OH
H2C
O- Na+
H2C
OH
H2C
+ Na OH
OH
OH
OH
OH
OH
H2C
OH
OH
OH
O Na
H2C
OH
H2C
OH
O CO2H
CH2
H2C
Cl
OH
O
OH
OH
OH
OH
OH
OH
OH
O
OH
(i) Inisiasi
karboksimetil
yang
terbentuk
Jumlah
diindikasikan dengan derajat subtitusi (DS). DS
didefinisikan sebagai jumlah rata-rata substituen per unit
Anhydro Glucose.
DSt didefinisikan sebagai pencapaian substitusi
maksimal yang bergantung pada jumlah molar limiting
reactan (baik asam kloro asetat maupun NaOH).Re
adalah effisiensi reaksi yang ditentukan dengan rumus
berikut:
K+ --O
K+
CH 3
H2
C
+ --
CH 3
CH3
K+ --O
CH3
radikal TEMED
H3C
CONH2
akrilamida
CH 3
H2
C
H2
C
N
H3C
CH
H2C
CH3
H3C
radikal TEMED
H2
C
H
C
H3C
K+HSO4--
H 3C
radikal persulfat
+ --O
H2
C
H
C
radikal persulfat
O
TEMED
H 3C
H2
C
H3C
K - persulfat
(2-1)
(2-2)
nAGU,0 adalah jumlah mol anhydroglucose
(AGU) didalam starch dan nA,0 adalah jumlah mol awal
dari limiting reaktan.CMS secara luas digunakan pada
berbagai industi di antaranya digunakan pada industri
makanan sebagai emulsification stabilizing agent pada
industri pembuatan ice cream, dan suspension stabilizing
agent pada industri pembuatan soft drink.Selain
digunakan di industri makanan, CMS juga digunakan
pada industri tekstil sebagai fluidity and penetrability,
intensifier pada industri pembuatan kertas, dan swelling
pada industri farmasi.
H3C
--
H2C
CH 3
CONH2
radikal akrilamida
K+ --O
O + H2C
CONH 2
H2C
H2
C
CONH2
H2C
H2
C
CONH2
+ H2C
+ H2C
CH
H2
C
CONH2
CONH2
CH
H2C
CH
CONH2
CONH 2
CH
CONH 2
H2
C
H2 C
CONH2
H2
C
H
C
CONH 2
CH + H2C
H2
C
H2C
CONH2
CONH2
H
C
CH
CH
CONH2
H2
C
CONH2
CONH2
H
C
H2
C
CONH2
CH
CONH2
H2
C
H2C
H2
C
H
C
CONH2
CH
CONH2
CH
+ H2C
CONH2
CONH2
%GE = 100 ( W2 W1 ) / W3
%GY = 100 ( W2 W4 ) / W3
H2
C
H2C
H2
C
H
C
CONH2
CONH2
H2
C
H
C
CONH2
CH
CONH2
nt-PAM
Gambar II.15 Tahap Propagasi Polyacrylamide
b. Penggabungan amylose starch dan non-terminated
Polyacrylamide
Pencangkokan (grafting) dilakukan antara
amylose starch dengan non-terminated Polyacrylamide
yang telah terbentuk dengan backbone starch sesuai
dengan mekanisme sebagai berikut:
OH
O CO2H
CH2
OH
OH
O
OH
OH
H2C
OH
OH
OH
OH
O CO2H
CH2
OH
O CO2H
CH2
H2C
H2C
+
OH
CONH2 CONH2
O CO2H
CH2
H2C
O
OH
H2 H
C C
H2
C SO4
CONH2
OH
OH
OH
H2 H
CH3 C C
OH
H2 H
C C
H2
C SO4
CONH2
O
OH
6. DERAJAT SWELLING
Derajat swelling diartikan sebagai derajat
penggembungan. Swelling menunjukkan banyaknya rantai
polimer yang dapat mengembang pada saat berinteraksi
dengan pelarut pada rentang waktu tertentu. Swelling
berkaitan dengan proses pelarutan. Ciriciri terjadinya
swelling adalah terjadinya peningkatan massa dan volume
polimer. Swelling terbagi menjadi 2 jenis, yaitu unlimited
swelling (tak hingga) dan limited swelling (terbatas). Pada
unlimited swelling, akan terjadi swelling yang berlanjut ke
tahap pelarutan. Hal ini dapat terjadi pada polimer yang
larut dalam pelarut dan akan digunakan dalam analisa
swelling. Untuk swelling terbatas, swelling yang terjadi
tidak berlanjut ke tahap pelarutan.
Pengukuran nilai swelling polimer
cukup penting karena berkaitan dengan aplikasi polimer.
Penentuan swelling biasanya dilakukan dengan merendam
polimer di dalam suatu pelarut dan dalam jangka waktu
tertentu, lalu menimbang massa polimer sebelum dan
sesudah direndam. Pelarut yang umum digunakan adalah
akuades. Sedangkan waktu perendaman biasanya
dilakukan selama 24 jam. Perhitungan swelling dapat
Swelling
w w0
x 100 %
w0
(2-3)
1.0
2.0
3.0
Konsentrasi NaOH
380
360
340
320
300
280
0
0.0005
0.001
0.0015
C (g/dL)
Gambar VIII. Grafik konsentrasi nt-PAM vs
viskositas inherent
Metode pengukuran berat molekul rata-rata (Mw)
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
viskometri. Peralatan yang digunakan adalah viskometer
Ubbelohde. Pengukuran berat molekul kopolimer
dilakukan dengan mengkorelasikan hasil pengukuran
viskositas (viskositas intrinsik) kopolimer yang dibuat
dalam bentuk larutan dengan berat molekul rata-rata
kopolimer melalui persamaan Mark-Houwink. Semakin
tinggi nilai viskositas yang terukur pada konsentrasi yang
sama berarti berat molekul kopolimer semakin tinggi.
Dengan metode ini akan didapatkan viskositas
intrinsik yang dihubungkan ke berat molekul rata-rata (M)
dengan menggunakan persamaan Mark-HouwinkSakurada :
Persentase GE (%)
Karakterisasi CMS-g-PAM
Karakterisasi CMS-g-PAM yang terbentuk
berupa persentase grafting dan derajat swelling. Analisa
95
90
85
80
75
70
0.0
1.0
2.0
3.0
[ ] = KM va
122
Persentase GY (%)
100
118
114
110
106
102
0
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
REFERENSI
1. Assad, E., dan Mateescu, M.A. (2010), The
Influence of Protonation Ratio on Properties of
Carboxymethyl Starch Excipient at Various
Substitution Degrees: Structural Insights and Drug
Release Kinetics, International Journal of
Pharmaceutics. 394, 75-84.
2. Assad, E., Wang, Y.J., Zhu, X.X., dan Mateescu,
M.A. (2011), Polyelectrolyte Complex of
Carboxymethyl Starch and Chitosan as Drug Carrier
for Oral Administration, Carbohydrate Polymer. 84,
1399-1407.
3. Athawale, V.D., dan Rathi, S.C. (1997), Role and
relevance of polarity and solubility of vinyl
monomers in graft polymerization onto starch,
Reactive and Functional Polymers. 34, 11-17.
4. Billmeyer, F.W. (1970). Textbook of Polymer Science,
2nd ed., John Wiley & Sons, Inc. USA
5. Benda, D. (2001), Oxygen Inhibition and the
influence of pH on the Inverse Emulsion
Polymerization of acrylic monomer , European
Polymer Journal. 37,1247-1253
6. Desmukh, S.R.(1991) Drag Reduction Efficiency,
Shear Stability and Biodegradability Resistance of
Carboxymethylcellulose based and Starch Based
Graft Copolymers. Journal of Applied polymer
Science. 43,1091.
7. Erny, K. (2006) Pembuatan Flokulan Non Ionik dari
Starch dan Acrylamide dengan Metode Grafting to,
Skripsi Teknik Kimia ITS, Surabaya
8. Fares, M. (2003) Graft Copolimerization onto Starch
and Optimization of starch graft with N-tertButylacrylamide Copolymer and its Hydrogels,
Journal of Polymer Research. 10,119-125
9. Fessenden R. J., dan Fessenden J. S. (1987), Organic
Chemistry , 3rd ed, Erlangga, Jakarta.
10. Gautam Sen and Sagar Pal,(2008) Microwave
Initiated Synthesis of Polyacrylamide grafted
Carboxymethyl starch(CMS-g-PAM) Application as a
Novel Matrix for Sustained Drug Release,
Department of Applied Chemistry. 79,409-412
11. Heinze T. (2005), Carboxymethyl Ethers of
Cellulose and Starch A Review, . 3, 13-29.
12. Henze, Herremoes, Jansen la Couer, and Arvin.
(1996) Wastewater Treatment. 2nd ed. Springer
13. Joshi, J.M., dan Sinha, V.K., (2007), Ceric
Ammonium
Nitrate
Induced
Grafting
of
Polyacrylamide Onto Carboxymethyl Chitosan,
Carbohydrate Polymers. 6,427-435.
14. Kumar, A. and Gupta, R.K. (1998) Fundamental of
Polymer. Mc Graw Hill International Edition.
15. Lu, S., et al, (2003), Inverse Emulsion of Starchgraft-Polyacrylamide. Starch/Starke. 55, 222-22.
16. Mulhbacher, J., Ispas-Szabo, P., Lenaerts, V., dan
Mateescu, M.A. (2001), Crosslinked High Amylose
Starch Derivatives as Matrices for Controlled
Release of High Drug Loadings, Journal of
Controlled Release. 76, 51-58.