Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi dan industri pada berbagai bidang aplikasi seperti
pengawasan produk makanan, pertanian, dan medis membutuhkan perangkat yang
dapat digunakan untuk pengujian biomolekul tertentu yang praktis dan akurat.
Alat yang dapat memenuhi kebutuhan pengujian ini yaitu dengan menggunakan
teknologi biosensor. Biosensor terdiri dari elemen biologi dan elemen transduser.
Elemen biologi termasuk enzim, antibodi dan mikro-organisme. Elemen biologi di
dalam biosensor kemudian berinteraksi dengan analit dan merespon dengan
berbagai cara sehingga dapat dideteksi oleh transduser (Reyes De Corcuera dan
Cavalieri, 2003). Salah satu aplikasi biosensor diantaranya adalah biosensor optik
berbasis surface plasmon resonance (SPR) (Sepulveda dkk, 2009).
Biosensor SPR merupakan sensor optik yang memanfaatkan gelombang
plasmon permukaan untuk mengamati interaksi antara analit (material yang
diamati) atau antar biomolekul sebagai medium sensing. Elemen biorekognisi
biosensor berupa material konduktif seperti logam mulia (emas, perak) sebagai
permukaan sensor (Rhodes dkk, 2006). Kinerja biosensor SPR secara intrinsik
bergantung pada kemampuan optik sensor SPR dan karakteristik permukaan
fungsional. Pada saat berlangsungnya interaksi biomolekular (misalnya mengikat
analit tertentu), indek bias yang berada di dekat permukaan berubah (Wijaya dkk,
2011). Modifikasi indeks bias ini kemudian dapat dideteksi oleh sensor SPR.
Perubahan sensitivitas biosensor diperoleh dari pendekatan fisik dan proses
biorecognition, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1.

1
2

Gambar 1.1 Sensor SPR dilengkapi dengan permukaan fungsional sebagai


elemen biorecognition diubah kedalam biosensor SPR. Analit biologi,
ditampilkan sebagai butiran berwarna hijau, yang menunjukkan interaksi
dengan elemen biorecognition yang berwarna coklat berbentuk Y. Panah
berwarna biru menunjukkan aliran larutan analit: secara praktis alira
aliran ini
dihasilkan oleh sistem mikrofluida (Wijaya dkk, 2011)

Pada praktiknya proses deteksi biomolekul dengan menggunakan biosensor


SPR belum mendapatkan hasil yang optimal karena imobilisasi biomolekul target
pada permukaan lapisan logam (permukaan sensing)) sulit untuk dioptimasi karena
biomolekul target selalu bergerak dinamis dalam fluida. Hal ini menyebabkan
perubahan konstanta dielektrik relatif di sekitar permukaan sensing menjadi
sangat singkat dan tidak spesifik sehingga proses deteksi biomolekul
biomole menjadi
tidak optimal (Lee dkk, 2011).. Kendala ini menyebabkan sejumlah peneliti
mengusulkan untuk melakukan imobilisasi biomolekul pada saat deteksi
biomolekul dilakukan. Untuk dapat meningkatkan akumulasi biomolekul target
pada permukaan sensing biosensor SPR maka perlu dikembangkan elemen
biorekognisi yang dapat dimanfaatkan untuk mengimobilisasi biomolekukul target
sehingga proses deteksi dapat dilakukan dengan optimal. Ada berbagai bahan
polimer konduktif yang dapat digunakan sebagai elemen bioreko
biorekognisi pada
permukaan biosensor SPR.. Salah satunya yaitu polianilin. Polianilin merupakan
material konduktif yang paling banyak dipelajari karena konduktivitasnya
kondukti yang
tinggi ketika didoping dengan asam, mudah disiapkan untuk diproduksi, dan dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dengan baik (Huang dan Kaner,
2004).
Akhir-akhir
akhir ini pengembangan bahan polimer konduktif nanostruktur sangat
intensif dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam berbagai
3

