Anda di halaman 1dari 15

UJI SKRINING FITOKIMIA PADA BIOTA LAUT DI PULAU

LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT

DENNY HARTANTO
H1031191050

LAPORAN PROJECT
KIMIA LAUT

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
UJI SKRINING FITOKIMIA PADA BIOTA LAUT DI PULAU
LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT

DENNY HARTANTO
H1031191050

LAPORAN PROJECT
KIMIA LAUT

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
I. Tema
Adapun tema dari penelitian ini adalah Uji fitokimia pada biota laut di pulau
Lemukutan, Kalimantan Barat.
II. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu kepulauan terbesar di dunia dengan dua
pertiga wilayahnya adalah lautan. Indonesia memiliki posisi yang strategis yaitu
wilayah tropis menjadikan indonesia juga dikenal sebagai negara kaya akan
keanekaragam hayati. Laut yang sangat luas merupakan potensi sekaligus tantangan
bagi bangsa kita yaitu indonesia untuk dapat mengembangkan sumber daya
perairan yang dimiliki (Arini, 2013).
Pulau lemukutan yang terletak di kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat, memiliki luas sekitar 1.236 ha dan juga memiliki potensi wisata
alam yang sangat bagus dengan hamparan pasir putih di pantai dan terumbu karang
yang masih terjaga (Ruliyansyah,2016) sehingga banyak ditemukan beberapa biota
laut yang mudah dijumpai seperti ikan, rumput laut, kerang-kerangan, bulu babi dan
teripang sehingga menjadikan pulau tersebut sebagai tujuan wisata air yang sudah
cukup dikenal ditingkat lokal (Septiadi dkk, 2013).
Dilaut terdapat berbagai jenis biota yang ada didalam laut, baik itu hewan
maupun tumbuhan ataupun karang, itu semua disebut biota laut. Diseluruh lautan,
jenis organisme atau biota laut tidaklah merata, karakteristik lingkungan laut yang
beragam menyebabkab terciptanya habitat yang berbeda-beda serta berpengaruh
pada jenis organisme yang mendiaminya. Maka dari itu, kehidupan dan tempat
tinggalnya biota laut sangat tergantung sekali pada kondisi serta karakteristik laut
(Hanijar, 2019).
Pemanfaatan biota laut saat ini, bukan hanya sekedar untuk konsumtif saja,
tetapi beberapa jenis hewan laut merupakan sumber potensial yang dapat
dimanfaatkan untuk kesehatan karena mengandung senyawa kimia yang
mempunyai aktivitas biologis (zat bioaktif). Senyawa aktif biologis itu merupakan
metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan
saponin. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam hewan laut dapat diketahui
dengan suatu metode pendekatan yang dapat memberikan informasi adanya
senyawa metabolit sekunder. Salah satunya yang dapat digunakan adalah metode
uji fitokimia (Lantah dkk, 2017).
Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengindentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan
gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan
diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna
dengan menggunakan suatu pereaksi tertentu (Vifta dan Advistasari, 2018).
Oleh karena itu, dilakukan pengujian terhadap biota laut untuk mengetahui
senyawa metabolit sekundernya. Hasil yang diharapkan akan memberikan
informasi mengenai senyawa metabolit sekunder apa saja yang terdapat pada biota
laut.
III. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. mengetahui cara mengekstraksi biota laut yang ada di pulau Lemukutan
2. mengetahui metabolit sekunder pada biota laut yang ada di pulau Lemukutan
IV. Metode
4.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26-27 November 2022 yang
berlokasi di pulau Lemukutan, Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dilakukan
pada tanggal 26 November 2022, pukul 13:00 WIB dan pengujian fitokimia
dilakukan pada 27 dan 29 November 2022 pukul 08:00 WIB.
4.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung
reaksi, gelas beaker, talenan, kaki tiga, spirtus, wrapping, dan botol reagen.
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel teripang dan nudibranch,
akuades, metanol, asam asetat pekat (HCl), air panas, reagen mayer, wagner,
dragendorff, LB, serbuk Mg, dan FeCl3.
4.3 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Ekstrak
Sampel diambil dipulau lemukutan kemudian dicuci bersih dengan
akuades agar terbebas dari zat pengotor. Pembuatan ekstrak dilakukan
dengan cara maserasi. Sampel yang sudah dicuci bersih, dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas
beaker dan ditambahkan dengan metanol hingga sampel terendam lalu gelas
beaker ditutup dengan wrapping, kemudian sampel disimpan ditempat
tertutup.
b. Uji Alkaloid
Ekstrak dipipet kedalam tiga tabung reaksi kemudian masing-
masing tabung reaksi diberi label reagen mayer, wagner dan dragendorff.
Setelah itu dimasukkan reagen mayer, wagner dan dragendorff sesuai
tabung reaksi yang telah diberi label. Hasil uji positif jika terbentuk endapan
coklat untuk reagen wagner, endapan putih kekuningan untuk reagen mayer
dan endapan merah sampai jingga untuk reagen dragendorff.
c. Uji Flavonoid
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
serbuk Mg dan dikocok. Setelah itu ditambahkan HCl pekat kemudian
dikocok. Hasil uji positif jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga.
d. Uji Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
reagen LB. Hasil uji positif apabila terbentuk larutan berwarna merah dan
berubah menjadi biru dan hijau.
e. Uji Saponin
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air
panas dan dikocok maka akan menghasilkan busa. Hasil uji positif sampel
menghasilkan busa yang stabil dan tidak hilang.
f. Uji Tanin
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
reagen FeCl3. Hasil uji positif terbentuk warna hijau kehitaman yang
menandakan suatu bahan mengandung komponen tanin.
IV. Bagan Mini Riset
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Pengambilan Sampel
Sampel diambil di pulau Lemukutan, Sampel kemudian dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang berisi air laut. Proses penanganan sampel dilakukan
pada malam hari. Hewan laut yang didapat dijadikan sebagai sampel karena mudah
diperoleh dan jumlahnya melimpah. Deskripsi umum pada sampel hewan laut
sebagai berikut :
a. Teripang, memiliki bentuk tubuh panjang dan lunak, umumnya berwarna
hitam, tidak bercangkang dan permukaanya licin. Ditemukan pada
wilayah berpasir yang ditumbuhi tumbuhan laut dan karang.
b. Nudibranch, tidak memiliki cangkak, memiliki tekstur yang licin dan
berlendir. Ditemukan disekitaran terumbu karang.
c. Anemon, memiliki tekstur yang licin dengan permukaan berlendir dan
berbentuk tumbuhan, ditemukan sekitar karang
d. Kerang, memiliki cangkang, dengan tekstur yang lunak dan permukaan
yang keras, ditemukan di terumbu karang.
e. Bulu babi, berbentuk bulat, seluruh badan berduri dan beracun.
Ditemukan di kedalaman ± 1,5 meter.

