Anda di halaman 1dari 8

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan teknologi bahan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Kadar air agregat halus

Dari sampel yang ada dalam percobaan, diperoleh hasil uji kadar air

agregat halus sebesar 2,2495% pada sampel 1 dan 2,4590% pada sampel 2,

serta 2,3542% rata-rata kadar air kedua benda uji. Berdasarkan standar

ASTM C70-94, nilai dalam sampel percobaan tidak memenuhi standar 0-

1%. Oleh karena itu, agregat halus tersebut tidak dapat digunakan dalam

adukan beton.

2. Kadar air agregat kasar

Berdasarkan hasil dari percobaan diperoleh kadar air agregat kasar sebesar

2,51% pada sampel 1 dan 1,47% pada sampel 2, serta 2% rata-rata kadar

air benda uji berdasarkan standar ASTM C566-97 nilai dari sampel di

dalam percobaan memenuhi standar 0-3% sehingga dapat digunakan.

KELOMPOK 1
3. Berat jenis dan penyerapan agregat halus

Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh nilai berat jenis semu sebesar

2,50; berat jenis kering sebesar 2,39; dan berat jenis kondisi SSD sebesar

2,43. Nilai tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan ASTM

C33-03 yaitu berkisar antara 2,5-2,7, karena itu material benda ujinya

tidak baik digunakan sebagai bahan campuran beton. Dan untuk persentase

absorpsi agregat halus yang diperoleh dari percobaan ini adalah 1,83%.

Nilai tersebut sudah memenuhi standar ASTM yaitu 1-3%.

4. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilaksanakan,

diperoleh nilai berat jenis semu sebesar 3,4021 dan berat jenis kondisi

SSD sebesar 3,2925. Nilai tersebut sudah melebihi standar yang ditetapkan

ASTM C127-01 yaitu sebesar 2,5 - 2,7. Dan untuk persentase absorbsi

agregat kasar yang diperoleh dari percobaan ini adalah 1,4051%. Hal ini

sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan ASTM C127-01, yaitu

berkisar 1-3%.

5. Gradasi agregat halus

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan,

diperoleh nilai modulus kehalusan (FM) sebesar 3,019. Nilai tersebut

memenuhi standar ASTM C33-03 untuk agregat halus yang berkisar

antara 2,3-3,1. Maka dapat disimpulkan agregat halus tersebut dapat

digunakan untuk campuran beton.

KELOMPOK 1
6. Gradasi agregat kasar

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan,

diperoleh nilai modulus kehalusan (FM) sebesar 7,1827. Nilai tersebut

memenuhi standar ASTM C33-03 untuk agregat kasar yang berkisar

antara 6-8. Maka, dapat disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut dapat

digunakan untuk campuran beton.

7. Kadar lumpur agregat halus dengan saringan

Dari sampel yang ada dalam percobaan, diperoleh hasil uji kadar lumpur

agregat halus sebesar 4% pada sampel satu dan 3% pada sampel dua, serta

3,5% untuk rata rata kadar lumpur yang terdapat pada kedua sampel.

Berdasarkan SK SNI 5-04-1989-F, Nilai dari sampel dalam percobaan

yang diizinkan yaitu maksimal 5%. Maka, agregat halus tersebut baik

digunakan untuk campuran beton.

8. Kandungan zat organik dalam pasir

Dari sampel yang ada dalam percobaan, diperoleh hasil uji kadar

kandungan zat organik dalam pasir setelah didiamkan selama 24 jam

warna zat uji menjadi terang dan terdapat pada organic plate nomor 3.

Berdasarkan ASTM C40-04, sampel di dalam percobaan memenuhi

standar. Oleh karena itu, pasir tersebut dapat digunakan sebagai campuran

adukan beton .

KELOMPOK 1
9. Los angeles test

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh

persentase keawetan saat putaran ke-100 adalah 7,14% dan persentase

keawetan saat putaran ke-500 adalah 19,64%. Berdasarkan ASTM C131-

03 persentase yang baik untuk putaran keausan agregat kasar berkisar

antara 10-45%, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang memenuhi

standar adalah putaran ke-500 dan baik untuk digunakan sebagai campuran

beton.

10. Berat volume agregat

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan, diperoleh berat volume

agregat halus gembur adalah 1252,4 kg/m³, sedangkan setelah dipadatkan

adalah 1380 kg/m³. Berat volume pada agregat kasar gembur adalah

1526,4 kg/m³, sedangkan setelah dipadatkan adalah 1591,5 kg/m³. Jadi

dapat disimpulkan bahwa berat volume padat lebih berat daripada berat

volume gembur karena adanya pemadatan sehingga ruang-ruang kosong

dalam bejana terisi penuh.