aplikasi. Struktur nanofiber polianilin ini sangat efektif sebagai sensor kimia (gas)
karena memiliki luas permukaan jauh lebih besar sehingga proses difusi molekul
gas ke dalam struktur nanoserat polianilin berlangsung lebih cepat dan kedalaman
penetrasi molekul gas atau uap kimia ke dalam nanoserat juga jauh lebih besar
yang akan meningkatkan sensitivitas dan responsivitas sensor. Salah satu metode
telah dikembangkan untuk sintesis nanoserat polianilin, yaitu polimerisasi
interfasial. Metode polimerisasi interfasial merupakan metode kimia yang relatif
sangat sederhana, mudah dilakukan dan relatif murah (Maddu dkk, 2008).
Menurut Huang dkk (2003) meskipun berbagai macam sintesis saat ini
mendekati nanostruktur polianilin, dibutuhkan metode yang mampu membuatnya
lebih murni, seragam, dan struktur nano polianilin dengan diameter kecil (kurang
dari 100 nm) dalam jumlah besar (bulk), yaitu dengan polimerisasi interfasial.
Struktur nanofiber dapat dibentuk dengan asam dopan apa pun yang digunakan
dalam polimerisasi. Kualitas keseragaman nanofiber dipengaruhi oleh konsentrasi
asam dari fase cair. Semakin rendah konsentrasi asam, semakin rendah ukuran
nanofiber diamati dari hasil sintesis. Asam klorida (HCl) yang digunakan sebagai
dopan menghasilkan ukuran diameter nanofiber yang lebih kecil dari mineral
asam lainnya. Konsentrasi asam yang lebih tinggi lebih diutamakan karena lebih
besar kemungkinannya dan lebih optimal untuk menghasilkan nanofiber yang
baik. Respon biosensor berkaitan dengan diameter nanofiber karena mereka
mempunyai area permukaan yang lebih besar secara proporsional (Virji dkk,
2008). Nanofiber polianilin menyediakan tahapan pada proses pembuatannya
yang dapat dimodifikasi lebih lanjut dengan membagi secara selektif untuk
deteksi target (Lahiff dkk, 2008).
Nanofiber polianilin yang diproses secara kimia dengan polimerisasi
interfasial memerlukan perbandingan rasio molar untuk membuatnya seragam
(Abdolahi dkk, 2012). Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja sensor dengan
menggunakan polimer konduktif sebagai elemen biorekognisi sensor yaitu
tingkat keseragamannya (Wijaya dkk, 2011). Menurut Detsri dan Dubas (2009)
polianilin yang dapat berperan sebagai material konduktif adalah dalam bentuk
garam emeraldine. Polimer konduktif polianilin ini juga dapat mengalami
4

perubahan sifat listrik dan optik yang dapat balik (reversible) melalui reaksi
redoks dan doping-dedoping atau protonasi-deprotonasi sehingga sangat potensial
dimanfaatkan pada berbagai aplikasi. Sifat listrik (konduktivitas) dan optik
(indeks bias dan absorpsivitas) emeraldine dapat divariasikan melalui reaksi
oksidasi reduksi oleh agen-agen oksidan dan reduktan. Perubahan sifat dari film
tipis polianilin yang didoping menghasilkan perubahan dramatis dalam respon
biosensor SPR terutama karena perubahan pada bagian riil dan imajiner dari
konstanta dielektrik (Baba dkk, 2004).
Mikrostruktur dan sifat listrik nanofiber polianilin diprediksi akan
mempengaruhi potensi aplikasinya pada biosensor berbasis SPR. Mobilisasi
biomolekul polianilin telah dimodifikasi lebih luas pada permukaan sensitif
beberapa biosensor dan efisiensi immobilisasi dengan kerapatan yang tinggi
mereduksi grup amina pada permukaan polianilin yang langsung dikombinasikan
dengan biomolekul. Modifikasi film polianilin dapat meningkatkan efisiensi untuk
immobilisasi biomolekul sehingga teknologi ini sangat menjanjikan untuk
biosensor SPR (Cai dkk, 2013). Berdasarkan uraian diatas maka pada penelitian
ini penulis akan menganalisis sifat listrik polimer konduktif elektroaktif yaitu
nanofiber polianilin yang disintesis melalui metode polimerisasi interfasial
terdoping hydrochloric acid (HCl) dengan variasi molar. Selain itu akan dikaji
hasil dan peran nanofiber polianilin ini dalam potensinya sebagai biosensor SPR.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi molar dopan HCl terhadap
mikrostruktur nanofiber polanilin yang disintesis dengan metode
polimerisasi interfasial dalam potensinya sebagai biosensor SPR?
2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi molar dopan HCl terhadap sifat
listrik nanofiber polianilin yang disintesis dengan metode polimerisasi
interfasial dalam potensinya sebagai biosensor SPR?
5