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 1. Sampel yang diambil dari pulau Lemukutan, (a) Teripang, (b)
Nudibranch, (c) Anemon laut, (d) Kerang, (e) bulu babi
5.2 Ekstraksi Sampel
Sampel diambil dipulau lemukutan kemudian dicuci bersih dengan akuades
agar terbebas dari zat pengotor. Ekstraksi menggunakan maserasi. Metode maserasi
merupakan salah satu metode yang sederhana dalam proses ekstraksi tetapi mampu
menghasilkan rendemen yang tinggi dari suatu ekstraksi (Tiwari dkk, 2011).
Sampel yang sudah dicuci bersih, dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker. Proses ekstraksi yang dilakukan
dengan menggunakan pelarut metanol, penggunaan pelarut metanol dapat menarik
komponen senyawa bioaktif yang juga bersifat polar sehingga senyawa akan larut
(Akerina dan Sangaji, 2019). Metanol secara efektif dapat mengekstrak senyawa
polar, seperti flavonoid, fenolik dan saponin (Widyawati, 2011). Selanjutnya gelas
beaker ditutup dengan wrapping, kemudian sampel disimpan ditempat tertutup.
5.3 Uji Fitokimia Pada Ekstrak Sampel
Komponen ekstrak dianalisis dengan analisis fitokimia yang bertujuan
untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari suatu bahan. Hasil analisis
ekstrak teripang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis fitokimia ekstrak teripang
Jenis Uji Hasil
Mayer -
Wagner -
Dragendorff +
Steroid -
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid -
Saponin +++

