Penyusun :
1. Anisa Nur Hidayati (15010101003)
2. Ike Yuyun Winarsih (15010100005)
3. Susi Hartiningsih (15010102012)
2.1 Enzim
Krebs dan Henseleit (1932) berpendapat bahwa urea terbentuk dari
ammonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa
siklus, yang disebut siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung
dalam hati. Urea adalah suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat
netral yang terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Biosintesis
urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu siklus sebagai
berikut (Fatimah, 2011):
a) Sintesis karbamil fosfat
b) Pembentukan sitrulin
c) Pembentukan asam arginino suksinat
d) Penguraian asam arginino suksinat
e) Penguraian arginin.
Urea merupakan senyawa kimia yang terbentuk secara biologis dalam
tubuh makhluk hidup adalah produk akhir dari siklus nitrogen dalam hati. Urea
dalam darah atau dalam urin merupakan zat penting untuk diagnosis penyakit
hati dan ginjal. Konsentrasi normal urea dalam darah berkisar pada 5 25 mg/dL
(Harper, 2003). Pada pasien yang mengalami kegagalan ginjal kadar urea dalam
serum berkisar pada konsentrasi 30-80 mg/dL, sehingga pasien tersebut harus
menjalani hemodialisis. Berdasarkan hal tersebut maka urea menjadi bagian dari
analisis rutin dalam dunia kesehatan (Kuswandi, 2010).
Urease merupakan enzim yang spesifik mengkatalisis reaksi hidrolisis urea
sehingga dapat digunakan sebagai biosensor. Pengembangan biosensor urea,
urease dapat diimmobilisasi dalam suatu matrik dengan berbagai teknik seperti
adsorpsi, entrapment, ikatan kovalen, cross linking, dan enkapsulasi. Barhoumi et
al.,(2004) dalam fauziah, (2012) menyatakan biosensor urea dapat dikembangkan
dengan mengimmobilisasi urease dalam polimer lateks menggunakan teknik
entrapment. Antonia dan Toressi, (1999) dalam jurnal fauziah, (2012)
menggunakan polipirol untuk mengimmobilisasi urease dengan teknik cross
linking dan entrapment.
Atmoko, (2004) dalam jurnal fauziah, (2012) mengimmobilisasi urease
dengan teknik sol gel menggunakan Tetra methoksi silicate (TMOS) sebagai
matrik. Biosensor urea yang dihasilkan digunakan untuk mengukur laju hidrolisis
urea pada range konsentrasi 1-5 ppm. Pemilihan teknik immobilisasi tersebut
disesuaikan dengan kriteria utama immobilisasi yaitu tidak terjadinya
perubahankonformasi enzim dan tidak terganggunya gugus fungsi aktif
biomolekul. Hal ini bergantung pada interaksi yang diharapkan antara gugus
fungsional dalam biomolekul dan matrik pendukung yang digunakan pada
immobilisasi.
2.2 Urease
Urea yang diaplikasikan dalam tanah akan dihidrolisis oleh enzim urease
(urea amidohydrolase) menjadi NH3 dan CO2 dengan ammonium karbamat
sebagai intermediet seperti proses berikut:
urease
CO(NH2)2 + H2O H2NCOONH4 2NH3 + CO2
3.1 Alat
Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum biosensor urea berbasis
imobilisasi enzim pada biopolymer adalah cermin, tabung reaksi, penangas air,
gelas Beaker, Erlenmeyer, shaker, magnetic stirrer, kaca arloji, timbangan analitik,
cawan Petri, oven, jarum pentul, pipet tetes, pipet volume, pipet ukur,
spektrofotometer vis, dan kuvet.
3.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam praktikum biosensor urea berbasis imobilisasi
enzim pada biopolymer adalah kacang kedelai halus, aseton, agarosa, nutrijel leci,
agar plain, aquades, indikator PP, larutan standar amonia, dan larutan urea.
Perlakuan Pengamatan
Isolasi enzim urease
Ditimbang kedelai halus sebanyak 30 Kedelai halus terlarut dalam aseton dan
gram, dilarutkan menggunakan 150 mL membentuk dua lapisan filtrat dan
aseton. endapan.
Disentrifuse dengan kecepatan 3000
rpm selama 10 menit. Dibuang fraksi Terbentuk dua fraksi yakni endapan
aseton dan diambil endapannya. dan fraksi aseton.
Dilakukan 2x ekstraksi.
Dibilas endapan dengan aquades, dan
Terbentuk dua fraksi yakni aquades
disentrifuse dengan kecepatan 3000
dan endapan.
rpm selama 10 menit.
Dibuang filtratnya dan diambil Endapan tersebut merupakan ekstrak
endapannya. kasar enzim urease.
