Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

ACARA V
IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI SENYAWA
ORGANIK

DISUSUN OLEH

DODI MARIADI

G1B019017

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ACARA V
IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan reaksi identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik.
b. Menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 22 Oktober 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Arti harfiah "karbohidrat" adalah hidrat karbon: Cx(H2O)y. Jadi, sukrosa, atau
gula tebu, C12H22O11 setara dengan C12(H2O)11. Definisi yang lebih berguna adalah
bahwa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida, keton polihidroksi, turunannya, dan zat
yang menghasilkannya pada hidrolisis. Karbohidrat yang merupakan aldehid disebut
aldosis; mereka yang keton disebut ketosis. karbohidrat lima karbon adalah pentosa,
enam karbon disebut heksosa, dan sebagainya. Dua heksosa yang dikenal adalah glukosa
dan fruktosa, aldosa dan ketosa.
Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida. Oligosakarida mengandung
dari dua hingga sepuluh unit monosakarida yang terikat bersama. Nama dapat ditetapkan
untuk mencerminkan jumlah sebenarnya dari unit-unit yang ada, seperti disakarida dan
trisakarida. Mono dan oligosakarida juga disebut gula. Polisakarida berisi lebih dari
sepuluh unit monosakarida. Istilah umum untuk semua karbohidrat adalah glikos
(Petrucci dan Harwood, 1997:968-969).
Karena reaksi kimia adalah proses yang melibatkan pembuatan dan pemutusan
ikatan, laju reaksi tergantung pada ikatan spesifik yang terbentuk dan rusak. dan
karenanya pada struktur dan komposisi spesifik reaktan. Laju reaksi yang diamati untuk
reaktan berbeda sangat bervariasi dari sangat lambat hingga sangat cepat. Sebagian besar
reaksi yang melibatkan kombinasi ion-misalnya, netralisasi asam-basa berair, atau
pengendapan padatan ionik dari larutan berair-terjadi dengan sangat cepat. Sebagian
besar reaksi nonionik terjadi pada tingkat yang jauh lebih rendah, membutuhkan menit
atau jam untuk mencapai penyelesaian. Tingkat beberapa reaksi yang sangat lambat
(seperti karat besi) dapat diukur dengan lebih efisien dalam hitungan bulan atau tahun.
Jelas, kemudian, di bawah serangkaian kondisi tertentu. laju reaksi kimia ditentukan
sebagian besar oleh sifat spesifik zat yang mengambil bagian dalam reaksi (Yoder, dkk,
1980: 374).
Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa daripada elemen lain karena
atom karbon tidak hanya mampu membentuk ikatan karbon-karbon tunggal, ganda, dan
tiga kali lipat, tetapi juga saling terkait dalam rantai dan struktur cincin. Cabang kimia
yang berhubungan dengan senyawa karbon adalah kimia organik. Kelas senyawa organik
dapat dibedakan menurut kelompok fungsional yang dikandungnya. Gugus fungsional
adalah sekelompok atom yang sebagian besar bertanggung jawab atas perilaku kimiawi
molekul induk. Molekul yang berbeda yang mengandung kelompok fungsional atau
kelompok yang sama mengalami reaksi yang sama. Dengan demikian, dengan
mempelajari sifat-sifat karakteristik beberapa gugus fungsional, kita dapat mempelajari
dan memahami sifat-sifat banyak senyawa organik. Pada paruh kedua bab ini kita akan
membahas kelompok-kelompok fungsional yang dikenal sebagai alkohol, eter, aldehida
dan keton, asam karboksilat, dan amina. Semua senyawa organik berasal dari
sekelompok senyawa yang dikenal sebagai hidrokarbon karena hanya terdiri dari
hidrogen dan karbon. Atas dasar struktur, hidrokarbon dibagi menjadi dua kelas utama -
alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik tidak mengandung gugus benzena, atau cincin
benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik mengandung satu atau lebih cincin benzen.
Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi alkana, alkena, dan alkalin (Chang, 2002: 946).
Fakta bahwa reaksi yang berbeda terjadi pada laju yang sangat berbeda walaupun
kondisi kondisi yang sama dipertahankan dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan energi
