang dibagi luas bidang tersebut. Pada fluida, tekanan disebabkan oleh
dua faktor yaitu tekanan yang disebabkan berat fluida sendiri, dan tekanan
yang disebabkan oleh pengaruh luar.
Konsep tekanan mendasari adanya hukum utama tekanan hidrostatik
yang menyatakan bahwa “tekanan hidrostatik di setiap titik pada bidang
datar dalam fluida sejenis yang berada pada kesetimbangan, besarnya
sama”.
(Gambar 1.1)
A B C D
(Gambar 1.2)
Dari gambar 1.2 di atas, dikatakan bahwa besar tekanan di bejana A, B, C,
dan D adalah sama ( P A = PB = PC = PD ). Bukti dari
pernyataan tersebut adalah fluida yang berada di bejana A, B, C, dan D tidak
saling berpindah satu sama lain.
Fluida dalam bejana tidak berpindah maka besar tekanannya sama
sehingga ketinggiannya juga sama namun volumenya berbeda. Karena
tekanannya sama luas permukaannya berbeda maka gaya yang bekerja pada
masing - masing bejana tidak sama. Pernyataan tersebut menghasilkan gaya
paradoks hidrostatik (“gaya yang bekerja pada bejana hanya bergantung
pada luas permukaan bejana”). Contoh penerapan prinsip paradoks yaitu
pembuatan gelas yang dibentuk sedemikian rupa agar dapat dipegang dan
tidak mudah lepas.
Secara matematis, tekanan dinyatakan sebagai :
F
P= A
Adapun penurunan persamaan untuk tekanan hidrostatik dapat dituliskan
sebagai berikut :
h m=ρ . V =ρ . p . l . h
F = ρ . p . l. h . g
(Gambar 1.3)
F ρ. p .l . h . g
P= = = ρhg
A pl
Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur tekanan adalah tekanan
gauge. Tekanan yang sesungguhnya disebut tekanan mutlak. Tekanan mutlak
= tekanan gauge + tekanan atmosfer ( P=Ph + Patm ).
Gambar di samping
menunjukkan bahwa tekanan yang
diberikan pada air dalam plastik,
tekanan diteruskan ke segala arah
sama besar yaitu melalui lubang –
lubang plastik.
(Gambar 1.4)
(Gambar 1.5)
Sebuah gaya dengan F1 diberikan pada sebuah piston kecil pada luas
daerah A 1 . Tekanan diteruskan ke benda cair yang idak dapat ditekan ke
sebuah piston yang lebih besar luasnya, A 2 . Oleh karena tekanan harus
sama di kedua sisinya, maka :
F 1 F2
P= =
A1 A2
A2
Maka, gaya F2 > F1 sebesar faktor .
A1
2
F2 D2
F1
= ( ) D1
.
Contoh Peralatan yang menggunakan prinsip ini antara lain : pompa hidrolik,
mesin pengangkat (forklift) , dan rem hidrolis.
Pada Hukum Archimedes akan dibahas kasus benda tenggelam, terapung, dan
melayang.
W benda = F a+ N
Massa benda kali percepatan gravitasi lebih besar daripada massa fluida kali
percepatan gravitasi.
m b g> m f g
ρ b g > ρf g
ρb > ρ f
Benda Terapung
Pada kasus benda terapung biasanya dinyatakan bahwa berat benda (w) lebih
kecil dari gaya ke atas ( F a ). Ini merupakan miskonsepsi, jika hal ini
terjadi maka benda akan terbang karena gaya angkatnya lebih besar.
Faktanya :
W benda =
Fa
V b >V f
ρb g V b=ρ f g V f
sehingga , ρb < ρ f
ρb
Vf= V
ρf b
Diperoleh :
Benda Melayang
Faktanya :
W benda =
Fa
V b=V f
ρb g V b=ρ f g V f
sehingga , ρb= ρ f
(Gambar
1.10)
Jumlah gaya yang bekerja pada kawat bagian bawah sebesar berat kawat yang
))
diberikan, bekerja pada garis kawat yang bersinggungan sepanjang 2l .
Sehingga didapatkan ( F /2 l ) = γ
Apabila kawat bergeser sejauh d maka kawat mengalami usaha. Apabila ada
jarum sepanjang l diletakkan dipermukaan zat cair ternyata jarum tidak
tenggelam maka w=γ 2l . Apabila yang dicelupkan adalah cincin dengan
jari – jari r maka
F=γ 4 πr
F=γ 2 πr
2.5 Viskositas
Viskositas dalam aliran fluida kental sama dengan gesekan pada gerak benda
padat. Untuk fluida, viskositas η = 0, sehingga selalu dianggap bahwa benda
yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan oleh fluida.