11. Berat jenis semen

Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh berat jenis semen yaitu sebesar

2,9767. Tentu nilai tersebut tidak memenuhi standar ketentuan yang

ditetapkan ASTM C188-95 yaitu berat jenis semen berada di kisaran 3,15 -

3,17. Oleh karena itu dapat disimpulkan semen tersebut tidak baik untuk

digunakan.

KELOMPOK 1
12. Waktu pengikatan awal semen

Dari hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh penetrasi 25 mm dalam

selang waktu 125 menit. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

semakin lama waktu pengikatan sementara maka pasta semen akan

semakin mengeras yang dimana mengakibatkan penurunan kedalaman

yang dapat dicapai jarum penetrasi semakin pendek dan pada akhirnya

pasta semen tidak dapat ditembus. Menurut ASTM C191-08 waktu

pengikatan awal semen minimal adalah 60 menit, jadi dapat disimpulkan

bahwa semen tersebut baik untuk campuran beton.

13. Mix design dan pelaksanaan campuran beton

Dari hasil perhitungan dan data hasil percobaan, dengan kuat tekan

rencana 26 MPa dan slump rencana 25-50 mm. Sehingga banyaknya

material yang dibutuhkan dalam membuat 3 benda uji silinder yaitu

agregat kasar sebanyak 19,93 kg, agregat halus sebanyak 18,36 kg, air

sebanyak 3,83 liter atau 3,83 kg dan semen sebanyak 8,30 kg. Dengan

demikian, diperoleh perbandingan material per 1 m3 sebesar:

agregat kasar : agregat halus : air : semen

962,6 : 887 : 185 : 400,8

14. Slump test

Dari hasil percobaan dan perhitungan slump test, diperoleh penurunan

slump sebesar 45 mm. Hasil tersebut tidak memenuhi standar ASTM C

143/C 143 M-03, dengan rencana besar penurunan yaitu 50 mm.

KELOMPOK 1
15. Kuat tekan beton dengan hammer test

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan,

diperoleh nilai rebound terkoreksi sebesar 38,54 pada benda uji A dan

38,26 pada benda uji B. Kemudian hasil dari percobaan baca grafik nilai

rebound terkoreksi diperoleh nilai mutu beton pada benda uji A sebesar 42

N/mm² dan pada benda uji B sebesar 41 N/mm².

16. Kuat tekan beton dengan CTM

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang sudah dilakukan, diperoleh

kuat tekan beton hasil pengujian dengan alat CTM sebesar 19,4206 MPa

untuk sampel 1 dan 20,9048 MPa untuk sampel 2. Nilai ini lebih kecil

dibanding kuat tekan rencana yaitu sebesar 26 MPa. disimpulkan bahwa

perencanaan mix design perlu dikoreksi lagi supaya hasil pengujian kuat

tekan beton sesuai dengan kuat tekan yang direncanakan.

17. Kuat tarik lentur beton

Berdasarkan hasil praktikum uji kuat lentur beton didapatkan nilai kuat

lentur beton pada balok berukuran 60 cm x 15 cm x 15 cm sebesar 4,943

MPa dengan bagian patah pada 1/3 bentang tengah balok beton. Nilai yang

didapatkan telah melebihi standar kuat lentur beton dari Dinas Binamarga

yaitu sebesar 4,5 MPa.

KELOMPOK 1
18. Kuat tarik belah beton (splitting test)

Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai kuat tarik beton sebesar

1,5243 MPa. Secara teoritis, beton memiliki kuat tarik belah yang lebih

rendah dibandingkan dengan nilai kuat tekannya. Pernyataan tersebut

terbukti ketika dilakukan pengujian terhadap benda uji.

19. Kuat tarik baja tulangan

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh tegangan leleh

sebesar 529,0348 MPa, tegangan leleh sebesar 0,0026, tegangan tarik

sebesar 700,4248 MPa, elongasi sebesar 12,5%, dan rasio TS/YS sebesar

1,33. Berdasarkan SNI 2052:2017 tabel 6 diperoleh kelas baja tulangan

yaitu BjTS 420A.

KELOMPOK 1
B. SARAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di laboratorium,

didapatkan saran sebagai berikut.

1. Melaksanakan praktikum dengan tepat waktu dan disiplin agar

terciptanya kegiatan praktikum yang efektif dan efisien.

2. Mematuhi tata tertib dan menaati peraturan yang ditetapkan oleh asisten

dosen.

3. Sebelum melaksanakan praktikum ada baiknya mempelajari terlebih

dahulu materi praktikum yang akan dilakukan sehingga memudahkan

dalam pemahaman dan pelaksanaan praktikum tersebut.

4. Melengkapi alat pelindung diri saat berada di lab contohnya seperti

menyiapkan sarung tangan.

5. Menjaga etika saat berada di laboratorium terhadap asisten dosen, teknisi,

administrasi, dan seluruh orang yang berada di laboratorium

KELOMPOK 1

Anda mungkin juga menyukai