aktivasi. Sifat reaktan, tentu saja, menentukan sifat kompleks yang diaktifkan dan
karenanya energi aktivasi. Secara umum, reaksi yang sangat cepat memiliki energi
aktivasi yang rendah; reaksi yang lebih lambat memiliki energi aktivasi yang lebih tinggi
(Yoder, dkk, 1980: 385).
Dua monosakarida dapat bergabung bersama dengan menghilangkan molekul
H2O di antara mereka-reaksi kondensasi. Kombinasi ini disebut disakarida. Disakarida
penting yang terjadi secara alami, malobi, selobiosa, laktosa, dan. Dalam maltosa, atom
H pada gugus hidroksil C-1 dari satu unit glukosa bereaksi dengan gugus hidroksil pada
atom C-4 dari unit glukosa kedua. Kedua unit dihubungkan dengan cara α.
Kesetimbangan dimungkinkan antara bentuk maltosa siklik dan rantai lurus, sehingga
merupakan gula pereduksi. Maltosa diproduksi oleh aksi enzim malt pada pati. Maltosa
mengalami fermentasi, dengan adanya ragi, pertama menjadi glukosa, dan kemudian
menjadi etanol dan CO2 (g). Cellobiose dapat diperoleh dengan hidrolisis selulosa yang
cermat. Ini adalah disakarida glukosa-glukosa dengan keterkaitan β. Laktosa, atau gula
susu, secara alami ada dalam susu, di mana konsentrasinya dapat berkisar dari 0% hingga
7%. Ini adalah disakarida glukosa-glukosa dengan hubungan β. Sukrosa adalah gula
dapur biasa (tebu atau gula). Ini adalah disakarida terkait glukosa-fruktosa 1α, 2β. Tak
satu pun dari dua unit gula siklik dapat membuka ke bentuk rantai, dan sebagai hasilnya
sukrosa bukanlah gula pereduksi
Polisakarida Polisakarida terdiri dari unit monosakarida yang bergabung dalam
rantai panjang dengan kaitan oksigen. Pati, dengan massa molekul antara 20.000 dan
1.000.000 u, adalah cadangan karbohidrat dari banyak tanaman dan merupakan
konstituen massal dari semen, beras, jagung, dan kentang. Glikogen adalah cadangan
karbohidrat hewan, terjadi di hati dan jaringan otot. Ini memiliki massa molekul yang
lebih tinggi daripada pati, dan rantai polisakarida lebih bercabang. Selulosa adalah bahan
struktural utama tanaman. Ini adalah komponen utama pulp kayu, kapas, dan jerami.
Hidrolisis lengkap selulosa menghasilkan glukosa. Selulosa memiliki massa molekul
antara 300.000 dan 500.000 u, sesuai dengan 1800-3000 unit glukosa. Sebagian besar
hewan, termasuk manusia, tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk menghidrolisis
hubungan β. Akibatnya mereka tidak bisa mencerna selulosa. Bakteri tertentu dalam
ruminansia (sapi, kuda) dan rayap dapat menghidrolisis selulosa, memungkinkan mereka
untuk menggunakannya sebagai makanan. Rayap, seperti kita ketahui, hidup dari
makanan dari kayu (Petrucci dan Harwood, 1997:973-974).
Kalori merupakan kelompok zat gizi makronutrien, dengan sumber kalori terbesar
adalah karbohidrat, protein dan lemak. Kalori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
total kalori dari ketiga sumber tersebut. Setiap gram dari karbohidrat dan protein yang
dikonsumsi memberikan kontribusi kalori sebesar 4 kcal, sedangkan lemak memberikan
kontribusi kalori sebesar 9 setiap gramnya. Zat gizi makro (makronutrient)di tubuh
manusia adalah lemak, protein, dan karbohidrat. Diantara ketiga zat gizi makro tersebut,
asupan karbohidrat menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Karbohidrat
kompleks (tinggi serat), lemak dan protein dapat menjadi pelindung tubuh terhadap
kelelahan (Maywati dan Lilik Hidayanti, 2018).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Erlenmeyer 100 mL
b. Gelas Kimia 50 mL
c. Gelas Ukur 10 mL
d. Penjepit Kayu
e. Pipet Tetes
f. Pipet Volume 1 mL
g. Pipet Volume 5 mL
h. Rak Tabung Reaksi
i. Rubber Bulb
j. Tabung Reaksi
k. Water Bath
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)
b. Kloroform (CHCl3)
c. Larutan amilum(aq) (C6H10O5) 2 %
d. Larutan asam klorida(aq) (HCl) pekat 1 M
e. Larutan asam sulfat(aq) (H2SO4) pekat
f. Larutan brom(aq) ( Br2)
g. Larutan fruktosa(aq) (C6H12O6) 2 %
h. Larutan glukosa(aq) (C6H12O6) 2 %
i. Larutan kalium permanganat(aq) (KMnO4)
j. Larutan natrium hidroksida(aq) (NaOH) 1 M
k. Larutan sukrosa(aq) (C12H22O11) 2 %
l. Minyak Kelapa
m. Padatan iodium (I2)
n. Reagen Benedict
o. Reagen Molisch

D. PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik
a. Dilarutkan 2 mL minyak kelapa dalam 2 mL kloroform pada tabung reaksi 1.
b. Dimasukkan 2 mL kloroform ke dalam tabung reaksi lain (tabung reaksi 2).
c. Diteteskan beberapa tetes larutan brom ke dalam minyak kelapa dalam tabung
reaksi 1. Diamati warna larutan brom, diamati perubahan warna brom setelah
diteteskan ke dalam tabung 1.
d. Diteteskan larutan brom ke dalam tabung reaksi 2. Jumlah tetes larutan brom
harus sama dengan jumlah tetes yang digunakan pada tabung reaksi 1. Diamati
warna larutan pada tabung reaksi 2.
e. Dibandingkan warna larutan dalam tabung reaksi 1 dengan warna larutan dalam
tabung reaksi 2.
f. Diulangi prosedur kerja a sampai dengan e digunakan larutan kalium permanganat
sebagai pengganti larutan brom.
2. Uji Karbohidrat
a. Tes Benedict
 Masing-masing sebanyak 2 mL larutan benedict dimasukkan ke dalam 4
tabung reaksi berlabel (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum), kemudian
ditambahkan 2 tetes karbohidrat tersebut.
 Dipanaskan dalam waterbath selama 2 menit dan diamati apa yang terjadi.
b. Tes Molisch
 Masing-masing sebanyak 2 tetes pereaksi molisch dimasukkan ke dalam 4
tabung reaksi yang sudah berisi 2 mL glukkoa, fruktosa, sukrosa, dan amilum.
 Tabung dikocok, kemudian dimiringkan dan ditambahkan 2 mL larutan
H2SO4 secara perlahan-lahan.
 Diamati perubahan yang terjadi dan dibandingkan ke empat tabung tersebut.
c. Hidrolisa Disakarida
 Larutan sukrosa 2 % diambil masing-masing sebanyak 3 mL dan dimasukkan
pada tabung reaksi berlabel.
 Pada tabung reaksi no 1 ditambahkan 3 mL air dan 3 tets HcI 1 M.
 Dipanaskan tabung tersebut pada air mendidih selama 5 menit.
 Didnginkan dalam suhu ruang dan netralkan dengan NaOH 1 M.
 Ditambahkan reagen benedict ke tabung 1 dan 2.
 Dibandingkan dengan tabung reaksi no 2 yang hanya berisi sukrosa, aquades,
3 tetes reagen benedict.
d. Hidrolisa Polisakarida
 Larutan amilum 2 % masing-masing sebanyak 3 mL ditempatkan pada 2
tabung reaksi yang berbeda.
 Tabung no 1 ditambahkan 3 tetes HCl 1 M kemudian dipanaskan.
 Diambil satu tetes dan dimasukkan dalam tabung 2.
 Ditambahkan iodium beberapa tetes sampai terjadi perubahan warna.
Diamati apa yang terjadi.
 Sisa larutan dinetralkan dengan NaOH 1 M dan ditambah reagen benedict
selanjutnya dipanaskan kembali dan diamati.
 Dibandingkan dengan tabung no 2 yang hanya berisi amilum dengan iodium.