Bila benda bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, gerak
benda akan dihambat oleh gaya gesekan fluida pada benda tersebut. Besar
gaya gesekan pada fluida : F f = k η v .
Koefisien k bergantung bentuk geometris benda. Untuk bentuk benda berupa
bola dengan jari – jari r, besar k = 6�r. Sehingga : F f = 6�r η v.
Suatu benda yang jatuh bebas dalam fluida kental, kecepatan makin
membesar sampai mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan
terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal.
Benda bergerak makin cepat sampai mencapai kecepatan terminal yang
konstan. Saat kecepatan terminal vT tercapai , gaya – gaya yang bekerja
pada benda adalah seimbang.
∑F = 0
+mg - F a - F f = 0
F f = mg - F a
6�r η T = ρb V b g - ρf V b g
v
6�r η v T = V b g ( ρb - ρf ¿
Kecepatan terminal dalam fluida kental :
V b g ( ρb - ρf
v T =¿ ¿
6 πr η
Contoh Soal :
1. Seekor ikan berenang di dasar laut yang dapat dianggap airnya tenang. Besar
tekanan yang dirasakan ikan akan bergantung dari ...
(1) massa jenis air laut
(2) berat ikan tersebut
(3) kedalaman posisi ikan dari permukaan
(4) luas permukaan kulit ikan tersebut
Dari empat pernyataan di atas, yang benar adalah ...
A. (1), (2), dan (3) C. (2) dan (4)
B. (1) dan (3) D. Semua benar
Pembahasan :
Tekanan mutlak : P=P0 + ρ g h
P0 = tekanan udara di permukaan air laut
ρ = massa jenis fluida (air laut)
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman posisi
Jadi , besar tekanan yang dirasakan ikan bergantung dari massa jenis air laut
dan kedalaman ikan dari posisi permukaan.
Jawaban : B
2. Pengaruh tegangan permukaan, maka zat cair cenderung untuk ...
A. memperluas permukaannya
B. bersifat kompressibel
C memperkecil luas permukaannya
D. memperkecil sudut kontaknya
Pembahasan :
Pengaruh tegangan permukaan, maka zat cair cenderung untuk memperkecil
permukaannya.
Jawaban : C
3. Pengisap masukan dari sebuah mesin pengepres hidrolik memiliki diameter
20 mm, dan pengisap keluaran memiliki diameter 10 cm. Berapakah gaya
keluaran yang akan dihasilkan oleh sebuah gaya masukan sebesar 10 N ?
Pembahasan :
Berlaku hukum Pascal
P1 = P 2
F1 F 2
=
A 1 A2
F1 F2
2
= 2
D1 D2
10 F
2
= 2 2 F2 = 250 N
20 100
Jadi , besar gaya keluarannya adalah 250 N
3
4. Sebuah patung emas dengan massa 9,65 kg (massa jenis 19,3 x 10 kg/
m3 ) akan diangkat dari sebuah kapal yang tenggelam. Berapakah tegangan
pada kabel pengangkat ketika patung masih tercelup seluruhnya dalam air ?
Pembahasan :
Massa patung m = 9,65 kg
Massa jenis emas ρb=¿ 19,3 x 103 kg/ m3
Massa jenis air laut ρf =¿ 1,03 x 103 kg/ m3
Percepatan gravitasi g = 10 m/ s 2
Gaya apung pada patung :
Fa ¿ ρf V b g
¿
Fa 3 3 2
¿ (1,03 x 10 kg/ m ¿ ¿ 9,65 kg / 19,3 x 10 kg/ m ) (10 m/ s )
3 3
Fa ¿ 5,15 N
Pada keadaan setimbang berlaku :
∑F = 0
+T + F a - w = 0
T = w - Fa
T = mg - F a
T = (9,65 kg )(10 m/ s 2 ) – (5,15 N)
T = 91,35 N
Jadi, tegangan pada kabel pengangkat ketika patung masih tercelup seluruhnya dalam
air yaitu sebesar 91,35 N
B. Fluida Dinamis
Indikator :
1. Mengidentifikasi tentang fluida dinamis.
2. Memahami konsep azas kontinuitas.
3. Memformulasikan hubungan antara kecepatan dengan luas penampang pada
azas kontinuitas.
4. Memformulasikan hubungan antara kecepatan dengan tekanan pada azas
bernoulli.
