Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN SEL SURYA HIBRIDA DENGAN MENGGUNAKAN

CAMPURAN LAPISAN AKTIF MDMO-PPV DAN ZnO


Yunus Tonapa Sarung
Jurusan Teknik Kimia, Program Studi DIII Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung
sarungutonapa@gmail.com

ABSTRAK- Sel surya adalah sebuah perangkat yang bisa mengubah energi matahari menjadi
energi listrik. Kebutuhan akan energi listrik semakin banyak, akibat dari semakin tingginya
pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Sel surya polimer hibrida ini merupakan solusi yang
berpotensi dalam kehidupan di masa depan untuk menjawab krisis energi yang diakibatkan
eksploitasi energi fossil secara besar-besaran yang ada di bumi dan masalah lingkungan hidup.
Berbagai penelitian dapat mengetahui sel surya yang memiliki nilai efisiensi sebaik mungkin. Sel
surya dengan struktur Bulk Heterojunction Cells yang berbasis bahan polimer terkonjugasi, yaitu
Poly[2-methoxy-5-(3',7'-dimethyloctyloxy)-1,4-phenylenevinylene (MDMO-PPV) dan ZnO
(Zinc Oxide).
Keuntungan menggunakan polimer dan bahan anorganik tersebut adalah banyak antarmuka donor
dan acceptor
dalam lapisan aktif, sehingga ada banyak tempat disosiasi atau pemisahan exciton. Kondisi ini
memungkinkan bahan yang bersifat donor untuk mentransfer muatan negatif segera ke bahan
acceptor. Substrat yang digunakan adalah substrat plastik PET yang berlapis lapisan ITO yang
berperan sebagai anoda, yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan substrat kaca. Teknik
pembuatan sel surya polimer hibrida ini dengan teknik spin coating. Pelarut yang digunakan adalah
campuran dari Chlorobenzene dan propanol, sehingga polimer bisa tercampur dengan baik.
Dengan dilakukan beberapa variasi berupa konsentrasi larutan dan perbandingan massa sehingga
dapat diperoleh target efisiensi sebesar 1,6%. Sehingga dapat menentukan karakteristik listrik
yang terbaik. Dalam penelitian ini dibuat dalam enam variasi yang berbeda yaitu variasi
konsentrasi dan perbandingan massa. Efisiensi yang terbaik yang diperoleh adalah 0,0763% dari
variasi perbandingan massa 7:3 dan konsentrasi 5 mg/mL.

Kata Kunci: Sel Surya Polimer Hibrida, Bulk Heterojunction Cells, MDMO-PPV, ZnO

I. PENDAHULUAN bumi dengan sel surya yang memiliki


Cadangan energi yang berasal dari fossil efisiensi 10 %, sudah mampu untuk menutupi
semakin menipis maka untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh dunia (Yuliarto,
suplai energi diperlukan sumber energi yang 2006 dan Hardian, dkk, 2010).
besar dan bersifat kontinyu agar suplai energi Berdasarkan hal tersebut maka para
dapat terpenuhi. Salah satu sumber energi peneliti melakukan penelitian dan
yang besar dan bersifat kontinyu tersedia pengembangan besar-besaran untuk mencari
adalah energi surya. Suplai energi surya dari sistem pembangkit listrik secara ekonomis
sinar matahari yang diterima oleh permukaan untuk memanfaatkan energi
bumi sangat besar, yaitu mencapai 3x1024 surya sebagai sumber utama bahan bakar
joule per tahun. Jumlah energi sebesar itu dengan bantuan sel surya.
setara dengan Sel surya berdasarkan perkembangan
10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia teknologi saat ini dan bahan pembuatannya
saat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
ini. Jadi dengan menutup 0,1 % permukaan 1) Sel surya yang terbuat dari semikonduktor

15
16 Jurnal Fluida Volume 11, No. 1, Mei 2015, Hlm. 15-25

anorganik, seperti: silikon, galium,


dll.
2) Sel surya yang terbuat dari semikonduktor
organik , seperti: P3HT, PCBM, MDMO.

