PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya
penelitian ini, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta waktu dan tempat pelaksanaan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai komposit polimer konduktif,
polyvinylalcohol (PVA), gliserol, graphene, preparasi komposit polimer
konduktif, serta uji mekanis dan konduktif komposit polimer konduktif.
(1). Layer-by-layer
Metode LBL (layer-by-layer) pertama kali dilakukan oleh Decher dkk
(1991) untuk membuat film multilayer yang menambahkan polielektrolit dengan
muatan berlawanan pada antarmuka padat-cair berdasarkan mekanisme attraction
electrostatic (Decher dkk, 1991, Macchetta dkk, 2009). LBL sangat baik
digunakan dalam pabrikasi film tipis, yang membentuk sifat optik, elektrik dan
kimia yang unik. Proses teknologi layer-by-layer digambarkan pada Gambar
2.4A. Substrat diolah terlebih dahulu, kemudian film dimasukkan kedalam larutan
agar diserap oleh substrat.
(2). Evaporation
Dibandingkan dengan teknik LBL, proses evaporation telah dikembangkan
untuk mempersiapkan polimer nanokomposit di laboratorium. Dalam proses
evaporation, nanosheet dalam larutan cenderung diatur dalam struktur energi
yang rendah dengan pelepasan pelarut, sehingga membentuk struktur teratur
berlapis. Metode evaporation dapat dilihat pada Gambar 2.4B.
(3). Filtration
Serupa dengan metode evaporation, filtration adalah metode lain yang
sederhana dan efektif dalam pembuatan polimer nanokomposit (Wan dkk, 2016).
Metode filtration dapat dilihat pada Gambar 2.4C. Pada proses pembuatan
komposit polimer, metode fitration menggunakan alat vakum, nanosheet dalam
suspensi bisa diendapkan pada permukaan saringan dan disusun agar membentuk
struktur berlapis yang teratur dengan aliran pelarut.
2.4.2 Gliserol
Gliserol adalah cairan tidak berwarna dan tidak larut dalam air. Gliserol
banyak dimanfaatkan dalam banyak aplikasi industri, seperti foam, sabun dan
sebagai obat batuk dan sirup dalam aplikasi medis. Gliserol juga banyak
digunakan sebagai plasticizer. Plasticizer adalah senyawa dengan berat molekul
rendah, yang bila dicampur dengan polimer akan meningkatkan mobilitas
makromolekul polimer sehingga jaringan polimer menjadi kurang padat karena
penurunan kekuatan antarmolekul dan terjadi peningkatan fleksibilitas.
Jia dkk (2014) melaporkan gliserol memberikan efek plasticizing tinggi
pada PVA. Gliserol bisa berinteraksi dengan molekul PVA dan mengganti ikatan
hidrogen dalam molekul PVA. Kristalisasi PVA terganggu dan intensitas ikatan
hidrogen di PVA berkurang. Gliserol dapat memperbaiki kompatibilitas PVA, dan
film PVA plasticized tampak lebih kontinu daripada film PVA murni. Stabilitas
termal dan suhu transisi gelas menurun dengan penambahan gliserol. Sifat
mekanik PVA meningkat secara signifikan dan film PVA plasticized tampak lebih
keras daripada film PVA murni setelah menambahkan gliserol. Hal ini juga dapat
diharapkan bahwa gliserol dapat memainkan peran penting dalam polimer seperti
selulosa yang mengandung banyak gugus hidroksil.
2.3.3 Graphene
Graphene adalah alotrop karbon dua dimensi dengan struktur heksagonal,
tiap satu atom membentuk verteks dengan hibridisasi sp 2. Struktur graphene dapat
dilihat pada Gambar 2.6. Panjang ikatan C-C adalah sekitar 0,142 nm. Terdapat
tiga ikatan σ dalam setiap kisi yang berfungsi sebagai penghubung yang kuat
membentuk struktur heksagonal stabil. Graphene dapat dianggap sebagai struktur
unit grafit, CNT (carbon nanotubes), dan fullerene, serta molekul aromatik
dengan ukuran tak terbatas, seperti hidrokarbon aromatik polisiklik yang sangat
planar (Zhen dan Zhu, 2018). Graphene memiliki konduktivitas listrik yang baik,
stabilitas kimia, dan transmisi cahaya yang sangat baik. Transmisi graphene tetap
merata di seluruh spektrum. Graphene lebih potensial dibandingkan dengan bahan
elektroda transparan tradisional, seperti ITO (indium tin oxide). Oleh karena itu,
graphene menjadi kandidat yang sangat baik untuk bahan elektroda transparan di
masa depan (Sun dkk, 2018).
2.5.2 X-RD
Difraksi sinar-x merupakan metode analisa yang memanfaatkan interaksi
antara sinar-x dengan atom yang tersusun dalam sebuah sistem kristal. Untuk
dapat memahami prinsip dari difraksi sinar-x dalam analisa kualitatif maupun
kuantitatif, terlebih dahulu diuraikan penjelasan mengenai sistem kristal. Analisa
XRD merupakan contoh analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan suatu senyawa dengan mengamati pola pembiasan cahaya sebagai
akibat dari berkas cahaya yang dibiaskan oleh material yang memiliki susunan
atom pada kisi kristalnya.