E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Identifikasi ikatan rangkap pada
Senyawa karbon alifatik
a. Identifikasi menggunakan larutan
Brom
- Tabung 1
+ 2 mL minyak kelapa - Warna awal minyak kelapa adalah
kuning keemasan.
+ 2 mL kloroform - Warna awal kloroform adalah bening.
Warna larutan setelah ditambahkan
larutan kloroform adalah kuning.
+ 5 tetes larutan Brom - Warna awal larutan brom adalah
bening. Setelah ditambahkan larutan
brom, terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan
atas berwarna bening dan lapisan
bawah berwarna kuning keruh.

- Tabung II
+ 4 mL kloroform - Warna awal kloroform adalah bening
+ 5 tetes larutan Brom - Warna awal brom adalah bening.
Setelah ditambahkan larutan Brom,
kedua larutan tidak menyatu.
b. Identifikasi menggunakan larutan
KMnO4
- Tabung I
+ 2 mL minyak kelapa - Warna awal minyak kelapa adalah
kuning keemasan.
+ 2 mL kloroform - Warna awal kloroform adalah bening.
Setelah ditambahkan kloroform warna
larutan adalah bening.
+ 5 tetes larutan KMnO4 - Warna awal larutan KMnO4 adalah
ungu. Setelah ditambahkan KMnO4,
larutan tersebut membentuk tiga
lapisan, bagian atas berwarna ungu,
bagian tengah berwarna coklat bening,
dan lapisan bawah berwarna kuning
bening.
- Tabung II
+ 4 mL kloroform - Warna awal kloroform adalah bening.
+ 5 tetes larutan KMnO4 - Warna awal KMnO4 adalah ungu.
Warna larutan setelah ditambahkan
larutan KMnO4 adalah warna ungu di
permukaannya dan warna bening di
bawahnya.

2 Uji Karbohidrat
a. Tes Benedict
- Tabung I
+ 2 mL larutan benedict - Warna awal larutan benedict adalah
biru tua.
+ 6 tetes glukosa 2% - Larutan benedict ditambahkan 6 tetes
glukosa 2% dan dipanaskan selama 2
menit berubah warna menjadi warna
orange dan menghasilkan endapan
bewarna hijau lumut.

- Tabung II
+ 2 mL larutan benedict - Warna awal larutan benedict adalah
warna biru tua.
+ 6 tetes fruktosa 2% - Larutan benedict ditambahkan 6 tetes
Fruktosa 2% dan dipanaskan selama 2
menit berubah warna menjadi orange
dan menghasilkan endapan bewarna
merah bata.
-Tabung III
+ 2 mL larutan benedict - Warna awal larutan benedict adalah
biru tua.
+ 6 tetes sukrosa 2% - Larutan benedict ditambahkan 6 tetes
sukrosa 2% dan dipanaskan selama 2
menit berubah warna menjadi warna
coklat dan menghasilkan endapan
bewarna merah.

-Tabung IV
+ 2 mL larutan benedict - Warna awal larutan benedict adalah
biru tua.
+ 6 tetes amilum 2% - Larutan benedict ditambahkan 6 tetes
amilum dan dipanaskan selama 2 menit
berubah menjadi warna biru toska dan
menghasilkan endapan bewarna hijau.
b. Tes Molisch
- Tabung I
+ 2 mL glukosa 2% - Warna awal glukosa adalah adalah
bening kekuningan.
+ 2 tetes preaksi molisch - Warna glukosa berbubah menjadi
warna keruh setelah ditambahkan 2
tetes preaksi molisch dan menghasilkan
endapan bewarna hitam.
+ 2 mL H2SO4 pekat - Warna berubah lagi menjadi ungu
kehitaman setelah ditambahkan 2 mL
H2SO4.
-Tabung II
+ 2 mL fruktosa 2% - Warna awal fruktosa adalah bening
kekuningan.
+ 2 tetes amilum - Warna fruktosa berubah menjadi
warna keruh setelah ditambahkan 2
tetes amilum dan menghasilkan
endapan warna hitam.
+ 2 mL H2SO4 pekat - Warna berubah lagi menjadi ungu
kehitaman setelah ditambahkan 2 mL
H2SO4.
-Tabung III
+ 2 mL sukrosa 2% - Warna awal sukrosa adalah bening.
+ 2 tetes amilum - Warna sukrosa berubah menjadi warna
ungu muda setelah ditambahkan 2 tetes
amilum dan menghasilkan endapan
bewarna hitam.
+ 2 mL H2SO4 pekat - Warna berubah lagi mejadi coklat
kehitaman setelah ditambahkan 2 mL
H2SO4.

