Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Berbagai Macam Polimer yang Diolah dengan Metode 3D Printing FDM
Metode 3D Printing FDM memerlukan material yang ingin dicetak berbentuk filamen
silindris. Sementara mengenai jenis materialnya, termoplastik merupakan yang paling umum
dikarenakan bahan termoplastik mudah di fabrikasi berkat suhu ekstrusidari bahan
termoplastik ini terjangkau dalam suhu operasi dari mesin FDM secara umum. Cukup banyak
penelitian telah dilakukan mengenai sifat-sifat hasil 3D printing metode FDM yang mencakup
berbagai jenis termoplastik seperti PLA dan ABS.
Penelitian mengenai kekuatan mekanis serta fisik dari filamen berbagai jenis polimer
hasil FDM telah dilakukan oleh Lay dkk (2019).Penelitian ini juga menggunakan metode
manufaktur injection molding (IM) sebagai pembanding FDM. Untuk jenis polimer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ABS, PLA dan Nylon 6. Polimer-polimer ini sangat
umum digunakan dalam FDM.

Gambar 2.1. Pola XRD dari PLA, ABS, dan Nylon 6 hasil FDM dan IM (Lay dkk., 2019)

Struktur-struktur fasa kristal dari polimer-polimer tersebut baik dari metode FDM
maupun IM, dikaji melalui pengujian X-ray diffractometer (XRD). Berdasarkan Gambar 2.1.
yaitu hasil pengujian ini, didapati bahwa kristalinitas dari ABS tidak begitu terpengaruh oleh
perbedaan metode manufaktur FDM dan IM, namun kristalinitas dari PLA dan Nylon 6
berbeda untuk metode manufaktur FDM dan IM, dimana PLA dan Nylon 6 memiliki
kristalinitas yang lebih tinggi apabila dimanufaktur dengan FDM ketimbang dengan IM.

4
Gambar 2.2. Sifat-sifat mekanis termoplastik dari metode FDM dan IM: (a) kekuatan tarik,
(b) Modulus Young, (c) regangan saat patah (Lay dkk., 2019)

Untuk sifat dari polimer-polimer tersebut, dapat dilihat dari Gambar 2.2. bahwa
polimer yang dibuat dengan metode FDM akan memiliki kekuatan tarik dan elastisitas yang
lebih rendah ketimbang pembuatan dengan metode IM. Untuk metode FDM, hasil ini
berhubungan dengan metode FDM dilakukan secara lapisan demi lapisan, dimana filamen
atas dan bawah tidak mengikat satu sama lain dengan sempurna. Ini mengakibatkan
munculnya gelembung-gelembung udara selama proses, menyebabkan terbentuknya celah-
celah antar helaian filamen, sehingga struktur hasil FDM berpori-pori.

Dapat disimpulkan dari penelitian tersebut bahwa polimer PLA memiliki sifat mekanis
terlemah dari ketiga polimer yang diuji. Terlebih lagi apabila polimer PLA ini dimanufaktur
dengan metode FDM ketimbang metode IM. Juga menjadi perhatian bahwa PLA, ABS serta
Nylon 6 merupakan polimer yang umum digunakan sebagai bahan dasar produk plastik.
Untuk metode manufaktur, dapat disimpulkan bahwa metode IM lebih baik untuk
mendapatkan produk yang memiliki sifat mekanis bagus ketimbang metode FDM.

5
2.2. Perubahan Sifat Mekanis dari Komposit akibat Bahan Penguat

Penelitian mengenai penggunaan serat selulosa berukuran nano dari serat sabut kelapa
sebagai bahan penguat untuk polyvinyl alcohol (PVA) telah dilakukan oleh Wu dkk(2019).
Serat sabut kelapa dimurnikan, lalu dioksidasikan, dan terakhir diberikan perawatan ultrasonik
untuk mendapatkan coir cellulose nanofibrils (CCNF). Komposit CCNF/PVA akan berbentuk
film, dan film ini dibuat dengan metode pengecoran larutan. Komposisi dari CCNF bervariasi.
Setelah pengujian, didapati kekuatan tarik dan regangan saat patah dari film-film sebagai
tertera pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Sifat mekanis dari film PVA dan film komposit CCNF/PVA (Wu dkk., 2019)

Kenaikan sifat mekanis ini dikarenakan oleh penyebaran seragam dari CCNF sehingga
ikatan hidrogen yang terbentuk diantara CCNF dan PVA dapat menyebabkan peralihan
tegangan terjadi dengan lebih mudah antara CCNF dan rantaian matriks PVA. Sifat mekanis
dari komposit akan terus meningkat apabila persentasi komposis CCNF meningkat, asalkan
persentase ini tidak melebihi 3%, dimana apabila ia melebihi 3%, sifat mekanis komposit
justru menurun. Ini menunjukkan bahwa jangkauan nilai CCNF antara 1% hingga 3%
merupakan jangkauan baik untuk mendapatkan penyebaran seragam. Sementara ketika CCNF
melebihi 3%, penyebaran tidak memadai sehingga terjadi penumpukan CCNF, akibatnya
tidak terbentuk jaringan ikatan hidrogen yang efektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Jin dkk (2020) menggunakan bahan penguat silanized
NCC (SNCC) pada film komposit bermatriks PLA. SNCC dibuat dengan pengadukan
magnetis. Film komposit dibuat dengan mengaduk larutan PLA dengan larutan SNCC, lalu
campuran ini dikeringkan. Komposisi dari SNCC sendiri divariasikan. Beberapa pengujian

6
dilakukan terhadapt sampel-sampel komposit dengan beragam persentase jumlah SNCC,
diantaranya pengujian tarik.

