Anda di halaman 1dari 10

KBM Online.

MATERI SINGKAT
KD 3.1 HAKIKAT FISIKA.
Dra. Enik Sri Agustini
SMAN 1 Yogyakarta
A.Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosialdan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dankejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yangspesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrakterkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1 Menerapkan hakikat ilmu Fisika, metode ilmiah, dan keselamatan kerjadi laboratorium serta
peran Fisikadalam kehidupan
3.1.1.1 Menjelaskan hakikat Fisika.
3.1.1.2 Mendeskripsikan fenomena dan gejala fisika dalam kehidupan sehari-hari
3.1.1.3 Merencanakan metode ilmiahuntuk percobaan sederhana.
3.1.1.4 Menjelaskan prosedur keselamatan kerja di laboratorium.

4.1 Membuat prosedur kerja ilmiah dan keselamatan kerja misalnya pada pengukuran kalor
4.1.1.1 Merancang prosedur kerja ilmiah dan keselamatan kerja pada pengukuran kalor.

C. Materi Pembelajaran Hakikat Fisika


Sebagian besar orang menganggap bahwa fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam
( sains) yang mempelajari gejala alam dan benda mati.
Collete dan Chiappeta (1994) menyatakan bahwa “ Sains pada hakekatnya merupakan kumpulan
pengetahuan (“a body of knowledge”), cara berfikir (“a way of thinking”) dan cara untuk
penyelidikan (“a way of investigating”). Pernyataan yang lebih tepat tentang sains adalah sains
sebagai produk dari kumpulan pengetahuan, sains sebagai sikap cara berfikir dan sains sebagai
proses dalam melakukan penyelidikan. Karena fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
alam ( Sains ), maka hakikat fisika sama dengan hakikat sains yaitu fisika sebagai produk dari
kumpulan pengetahuan, fisika sebagai sikap cara berfikir dan fisika sebagai proses dalam
melakukan penyelidikan.
Untuk memperjelas bagaimana hakikat fisika sebagai produk, fisika sebagai sikap dan fisika
sebagai proses dapat diuraikan sebagai berikut ( Sutrisno 2006 ).
1. Fisika Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia terjadi interaksi antara manusia dengan
alam lingkungan. Interaksi tersebut memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga
menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya
serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah hasil-hasil penemuan dari berbagai
kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuwan diinventarisir, dikumpulkan dan
disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut
sebagai produk ( “ a body of knowledge”). Dalam fisika kumpulan pengetahuan ini dapat

1
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model. Pembelajaran fisika
sebagai kumpulan pengetahuan hendaknya tidak dipandang sebagai transfer pengetahuan
semata.

2. Fisika sebagai Proses


Fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja
melakukan penemuan- penemuan. Jadi fisika sebagai proses memberikan gambaran
mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam fisika
dikenal banyak prosedur yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan
masalah. Untuk memahami fenomena alam dan hukum hukum yang berlaku, perlu
dipelajari obyek-obyek dan kejadian kejadian di alam ini. Obyek-obyek dan kejadian-
kejadian alam ini harus diselidiki dengan melakukan eksperimen dan observasi serta
dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk mendapatkan alasan dan
argumentasi. Jadi pemahaman fisika sebagai proses adalah pemahaman bagaimana
informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji dan divalidasi. Pemahaman fisika sebagai
proses sangat berkitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,
pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya
mengembangkan ketrampilan proses sains pada diri peserta didik.

3. Fisika sebagai Sikap


Berdasarkan penjelasan tentang hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika sebagai
proses, terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan
seperti pengukuran dan penyelidikan, percobaan, yang semua itu memerlukan proses
mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi dengan pemikiran orang bertindak dan
bersikap, sehingga dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah. Pemikiran para ilmuwan
yang bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran
mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap obyektif, jujur dan terbuka serta
mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap sikap itulah yang kemudian memaknai
hakikat fisika sebagai sikap (a way of thinking”) . Oleh para ahli psikologi kognitif,
pekerjaan dan pemikiran para ilmuwan fisika, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena
ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam pikiran. Oleh
sebab itu pemikiran dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu
penting dalam kaitannya dengan hakikat fisika sebagai sikap.
D. Ruang Lingkup Fisika
Fisika adalah ilmu yang memepelajari gejala alam secara keseluruhan. Fisika mempelajari
materi, energi, dan fenomena atau kejadian alam, baik yang bersifat makroskopis ( berukuran
besar seperti gerak bumi mengelilingi matahari) maupun yang bersifat mikrokopis (berukuran
kecil seperti gerak elektron mengelilingi inti) yang berkaitan dengan perubahan zat atau energi.
Fisika menjadi dasar berbagai pengembangan ilmu dan tehnologi. Kaitan fisika dan disiplin ilmu
lain membentuk disiplin ilmu yang baru misalnya dengan ilmu astronomi membentuk ilmu
astrofisika, dengan biologi membentuk biofisika, dengan ilmu kesehatan membentuk ilmu fisika
medis, dengan ilmu bahan membentuk ilmu fisika material, dengan ilmu geologi membentuk
ilmu geofisika dsb.