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada pengamatan mikrostruktur dan sifat listrik
(resistansi, konduktansi dan konstanta dielektrik) dari polimer konduktif nanofiber
polianilin yang disintesis dengan metode polimerisasi interfasial dengan variasi
konsentrasi HCl sebagai dopan, serta keterkaitan dengan nanofiber polianilin
dalam aplikasinya sebagai biosensor SPR.

1.4 Tujuan Peneltian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi molar dopan HCl terhadap
mikrostruktur nanofiber polanilin yang disintesis dengan metode
polimerisasi interfasial dalam potensinya sebagai biosensor SPR.
2. Menganalisis pengaruh variasi konsentrasi molar dopan HCl terhadap sifat
listrik nanofiber polianilin yang disintesis dengan metode polimerisasi
interfasial dalam potensinya sebagai biosensor SPR.

1.5 Kebaruan Penelitian


Penelitian mengenai sintesis polianilin, dan karakteristik sifat listrik polimer
konduktif nanofiber polianilin sudah banyak dilakukan baik secara teori maupun
eksperimen. Pada penelitian ini mengkaji pengaruh molaritas dopan terhadap
mikrostruktur serta sifat listrik nanofiber polianilin dalam potensinya sebagai
biosensor SPR. Adapun kebaharuan dari penelitian ini adalah pada aspek
penggunaan mikrostruktur nanofiber polianilin yang diperoleh dengan metode
sintesis polimerisasi interfasial dan pengkajian pengaruh molaritas dopan terhadap
sifat listrik nanofiber polianilin yaitu konduktansi, resistansi dan konstanta
dielektrik (bagian riil  ' dan imaginer  " konstanta dielektrik) yang digunakan
sebagai elemen biorekognisi biosensor SPR.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan tesis ini dibagi menjadi enam bab yaitu Pendahuluan, Tinjauan
Pustaka, Dasar Teori, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan
Saran, Daftar Pustaka serta ditambah dengan lampiran.
6

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan,


rumusan masalah, tujuan penelitian, kebaruan penelitian, dan sistematika
penulisan tesis.
Bab II berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian sebelumnya
yaitu tentang sejarah ditemukannya polianilin, mikrostruktur nanofiber polianilin,
sifat listrik nanofiber polianilin, aplikasi polianilin sebagai biosensor SPR.
Bab III berisi dasar teori secara keseluruhan tentang biosensor SPR, sifat
listrik polimer polianilin, polimer konduktif nanofiber polianilin, metode
polimerisasi interfasial.
Bab IV menjelaskan metode penelitian yang di dalamnya mencakup alat dan
bahan, prosedur penelitian, analisis data dengan instrumen analisis yaitu SEM,
FT-IR, UV-Vis, dan LCR Meter.
Bab V menyajikan hasil penelitian berupa hasil sintesis polianilin dengan
metode polimerisasi interfasial, morfologi, dan sifat listrik nanofiber polianilin.
Bab terakhir yaitu bab VI menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Daftar pustaka mencantumkan seluruh pustaka yang digunakan dan
lampiran.

Anda mungkin juga menyukai