Keterangan : (-) : negatif


(+) : positif
Hasil analisis menunjukan bahwa ekstrak teripang mengandung metabolit
sekunder dari golongan alkaloid dan saponin. Senyawa bioaktif golongan saponin
ditemukan pada sebagian besar teripang yang terdapat pada bagian dinding tubuh
dan organ bagian dalam teripang. Keberadaan saponin pada teripang berfungsi
sebagai pertahanan diri terhadap predator dan bersifat merusak bagi beberapa
organisme. Saat ekstrak dimasukkan pada air mendidih, saponin akan terdegradasi,
namun saponin juga merupakan senyawa yang bertahan panas apabila terdapat pada
jaringan teripang, karena senyawa ini merupakan senyawa stabil. Secara struktur,
senyawa bioaktif saponin pada teripang dikategorikan dalam glikosida triterpen
yang membentukan aglikon. Saponin (triterpen glikosida) merupakan glikosida
kompleks triterpen yang mengandung karbohidrat pada tumbuhan, bakteri maupun
organisme laut yang banyak memiliki aktivitas biologis, seperti antifungi,
antibakteri dan antikanker. Hasil ini menunjukan bahwa teripang memiliki potensi
sebagai antifungi, antibakteri dan antikanker karena mengandung saponin (Akerina
dan Sangaji, 2019).
Senyawa lainnya yang ditemukan adalah alkaloid, yang ditandai dengan
terbentuknya endapan merah sampai jingga setelah penambahan reagen
dragendorff saat analisis fitokimia. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian (Pranoto
dkk, 2012) yang menyatakan bahwa senyawa alkaloid ditemukan di teripang dan
diduga menimnulkan efek antijamur. Menurut Gholib (2009), alkaloid merupakan
senyawa yang bersifat antimikroba, yaitu menghambat esterase dan DNA serta
RNA polymerase, menghambat respirasi sel. Alkaloid merupakan aktivator kuat
bagi sel imun yang menghancurkan bakteri, virus, jamur, dan sel kanker. Berikut
hasil uji pada sampel teripang.

(a) (b)

(c) (d) (e) (f)


Gambar 2. Hasil uji fitokimia pada teripang, (a) Alkaloid, (b) Steroid, (c)
Triterpenoid, (d) Flavonoid, (e) Tanin, (f) Saponin

Tabel 2. Hasil analisis fitokimia pada ekstrak nudibrach


Jenis Uji Hasil
Mayer -
Wagner -
Dragendorff +++
Steroid +++
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid +
Saponin -

Pada table 2 hasil analisis fitokimia pada ekstrak nudibranch didapatkan


hasil uji positif yaitu Uji steroid dilakukan dengan menggunakan pereaksi
Lieberman-Burchard terjadi adanya perubahan warna hijau kebiruan yang
disebabkan adanya reaksi oksidasi pada golongan steroid yang membentuk 39
ikatan rangkap terkonjugasi (senyawa pentaenelik). Kemudian pada proses
preparasi sampel dimana untuk menghilangkan lendir dari nudibranch hanya
dengan perendaman saja dengan metanol tanpa proses perebusan karena pada suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sampel. Secara kualitatif,
nudibranch menghasilkan uji positif pada kandungan senyawa steroid. Pada uji
alkaloid menggunakan pereaksi dragendorff menghasilkan uji positif ditandai
dengan adanya perubahan warna jingga (Kemuning dkk, 2022).
Pengujian fitokimia kandungan flavonoid dengan menggunakan bahan
pereaksi logam Mg dan HCl pekat menghasilkan nilai uji positif ditandai dengan
perubahan warna merah atau jingga dimana reaksi ini terjadi pada saat penambahan
HCl pekat yang menghidrolisis flavonoid menjadi senyawa aglikonnya, yaitu
menghidrolisis O-glikosil dimana glikosil akan tergantikan oleh H+ dari senyawa
HCl karena sifat elektrofiliknya. Proses reduksi Mg dan Cl inilah yang akan
menyebabkan senyawa kompleks berwarna merah atau jingga pada senyawa
flavonoid (Kemuning dkk, 2022). Berikut hasil uji fitokimia ekstrak nudibranch

Gambar 2. Hasil uji fotokimia pada ekstrak nudibranch


Tabel 3. Hasil analisis fitokimia pada ekstrak anemon
Jenis Uji Hasil
Mayer +
Wagner -
Dragendorff +
Steroid -
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid -
Saponin +++