E. Metode dan Prosedur Ilmiah


Metode ilmiah adalah suatu prosedur yang berupa langkah-langkah kerja yang disusun secara
sistematis dengan menggunakan logika yang digunakan untuk mencari jawaban tentang suatu
kebenaran ilmiah. Kata metode sendiri berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti sesudah dan
hedos yang berarti jalan. Agar dalam melakukan pekerjaan dapat benar-benar sistematis maka
metode ilmiah memiliki pola kerja, prosedur dan langkah-langkah tertentu.
Adapun langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut :

2
1. Menentukan dan merumuskan masalah
Langkah pertama dalam metode ilmiah adalah menentukan masalah yang akan
dipecahkan, dan untuk menemukan masalah kita perlu membuat pertanyaan. Masalah
sendiri adalah sesuatu yang harus dipecahkan secara pasti dan benar.
2. Mengumpulkan data dan informasi
Setelah menemukan masalah apa yang akan dipecahkan, maka langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang telah
ditentukan sebelumnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
membaca laporan hasil penelitian orang lain, atau bisa juga melakukan dengan cara
wawancara dengan orang yang sudah ahli dalam masalah tersebut.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau prediksi sementara terhadap masalah berdasarkan data dan
informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Kebenaran dari hipotesis yang diajukan ini
belum pasti, jadi harus dilakukan pengujian dan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan hal tersebut.
4. Melakukan eksperimen
Eksperimen adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menguji dan
membuktikan hipotesis yang telah disampaikan sebelumnya. Tujuan dari eksperimen
adalah untuk membuktikan hipotesis dengan didukung oleh bukti yang nyata. Dan
kadang untuk mendapatkan hasil yang pasti, eksperimen dapat dilakukan lebih dari satu
kali.
5. Menarik kesimpulan
Kesimpulan adalah hasil akhir yang diperoleh setelah melewati serangkaian metode-
metode ilmiah diatas. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil dari eksperimen. Kesimpulan
bisa sesuai (menerima) hipotesis, namun bisa juga tidak sesuai (menolak hipotesis).
6. Setelah kesimpulan diambil, maka langkah terakhir setelah melakukan metode ilmiah
adalah membuat laporan berupa karya tulis ilmiah atau yang lainnya tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari penelitian ilmiah yang telah dilakukan, kemudian melakukan
publikasi.

E. Keselamatan kerja di Laboratorium


Laboratorium adalah tempat yang sangat mendukung untuk mempelajari ilmu fisika. Fungsi
laboratorium di sekolah adalah sebagai berikut :
1. Mampu mempermudah memahami konsep-konsep fisika
2. Membuktikan berbagai konsep fisika
3. Tempat melakukan penelitian sederhana
Selama di laboratorium Anda harus memakai peralatan perlindungan diri agar tidak
membahayakan diri. Peralatan tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Jas Praktikum 2. Alas kaki isolator
3. Kaca mata laboratorium 4. Masker hidung dsb.

F. Tata Tertib Laboratorium IPA

Di setiap laboratorium memiliki aturan – aturan yang harus ditaati dan dijalankan oleh
praktikan. Tata tertib tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Siswa yang masuk ke dalam laboratorium harus didampingi oleh guru pembimbing
praktikum.
2. Menggunakan baju khusus untuk kerja laboratorium (jas laboratorium) saat melakukan
percobaan.
3. Memakai sandal yang berbahan isolator jika praktikum tentang listrik
4. Dilarang mencicipi bahan kimia.

3
5. Mencium bahan kimia tidak boleh langsung menghirup uapnya dari botol atau
wadahnya . Cara mencium bahan kimia adalah dengan cara mengibaskan tangan di atas
botol atau wadah zat yang mengeluarkan uap ke arah hidung sampai bau dapat terdeteksi.
6. Hendaknya selalu berhati-hati dan menghindari kebakaran. Kayu atau kertas yang
terbakar atau membara jangan diletakkan atau dibuang pada tempat sampah, untuk
menyalakan pemanas, jangan menggunakan kertas yang dibakar.
7. Jika terjadi kecelakaan, barang pecah, atau alat rusak, harus segera dilaporkan kepada
guru yang bertugas pada waktu itu.
8. Jangan mencampurkan bahan kimia secara sembarangan, alat dan bahan kimia harus
digunakan menurut petunjuk yang diberikan.
9. Pada saat memanaskan bahan- bahan kimia dalam tabung reaksi, mulut tabung jangan
diarahkan ke teman di dekat Anda.
10. Supaya tidak memegang benda panas yang tidak diketahui sebelumnya, rasakan suhu
benda itu terlebih dahulu dengan mendekatkan tangan tanpa menyentuh benda tsb.
11. Jika memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet, gunakan gliserin atau pelicin yang
lain dan lindungi tangan dengan kain. Jika reaksi yang terjadi adalah reaksi organik, maka
pelicin yang digunakan adalah air.
12. Setelah digunakan, alat-alat harus di bersihkan, kemudian dikembalikan ketempat semula.
Sebelum di tinggal, meja praktikum harus dalam keadaan bersih dan kering.
13. Setelah praktikum selesai, tangan harus dicuci hingga bersih (dengan sabun).

Berikut beberapa petunjuk khusus pada saat melakukan percobaan.


 Menyiapkan bahan dan alat percobaan yang diperlukan saja.
 Lihat dan pahami alat dan bahan dalam petunjuk kerja setiap percobaan.
 Meletakkan peralatan sesuai dengan posisi alat tersebut, jangan meletakkan sembarangan.
 Pergunakan kacamata laboratorium pada saat mengamati suatu reaksi/percobaan yang
dilakukan.
 Lakukan pemanasan cairan dalam tabung reaksi dengan benar. Arah mulut tabung reaksi
harus menjauh dari praktikan dan teman Anda.
 Lakukan penciuman bahan kimia dengan benar, jangan menghirup bahan kimia secara
langsung.
 Jangan membalikkan sisa ke dalam botol stok bahan kimia.
 Patuhi aturan pennggunaan alat bahan dan fungsinya.

Dalam menggunakan laborat aturan tentang alat dan kegunaannya

G. Label atau tanda zat berbahaya.


Di laboratorium terdapat beberapa zat kimia yang memiliki sifat racun, mudah terbakar, korosif,
dan sebagainya. Berikutnya zat – zat berbahaya yang memiliki label tersendiri pada botol
penyimpanannya. Contohnya :

H. Contoh label/tanda bahan-bahan di Laboratorium.

 Bahan Peledak (Explosives)

4
Hidrogen, oksigen dan kalium merupakan bahan kimia yang tergolong dalam tanda bahaya laboratorium
‘Explosive’. Semua bahan kimia yang tergolong dalam tanda ini bersifat dapat meledak jika terdapat panas,
percikan bunga api, guncangan atau gesekan.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya lakukan penanganan dengan baik sejak dalam
penyimpanan. Simpan bahan bersifat ‘explosive’ dalam minyak parafin, hindari tempat lembab dan hindari
benturan atau api.

Berdasarkan jenisnya ledakannya, jenis bahan peledak ini dibagi lagi menjadi enam jenis, yakni

1.1 Bahan peledak dengan bahaya ledakan besar

 1.2 Bahan peledak dengan bahaya pentalan tapi bukan ledakan besar

1.3 Bahan peledak dengan bahaya kebakaran dan atau dengan hembusan kecil

  1.4 Bahan peledak tanpa bahaya berarti

1.5 Bahan peledak yang tidak sensitif dengan bahaya ledakan besar

 1.6 Bahan peledak yang sangat tidak sensitif tanpa bahaya ledakan besar

5
2. Bahan Gas

2.1 Gas mudah terbakar (Flammable Gas)

Simbol pengaman ini biasa digunakan untuk transportasi atau penyimpanan gas yang mudah terbakar.

2.2 Gas tidak mudah terbakar (Non Flammable Gas)

Berseberangan dengan simbol flammable gas, simbol pengamanan yang satu ini justru digunakan dalam
transportasi gas non mudah terbakar (sering tidak berbahaya, terutama jika di ruang terbuka). 

2.3 Gas beracun (Poisonous Gas)

Simbol atau tanda ini biasa digunakan untuk transportasi gas beracun – pada tabung gas, atau kadang-kadang
sebagai indikator pada kendaraan.

 3. Cairan Mudah Terbakar (Flammable Liquid)

Untuk pertama, mari berkenalan dengan simbol tanda bahaya di laboratorium yang satu ini menandakan bahwa
produk tersebut mudah terbakar atau flammable. Simbol tanda bahaya seperti ini bukan hanya bisa kamu
temukan di laboratorium bahan kimia saja. Beberapa contoh simbol tanda bahaya seperti ini juga bisa kamu
temui di tempat umum seperti Pom Bensin.

Jenis flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly
flammable (sangat mudah terbakar). Extremely flammable adalah bahan yang amat mudah terbakar berupa gas
dengan udara. Bahkan dapat membentu suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Highly flammable  adalah bahan sangat mudah terbakar yang menghasilkan gas dan amat sangat mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Selain itu, bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada

6
temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar juga diberi label sebagai ‘ highly
flammable’.
Untuk bahan dan formulasi liquid yang ditandai dengan “extremely flammable “ memiliki titik nyala sangat
rendah (di bawah 0 oC)  dan titik didih rendah dengan titik didih awal di bawah +35 oC. Sedangkan untuk
bahan atau formulasi likuid yang ditandai dengan Highly flammable (sangat mudah terbakar) memiliki titik
nyala berkisar antara +21oC dan +55oC yang mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan metal panas, atau
loncatan percikan/bunga api.
Beberapa contoh bahan yang bersimbol flammable meliputi zat terbakar langsung seperti aluminium alkil
fosfor, gas amat mudah terbakar (butane dan propane), zat sensitive terhadap air seperti zat yang membentuk
gas mudah terbakar bila kena air atau api dan cairan mudah terbakar atau cairan dengan titik bakar di bawah 21
oC seperti aseton dan benzene.

 Baca : Aturan Keselamatan Kerja di Laboratorium


Untuk pencegahannya, sebaiknya jauhkan dari api atau potensi terkena percikan atau loncatan bunga api dan
adakalanya harus menghindarkan campuran dengan udara. Jika terjadi hal yang tidak diharapkan sehingga
tersulut api dan terbakar, kamu bisa gunakan lap basah untuk membantu memadamkan nyalanya.

4. Padatan Mudah Terbakar (Flammable Solid)

4.1 Padatan mudah terbakar (flammable solid)

Simbol tanda bahaya di laboratorium yang akan LabSatu bahas kali ini adalah flammable solid. Simbol
flammable solid adalah simbol yang menandakan bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan
sumber penyalaan dari luar seperti api atau percikannya.

Bahan ini mudah menyala jika mengalami gesekan seperti sulfur, pospor, picric acid, magnesium, alumunium
powder, calcium resinate, celluloid, dinitrophenol dan hexamine.

 4.2 Padatan yang mudah terbakar langsung (spontaneously combustible)

Dengan mengetahui simbol tanda bahaya di Laboratorium yang satu ini, maka kamu akan menyadari berbagai
material yang secara spontan mudah terbakar. 

4.3 Berbahaya dalam keadaan basah

Jika pada beberapa bahan akan berbahaya saat disimpan di tempat kering atau cenderung panas, maka berbeda
dengan tanda bahaya di laboratorium yang satu ini. Simbol ini menunjukan bahwa pada umumnya bahan
tersebut akan bereaksi cukup keras dengan air maka harus dihindarkan dari tempat atau lingkungan basah.

5. Agen Pengoksidasi dan Peroksida Organik

5.1 Agen pengksidasi (oxidizing agent)

7
Mengetahui tanda bahaya di laboratorium bukan hanya menguntungkan dan menghindarkan diri dari
kecelakaan fisik tapi juga membuat kamu lebih berhati-hati dalam peyimpanan dan desain laboratorium.

Notasi pada simbol tanda bahaya yang satu ini, ‘Oxidising’, membuat kamu lebih berhati-hati dalam
penyimpanan. Bahan atau formula yang bersifat oksidatif dan dapat menyebabkan kebakaran jika kontak
dengan bahan organik, akan membuat kamu menyimpan bahan-bahan okstidatif ini jauh dari bahan flammable,
reduktor dan panas tinggi.

Beberapa contoh bahan yang bersifat oksidatif adalah KMnO4, K2Cr2O7 dan Hidrogen peroksida.

5.2 Peroksida organik (Organic Peroxide)

Simbol keamanan bahan kimia ini bisa kamu temui dan biasa digunakan dalam transportasi dan penyimpanan
peroksida organik.

6. Zat Beracun dan Bahan Infeksius

6.1 Zat beracun

Sama halnya dengan tanda bahaya ‘corrosive’ di laboratorium, notasi bahaya ‘toxic’ juga dapat menyebabkan
kerusakan. Hanya saja, efeknya jauh lebih besar pada ‘toxic’. Bukan hanya kerusakan jaringan saja, jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, ingesti (mulut) atau kontak kulit akan menyebabkan keracunan serius, akut dan
kronis hingga kematian pada konsentrasi tinggi.

Beberapa contoh bahan yang bersifat poison atau toxic seperti arsen triklorida, karbon tetraklorida dan merkuri
klorida. Untuk keamanan di laboratorium, kamu harus berhati-hati dan hindari kontak atau masuk ke dalam
tubuh. Segera hubungi rumah sakit terdekat jika menemukan kemungkinan terjadi keracunan

6.2 Bahan Infeksius

  Bahan Radioaktif

8
Corrosive

Tanda bahaya yang satu ini mungkin sering kamu temui di laboratorium kimia. Setiap bahan atau formulasi
dengan tanda ‘corrosive’ merupakan bahan yang dapat merusak jaringan hidup. Semua bahan yang dapat
merusak kulit atau jaringan hidup seperti asam (pH 11.5) termasuk bahan korosif.

Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diharapkan, maka hindari terhirup pernapasan, kontak dengan
jaringan tubuh seperti kulit atau mata, gunakan dengan hati-hati dan memakai pelindung tubuh. Berikut
beberapa contoh bahan korosif, seperti klor, belerang dioksida, alkohol, natrium, fosforus dan lain sebagainya.

Miscellaneous Danger Good

Setiap barang yang dianggap berbahaya dan mengancam keselamatan penerbangan apabila
diangkut dengan menggunakan moda transportasi udara masuk ke dalam golongan tanda bahaya
‘Miscellaneous Danger Good’ seperti magnet, biang es, kendaraan, kursi roda elektrik dan lain sebagainya.

–Irritant/Harmful
Notasi pada simbol tanda bahaya di laboratorium yang satu ini dapat menyebabkan iritasi, luka bakar jika
kontak dengan kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan bila dihirup atau ditelan. Ada beberapa contoh
bahan yang perlu diperhatikan pengunaannya karena meyebabkan iritasi seperti bromine, ammonia, asam
sulfat, formalin dan belerang.

Mencegah lebih baik dari mengobati, maka sebaiknya kamu menggunakan pelindung seperti masker atau
sarung tangan. Beberapa bahan dengan simbol tanda bahaya ‘corrosive’, ‘Toxic’ atau ‘Irritant’, lebih baik
dilakukan di tempat atau ruangan khusus semacam lemari asap.

-Environmental Hazard
Simbol yang satu ini menandakan bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam
lingkungan kehidupan. Adapun bahan tersebut meliputi tribitil timah klorida, pentana, dan petroleum bensin.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, sebaiknya melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang.

Baca : Air Raksa (merkuri), Kegunaan dan Bahaya dibaliknya 


-Stow Away From Foodstuffs
Pada umumnya, hampir semua bahan kimia sebaiknya dihindari dari bahan makanan/minuman, apalagi setiap
bahan berbahaya.

-Marrine Pollutant
Jika kamu melihat simbol atau tanda yang satu ini, artinya dilarang membuang zat atau bahan di saluran
pembuangan yang muara akhirnya di laut. Hal ini pertanda bahwa semua zat atau bahan tersebut merupakan
polutan bagi laut.

 Infografis :

9
***Ef***

10

Anda mungkin juga menyukai