Gambar 2.4. Kekuatan tarik dan patah regangan dari film PLA/SNCC dengan jumlah SNCC
yang berbeda (Jin dkk.,2020)

Dari Gambar 2.4. didapati bahwa peningkatan jumlah SNCC meningkatkan sifat
mekanis dari komposit PLA/SNCC hingga nilai dari SNCC mencapai 0.5%. Ketika SNCC
pada jangakauan 0%-0.5%, penyebaran seragam SNCC merupakan kondusif dalam
meningkatkan sifat mekanis. Penjelasannya adalah rantai samping alkil yang tercantumkan ke
permukaan SNCC dan rantai samping PLA sepenuhnya menembus antara satu sama lain, dan
molekulnya saling terjalin. Dikarenakan itu area kontak efektif dari matriks polimer dan gaya
interaksi antar molekul meningkat, Namun komposisi SNCC diatas 0.5% akan menurunkan
kekuatan mekanis dari komposit. Ini berasal dari penggumpalan dari SNCC berlebih, sehingga
interaksi antara partikel dengan PLA menurun.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran SNCC dalam memperkuat komposit
berdasarkan PLA telah sah. Hasil menunjukkan bahwa kesesuaian antar muka PLA dan
SNCC bertambah baik sebagai fungsi dari modifikasi salinisasi. Penambahan jumlah SNCC
yang optimum juga meningkatkan keseimbangan termal dan sifat mekanis dari PLA.

Anugwom dkk (2019) telah melakukan penelitian mengenai kekuatan tarik dari
biokomposit bermatriks PLA dengan bahan penguat berupa lignin yang diperoleh dari pohon

7
cemara dan sampah konstruksi serta penghancuran bangunan. Biokompsit dibuat dengan
menggunakan mesin ekstruder dengan suhu ekstrusi 185 oC dan ukuran kepala nozzle sebesar
3 mm.
Dalam penelitian dibuat berbagai sampel dengan berbagai variasi persentase dari
selulosa, agen coupling serta pelumas. Dilakukan pengujian tarik pada sampel-sampel untuk
mendapatkan nilai dari kekuatan tarik dari tiap sampel. Gambar 2.5. menunjukkan hasil dari
pengujian tarik, dan didapatkan bahwa penggunaan lignin sebagai bahan penguat dapat
meningkatkan kekuatan tarik spesifik dari komposit.

Gambar 2.5. Kekuatan tarik aktual dan spsifik dari sampel-sampel komposit PLA dengan
bahan-bahan penguat tertentu (Anugwom dkk., 2019)

2.3. Penelitian Filamen Komposit dengan Bahan Penguat NCC dalam FDM
Menesez dkk (2018) melakukan penelitian dengan tujuan filamen nanokomposit
sepenuhnya biodegradeable dengan sifat termal dan mekanis yang ditingkatkan, untuk
digunakan dalam proses FDM. Material yang digunakan adalah komposit dengan matriks
berupa polyvinyl alcohol (PVOH), dan bahan penguat berupa NCC. Pembuatan filament
komposit ini diawali dengan pencampuran larutan PVOH dengan suspensi NCC melalui
pengecoran campuran. Komposisi dari NCC divariasikan. Hasil dari pengecoran ini akan
dihaluskan dengan penggiling hingga berbentuk serbuk lalu dikeringkan. Campuran serbuk
PVOH dan NCC ini selanjutnya dimasukkan ke dalam ekstruder filamen satu ulir, dimana

8
suhu diatur pada daerah pemasukan dan daerah keluar cetakan masing-masing 145oC dan
175oC. Filamen hasil dari ektrusi ini lalu digunakan untuk mencetak benda uji tarik dengan
metode FDM.
Sampel-sampel filamen hasil ekstrusi dengan benda uji tarik hasil FDM akan diuji
tarik untuk mengetahui kekuatan tarik dari sampel-sampel tersebut. Hasil dari pengujian tarik
dari benda uji tarik hasil metode FDM dengan beberapa sampel komposit PVOH-NCC serta
PVOH murni dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Kurva perwakilan untuk (a) filamen dan (b) sampel 3D print (Cataldi dkk,
2018)

Nilai kekuatan tarik terbaik pada filamen komposit terjadi pada pernambahan 2% NCC
yang mengakibatkan kenaikan kekuatan tarik sebesar 45%, sementara untuk hasil 3D printing
menggunakan filamen komposit, efek penambahan kekuat an tarik terbaik terjadi pada
penambahan 5% NCC yang mengakibatkan kenaikan kekuatan tarik sebesar 73%. Penurunan
kekuatan ketika konsentrasi NCC mencapai 20% dikaitkan oleh penulis merupakan akibat
aglomerasi dari bahan penguat di dalam matriks PVOH.
Dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan
mekanis dari bahan termoplastik dapat dicapai dengan cara penambahan bahan penguat. NCC
merupakan salah satu bahan penguat yang memiliki potensi dalam pembuatan komposit
bermatriks PLA, seperti yang telah dinyatakan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Penelitian tentang pembuatan benda uji tekuk dengan metode FDM menggunakan
komposit bermatriks termoplastik PLA dan ditambah bahan penguat NCC yang diambil dari
serat rami serta pengujian kekuatan tekuknya belum pernah dilakukan sebelumnya oleh

9
karena itu, penelitian tentang pengaruh dari NCC terhadap kekuatan tekuk benda uji tekuk
hasil FDM penting untuk dilakukan. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui
potensi dari filamen PLA/NCC untuk aplikasi di bidang 3D printing.

10

Anda mungkin juga menyukai