Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA KIMIA

LAJU INVERSI GULA

Oleh :
Denny Hartanto (H1031191050)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
I. PENDAHULUAN
a) Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan laju reaksi orde satu
dan mempelajari katalisa oleh ion hidrogen [H+]
b) Prinsip Percobaan
Gula invert yang digunakan dalam percobaan ini adalah fruktosa dan
sukrosa. Pada pembuatan kurva standar diperlukan larutan fruktosa dengan
variasi konsentrasi yaitu 30; 20; 10; 4; dan 2% b/v melalui proses pengenceran.
Setelah ditambahkan reagen seliwanof dan H2O lalu di ukur panjang
gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga
didapat sebesar 641 nm. Setelah didapat panjang gelombang maksimum di
ukur absorbansi masing-masing larutan standar.
Pada hidrolisis sukrosa menjadi gula invert dibuat terlebih dahulu
larutan sukrosa dengan dilarutkan 50 gram sukrosa dan sedikit akuades.
Dimasukkan 25 mL larutan sukrosa, 50 mL HCl 4M, dan 5 mL reagen
seliwanof ke dalam erlenmeyer kemudian diaduk. Larutan diambil sebanyak
10 mL masing-masing setelah reaksi berlangsung selama 0, 30, 60, 90, dan 120
menit, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian larutan dipanaskan
selama 5 menit, larutan yang sudah dipanaskan ditambahkan 5 mL NaOH dan
diaduk hingga homogen. Setelah itu diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Adapun reaksi yang terjadi

C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6

II. PROSEDUR PERCOBAAN


a) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,
bunsen, gelas ukur, kaca arloji,kaki tiga, labu erlenmeyer 250 mL, labu ukur
10,20, dan 50 mL, pipet volume 10 mL dan 2 mL,spatula, spektrofotometer
UV-Vis, stopwatch, dan tabung reaksi.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades (H2O),
asam klorida (HCl) 4M, fruktosa (C6H12O6), natrium hidroksida (NaOH) 4M,
reagen seliwanof, dan sukrosa (C12H22O11).
b) Cara Kerja
Dibuat larutan stok fruktosa 50% b/v dengan menimbang sebanyak 5
gram fruktosa dan dilarutkan dalam sedikit akuades. Masukkan ke dalam labu
ukur 10 mL, tambahkan akuades hingga tanda batas. Selanjutnya buat
masing-masing 10 mL larutan fruktosa dengan variasi konsentrasi 30; 20; 10;
4; dan 2% b/v melalui pengenceran larutan stok. Pada pembuatan larutan
standar ditambahkan terlebih dahulu 0,5 mL reagen seliwanof, kemudian
ditambahkan akuades hingga tanda batas labu ukur. Ditentukan panjang
gelombang maksimum dengan mengukur larutan standar 20% b/v
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Tentukan pula absorbansi masing-
masing larutan standar yang lain pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh. Alurkan grafik antara konsentrasi fruktosa dan absorbansi masing-
masing pada panjang gelombang maksimum.
Ditimbang sebanyak 50 gram sukrosa, dilarutkan dalam sedikit
akuades dan dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades
hingga tanda batas. Masukkan larutan ke dalam erlenmeyer 25 mL,
tambahkan larutan HCl 4M, dan reagen seliwanof, dan diaduk. Pada
temperatur suhu kamar. Diambil cuplikan sebanyak 10 mL masing-masing
setelah reaksi berlangsung selama 0, 30, 60, 90, dan 120 menit, dimasukkan
dalam tabung reaksi. Setiap kali diambil, cuplikan dipanaskan dalam
penangas pada temperatur 60-70°C selama 5 menit. Cuplikan ditambahkan 5
mL NaOH, dan diaduk hingga homogen. Masing-masing cuplikan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang sesuai dengan
larutan standar fruktosa.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Laju reaksi adalah konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu.
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju penurunan konsentrasi suatu zat atau
tingkat dimana dimana konsentrasi produk meningkat. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter, tetapi dalam kasus reaksi fase gas, satuan
tekanan atmosfer, milimeter air raksa atau pascal digunakan sebagai pengganti
konsentrasi. [1] laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi,
luas permukaan, suhu, dan katalis. Oleh karena itu, reaksi kimia dapat
berlangsung cepat atau lambat. Dalam industri perlu melakukan reaksi kimia
dalam kondisi tertentu untuk mendapatkan produk dalam waktu sesingkat
mungkin. Reaksi dapat dikendalikan dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya. [2]
Inversi gula adalah proses hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa dengan bantuan katalis asam atau enzim invertase. Gula hasil invertase
yang mengandung glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama disebut gula
invert. [3]
Dibuat larutan stok fruktosa 50% b/v dengan menimbang sebanyak 5
gram fruktosa dan dilarutkan dalam sedikit akuades. Pembuatan larutan stok
bertujuan agar memudahkan dalam membuat larutan yang sudah sesuai dengan
komposisi yang diaduk dalam erlenmeyer dengan konsentrasi yang lebih pekat.
[4] fruktosa adalah salah satu heksosa dengan rumus molekul C6H12O6, berupa
padatan kristal putih, berasa manis tetapi tidak semanis sukrosa, dan mudah larut
dalam air. [5] masukkan ke dalam labu ukur 10 mL, tambahkan akuades hingga
tanda batas. Fungsi fruktosa sebagai gula reduksi karena mempunyai gugu OH
bebas yang reaktif. [6] Selanjutnya dibuat masing-masing 10 mL larutan
fruktosa dengan variasi konsentrasi 30; 20; 10; 4; dan 2% b/v melalui
pengenceran larutan stok. Dilakukan variasi konsentrasi karena orde reaksi satu
dipengaruhi oleh konsentrasi satu reaktan saja, jadi semakin tinggi konsentrasi
reaktan maka laju rekasinya makin cepat. Pada pembuatan larutan standar
ditambahkan terlebih dahulu 0,5 mL reagen seliwanof, kemudian ditambahkan
akuades hingga tanda batas labu ukur. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan
standar primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder adalah larutan yang melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondan cepat,
konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi.[7] fungsi dari reagen seliwanof
adalah menunjukan hasil positif mengandung gula pereduksi dengan adanya
endapan merah pada larutan [8]. Selanjutnya ditentukan panjang gelombang
maksimum dengan mengukur larutan standar 20% b/v menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Blanko yang digunakan adalah akuades, fungsi dari
blanko ini adalah mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat [9].
Panjang gelombang maksimum yang didapat dari hasil spektrofotometer UV-
Vis sebesar 641 nm, dan absorbansi yang didapatkan sebagai berikut.
Tabel 1. Penentuan Kurva Standar
No Konsentrasi Absorbansi
1. 2 0.009
2. 4 0,009
3. 10 0,012
4. 20 0,013
5. 30 0,015