5. Menyebutkan contoh penerapan azas bernoulli dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajran :
Fluida dinamis merupakan fluida yang bergerak. Oleh karena gerakan
fluida yang sesungguhnya sangatlah rumit dan tidak sepenuhnya dimengerti,
maka dibuatlah beberapa asumsi pendekatan yaitu fluida ideal. Fluida ideal
adalah fluida yang kompresibelitas dan viskositasnya diabaikan. Adapun contoh
yang mendekati fluida ideal adalah gas ideal yaitu gas pada tekanan rendah dan
suhu rendah. Secara detail ciri-ciri dari fluida ideal adalah sebaga berikut :
1. Fluidanya tidak kental. Dalam fluida yang tidak kental (nonviskos),
gesekan internal diabaikan.
2. Alirannya stasioner. Aliran yang memiliki kecepatan pada setiap titik adalah
konstan.
3. alirannya tidak dapat ditekan. Massa jenis dari fluida yang tidak dapat
ditekan (nonkompresibel) adalah konstan.
Hukum Kontinnuitas
Dengan mengasumsikan fluida ideal dan menggunakan aliran stasioner pada
gambar dibawah ini :
Hukum Bernoulli
Mengapa pipa digambarkan seperti diatas?
Hal ini ada dasarnya, agar kita dapat memperoleh 2 permukaan atau 2 tempat
yang mempunyai variabel yang berbeda, yaitu berbeda luas penampangnya dan
berbeda posisinya.
Apabila fluida bergerak ke kanan, pada bagian 1 ada gaya yang
mendorong fluida yang dituliskan dengan F1 yang memiliki arah kekanan
sehingga fluida akan berpindah sejauh v1 . t. Hal ini mengakibatkan pada bagian 2
fluida bergerak sejauh v2 . t dengan menggunakan prinsip debit tetap karena daya
tampung tetap tidak berubah, artinya dalam waktu yang bersamaan yang masuk
dan yang keluar volumenya sama. Sedangkan gaya yang bekerja pada bagian 2 F 2
memiliki arah kekiri (masuk). Adapun usaha yang dilakukan pada bagian 1
adalah :
W1 = F1 . x1
= (P1 . A1) . (v1 . t)
V
= (P1 . . t)
t
= P1 . V (Pers. 2.8)
Sedangkan usaha yang dilakukan pada bagian 2 adalah
W2 = - F2 . x2
= - (P2 . A2) . (v2 . t)
V
= - (P2 . . t)
t
= - P2 . V (Pers. 2.9)
Usaha pada bagian 2 W2 bernilai negatif karena arah gaya yang bekerja pada pipa
berlawanan dengan arah kelajuan fluida. Sehingga didapatkan nilai usaha total
yang diberikan pada selang waktu t adalah
W = W1 + W2
W = (P1 - P2) V (Pers. 2.10)
Hukum kontinuitas jelas mengatakan apabila A1 = A2 maka v1 = v2. Jadi,
apabila kita mengambil nilai massa zat cair tertentu dari fluida bagian 1 dan
bagian 2 mengalami perubahan kecepatan maka terjadi perubahan energi kinetik.
1 2 1 2
∆ K = mv 2 − mv 1 (Pers. 2.11)
2 2
Selain itu dari permukaan 1 dan permukaan 2 posisinya memiliki
ketinggian yang berbeda, hal ini berarti dari permukaan 1 ke permukaan 2 terjadi
perubahan energi potensial.
∆ U =mg h2−mg h1 (Pers. 2.12)
Usaha total yang dilakukan oleh fluida diluar segmen sama dengan perubahan
energi mekanik
W =∆ K +¿ ∆U
1 1
( )
(P1−P2 )V = m v 22− m v 21 +(mg h2−mg h1 )
2 2
m
Kedua ruas dibagi dengan V dan mengganti nilai dengan ρ akan
V
didapatkan hasil akhir
1 1
P1+ ρ v 21+ mgh1 =P2+ ρ v 22+ mgh2 (Pers. 2.13)
2 2
Pers. 2.13 dinamakan persamaan hukum bernoulli dimana nilai tekanan akan
berubah jika kelajuannya bertambah.
Keterangan :
√
t=
2 h1
g
(Pers. 2.15)
3. Pipa ventur
Venturimeter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran zat cair dalam
pipa.
4. Pipa pitot
Tabung pitot di gunakan untuk mengukur kecepatan aliran gas.
Misalnya udara mengalir melalui tabung A. tabung itu sejajar dengan arah
aliran udara, sehingga kecepatan dan tekanan di luar tabung memiliki nilai-
nilai arus bebas.
v=
√ 2 ρ' gh
ρ
(Pers. 2.17)
Keterangan :
ρ ' : massa jenis zat (kg/m2)
ρ : massa jenis zat cair dalam manometer (kg/m2)