Anda di halaman 1dari 9

SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT

SEKUNDER PADA TERIPANG DAN NUDIBRANCH DI


PULAU LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT

DENNY HARTANTO
H1031191050

LAPORAN PROJECT
KIMIA LAUT

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
I. Pendahuluan
Pulau lemukutan yang terletak di kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat, memiliki luas sekitar 1.236 ha dan juga memiliki potensi
wisata alam yang sangat bagus dengan hamparan pasir putih di pantai dan
terumbu karang yang masih terjaga (Ruliyansyah,2016) sehingga banyak
ditemukan beberapa biota laut yang mudah dijumpai seperti ikan, rumput laut,
kerang-kerangan, bulu babi dan teripang sehingga menjadikan pulau tersebut
sebagai tujuan wisata air yang sudah cukup dikenal ditingkat lokal (Septiadi dkk,
2013).
Dilaut terdapat berbagai jenis biota yang ada didalam laut, baik itu hewan
maupun tumbuhan ataupun karang, itu semua disebut biota laut. Diseluruh lautan,
jenis organisme atau biota laut tidaklah merata, karakteristik lingkungan laut yang
beragam menyebabkab terciptanya habitat yang berbeda-beda serta berpengaruh
pada jenis organisme yang mendiaminya. Maka dari itu, kehidupan dan tempat
tinggalnya biota laut sangat tergantung sekali pada kondisi serta karakteristik laut
(Hanijar, 2019).
Beberapa jenis hewan laut merupakan sumber potensial yang dapat
dimanfaatkan untuk kesehatan karena mengandung senyawa kimia yang
mempunyai aktivitas biologis (zat bioaktif). Senyawa aktif biologis itu merupakan
metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan
saponin. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam hewan laut dapat
diketahui dengan suatu metode pendekatan yang dapat memberikan informasi
adanya senyawa metabolit sekunder. Salah satunya yang dapat digunakan adalah
metode uji fitokimia (Lantah dkk, 2017).
Teripang merupakan salah satu hewan yang tergolong kedalam kelompok
invertebrata atau tidak memiliki tulang belakang (Albuntana dkk, 2011). Teripang
merupakan salah satu sumber hayati laut yang penting dan banyak manfaatnya.
Teripang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan
(Sukmiwati, 2012). Salah satu jenis teripang yakni teripang pasir merupakan biota
laut yang kaya kandungan metabolit sekunder diantaranya sapogenin, saponin,
steroid, triterpenoid, fenol, flavonoid, lektin, dan alkaloid (Akerina dan Sangaji,
2019).
Nudibranch adalah invertebrata laut dalam kelas Gastropoda yang tidak
memiliki cangkang serta mampu mengembangkan sistem pertahanan diri,
diantaranya dengan kamuflase dan senyawa kimia “chemical defense”.
Nudibranch mampu mensintesis metabolit sekunder dari bahan makanan seperti
Sponge, Bryozoan, Ascidian dan Coelenterata (Pringgenies dkk, 2015).
Oleh karena itu, dilakukan pengujian terhadap teripang dan nudibranch
untuk mengetahui senyawa metabolit sekundernya. Hasil yang diharapkan akan
memberikan informasi mengenai senyawa metabolit sekunder apa saja yang
terdapat pada teripang dan nudibranch.
II. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. mengetahui metabolit sekunder pada teripang dan nudibranch.
2. mengetahui cara ekstraksi teripang dan nudibranch.
III. Metode
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung
reaksi, gelas beaker, talenan, kaki tiga, spirtus, wrapping, dan botol reagen.
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel teripang dan nudibranch,
akuades, metanol, asam asetat pekat (HCl), air panas, reagen mayer, wagner,
dragendorff, LB, serbuk Mg, dan FeCl3.
3.2 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Ekstrak
Sampel diambil dipulau lemukutan kemudian dicuci bersih dengan
akuades agar terbebas dari zat pengotor. Pembuatan ekstrak dilakukan
dengan cara maserasi. Sampel yang sudah dicuci bersih, dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas
beaker dan ditambahkan dengan metanol hingga sampel terendam lalu
gelas beaker ditutup dengan wrapping, kemudian sampel disimpan
ditempat tertutup.
b. Uji Alkaloid
Ekstrak dipipet kedalam tiga tabung reaksi kemudian masing-
masing tabung reaksi diberi label reagen mayer, wagner dan dragendorff.
Setelah itu dimasukkan reagen mayer, wagner dan dragendorff sesuai
tabung reaksi yang telah diberi label. Hasil uji positif jika terbentuk
endapan coklat untuk reagen wagner, endapan putih kekuningan untuk
reagen mayer dan endapan merah sampai jingga untuk reagen dragendorff.
c. Uji Flavonoid
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
serbuk Mg dan dikocok. Setelah itu ditambahkan HCl pekat kemudian
dikocok. Hasil uji positif jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga.
d. Uji Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
reagen LB. Hasil uji positif apabila terbentuk larutan berwarna merah dan
berubah menjadi biru dan hijau.
e. Uji Saponin
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air
panas dan dikocok maka akan menghasilkan busa. Hasil uji positif sampel
menghasilkan busa yang stabil dan tidak hilang.
f. Uji Tanin
Ekstrak dipipet kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
reagen FeCl3. Hasil uji positif terbentuk warna hijau kehitaman yang
menandakan suatu bahan mengandung komponen tanin.
IV. Bagan Mini Riset

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Pengambilan Sampel
Sampel diambil di pulau Lemukutan, pada kedalaman ± 1,5 meter untuk
teripang sedangkan nudibranch pada kedalaman selutut orang dewasa. Sampel
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berisi air laut. Proses
penanganan sampel dilakukan pada malam hari.
Teripang dan nudibranch yang terpilih sebagai sampel karena mudah
diperoleh dan jumlahnya melimpah. Deskripsi umum pada sampel teripang dan
nudibranch sebagai berikut :
a. Teripang, memiliki bentuk tubuh panjang dan lunak, umumnya
berwarna hitam, tidak bercangkang dan permukaanya licin. Ditemukan
pada wilayah berpasir yang ditumbuhi tumbuhan laut dan karang.
b. Nudibranch, tidak memiliki cangkak, memiliki tekstur yang licin dan
berlendir. Ditemukan disekitaran terumbu karang.

(a) (b)
Gambar 1. Sampel yang diambil dari pulau Lemukutan, (a) Teripang, (b)
Nudibranch

5.2 Ekstraksi Sampel


Sampel diambil dipulau lemukutan kemudian dicuci bersih dengan
akuades agar terbebas dari zat pengotor. Ekstraksi sampel teripang dan nudibranch
menggunakan maserasi. Metode maserasi merupakan salah satu metode yang
sederhana dalam proses ekstraksi tetapi mampu menghasilkan rendemen yang
tinggi dari suatu ekstraksi (Tiwari dkk, 2011). Sampel yang sudah dicuci bersih,
dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beaker. Proses ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut
metanol, penggunaan pelarut metanol dapat menarik komponen senyawa bioaktif
yang juga bersifat polar sehingga senyawa akan larut (Akerina dan Sangaji, 2019).
Metanol secara efektif dapat mengekstrak senyawa polar, seperti flavonoid,
fenolik dan saponin (Widyawati, 2011). Selanjutnya gelas beaker ditutup dengan
wrapping, kemudian sampel disimpan ditempat tertutup.
5.3 Uji Fitokimia Pada Ekstrak Sampel
Komponen bioaktif ekstrak metanol teripang dan nudibranch dianalisis
dengan analisis fitokimia yang bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder dari suatu bahan. Hasil analisis ekstrak teripang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis fitokimia ekstrak teripang
Jenis Uji Hasil
Mayer -
Wagner -
Dragendorff +
Steroid -
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid -
Saponin +++

Hasil analisis menunjukan bahwa ekstrak teripang mengandung metabolit


sekunder dari golongan alkaloid dan saponin. Senyawa bioaktif golongan saponin
ditemukan pada sebagian besar teripang yang terdapat pada bagian dinding tubuh
dan organ bagian dalam teripang. Keberadaan saponin pada teripang berfungsi
sebagai pertahanan diri terhadap predator dan bersifat merusak bagi beberapa
organisme. Saat ekstrak dimasukkan pada air mendidih, saponin akan
terdegradasi, namun saponin juga merupakan senyawa yang bertahan panas
apabila terdapat pada jaringan teripang, karena senyawa ini merupakan senyawa
stabil. Secara struktur, senyawa bioaktif saponin pada teripang dikategorikan
dalam glikosida triterpen yang membentukan aglikon. Saponin (triterpen
glikosida) merupakan glikosida kompleks triterpen yang mengandung karbohidrat
pada tumbuhan, bakteri maupun organisme laut yang banyak memiliki aktivitas
biologis, seperti antifungi, antibakteri dan antikanker. Hasil ini menunjukan
bahwa teripang memiliki potensi sebagai antifungi, antibakteri dan antikanker
karena mengandung saponin (Akerina dan Sangaji, 2019).
Senyawa bioaktif lainnya yang ditemukan adalah alkaloid, yang ditandai
dengan terbentuknya endapan merah sampai jingga setelah penambahan reagen
dragendorff saat analisis fitokimia. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
(Pranoto dkk, 2012) yang menyatakan bahwa senyawa alkaloid ditemukan di
teripang dan diduga menimnulkan efek antijamur. Menurut Gholib (2009),
alkaloid merupakan senyawa yang bersifat antimikroba, yaitu menghambat
esterase dan DNA serta RNA polymerase, menghambat respirasi sel. Alkaloid
merupakan aktivator kuat bagi sel imun yang menghancurkan bakteri, virus,
jamur, dan sel kanker.
Tabel 2. Hasil analisis fitokimia pada ekstrak nudibrach
Jenis Uji Hasil
Mayer -
Wagner -
Dragendorff +++
Steroid +++
Triterpenoid -
Tanin -
Flavonoid +
Saponin -

Uji steroid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard


terjadi adanya perubahan warna hijau kebiruan yang disebabkan adanya reaksi
oksidasi pada golongan steroid yang membentuk 39 ikatan rangkap terkonjugasi
(senyawa pentaenelik). Kemudian pada proses preparasi sampel dimana untuk
menghilangkan lendir dari nudibranch hanya dengan perendaman saja dengan
metanol tanpa proses perebusan karena pada suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada sampel. Secara kualitatif, nudibranch menghasilkan
uji positif pada kandungan senyawa steroid. Pada uji alkaloid menggunakan
pereaksi dragendorff menghasilkan uji positif ditandai dengan adanya perubahan
warna jingga (Kemuning dkk, 2022).
Pengujian fitokimia kandungan flavonoid dengan menggunakan bahan
pereaksi logam Mg dan HCl pekat menghasilkan nilai uji positif ditandai dengan
perubahan warna merah atau jingga dimana reaksi ini terjadi pada saat
penambahan HCl pekat yang menghidrolisis flavonoid menjadi senyawa
aglikonnya, yaitu menghidrolisis O-glikosil dimana glikosil akan tergantikan oleh
H+ dari senyawa HCl karena sifat elektrofiliknya. Proses reduksi Mg dan Cl
inilah yang akan menyebabkan senyawa kompleks berwarna merah atau jingga
pada senyawa flavonoid (Kemuning dkk, 2022).

VI. Kesimpulan
Adapun simpulan dari penelitian ini yaitu
1. Proses ekstraksi sampel teripang dan nudibranch mengunakan metode maserasi
dikarenakan sederhana dan menghasilkan nilai rendemen yang tinggi dan pelarut
yang digunakan adalah metanol dikarena metanol bersifat kurang polar
dibandingkan dengan air, sehingga pelarut metanol mampu menghancurkan
dinding sel dan menyebabkan komponen dalam sel menjadi hancur sehingga larut
dalam pelarut metanol.
2. Penguji fitokimia pada ekstrak teripang dan nudibranch menghasilkan metabolit
sekunder seperti saponin dan alkaloid dengan pereaksi dragendorff pada teripang
sedangkan nudibranch menghasilkan uji positif pada steroid, alkaloid, dan
flavonoid.
VII. Daftar Pustaka
Akerina, F.O. dan Sangaji, J., 2019. Analisis Fitokimia dan Toksisitas
serta Aktivitas Antioksidan Beberapa Jenis Teripang di Desa Kakara, Halmahera
Utara. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 12(2), pp.188-196.
Albuntana, A,. Yasman dan Wisnu, W. (2011). Uji Toksisitas Ekstrak
Empat Jenis Teripang Suku Holothuriidea dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan
Seribu, Jakarta Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 3 (1), 65-66
Gholib, D., 2009. Uji daya hambat daun senggani (melastoma
malabathricum l.) terhadap trichophyton mentagrophytees dan candida
albicans. Berita Biologi, 9(5), pp.523-527.
Hanijar, H. 2019. Laut adalah tempat hidupnya keanekaragaman biota
budidaya. Pengantar ilmu kelautan dan perikanan
Kemuning, G.I., Wijianto, B. dan Fahrurroji, A., 2022. UJI
ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL SIPUT ONCHIDIID (Onchidium
typhae) DENGAN METODE DPPH. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia, 2(3), pp.130-139.
Lantah, P.L., Montolalu, L.A. dan Reo, A.R., 2017. Kandungan fitokimia
dan aktivitas antioksidan ekstrak metanol rumput laut Kappaphycus
alvarezii. Media Teknologi Hasil Perikanan, 5(3), pp.73-79.
Pranoto, E.N., Ma'ruf, W.F. dan Pringgenies, D., 2012. Kajian aktivitas
bioaktif ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap jamur Candida
albicans. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1(2), pp.1-8.
Ruliyansyah, A., 2016. Evaluasi Potensi Wisata Alam Pulau Lemukutan
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. EJ. Arst. Lans, 2(1).
Septiadi, T., Pringgenies, D. dan Radjasa, O.K., 2013. Uji fitokimia dan
aktivitas antijamur ekstrak teripang keling (Holoturia atra) dari pantai Bandengan
Jepara terhadap jamur Candida albicans. Journal of Marine Research, 2(2), pp.76-
84.
Sukmiwati, M. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan pada 16 Spesies Teripang
yang Ditemukan Pada Perairan Natuna Kepulauan Riau. Prosiding Semirata BKS
PTN-B MIPA. Medan
Tiwari Prashant., B. Kumar., Mandeep K., Gurpreet K., Harleen K. 2011.
Phytochemical Screening and Extraction. Internationale Pharmaceutica Sciencia.
Widyawati, P.S. 2011. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanolik Daun
Beluntas (Pluchea indica Less) dan Fraksinya serta Kemampuan Mencegah
Warmed Over Flavor pada Daging Itik yang telah Dipanaskan. [Tesis]. Program
Pasca Sarjana. IPB, Bogor.

VIII. Jadwal Penelitian


No. Aktifitas Mingg ke-
u
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Alat dan Bahan
2 Pengambilan Sampel
3 Pengujian Sampel
4 Penulisan Laporan
5 Seminar Laporan

IX. Laporan Penggunaan Anggaran

Anda mungkin juga menyukai