Pada penentuan kurva standar dibuat variasi konsentrasi berupa 30; 20; 10; 4;
dan 2% di ukur absorbansi larutan standar tersebut dan didapat absorbansi 0,015
untuk konsentrasi 30%, pada konsentrasi 20% didapat konsentrasi 0,013, untuk
konsentrasi 10% didapat absorbansi sebesar 0,012 dan untuk konsentrasi 2 dan
4% didapat absorbansi sebesar 0,009.

Grafik 1. Kurva Standar Fruktosa

KURVA STANDAR FRUKTOSA


0,016
y = 0,0002x + 0,0088
0,014 R² = 0,9391
0,012

0,01

0,008

0,006

0,004

0,002

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa y = mx + C, dengan nilai m


0,0002 dan nilai C adalah 0,0088 sehingga persamaan menjadi y = 0,0002x +
0,0088 dengan R2 = 0,9391.
Pada percobaan hidrolisis sukrosa menjadi gula invert dimulai dengan
menimbang sebanyak 50 gram sukrosa, sukrosa mempunyai rumus kimia
C12H22O11, berupa padatan kristal putih, berasa manis, sukrosa larut dalam air,
dan dapat dihidrolisis dengan membentuk glukosa dan fruktosa. Hasil hidrolisis
disebut sebagai gula invert. [5] sukrosa dilarutkan ke dalam sedikit akuades dan
dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades hingga tanda
batas. Larutan berwarna putih dan keruh. Masukkan larutan ke dalam erlenmeyar
25 mL, tambahkan 50 mL larutan HCl 4M, dan 5 mL reagen seliwanof,
kemudian diaduk. Setelah larutan dicampurkan larutan masih berwarna putih
dan tidak berkeruh lagi. Fungsi dari HCl ini sebagai katalis asam anorganik [10].
Fungsi pengadukkan untuk menghomogenkan larutan agar zat pereaksi dapat
bertumbukan dengan baik [11]. Diambil cuplikan sebanyak 10 mL masing-
masing setelah reaksi berlangsung selama 0, 30, 60, 90, dan 120 menit dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setiap 30 menit larutan akan berubah
menjadi pink pudar selama pengadukkan. Fungsi dari variasi waktu ini adalah
agar campuran tersebut dapat berubah warna selama pengadukkan. Cuplikan
dipanaskan dalam penangas pada temperatur 60-70°C selama 5 menit
dikarenkan jika suhu terlalu tinggi diatas 70°C, maka katalis asam klorida (HCl)
akan menguap yang mengakibatkan melambatnya reaksi hidrolisis dan juga
mempengaruhi konsentrasi glukosa yang diperoleh [12]. Ketika dipanaskan,
ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa merupakan
dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif
karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa [8]. Cuplikan
ditambahkan 5 mL NaOH dan diaduk hingga homogen. Cuplikan berwarna pink
ke-orenan. Fungsi ditambahkan NaOH dikarenakan sukrosa bersifat non
pereduksi karena tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif, tetapi selama
pemanasan dengan adanya asam klorida, sukrosa akan terhidrolisis menjadi gula
invert yaitu fruktosa dan glukosa. Kecepatan inversi dipengaruhi oleh suhu,
waktu pemanasan, dan pH larutan. Oleh karena itu pH larutan yang asam dapat
meningkatkan kadar gula reduksi [6]. Masing-masing cuplikan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 641 nm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis sehingga didapat absorbansi sebagai berikut.
Tabel 2. Penentuan Orde
No Waktu (Menit) Absorbansi Konsentrasi (C) ln C

1 0 0,011
2 30 0,011 99 4,59512
3 60 0,016 99 4,59512
4 90 0,024 124 4,82028
5 120 0,025 164 5,09987
169 5,1299

Berdasarkan tabel diatas, waktu 0 dan 30 menit diperoleh absorbansi sebesar


0,011, pada 60 menit diperoleh absorbansi sebesar 0,016, pada 90 menit
diperoleh absorbansi sebesar 0,024 dan pada 120 menit diperoleh absorbansi
sebesar 0,025.

Grafik 2. Penentuan Orde

Penentuan Orde
5,2
y = 0,0052x + 4,5332
5,1 R² = 0,9126

4,9

4,8

4,7

4,6

4,5
0 20 40 60 80 100 120 140

Berdasarkan grafik diatas diperoleh persamaan nilai regresi linear y = 0,0052x


+ 4,5332, dengan R2 sebesar 0,9126. Sehingga termasuk orde reaksi 1
dikarenakan konsentrasi awal sukrosa dinaikkan sebanyak x maka kecepatan
reaksi akan meningkat pula. Karena ini merupakan reaksi orde satu maka n=1
[13].
IV. PENUTUP
a) Simpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa penentuan kurva standar
dilakukan dengan menggunakan larutan fruktosa yang ditambahkan reagen
seliwanoff dan dibuat konsentrasi yang berbeda agar diukur panjang
gelombang maksimum dengan menggunakan blanko (akuades) dan panjang
gelombang yang didapat 641 nm dengan absorbansi 0,009 untuk konsentrasi 2
dan 4, absorbansi 0,012, 0,013, dan 0,015 untuk konsentrasi 10, 20, dan 30.
Dan juga persamaan y = 0,0002x + 0,0088.
Pada hidrolisis sukrosa menjadi gula invert, larutan pada akhir
percobaan berwarna pink ke-orenan, dengan waktu yang berbeda-beda di ukur
absorbansinya dengan panjang gelombang 641 nm didapatkan menit 0 dan 30
sebesar 0,011, 60 menit, 90 menit dan 120 menit sebesar 0,016; 0,024; dan
0,025. Dengan persamaan y = 0,0052x + 4,5332 dan R2 sebesar 0,9126. Grafik
yang diperoleh merupakan orde reaksi satu.

b) Saran
Saran untuk modul laju inversi gula pada prosedur hidrolisis sukrosa
menjadi gula invert bagian proses pengadukan harus menggunakan magnetic
stirrer agar perhitungan dan hasil yang diperoleh lebih akurat. Jika di aduk
manual kecepatan pengadukan berbagai orang berbeda beda sehingga
menimbulkan buih-buih dalam campuran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Yuda, R. C., Irdiansyah, I., & Prihatiningtyas, I., 2018, Studi Kinetika Pengaruh
Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Nipis dengan Pelarut
Etanol. Jurnal Chemurgy, 1(1), 22-26.
[2] Fessenden, RJ dan Fessenden, JS, 2006, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
[3] Razak, A. R. R., Sumarni, N. K., & Rahmat, B., 2012, Optimalisasi Hidrolisis
Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Natural Science:
Journal of Science and Technology, 1(1).
[4] Harahap, E. R., Siregar, M., Aziz, L., & Bayu, E. S., 2013, Pertumbuhan akar pada
perkecambahan beberapa varietas tomat dengan pemberian polyethylene glikol
(PEG) secara in vitro. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera
Utara, 1(3), 94888.
[5] Mulyono, 2005, Kamus kimia, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
[6] Erwinda, M. D., & Susanto, W. H., 2014, Pengaruh pH Nira Tebu (Saccharum
officinarum) Dan Konsentrasi Penambahan Kapur Terhadap Kualitas Gula
Merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(3), 54-64.
[7] Day, Underwood, 1999, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
[8] Kusbandari, A., 2015, Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung dan
Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana, Vol. 5, No. 1, 35-42
[9] Laksi, M, 1990, Kimia Analitik Dasar, Grafindo Media Utama, Bandung.
[10] Suwarno, S., Ratnani, R. D., & Hartati, I., 2015. Proses pembuatan gula invert
dari sukrosa dengan katalis asam sitrat, asam tartrat dan asam klorida. Majalah
Ilmiah MOMENTUM, 11(2).
[11] Oktaviani, I., Ahmad, A., & Chairul, C., 2015, Pengaruh Laju Pengadukan
terhadap Biokonversi Reject Nanas Menjadi Bioetanol, JOM FTEKNIK, Vol. 2,
No.1
[12] Mayangsari, V., & Abtokhi, A. (2014). Analisis Pengaruh Variasi Suhu dan
Waktu pada Proses Hidrolisis terhadap Kadar Glukosa dalam Pemanfaatan Lemna
Minor sebagai Bioetanol. Jurnal Neutrino, 7(1), 16-22.
[13] Prayitno, P., 2007, Kajian kinetika kimia model matematik reduksi kadmium
melalui laju reaksi, konstante dan orde reaksi dalam proses
elektrokimia. GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir, 10(1).

LAMPIRAN
• Perhitungan
Pembuatan NaOH 4M dalam 50 ml akuades
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 100
𝑀= ×
𝑀𝑟 50

8000
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = = 8 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000

Pembuatan HCl 4M dalam 50 ml akuades


Mr HCl = 36,5 g/mol
%HCl = 37%
Ρ = 1,18 g/cm3

% × 𝑃 × 10
𝑀1 =
𝑀𝑟

37% × 1,18 𝑔/𝑐𝑚3 × 10


M1 = = 11,96 𝑀
36,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
M1. V1 = M2. V2

𝑀2. 𝑉2 4 × 50
V1 = = = 16,764 𝑚𝐿
𝑀1 11,96

Penentuan Kurva Standar


No Konsentrasi Absorbansi
1. 2 0.009
2. 4 0,009
3. 10 0,012
4. 20 0,013
5. 30 0,015

Kurva Standar Fruktosa

KURVA STANDAR FRUKTOSA


0,016
y = 0,0002x + 0,0088
0,014 R² = 0,9391
0,012

0,01

0,008

0,006

0,004

0,002

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Penentuan Orde
No Waktu (Menit) Absorbansi Konsentrasi (C) ln C

1 0 0,011
2 30 0,011 99 4,59512
3 60 0,016 99 4,59512
4 90 0,024 124 4,82028
5 120 0,025 164 5,09987
169 5,1299

x=y+c/m
waktu y+c y+c/m
x(0 menit) 0,0198 99
x(30 menit) 0,0198 99
x(60 menit) 0,0248 124
x(90 menit) 0,0328 164
x(120 menit) 0,0338 169

Persamaan nilai regresi linear y = 0,0052x + 4,5332 dengan R2 = 0,9126

Grafik Penentuan Orde


Penentuan Orde
5,2
y = 0,0052x + 4,5332
5,1 R² = 0,9126

4,9

4,8

4,7

4,6

4,5
0 20 40 60 80 100 120 140
• Foto pengamatan

Gambar 1. Variasi Sukrosa Gambar 2. Variasi Fruktosa

Gambar 3. Panjang gelombang maksimum


Gambar 4. Absorbansi fruktosa dan sukrosa

• POST TEST
1. Jelaskan prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis dalam mendeteksi
fruktosa dalam larutan!
2. Mengapa reagen seliwanoff dapat memberikan warna oren hingga
merah pada fruktosa jelaskan dengan menyajikan persamaan
reaksi
3. Turunkan persamaan 3 hingga diperoleh persamaan 4 pada bagian
landasan teori!

Jawab
1. Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah Ketika ada sumber
sinar berupa cahaya uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui
suatu media (larutan bewarna) yang merupakan suatu sampel, maka
Sebagian cahaya tersebut ada yang diserap, dipantulkan dan ada
yang diteruskan.
2. Karena untuk membedakan karbohidrat atau gula golongan ketosa
dan aldosa. Gula ketosa seperti fruktosa akan
menghasilkan warna merah, sedangkan gula aldosa seperti glukosa
akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan. Adapun reaksi yang terjadi
• Jurnal

Anda mungkin juga menyukai