Berdasarkan tabel 3 hasil uji fitokimia pada ekstrak anemon yang


menghasilkan uji positif yaitu Alkaloid dengan pereaksi Mayer dan dragendorff
serta Saponin. Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar anemon
laut ukuran besar mengandung senyawa alkaloid. (Hardyanti, 2011) menyatakan
bahwa senyawa kimia dalam spons yang mempunyai aktivitas antioksidan secara
kualitatif dan lanjutan yaitu alkaloid.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun dan
dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponin termasuk
golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon berdasarkan isoprena.
Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, dan sering mempunyai titik lebur
tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak anemon laut ukuran besar
mengandung komponen saponin. Hal ini ditandai dengan terbentuknya busa pada
ekstrak anemon laut. Saponin bersifat toksik terhadap 41 ikan dan binatang
berdarah dingin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan saponin banyak
dimanfaatkan sebagai racun ikan. Saponin yang beracun disebut sapotoksin. Selain
itu, saponin merupakan golongan senyawa yang dapat menghambat atau
membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol (Hardyanti,
2011). Berikut hasil uji fitokimia pada anemon laut.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 3. Hasil uji fitokimia pada anemon laut, (a) Alkaloid, (b) Steroid,
(c) Triterpenoid, (d) Flavonoid, (e) Tanin, (f) Saponin
Tabel 4. Hasil analisis fitokimia pada ekstrak bulu babi
Jenis Uji Hasil
Mayer +
Wagner -
Dragendorff +
Steroid -
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid -
Saponin -

Berdasarkan pada tabel 4 hasil uji fitokimia pada ekstrak bulu babi yang
menunjukan hasil uji positif yaitu Alkaloid. Uji alkaloid yang telah dilakukan
ditandai dengan terbentuknya endapan putih kekuningan pada pengujian
menggunakan reagen meyer. Hal ini menunjukkan hasil positif untuk senyawa
alkaloid. Senyawa alkaloid merupakan senyawa polar sehingga larut dalam pelarut
polar seperti methanol. Alkaloid senyawa metabolit sekunder yang memiliki atom
nitrogen, yang ditemukan pada jaringan tumbuhan dan hewan (Ningrum dkk,
2016). Berikut hasil uji fitokimia ekstrak bulu babi.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4. Hasil uji fitokimia pada bulu babi, (a) Alkaloid, (b) Steroid, (c)
Triterpenoid, (d) Flavonoid, (e) Tanin, (f) Saponin
Tabel 5. Hasil analisis fitokimia pada ekstrak kerang
Jenis Uji Hasil
Mayer ++
Wagner +
Dragendorff +++
Steroid -
Triterpenoid +
Tanin -
Flavonoid -
Saponin -

Berdasarkan tabel 5 hasil uji fitokimia pada ekstrak kerang menunjukan


hasil uji positif yaitu alkaloid dan triterpenoid. Alkaloid pada ekstrak kasar kerang
diduga memiliki kandungan antioksidan. Senyawa kimia dalam spons yang
mempunyai aktivitas antioksidan secara kualitatif dan lanjutan yaitu alkaloid.
Komponen triterpenoid yang terdeteksi pada ekstrak kasar kerang ini diduga
memiliki aktivitas antitumor, karena triterpenoid pada kerang termasuk
triterpenoid alami (Nurjanah dkk, 2011). Berikut hasil uji fitokimia pada ekstrak
kerang.

(a) (b)

(c) (d) (e) (f)

Gambar 5. Hasil uji fitokimia pada kerang, (a) Alkaloid, (b) Steroid, (c)
Triterpenoid, (d) Flavonoid, (e) Tanin, (f) Saponin
VI. Kesimpulan
Adapun simpulan dari penelitian ini yaitu
1. Proses ekstraksi sampel mengunakan metode maserasi dikarenakan sederhana
dan menghasilkan nilai rendemen yang tinggi dan pelarut yang digunakan adalah
metanol dikarena metanol bersifat kurang polar dibandingkan dengan air, sehingga
pelarut metanol mampu menghancurkan dinding sel dan menyebabkan komponen
dalam sel menjadi hancur sehingga larut dalam pelarut metanol.
2. Penguji fitokimia pada ekstrak teripang dan nudibranch menghasilkan metabolit
sekunder seperti saponin dan alkaloid dengan pereaksi dragendorff pada teripang
sedangkan nudibranch menghasilkan uji positif pada steroid, alkaloid, dan
flavonoid. Sedangkan ekstrak anemon laut menunjukan uji positif pada alkaloid dan
saponin, pada ekstrak kerang yang menunjukan uji positif yaitu alkaloid dan
triterpenoid. Pada bulu babi yang menunjukan uji positif yaitu alkaloid.
VII. Daftar Pustaka
Akerina, F.O. dan Sangaji, J., 2019. Analisis Fitokimia dan Toksisitas serta
Aktivitas Antioksidan Beberapa Jenis Teripang di Desa Kakara, Halmahera
Utara. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 12(2), pp.188-196.
Albuntana, A,. Yasman dan Wisnu, W. (2011). Uji Toksisitas Ekstrak
Empat Jenis Teripang Suku Holothuriidea dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan
Seribu, Jakarta Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 3 (1), 65-66
Gholib, D., 2009. Uji daya hambat daun senggani (melastoma
malabathricum l.) terhadap trichophyton mentagrophytees dan candida
albicans. Berita Biologi, 9(5), pp.523-527.
Hanijar, H. 2019. Laut adalah tempat hidupnya keanekaragaman biota
budidaya. Pengantar ilmu kelautan dan perikanan
Hardyanti, F., 2011. Komponen Bioaktif dan aktifitas antioksidan anemon
laut (Stichodactyla gigantea). Skripsi
Kemuning, G.I., Wijianto, B. dan Fahrurroji, A., 2022. UJI
ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL SIPUT ONCHIDIID (Onchidium
typhae) DENGAN METODE DPPH. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia, 2(3), pp.130-139.
Lantah, P.L., Montolalu, L.A. dan Reo, A.R., 2017. Kandungan fitokimia
dan aktivitas antioksidan ekstrak metanol rumput laut Kappaphycus
alvarezii. Media Teknologi Hasil Perikanan, 5(3), pp.73-79.
Ningrum, Retno., Elly Purwanti., Sukarsono. 2016. Identifikasi Senyawa
Alkaloid Dari Batang Karamunting (Rhodomytrus tomentosa) Sebagai Bahan Ajar
Biologi Untuk SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(3), 231-236.
Nurjanah, N., Izzati, L. dan Abdullah, A., 2011. Aktivitas antioksidan dan
komponen bioaktif kerang pisau (Solen spp). ILMU KELAUTAN: Indonesian
Journal of Marine Sciences, 16(3), pp.119-124.
Pranoto, E.N., Ma'ruf, W.F. dan Pringgenies, D., 2012. Kajian aktivitas
bioaktif ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap jamur Candida
albicans. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1(2), pp.1-8.
Ruliyansyah, A., 2016. Evaluasi Potensi Wisata Alam Pulau Lemukutan
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. EJ. Arst. Lans, 2(1).
Septiadi, T., Pringgenies, D. dan Radjasa, O.K., 2013. Uji fitokimia dan
aktivitas antijamur ekstrak teripang keling (Holoturia atra) dari pantai Bandengan
Jepara terhadap jamur Candida albicans. Journal of Marine Research, 2(2), pp.76-
84.
Sukmiwati, M. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan pada 16 Spesies Teripang
yang Ditemukan Pada Perairan Natuna Kepulauan Riau. Prosiding Semirata BKS
PTN-B MIPA. Medan
Tiwari Prashant., B. Kumar., Mandeep K., Gurpreet K., Harleen K. 2011.
Phytochemical Screening and Extraction. Internationale Pharmaceutica Sciencia.
Vifta, R.L. dan Advistasari, Y.D., 2018. Skrining Fitokimia, Karakterisasi,
dan Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto
(Medinilla speciosa B.). Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 1).
Widyawati, P.S. 2011. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanolik Daun
Beluntas (Pluchea indica Less) dan Fraksinya serta Kemampuan Mencegah
Warmed Over Flavor pada Daging Itik yang telah Dipanaskan. [Tesis]. Program
Pasca Sarjana. IPB, Bogor.
VIII. Jadwal Penelitian
No. Aktifitas Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Alat dan Bahan
2 Pengambilan Sampel
3 Pengujian Sampel
4 Penulisan Laporan
5 Seminar Laporan

IX. Laporan Penggunaan Anggaran

Anda mungkin juga menyukai