Penjebakan enzim urease dalam biopolimer
Ditimbang 1 gram biopolymer agarosa,
Biopolymer membran yang berhasil
yang kemudian diganti dengan nutrijel
yakni dari agar plain.
leci, dan agar plain.
Biopolymer dilarutkan dengan buffer Biopolymer terlarut dengan buffer
phospat pH 7 sebanyak 7,5 gram phospat (homogen)
Diaduk menggunakan hot plate stirrer
Biopolymer membran terhomogenkan
pada suhu ruang selama 24 jam hingga
dan dapat dicetak diatas cermin.
terbentuk larutan dope.
Ditambahkan 1 gram ekstrak urease
Suhu diamati jangan sampai sampel
kering, dilanjutkan pengadukan selama
menguap dan habis.
30 menit
Dicetak diatas cermin, lalu casting dan
Terbentuk biopolymer membran yang
didiamkan pada suhu ruang, hingga
tipis
dapat di potong-potong
Aplikasi enzim imobilisasi membran pada larutan urea
Dibuat larutan standar amonia dengan
Larutan diukur menggunakan
konsentrasi 1,2,3,4,5, ppm. Dibuat
spektrofotometer untuk mengetahui
larutan urea 1,2,3,4,5 ppm sebanyak
absorbansinya
100 mL dalam buffer phospat
Dipotong membran yang telah dibuat
dengan ukuran 1x5 cm, dimasukkan Larutan urea mengandung enzim
potongan membran sebanyak 5 lembar urease
ke dalam larutan urea.
Dishaker selama 5,10,15,20,25,30
menit. Diambil 10 mL larutan sampel Larutan menjadi berwarna merah muda
setiap selang waktu yang ditentukan setelah ditambahkan indikator PP.
dan ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dianalisis menggunkan spekto-
Absorbansi menyatakan kadar enzim
fotometer vis dengan panjang
urease dalam larutan urea.
gelombang 560 nm.
Absorbansi standar larutan amonia
y = 0,0377x + 0,2255
0.6
Kurva standar amonia R = 0,5068
0.5
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (mol/L)
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (mol/L)
BAB V
PEMBAHASAN
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (mol/L)
Antonia, L.H.D dan Toressi, S.I.C. 1999. Amperometric Urea Biosensor Using
Polypyrrole with Different Dopants. Brazil : Universidade de Sao Paulo.
Atmoko, E.W. 2004. Studi Immobilisasi Urease dengan Teknik Sol-Gel untuk
Biosensor Urea. Skripsi . Jember : Universitas Jember.
Astuti, Rini Nafsiati. 2009. Konsep Dasar Kimia. Malang: UIN-Malang Press
Barhoumi, H., Maaref, A., Martelet, C., Jaffrezic, N., Mousty, C., Cosnier, S., et al.
2004. Characterisation of a New Urea Biosensor Using Different Synthetic
Latex for Urease Immobilisation. WWW.Sparksdesigns.co.uk.biopap ers04
/papers /bs134 .pdf
Brett, C. M., Brett, M. O. 1993. Electro chemistry Principles, Methods and
Applications. New York: Oxford University Press.
Cik, Muhammad Arifin, Hadiman, H.R., Sutardjo, Supriyatatna, dan Suratno,
Wawang. 2007. Pengaruh Komposisi Membran Elektroda Terhadap
Kinerja Elektroda Penentu Urea. ISSN: 1978-1873. J. Sains MIPA,
Edisi khusus Tahun 2007. Vol. 13 nomor 2: 114-118
Estien Yazid, Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. CV Andi
Offset. Yogyakarta.
Fatimah, Iram and Swati, Mishra. 2011. Development of Potentiometric Urea
Biosensor For Clinical Purposes. Indo Global Journal of Pharmaceutical
Sciences. Vol 1 nomor 4: 300-303
Fauziyah, Begum. 2012. Optimasi Parameter Analitik Biosensor Urea Berbasis
Immobilisasi Urease dalam Membran Polianilin. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Maliki Ibrahim.
Kan, J., Pan, X. dan Chen, C. 2004. Polyaniline-Uricase Biosensor Prepared with
Template Process. Dalam Journal Biosensors and Bioelectronics. Vol. 19.
p. 1635-1640.
Khairi. 2005. Perbandingan Metode Potensiometri menggunakan Biosensor Urea
Berbasis Urea dengan Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Urea.
Jurnal Sains Kimia. Vol 9 No.2, 2005: 68-72
Kuswandi, Bambang. 2010. Biosensor dan Sensor. Jember: Universitas Jember
Press.
Mathias, U., Papra.P. 2997. Polycarylonitrile Enzyme Ultrafiltration Membranes
Preparated By Adsorption, Cross-Linking, and Covalen Binding. Enzyme
and Microbial Tecnologic.