Sel surya polimer hibrida ini


umumnya menggunakan suatu kombinasi
dari polimer terkonjugasi (donor elektron)
dengan bahan semikonduktor anorganik
(akseptor elektron) sebagai lapisan aktif
untuk mengkonversi cahaya matahari
menjadi muatan listrik (Beek dkk., 2005).
Material polimer terkonjugasi yang
umumnya digunakan dalam sel surya ini
adalah polimer yangmudah untuk diproses Gambar 1 Konsep dari Bulk heterojunction Cells
dan memiliki energi gap yang rendah
Dari gambar diatas diketahui bahwa
(Bundgaard dan Krebs, 2007). Material
setelah dilakukan proses penyerapan cahaya
semikonduktor anorganik yang digunakan
oleh bahan aktif, transfer muatan akan lebih
adalah material yang memiliki mobilitas
mudah terjadi karena pencampuran donor
pembawa muatan yang tinggi, hal ini untuk
dan penerima elektron berjalan dengan baik.
mengatasi keterbatasan transpor muatan oleh
Dlam aplikasinya adalah beberapa penelitian
material organik (Beek dkk., 2004). Dalam
dalam Bulk Heterojunction cells seperti
penelitian ini material semikonduktor
perpaduan antara MDMO-PPV:PCBM,
organik yang berfungsi sebagai donor
ataupun P3HT:PCBM, dimana memiliki
adalah MDMO-PPV (Poly[2-methoxy-5-
konversi efesiensi daya secara berturut turut
(3',7'- dimethyloctyloxy)-1,4-
adalah sebesar 3% dan 3,85%. Dimana
phenylenevinylene] ) dan material
kondisi proses yang terjadi untuk mencapai
semikonduktor anorganik yang berfungsi
efesiensi tersebut harus dalam keadaan stabil
sebagai akseptor adalah ZnO (Zinc
dalam suhu operasi sebesar 850C dengan
Oxide).
waktu operasi penggunaan sel surya bisa
selama 1000 jam. [Rene
Janssen, 2005]
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bulk Heterojunction Cells ada
beberapa hal yang bisa diperbaiki untuk
Perpaduan antara bahan-bahan elektron
meningkatkan efesiensi dari sel surya
pendonor dan penerima elektron dalam
tersebut mencakup mengenai
lapisan aktif sel surya, dimana exciton akan
a) Kombinasi bahan baku polimer yang
dibuat dalam bahan lainnya yang dapat
akan digunakan
terdifusi ke antarmuka permukaan sel surya,
b) Peningkatan ketebalan lapisan sel surya
sehingga mendukung dalam pemisahan
c) pergeseran spectrum penyerapan
muatan dan perpindahan muatan yang akan
sehingga memperpanjang range dari panjang
terjadi. Karena memiliki waktu aktif yang
gelombang penyerapan tersebut.
pendek dan mobilitas yang lemah yang
mengakibatkan panjang difusi dari exciton
Selanjutnya MDMO-PPV (Poly[2-methoxy-
dalam semikonduktor organik dibatasi pada
5-(3',7'- dimethyloctyloxy)-1,4-
10 nm.
phenylenevinylene] ) dan ZnO akan
dicampur dan dijadikan sebagai lapisan aktif
pada sel surya polimer hibrid. Penggunaan
Yunus Tonapa Sarungu, Pembuatan sel surya hybrid dengan menggunakan campuran 17
lapisan aktif MDMO-PPV dan ZnO

MDMO-PPV (Poly[2- methoxy-5-(3',7'- material elektroda berupa alumunium. Dalam


dimeth yl- octyloxy)-1,4- Bulk Heterojunction photovoltaickontrol dari
phenylenevinylene] ) pada lapisan aktif morfologi sangat penting, terutama untuk
dikarenakan polimer ini menghasilkan memastikan jalur perkolasi untuk kedua
tegangan yang tinggi. Pemilihan ZnO sebagai electron dan hole yang berpindah ke
akseptor pada lapisan aktif karena material ini elektroda. [www.afm- journal.de/L.J.A
tidak beracun, harganya lebih murah Koster dkk.]
dibandingkan dengan akseptor organik Conjugated Polimer (polimer terkonjugasi)
seperti PCBM dan dapat diproses pada merupakan makromolekul organik yang
temperatur yang cukup rendah (Beek dkk., terdiri dari satu rantai tunggal maupun
2004). berpasangan secara bergantian. Polimer
terkonjugasi ini bias dipadukan dengan n-tipe
Untuk kontak ohmic tegangan rangkaian anorganik semikonduktor, seperti
terbuka dari Bulk Heterojunction sebagai sel anorganik polimer hibrida nanocomposites
surya polimer fotovoltaik akan diatur tingkat yang akan memberikan keuntungan untuk
energinya dengan Highest Occupied kedua bahan tersebut. Kebanyakan bahan
Molecular Orbital (HOMO) dan Lowest semikonduktor memiliki nilai band gap nya
Unoccupied Moleculr Orbital antara 0.1 dan 2.2 eV.
(LUMO) dari donor dan penerima elektron. Bahan yang digunakan adalah MDMO- PPV
Untuk kebanyakan perpaduan polimer dalam poly-(2-methoxy-5-(3´,7´
sel surya ini memiliki posisi level band dari dimethyloctyloxy)-1,4-phenylenevinylene)
donor dan penerima elektron mencapai 0,4- dan ZnO. MDMO-PPV berperan sebagai
0,8 V. [Rene Janssen, 2005] pendonor elektron, sedangkan Kristal ZnO
berperan sebagai penerima electron yang
Sel Surya Polimer MDMO-PPV:ZnO menuju elektroda. Dalam hal ini diketahui
bahwa perpaduan antara MDMO-PPV dan
Dalam perkembangan teknologi sel ZnO diperkirakan memiliki efesiensi 1,6%,
surya mengalami perkembangan yang namun lebih rendah jika dibandingkan
cukup pesat. Khususnya dalam dengan efesiensi dari polimer sel surya
perkembangan perangkat Bulk hibrida MDMO-PPV:PCBM sebsar 2,5%. [L
Heterojunction photovoltaic, yang memiliki J.A. Koster dkk.,2007]
tantangan dalam hal menemukan kestabilan Dalam kenyataanya sel surya MDMO-
dan keseimbangan antara daerah antar PPV:ZnO ini melampau perangkat hibrida
muka yang tinggi dalam suatu sel surya lainnya dalam hal Open Circuit Voltage
untuk menghasilkan sel surya yang efektif (Voc) dan Fill Factor (FF), oleh karena itu
dalam segi biaya dan tepat dalam perpindahan dalam pembuatan sel surya harus bisa
elektron menuju elektroda. Sejauh ini sel meningkatkan Short circuit current
surya Bulk Heterojunction photovoltaic (Jsc). Dalam perangkat Bulk
dibuat menggunakan polimer/polimer, Heterojunction photovoltaic, morfologi dari
campuran molekul, atau polimer/flouerene lapisan aktif dalam sel surya menjadi hal
dengan efesiensi antara 3-4%. Dalam Bulk yang sangat penting dalam kemampuan sel
Heterojunction photovoltaic ada yg dikenal surya tersebut. Salah satunya adalah
sebagai p-type (positif) dan n-type (negatif), tegangan antar muka, ataupun mengetahui
dalam hal ini p-type adalah MDMO-PPV trancient photoinduce absorption atau
(pendonor) dan n-type adalah ZnO pernyerapan sementara lapisan dimana
(penerima). Idealnya dalam pembuatan sel akan menyelidiki pergerakan dari electron-
surya tersebut dilapisi oleh lapisan ITO dan elektron dan rekombinasi antar muka di
tertutup oleh MDMO-PPV:ZnO. Ataupun dalam hal ini
bisa diketahui mengenai Transmission
18 Jurnal Fluida Volume 11, No. 1 Mei, 2015, Hlm. 15-25

Interface Microscopy (TEM) dan tapping merespon cahaya dan mengkonversi menjadi
mode atomic force microscopy (TM-AFM) pembawa muatan. Yang diapit oleh
[J. Phys.Chem. B 2005,Beek dkk.]. sepasang elektroda. Dimana pada lapisan
Dalam pembuatan sel surya perpaduan antara aktif itu terdapat bahan atau lapisan
MDMO-PPV:ZnO, bahan semikonduktor semikonduktornya. Pada semikonduktor
tersebut akan dijepit dalam suatu lapisan jenis P yaitu MDMO-PPV ini akan terbentuk
transparan dari indium tin oxide (ITO) yang banyak hole (pembawa mauatan listrik
akan dilapisi oleh bahan berupa PEDOT:PSS positif) yang jumlahnya lebih banyak dari
(poly[3,4- ethylenedioxythiopene] jumlah elektronnya, dimana aliran electron
:poly[styrene sulfonate]), dengan ketebalan akan dibawa oleh jenis P yang tersambung
60 nm, dengan rasio massa optimum untuk dengan kutub positifnya (anoda) ke jenis N
MDMO-PPV:ZnO adalah 1:2, sesuai untuk yaitu ZnO yang terhubung dengan kutub
ZnO (volume). Pelarut yang digunakan negatifnya (katoda), maka akan terjadi
adalah methanol/etanol dan clorobenzene. perpindahan sejumlah electron atau arus yang
Dalam kenyataan dalam pembuatan sel surya mengalir. Dalam sel surya sering dikenal
memiliki beberapa faktor yang penting agar istilah kontak sel atas (perak) dan kontak sel
dapat meningkatkan penyerapannya yaitu bawah (substrat). Kontak atas sel surya yang
dengan mempertebal lapisan (substrat) berbentuk grid perlu didesain secara optimal
dan pergeseran karena berfungsi untuk mengumpulkan arus
spectrum penyerapan sehingga yang dihasilkan oleh sel surya. Arus ini akan
memperpanjang range dari panjang mengalir ke permukaan sel dari dalam bulk
gelombang penyerapan tersebut. Jika sel kemudian menembus lapisan aktif yang
mobilitas terlalu kecil dan lapisan terlalu tipis terdifusi lalu dikumpulkan pada kontak atas
maka waktu transit electron pada sel [J.E. Beek dkk., 2005].
perangkat sel surya menjadi lebih panjang Dalam sel surya terdapat substrat yang
daripada waktu tinggalnya. Intensitas dilapisi oleh ITO yang harus transparan dan
spectrum sel surya adalah pada panjang tembus cahaya. Sifat ini penting karena tanpa
gelombang 700 nm (maksimum). cahaya yang mengenai penyerap cahaya,
foton tidak akan mengeksitasi eksiton pada
Prinsip Kerja dari Sel Surya Polimer lapisan penyerap cahaya. Tanpa adanya
eksiton yang tereksitasi, tidak akan terjadi
pemisahan eksiton yang berarti tidak akan
dihasilkan muatan listrik. Sifat penghantar
listrik dari kaca kemudian dipergunakan
untuk menghantarkan elektron, dan secara
keseluruhan listrik, menuju sirkuit dan
kembali ke sel surya. Khusus mengenai
kembalinya elektron ke sel surya, kaca
konduktif yang memegang peran ini disebut
juga sebagai elektroda lawan. Lapisan ITO
merupakan lapisan yang bersifat transparan
Prinsip kerja sel surya khususnya untuk dan memiliki konduktifitas paling baik
perangkat Bulk Heterojunction photovoltaic diantara material oksida lain. Peran ITO
dimana perpaduan dari pendonor dalam sel surya adalah sebagai anoda. Dan
elektron (electron donating) dan logam alumunium sebagai katoda.
penerima elektron (electron acceptor).
Ketika cahaya matahari terserap oleh sel
surya, yaitu tepatnya pada saat cahaya
matahari terserap maka lapisan aktif akan
Yunus Tonapa Sarungu, Pembuatan sel surya hybrid dengan menggunakan campuran 19
lapisan aktif MDMO-PPV dan ZnO

Karakteristik I-V Fotovoltaik

Daya listrik yang dihasilkan sel surya ketika


mendapat cahaya diperoleh dari
kemampuan perangkat sel surya tersebut
untuk memproduksi tegangan ketika diberi
beban dan arus melalui beban pada waktu
yang sama. Kemampuan ini
direpresentasikan dalam kurva arus-tegangan
(I-V). Adapun beberapa hal yang
berhubungan dengan karakteristik dari sel
surya seperti berikut :
1) Arus Short Sircuit
Isc adalah arus maksimal yang
dihasilkan oleh modul sel surya
dengan cara menge-short-kan kutub
positif dengan kutub negatif pada
modul surya. Dan nilai Isc akan
terbaca pada amperemeter. Arus yang
dihasilkan modul surya dapat
menentukan seberapa cepat modul Gambar 3 Tahapan Lapian Sel Surya
tersebut mengisi sebuah baterai. Selain
itu, arus dari modul surya juga
menentukan daya maksimum dari alat Setelah penentuan desain, polimer yang akan
yang digunakan. digunakan, dan juga substrat yang akan
2) Tegangan Open Circuit (Voc) digunakan, kemudian proses selanjutnya
Voc adalah tegangan yang dibaca pada adalah etching ITO. Dimana dilakukan proses
saat arus tidak mengalir atau bisa penyesuaian substrat sesuai dengan pola atau
disebut juga arus sama dengannol. Cara desain yang telah ditentukan sebelumnya.
untuk mencapai open circuit (Voc) yaitu Selanjutnya dilakukan proses deposisi
dengan menghubungkan kutub positif PEDOT:PSS atau dilakukan proses pelapisan
dan kutub negatif. PEDOT:PSS terhadap substrat di atas ITO
3) Daya Keluaran Maksimum (Pm) sesuai dengan pola yang ditentukan dengan
Daya keluaran maksimum ialah hasil menggunakan metode Spin Coating.
kali dari arus dan tegangan pada setiap Karena dengan desain yang rapat, metode
titik kurva. inilah yang memungkinkan jika
4) Faktor Pengisian (ff) dibandingkan dengan metode Screen
Faktor pengisian sel surya merupakan Printing. Setelah proses pelapisan
perbandingan antara daya keluaran PEDOT:PSS selesai, dilakukan pembuatan
maksimum terhadap daya teoritisnya lapisansemikonduktor dengan menggunakan
atau dapat dinyatakan sebagai berikut: polimer yang campuran dari MDMO-
PPV:ZnO. Pembuatan larutan ini juga
dilakukan dalam enam variasi yang berbeda,
sehingga enam sel surya yang dihasilkan.
Kemudian dilakukan proses pelapisan
Semakin besar nilai fill factor atau kembali larutan terhadap substrat diatas
efisiensinya maka sel tersebut semakin PEDOT:PSS dari substrat sesuai dengan pola
baik (Toifur dkk, 2007). atau desain yang telah ditentukan. Metode
5) Efisiensi (ç). yang digunakan adalah Spin Coating. Setelah
20 Jurnal Fluida Volume 11, No. 1, Mei 2015, Hlm. 15-25

proses pembuatan lapisan semikonduktornya, PPV:ZnO pada konsentrasi 5 mg/mL untuk


selanjutnya dilakukan proses evaporasi perak perbandingan massa 1:1.
dengan menggunakan alat thermal
evaporator. Sehingga dengan alat ini
akan mengevaporasi perak dan uapnya akan
menempel pada substrat diatas lapisan
semikonduktor yang sesuai dengan pola yang
telah ditentukan. Setelah proses ini selesai sel
surya dilaminasi
menggunakan sealent thermoplastic, kaca
penjepit, dan plastic PET sehingga sel surya
akan terlindungi oleh bahan-bahan tersebut.
Tahap akhir yang akan dilakukan adalah
proses pengujian karakterisasi hubungan
arus-tegangan berupa grafik, sehingga dapat Gambar 4 konsentrasi 5 mg/mL dengan
perbandingan massa
diketahui seperti Voc, Isc, Fill Factor, Pmax
dan lain-lain.
Sedangkan Gambar 5 memperlihatkan kurva
I-V dari sel surya polimer hibrida MDMO-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
PPV:ZnO pada konsentrasi 10 mg/mL
Pembuatan sel surya polimer MDMO-PPV
untuk perbandingan massa 1:1.
dan ZnO yang dibuat dengan
struktur Bulk Heterojunction Cells dan
memiliki konfigurasi sebagai
berikut:
Substrat PET/ITO/PEDOT:PSS/MDMO-
PPV:ZnO/Ag dengan dimensi PET 83mm x
33 mm dan luas aktif 260 mm2. Desain sel
surya hibrida terdiri dari tiga buah sel yang
terangkai seri membentuk sebuah modul.
Pengaruh perbandingan massa antara
MDMO-PPV:ZnO dan konsentrasi larutan
polimer hibrida MDMO-PPV:ZnO menjadi Gambar 5 konsentrasi 10 mg/mL dengan
fokus dalam penelitian ini. Untuk perbandingan massa MDMO-PPV dan ZnO 1:1
mengetahui karakteristik listrik dari sel
surya tersebut dilakukan dengan cara Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2 dapat
menyinari sel surya tersebut dengan lampu diketahui bahwa kedua modul dan sel nya
Xenon dengan intensitas cahaya sebesar 500 mengalami short. Hal ini disebabkan oleh
Watt/m pada temperatur kamar. alignment sel surya yang tidak tepat, dimana
terjadi tumpang tindih antara satu sel dengan
1) Sel surya Polimer Hibrida MDMO- sel lainnya dalam suatu modul. Kemudian
PPV:ZnO dengan perbandingan massa faktor lainnya adalah pada saat proses
1:1 evaporasi perak, jarak antara pemanas dengan
Sel surya hibrida ini pada konsentrasi rendah substrat terlalu dekat, sehingga uap perak
yaitu 5 mg/mL dan pekat yaitu 10 mg/mL dapat menembus lapisan polimernya
mengalami short, yang disebabkan oleh yang akan mengakibatkan short pada modul
beberapa faktor. atau sel surya tersebut. Akibat terjadi short
pada kedua modul tersebut penentuan
Gambar 4 memperlihatkan kurva I-V dari karakteristik listrik yaitu seperti Voc, Isc,
sel surya polimer hibrida MDMO- Pmax, Fill Factor, maupun efisiensi tidak bisa
Yunus Tonapa Sarungu, Pembuatan sel surya hybrid dengan menggunakan campuran 21
lapisan aktif MDMO-PPV dan ZnO

ditentukan. Kemudian jika dilihat dari Gambar 7


dapat diketahui bahwa sel 2 dan modul
2) Sel surya Polimer Hibrida MDMO- mengalami short sedangkan sel 1 dan sel
PPV:ZnO dengan perbandingan massa 3 tidak mengalami short.Jika dalam satu
7:3 modul yang memiliki tiga sel yang disusun
Selain itu pada sel surya polimer hibrida seri, jika ada satu sel yang mengalami short
MDMO- PPV:ZnO pada perbandingan maka pengukuran I-V pada modul akan
massa 7:3 dengan variasi konsentrasi yang mengalami short pula. Short ini bisa terjadi
sama yaitu 5 mg/mL dan 10 mg/mL ada disebabkan oleh alignment yang kurang baik
sebagian sel yang mengalami short dan tidak pada sel 2 sehingga terjadi short. Namun
mengalami short. Gambar 6 memperlihatkan dalam perbandingan massa 7:3 (MDMO-
kurva I-V dari sel surya polimerhibrida PPV:ZnO) tidak terpengaruh oleh jarak yang
MDMO-PPV:ZnO pada konsentrasi 5 dekat antara pemanas dengan substrat pada
mg/mL untuk perbandingan massa 7:3. saat proses evaporasi perak, sehingga uap
perak tidak bisa menembus lapisan polimer
dengan perbandingan massa 7:3. Namun
dengan range jarak yang baik maka nilai
karakteristik listrik akan meningkat.

Berdasarkan kurva kedua modul yaitu


pada Gambar 6 dan Gambar 7 dapat diperoleh
variabel yang menjadi perbandingan
karakteristik listrik dari sel surya polimer
hibrida MDMO-PPV:ZnO seperti yang
disajikan pada Tabel 1
Gambar 6 konsentrasi 5 mg/mL dengan perbandingan
massa MDMO-PPV dan ZnO 7:3
Tabel1. 15 mg/mL dan 10 mg/mL dengan
Dari Gambar 6 terlihat bahwa pengukuran I-V perbandingan massa MDMO-PPV:ZnO 7:3
baik dalam ketiga sel ataupun modul tidak
mengalami short. Hal ini di dukung oleh
alignment sel surya yang baik. Sehingga
dapat diketahui berapa nilai Voc, Isc, sampai
nilai efisiensinya. Sedangkan Gambar 7
memperlihatkan kurva I-V dari sel surya
polimer hibrida MDMO-PPV:ZnO pada
konsentrasi 10 mg/mL untuk perbandingan
massa

Gambar 7 konsentrasi 10 mg/mL dengan


perbandingan massa
22 Jurnal Fluida Volume 11, No. 1, Mei 2015, Hlm. 15-25

Dari tabel 1 terlihat bahwa pada sel surya perak jarak antara alat dengan substrat yang
dengan konsentrasi 5 mg/mL mempunyai terlalu dekat yaitu 5 cm, sehingga uap perak
karakteristik listrik yang baik dibandingkan akan menembus lapisan polimer. Sehingga
dengan konsentrasi 10 mg/mL, hal itu dapat untuk mengetahui karakteristik listrik pada
dilihat dari tingginya nilai Voc, Isc, FF, hingga sel surya tersebut tidak bisa ditentukan,
efisiensinya. Pada konsentrasi 10 mg/mL karena seluruh sel maupun modul mengalami
karakteristik modul yang dihasilkan tidak short. Sedangkan Gambar 9 memperlihatkan
baik, akibat dari kondisi short yang terjadi kurva I-V dari sel surya polimer hibrida
dari beberapa sel, sehingga terjadi kebocoran MDMO-PPV:ZnO pada konsentrasi 10
arus. Jika dibandingkan dengan literatur yang mg/mL untuk perbandingan massa 3:7.
ada, konsentrasi optimum dari penelitian di
University of Eindhoven adalah pada
konsentrasi 3 mg/mL, yang memiliki efisiensi
sebesar 1,6 %.

3) Sel surya Polimer Hibrida MDMO-


PPV:ZnO dengan perbandingan massa
3:7

Pada sel surya dengan perbandingan


massa 3:7 hasil pengukuran untuk tiap sel
atau modulnya mengalami short, kecuali
pada sel 1 di modul dengan konsentrasi 10
mg/mL. Gambar 8 memperlihatkan kurva I-V Gambar 9 konsentrasi 10 mg/mL dengan
perbandingan massa MDMO-PPV dan ZnO 3:7
dari sel surya polimer hibrida MDMO-
PPV:ZnO pada konsentrasi 5 mg/mL untuk
perbandingan massa 3:7.
Jika dilihat dari kurva I-V pada Gambar 4.6
memperlihatkan bahwa jika ada sel yang
mengalami short, maka akan mempengaruhi
terhadap modulnya, meskipun ada 1 sel yang
tidak mengalami short. Faktor yang
mengakibatkan hal tersebut adalah desain
yang rapat dan kecil sehingga dalam
penyesuaian alignment dalam pembuatan sel
surya yang akan membuat kemungkinan
kesalahan terjadi akan semakin tinggi.
Jika ada salah satu sel yang tidak short, hal ini
mengindikasikan bahwa uap perak tidak bisa
Gambar 8 konsentrasi 5 mg/mL dengan perbandingan menembus pada konsentrasi 10 mg/mL
massa MDMO-PPV dan ZnO 7:3 dengan perbandingan massa MDMO-
PPV:ZnO ialah 3:7, dimana yang dominan
Dari kurva I-V pada Gambar 8 adalah ZnO. Dengan konsentrasi yang pekat
memperlihatkan bahwa dengan bisa memproteksi lapisan polimer dari uap
konsentrasi rendah semua sel maupun perak yang bisa menerobos lapisan
modulnya mengalami short, yang diakibatkan tersebut. Adapun karakteristik listrik yang
oleh alignment sel surya yang rapat, sehingga diperoleh pada sel 1 yaitu seperti pada Tabel 2
kemungkinan kesalahan akan semakin besar,
ataupun karena pada saat proses evaporasi
Yunus Tonapa Sarungu, Pembuatan sel surya hybrid dengan menggunakan campuran 23
lapisan aktif MDMO-PPV dan ZnO

Tabel 2 Karakteristik listrik pada konsentrasi 10 surya pada setiap modul sel surya. Dan
mg/mL dengan perbandingan massa 7:3 pada sel 1 polimer yang digunakan adalah MDMO-PPV
dan sedangkan bahan anorganik yang
digunakan adalah ZnO.

3) Substrat yang digunakan


Substrat adalah bahan baku dasar dalam
pembuatan sel surya. Substrat yang baik
adalah memiliki resistivitas yang tinggi.
Dari hasil-hasil yang diperoleh terhadap Dalam keadaan ideal resistivitas substrat
semua sel surya yang dihasilkan berdasarkan berbanding lurus dengan efisiensi sel surya
perbedaan konsentrasi larutan dan sehingga semakin tinggi resistivitas substrat
perbandingan massanya, ada beberapa yang digunakan maka efisiensinya akan lebih
komponen penting yang bisa menunjang tinggi juga. Namun substrat pun memiliki
keberhasilan dalam pembuatan sel surya kelebihan dan kekurangan, contohnya adalah
hibrida diantaranya adalah untuk substrat kaca memiliki resistivitas yang
lebih tinggi dari substrat PET, namun substrat
1) Desain sel surya kaca memiliki kekurangan seperti kaku,
Desain menjadi hal yang cukup penting dalam memerlukan tempat yang luas, dan berat
pembuatan sel surya. Karena dengan pola (dalam jumlah besar). Namun substrat PET
atau desain yang baik, maka pembuatan sel memiliki kelenturan dan ringan, meskipun
surya akan berjalan baik dengan hasil yang substrat PET memiliki resistivitas yang lebih
baik pula. Namun desain yang cukup rumit kecil dan harganya yang mahal. Pada
atau memiliki space tiap selnya yang penelitian ini substrat yang digunakan adalah
sempit dan rapat, akan menjadi kendala substrat PET dengan resistivitas sebesar 12
dalam keberhasilan pembuatan sel surya. ? /□.  Sedangkan substrat kaca memiliki
Karena faktor kesalahan pada pembuatan
resistivitas sebesar 60 ? /□.
akan menjadi lebih besar. Dengan desain yang
baik bisa meminimalisir terjadinya short
4) Ketelitian proses
dalam pengaplikasian nya.
Ketelitian proses merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam keberhasilan
2) Polimer yang digunakan
pembuatan sel surya, seperti dalam
Polimer adalah salah satu faktor utama dalam
pemotongan substrat, ataupun alignment
pembuatan sel surya, karena disana terdapat
substrat yang harus sesuai dengan pola. Jika
lapisan semikonduktor yang sangat berperan
alignment tidak sesuai, kemungkinan besar
penting dalam suatu sel surya, sehingga
sel surya berpotensi mengalami short atau
dalam suatu penelitian diperlukan proses
gagal. Bahkan pada saat akan melakukan
penentuan massa atau konsentrasi larutan
proses seperti spin coating dan evaporasi,
polimer yang paling baik, agar diperoleh
alignment masker terhadap substrat harus
hasil yang sesuai dengan target
tepat, karena jika masker bergeser, akan
penelitian. Pentingnya memahami sifat
mengakibatkan alignment tidak sesuai
fisik dan kimia dari polimer yang digunakan
dengan desain yang seharusnya. Sel surya
menjadi kunci dalam menangani bahan yang
yang telah dibuat dengan konsentrasi yang
digunakan, agar pada saat proses dan
rendah yaitu 5 mg/mL dengan perbandingan
penanganan bahan berjalan dengan baik.
massa MDMO - PPV:ZnO (7:3)
Dalam penelitian ini digunakan total enam
mempunyai karakteristik listrik yang
variasi yang digunakan, sehingga bisa
terbaik, yaitu seperti pada Tabel 3
mengetahui perbedaan dan membanding
kan hasil dari karakteristik listrik tiap sel
24 Jurnal Fluida Volume 11, No. 1 Mei, 2015, Hlm. 15-25

Tabel 3 Karakteristik listrik pada konsentrasi V. KESIMPULAN DAN SARAN


5 mg/mLdengan perbandingan massa 7:3
Kesimpulan
Sel surya polimer berbasis MDMO-PPV:ZnO
telah berhasil di tumbuhkan di atas substrat
PET . Perbandingan massa pada campuran
lapisan aktif berpengaruh terhadap
karakteristik sel surya polimer dimana dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Komposisi pada campuran lapisan
aktif MDMO-PPV dan ZnO
Meskipun demikian hasil tersebut masih jauh berpengaruh terhadap kinerja dari sel
dari yang diharapkan, dimana target surya , berdasarkan hasil percobaan
efisiensi adalah 1,6%, namun efisiensi komposisi yang terbaik ialah pada
terbaik yang bisa diperoleh adalah 0,0763%. perbandingan 7:3 dimana pada
Salah satu faktor yang menyebabkan perbandingan itu MDMO-PPV lebih
efisiensi yang dihasilkan lebih rendah dominan dalam campuran lapisan
adalah substrat yang digunakan. Dimana aktif dan membentuk lapisan yang
substrat yang digunakan adalah substrat PET baik.
yang memiliki resistivity yang rendah, 2) Konsentrasi yang terbaik dalam
sedangkan efisiensi yang dihasilkan dari penelitian ini ialah 5 mg / ml karena
literatur sebesar 1,6 % menggunakan substrat dengan konsentrasi ini maka akan
kaca dengan nilai resistivity yang lebih membentuk lapisan yang yang baik
besar, meskipun luas area aktif dari literatur sehingga pada lapisan tersebut memiliki
dengan aktual dari penelitian relatif sama mobilitas muatan yang baik.
yaitu kurang lebih sebesar 20 cm2. Adapun
perbandingan hasil yang diperoleh dengan DAFTAR PUSTAKA
literatur dijelaskan pada Tabel 4.4 Al-Ibrahim, M., Roth, H K., Schroedner, M.,
Tabel 4 Konkin, A., Zhokhavets, U., Gobsch, G.,
Perbandingan Sel Surya Polimer Hibrida MDMO- Scharff, P. & Sensfuss, S.(2005). The
PPV:ZnO influence ofoptoelectronic properties of
poly(3-alkylthiophenes) on the
devicesparameters in flexible polymer solar
cells. Organic Electronics 6, 65-77.

Beek, W J E., Wienk, M M., & Janssen, R A J.


(2004). Efficient Hibrida Solar Cells from
Zinc Oxide Nanoparticles and a
Conjugated Polymer. Advanced Materials 16
No 12, 1009-1013.

Beek, W J E, Wienk, M M., & Janssen, R A J.


(2005). Hibrida polymer solar cells based on
zinc oxide. Journal of Materials Chemistry
15, 2985-2988.
Beek, W J E., Wienk, M M., Kemerink, M.,
Yang, X., & Janssen, R A J.. (2005). Hibrida
Zinc Oxide conjugated polymer bulk
Yunus Tonapa Sarungu, Pembuatan sel surya hybrid dengan menggunakan campuran 25
lapisan aktif MDMO-PPV dan ZnO

heterojunction solar cells. Journal Physisc Krebs, F. (2009). Polymer solar cell modules
Chemistry B 109 , 9505-9516. prepared using roll-to-roll methods: knife-
over-edge coating, slot-die coating and screen
Beiser, A. (1987). Konsep Fisika Modern printing. Solar Energy Materials & Solar
(Alih Bahasa The Houw Liong). Jakarta: Cells 93, 465-475.
Erlangga.
Kwok, K Ng. (1994). Complete Guide To
Bundgaard, E., & Krebs, F C. (2007). Semiconductor Devices (Second Edition).
Low band gap polymers for organic New Jersey: McGraw-Hill, Inc.
photovoltaics. Solar Energy Materials &
Solar Cells 91, 954-985. Rene, J. (2005). “Introduction to polymer
solar cells.” MRS Bulletin, 30, 33-36.
Lorenzo, Eduardo. 1994. Solar Electricity,
Engineering of Photovoltaic Systems. Saunders, B R., & Turner, M L. (2008).
Institute of Solar Energy. Polytechnic Nanoparticle–polymer photovoltaic cells.
University of Madrid. Advances in Colloid and Interface Science
138, 1– 23.
Mintorogo, Danny S.2003. Strategi aplikasi
sel surya (photovoltaic cells) pada Perumahan Wang, Y., Wei, W., Liu, X., Ge, Y.
dan bangunan komersial. Universitas (2011). “Research Progress On Polymer
Kristen Petra. Surabaya. Heterojunction Solar Cells.” Solar Energy
Materials & Solar Cells, 98, 129-
Jenny Nelson, “Physics of Solar Cell”, 1 4 5 [ O n l i n e ] ,
Imperial College Press, 2003. tersedia:http://www.elsevier.com/locate/sol
met
Gray, Theodore (2009). The ELements: A
Visual Exploration of Every Known Atom in Yu, G., Gao, J., Hummelen, J. C., Wudl,
the Universe. Black Dog and Leventhal F., Heeger, A. J. (1995). Polymer
Publishers. hlm. 43. Photovoltaic Cells: Enhanced Efficiencies via
a Network of Internal Donor-Acceptor
O'Mar a, William C. (19 90 ). Handbook Heterojunctions. Apply. Phys. Lett., 270.
of Semiconductor Silicon Technology. 1789-1791
William Andrew Inc. hlm. 349 – 352
Yuliarto, B. (2011). Solar Sel, Sumber
Martin A. Green, "SOLAR CELLS: Energi Terbarukan Masa Depan.
Operating Principles, Technology and System [ O n l i n e ] , t e r s e d i a :
Applications". 1982, New Jersey,Prentice- http://www.esdm.go.id/legislasi-dan-
Hall. publikasi.html (3 Agustus 2012)

Saunders, B R., & Turner, M L. (2008). 2013. Sel Surya: Struktur dan Cara
Nanoparticle–polymer photovoltaic cells. Kerja.
Advances in Colloid and Interface Science http://teknologisurya.wordpress.com/dasar-
138, 1 23. teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-sel-surya/
diakses tanggal 5 Februari 2014
Saunders, B R. (2012). Hibrida
nanoparticle/polymer solar cell : preparation, 2012. Produksi Silikon untuk Panel
principles, and challanges. Journal of Colloid Surya.
and Interface Science 369, 1–15. http://cmis307unsrat.blogspot.com/2010/01/
silikon _31diakses tanggal 8 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai