Anda di halaman 1dari 5

Nama : Marah Muhammad Malik Nadim

NIM : M0220050

SEL SURYA
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang juga ilmu-ilmu pengetahuan.
Dari perkembangan ilmu ini, diterapkan atau diaplikasikan sehingga terciptalah teknologi.
Semakin berkembangnya teknologi, seharusnya juga sebanding dengan keramahan terhadap
lingkungan. Namun jika melihat kondisi saat ini, teknologi masih banyak yang merugikan
alam karena masih menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan. Saat ini, sumber
energi fosil semakin menipis dan kebutuhan energi semakin meningkat. Menurut proyeksi
Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan
energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per
tahun. Sebagian besar atau sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan
bakar fosil. Dalam hal ini, aplikasi dan inovasi sangat diperlukan untuk menghambat
habisnya sumber energi fosil. Aplikasi dari ilmu pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Tetapi inovasi juga sangat penting dalam pengaplikasian ilmu karena
tidak hanya memikirkan fungsi, tetapi juga memikirkan dampak yang dihasilkan. Oleh karena
itu, aplikasi dan inovasi diperlukan untuk memudahkan kehidupan, menjaga kelestarian alam,
dan menekan biaya kebutuhan.

B. Mekanisme Kerja Sel Surya


Salah satu aplikasi dan inovasi yang ada adalah sel surya. Sel surya diciptakan pada
tahun 1954 oleh Calvin Souther Fuller, Daryl Chapin dan Gerald Pearson. Sel surya
menghasilkan tenaga surya dengan memanfaatkan energi cahaya matahari yang diubah
menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip efek Photovoltaic. Efek Photovoltaic
merupakan fenomena fisika dimana energi cahaya datang, yang mengenai permukaan sel
surya akan diubah menjadi energi listrik. Arus listrik dapat timbul, karena energi foton
cahaya datang berhasil membebaskan elektron-elektron dalam sambungan semikonduktor
tipe-n dan tipe-p untuk dapat mengalir. Umumnya, sel surya berbentuk persegi dan berbahan
silikon. Untuk jenisnya ada 3 macam yaitu monocrystalline, polycrystalline, dan film tipis.
Perbedaannya adalah dalam cara pembuatan, penampilan, kinerja, biaya, dan pemasangannya
yang paling sesuai. Sel surya ini biasanya digunakan di lampu jalan, lampu lalu lintas,
kalkulator genggam, satelit, dan lain-lain.

Energi listrik yang diproduksi biasanya akan digunakan untuk kebutuhan listrik dan
ada yang disimpan terlebih dahulu dengan baterai. Sistem panel bertenaga matahari ini tetap
dapat berjalan dalam keadaan apapun karena menggunakan bantuan baterai tersebut. Sel
surya hanya dapat menghasilkan tegangan saat disinari dengan cahaya matahari. Ketika
disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan DC sebesar 0,5 sampai 1
Volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm 2. Besar tegangan dan arus ini
tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara
seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan
total menghasilkan tegangan DC sebesar 12 Volt dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass
1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total
tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.

Gambar 1. Modul surya yang dirangkai seri (”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)

Struktur dari sel surya dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 2. Struktur dari sel surya berbahan silikon (teknologisurya.wordpress.com)

Berdasarkan gambar, sel surya terdiri dari:

1. Substrat/Metal backing.
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material
substrat juga harus mempunyai konduktivitas listrik yang baik karena juga berfungsi
sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau
logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan
sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga
material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan seperti indium
tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor.
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama
(silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah
yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Bagian semikonduktor ini terdiri dari
junction atau gabungan dari dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p dan
tipe-n yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel
surya.
3. Kontak metal/contact grid.
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor
biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak
negatif.
4. Lapisan antireflektif.
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi.
Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik
antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah
semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5. Enkapsulasi/cover glass.
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan
atau kotoran.

Untuk cara kerja dari sel surya dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 3. Ilustrasi cara kerja sel surya (teknologisurya.wordpress.com)


Secara sederhana, cara kerja sel surya adalah dengan menyerap cahaya matahari dan
menapung energi yang dihasilkan ke dalam sebuah baterai. Menjelaskan dari gambar, sel
surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang
dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut
bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah
menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 4. Junction antara semikonduktor tipe-p (kekurangan hole) dan tipe-n (kekurangan
hole) (energy.gov)

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari
semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-
n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan
hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-
n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak
negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju
kontak positif menunggu elektron datang, seperti pada ilustrasi gambar 3.

C. Kegunaan dan Pemanfaatan Sel Surya


Menurut data, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sebesar 0,05% dari potensi
yang ada. Padahal sel surya memiliki banyak kegunaan dan kelebihan. Kegunaan sel surya
adalah menghasilkan listrik dari energi cahaya matahari. Manfaatnya dapat mengurangi
potensi pemanasan global karena tidak menghasilkan polusi, dapat digunakan di daerah-
daerah terpencil yang belum ter-cover listrik, dan mengurangi tagihan listrik. Kelebihannya,
sel surya sudah menggunakan sumber energi yang terbarukan, biaya perawatan yang tidak
mahal, dan dapat digunakan hingga lebih dari 25 tahun ke depan. Selain kelebihan, sel surya
juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan dari sel surya adalah harga beli awal yang
masih mahal, belum maksimal efisiensinya, bergantung pada cuaca, dan menggunakan
banyak ruang. Walaupun begitu, menurut data sejak tahun 1980 hingga 2007, efisiensi sel
surya telah meningkat hingga 42,8% dan akan semakin bertambah. Begitupun dengan
kekurangan-kekurangan yang lain akan disempurnakan oleh inovasi-inovasi di masa
mendatang.

D. Kesimpulan
Kesimpulannya, sel surya merupakan aplikasi dan inovasi yang memudahkan
kehidupan karena dapat menghasilkan listrik bagi siapa saja, menjaga kelestarian alam karena
sudah menggunakan sumber energi terbarukan yaitu cahaya matahari, dan menekan biaya
kebutuhan karena dapat mengurangi beban tagihan listrik. Walaupun masih ada kekurangan,
seiring berkembangnya teknologi, akan muncul inovasi-inovasi baru yang menyempurnakan
sel surya ini.

Anda mungkin juga menyukai