-Tabung IV
+ 2 mL amilum 2% - Warna awal amilum adalah warna
bening.
+ 2 tetes preaksi molisch - Warna berubah menjadi warna keruh
setelah ditambahkan 2 tetes preaksi
molisch dan menghasilkan endapan
bewarna coklat.
+ 2 mL H2SO4 pekat - Warna berubah lagi menjadi warna
ungu kehitaman setelah ditambahkan 2
mL H2SO4.
c. Hidrolisa Disakarida
-Tabung I
+ 3 mL larutan sukrosa 2 % - Warna awal sukrosa adalah bening.
+ 3 mL aquades - Warna awal aquades adalah bening.
Waena sukrosa setelah ditambahkan
aquades adalah bening.
+ 10 tetes HCl pekat 1 M - Warna awal HCl adalah bening. Warna
setelah ditambahkan HCl adalah
bening.
+ 10 tetes NaOH 1 M - Warna setelah dipanaskan adalah
bening.
+ 10 tetes reagen benedict - Warna larutan setelah ditambahkan
benedict tidak ada perubahan.
-Tabung II
+ 3 mL larutan sukrosa 2 % - Warna awal larutan sukrosa adalah
bening.
+ 3 mL aquades - Warna awal aquades adalah bening.
Setelah ditambahkan aquades, larutan
tetap bening.
+ 5 tetes reagen benedict - Warna awal reagen benedict adalah
bening. Setelah ditambahkan reagen
benedict tidak ada perubahan.
d. Hidrolisa Polisakarida
-Tabung I
+ 3 mL larutan amilum 2% -Warna awal larutan amilum adalah
warna bening.
+ 3 tetes HCl pekat 1 M - Larutan amilum tidak mengalami
perubahan warna setelah ditambahkan
3 tetes HCl pekat.
- Setelah dipanaskan selama 5 menit
larutan amilum tidak mengalami
perubahan warna.

-Tabung II
+ 3 mL larutan amilum 2% -Warna awal larutan amilum adalah
warna bening.
+ 1 tetes iodium -Warna berubah menjadi biru
kehitaman setelah ditambahkan 1 tetes
iodium.

-Tabung III (sisa dari tabung I) -Hasil dari warna tabung I tidak
mengalami perubahan warna, tetap
pada warna awal yaitu warna bening.
+ 1 tetes iodium -Tabung III (sisa dari tabung 1) berubah
warna menjadi coklat kehitaman
setelah ditambahkan 1 tetes iodium.

-Tabung Sisa (dari tabung I)


+ 3 tetes NaOH -Hasil warna dari tabung 1 tidak
mengalami perubahan warna, tetap
pada warna awal yaitu warna bening.
+ 3 tetes reagen benedict -Tabung sisa (dari tabung I) tidak ada
perubahan warna setelah ditambahkan
3 tetes reagen benedict.
-Dipanaskan selama 5 menit, tidak
terjadi perubahan warna.

F. ANALISIS DATA
1. Identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbor alifatik
a. Identifikasi menggunakan larutan brom (Br2)
Tabung 1
Tabung 2

b. Identifikasi menggunakan larutan kalium permanganate (KMnO4)


Tabung 1

Tabung 2

2. Uji karbohidrat
a. Tes Benedict
1. Glukosa

2. Fruktosa
3. Sukrosa

4. Amilum

b. Tes Molisch

c. Hidrolisa Disakarida
d. Hidrolisa Polisakarida

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang membahas tentang identifikasi makronutrien dan gugus
fungsi senyawa organik dengan tujuan untuk menentukan reaksi identifikasi ikatan
rangkap pada senyawa organik serta menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif.
Adapun jenis-jenis percobaan untuk mengidentifikasi ikatan rangkap pada senyawa
karbon alifatik ada dua yaitu dengan menggunakan larutan brom (Br2) dan larutan kalium
permanganat (KMnO4), sedangkan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk
menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif yaitu dengan melakukan uji
karbohidrat yang meliputi tes benedict, tes molisch, hidrolisa disakarida, dan hidrolisa
polisakarida.
Percobaan pertama mengidentifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon
alifatik menggunakan dua tabung. Pada tabung pertama minyak kelapa yang berwarna
kuning keemasan dan kloroform yang berwarna bening bercampur, keduanya dapat larut
karena kloroform merupakan pelarut non polar dan menghasilkan warna kuning dan putih
yang terpisah, namun setelah ditambahkan larutan brom yang berwarna orange, larutan
didalam tabung reaksi berubah menjadi bening dan ada bagia yang berwarna putih, hal ini
disebabkan karena minyak kelapa bereaksi dengan larutan brom. Sedangkan pada tabung
kedua (II) kloroform yang berwarna bening tidak ditambahkan minyak kelapa tetapi hanya
ditambahkan larutan brom yang berwarna orange dan tidak menghasilkan perubahan
warna karena kloroform dan brom sama-sama berupa larutan namun sulit bereaksi
sehingga tidak dapat bercampur.
Percobaan kedua yaitu uji karbohidrat dengan mengguanakn reagen benedict,
tes molisch, hidrolisis disakarida, dan hidrolisis polisakarida. Pada uji benedict yaitu uji
yang pertama bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel,
hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata. Pada percobaan ini
menggunakan sampel berupa glukosa, fruktosa, sukrosa dan amilum. Pada sampel glukosa
setelah ditambahkan larutan benedict kemudian dipanaskan larutan yang semula berwarna
biru berubah menjadi warna merah bata. Pada sampel fruktosa larutan berubah berubah
menjadi merah bata pula, setelah ditambahkan reagen benedict hal ini disebabkan karena
reagen benedict bersifat sebagai pereaksi yang berupa larutan yang mengandung
kuprisulat, natrium karbonat dan natrium sitrat, yang bersifat basa lemah sehingga
menghasilkan endapan merah bata tersebut. Sedangkan, pada sampel sukrosa dan amilum
tidak terjadi perubahan warna. Sampel sukrosa dan amilum ini apabila dalam keadaan
asam dan suhu tinggi akan mengalami inverse, menjadi glukosa dan fruktosa.
Percobaan ketiga yaitu dengan menggunakan reagen molisch. Uji molisch
adalah uji kimia kuantitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Pada uji ini diperoleh
data pada semua sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum) yang digunakan dan
direaksikan dengan reagen molisch dapat membentuk cicin yang berwarna ungu
dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin yang berwarna ungu dan
karena kondensasi furfural dengan α-naftol yang menyeabkan karbohidrat rusak
disebabkan semua sampel selalu breaksi positif dalam uji molisch.
Percobaan selanjutnya yaitu melakukan hidrolisa disakarida. Pada uji ini yaitu
dengan menggunakan dua tabung. Pada tabung pertama dicampur larutan sukrosa,
aquades dan asam klorida kemudian dipanaskan namun tidak terjadi perubahan warna
apapun karena ketiga larutan ini sama-sama berwarna bening ( tidak berwarna ), dan asam
sulfat ini merupakan zat pengoksida yang kuat yang dapat dengan mudah menyebabkan
zat lain teroksidasi. Namun setelah ditambahkan larutan natrium hidroksida dan larutan
benedict dan dipanaskan lagi larutan berubah menjadi orange terang. Hal ini disebabkan
karena penambahan natrium hidroksida yang membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan dalam air, dan saat dilarutkan akan melepaskan panas karena terjadi reaksi
secara eksotermis. Serta karena ditambahkan dengan reaksi benedict yang bersifat basa
lemah. Kemudian pada tabung yang kedua larutan sukrosa dicampurkan dengan aquades
dan pereaksi benedict tidak mengalami perubahan warna, namun warnanya tetap dapat
dilihat perubahannya yaitu menjadi warna biru yang berasal dari larutan benedict.
Langkah percobaan terakhir yaitu hidrolisa polisakarida. Pada percobaan ini
diperoleh data bahwa ketika amilum ditambahkan asam klorida dan dipanaskan kemudian
ditambahkan dengan reagen benedict dan dipanaskan kembali maka warnanya akan
berubah menjadi warna orange. Hal ini terjadi karena didalam reaksi terdapat reaksi
oksidasi. Larutan ini sebelumnya ditambahkan iodium, dan natrium hidroksida serta
reagen benedict lalu dipanaskan sehingga menghasilkan warna merah bata. Hal ini
disebabkan oleh penambahan natrium hidroksida yang apabila direaksikan atau dilarutkan
akan melepaskan panas serta reagen benedict yang bersifat asam, selain itu karena reagen
benedict bersifat sebagai pereaksi yang berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natrium karbonat dan natrium sitrat sehingga menghasilkan endapan merah bata tersebut.
Pada tabung kedua amilum dicampur dengan iodium, larutan yang berwarna bening
beraubah warna menjadi biru. Hal ini disebabkan warna dari iodium yaitu hitam kebiru-
biruan, kemudian larutan ini mengalami reaksi oksidasi.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. untuk menentukan reaksi identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu identifikasi menggunakan larutan brom (Br2)
untuk mengidentifikasi ikatan rangkap jenuh dan tidak jenuh dengan cara adisi dan
identifikasi menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) untuk
mengidentifikasi ikatan rangkap jenuh dan tidak jenuh dengan cara oksidasi. Pada uji
brom (Br2) didapatkan perubahan warna orange menjadi tidak berwarna. Hal ini
menunjukkan terjadinya suatu reaksi adisi, sedangkan pada percobaan kedua yaitu
menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) didapatkan perubahan warna
menjadi merah keunguan. Hal ini terjadi karena kalium permanganat merupakan zat
pengoksida yang kuat.
2. Untuk menentukan sifat-sifat karbohidrat dapat dilakukan melalui uji benedict, uji
molisch, hidrolisis polisakarida, dan hidrolisis disakarida. Pada uji benedict
didapatkan endapan warna merah bata pada sampel glukosa dan fruktosa yang
mengandung gula preduksi, sedangkan pada sampel amilum dan sukrosa tidak terjadi
perubahan warna. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan sifat-sifat karbohidrat
ketika dilarutkan dengan pereaksi benedict. Selanjutnya pada uji molisch didapatkan
perubahan warna yang berupa cincin ungu, hal ini disebabkan oleh terjadinya reaksi
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin sulfur berwarna ungu
sedangkan pada uji hidrolisa disakarida dan hidrolisa polisakarida terdapat amilum
yang akan menghasilkan perubahan yang berbeda-beda menunjukkan adanya
perbedaan sifat -sifat karbohidrat apabila direaksikan dengan suatu zat tertentu hal ini
karena adanya pemecah gula kompleks menjadi molekul monosakarida. Dari penguji
ini dapat diketahui bahwa sifat-sifat karbohidrat antara lain monosakarida, glukosa,
fruktosa, galaktosa, maltose, dan pentosa.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2002, Chemistry 7th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Maywati, Sri, dan Lilik Hidayanti, 2018, Peran Asupan Makronutrien (Kalori) Siang Hari
Terhadap Kelelahan Pekerja Wanita, Jurnal Siliwangi, Vol.4, PP. 9-13.
Petrucci, R. H., dan William S. Harwood, 1997, General Chemistry : Principles and Modern
Applications, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Yoder, C. H., Suydam, F. H., dan Snavely, F. A., 1980, Chemistry 2nd Edition. Harcourt
Brace Jovanovich, Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai