Anda di halaman 1dari 7

Morfologi Dan Karakteristik Serat Nano Dengan Bahan Polyvinyl

Pyrrolidone (PVP) dan Aquadest Dengan Metode Electrospinning

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik serat nano dengan
bahan PVP dan Aquadest menggunakan electrospinning.

Dasar Teori

Polyvinyl Alcohol (PVA)

Gambar 1. Struktur Polyvinyl Alcohol

Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan rumus kimia [(C2H4OH)x] adalah polimer sintetik yang
diproduksi oleh hidrolisis dari polivinil asetat. PVA bersifat nontoksik dan larut dalam air,
kestabilan mekanik dan fleksibel, mudah dibentuk menjadi film dan tidak beracun, menjadi dasar pilihan
penggunaan PVA untuk aplikasi di dunia medis, kosmetik dan pertanian . PVA telah banyak dikaji dan
dikembangkan dalam berbagai aplikasi. Karakteristik sifat dari material blend kitosan/PVA yang telah
dilakukan meliputi sifat mekanik, termal, morfologi dan kesensitifitasnya terhadap pH. Produk ini
sangat sesuai untuk digunakan secara komersial dalam skala besar sebagai eksipien dalam
berbagai produk farmasi seperti tablet salut, tetes mata, biofermentasi dan topikal. PVA bersifat
kompatibel secara hayati dan sesuai untuk simulasi jaringan alami. Selain itu, PVA mempunyai
permeabilitas oksigen yang baik, tidak bersifat imunogenik dan memilki sifat yang sangat baik
dalam pembentukan film, pengemulsi dan dapat dilembabkan. PVA dapat berinteraksi dengan
natrium alginat melalui metode electrospinning membentuk komposit. Selain itu juga diketahui
bahwa PVA dapat membentuk gel dengan berbagai pelarut. Pemanfaatan polimer hidrofilik
seperti Polyvinyl Alcohol (PVA) dan Polyvinyl Pirrolidon (PVP) sebagai bahan 6 biomaterial
menarik perhatian penting dikarenakan tidak toksik, non karsinogenik dan dengan
biokompatibilitas tinggi. Namun demikian, sifat mekanik PVA tidak rapuh. Oleh karena itu perlu
dimodifikasi dengan menggabungkan polimer sintetik atau alami yang tidak hanya berfungsi
menaikkan sifat mekaniknya. Sifat mekanik PVA merupakan sifat yang menarik terutama dalam
preparasi hidrogel. PVA memiliki struktur kimia yang sederhana dengan gugus hidroksil yang
tidak beraturan. Monomernya, yaitu vinil alkohol tidak berada dalam bentuk stabil, tetapi berada
dalam keadaan tautomer dengan asetaldehida.

Metode Electrospinning

Gambar 2. Skema Alat Electrospinning

Pemintalan elektrik (elektrospinning) adalah sebuah metoda untuk membuat serat (fiber)
dengan diameter 10 μm-10 nm. Serat nano hasil pemintalan elektrik memiliki karakteristik yang
menarik dan unik, seperti luas permukaan yang lebih besar dari volume, memiliki sifat kimiawi,
konduktivitas dan sifat optik tertentu. Teknik pemintalan elektrik adalah proses yang relatif
cepat, sederhana dan murah dalam menghasilkan nanofiber. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah dapat menghasilkan nanofiber yang cukup panjang (kontinyu). Elektrospinning adalah
proses dimana larutan polimer diberi muatan oleh medan listrik. Larutan polimer dialirkan
melalui jarum yang melekat pada syringe pada tegangan antara 10-20 kV dan diendapkan pada
bahan konduktif atau yang disebut kolektor, terletak antara 10-30 cm dari letak jarum. Polimer
dikeluarkan dari jarum dengan diameter dalam antara 0.5-1.5 mm. Larutan polimer dikeluarkan
dari ujung jarum membentuk nanofiber secara terus menerus akibat ada gaya listrik (potensi
tegangan tinggi larutan polimer) mengatasi atau melawan tegangan permukaannya. Pada titik ini
tetesan dari larutan polimer diujung jarum membentuk kerucut, biasanya disebut sebagai kerucut
Taylor. Parameter yang paling penting yang mempengaruhi proses elektrospinning dapat dibagi
menjadi tiga kategori utama yaitu, karakteristik larutan (termasuk viskositas larutan atau
konsentrasi, kerapatan muatan larutan, tegangan permukaan, berat molekul polimer, momen
dipol dan konstanta dielektrik). Kontrol variabel (tegangan, jarak dari ujung spineret ke kolektor,
laju alir, kolektor dan desain ujung jarum). Faktor lingkungan (suhu, kelembaban, kecepatan
udara). Cara terbaik untuk mendapatkan keseragaman dan serat yang halus yaitu dengan
membuat nanofiber dengan menggunakan variasi parameter diatas sampai tercapai
kesempurnaan yang optimum.

Alat Dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain Polyvinyl Alcohol (PVA) dan aquades.
Peralatan yang digunakan terdiri atas dua kelompok, yaitu peralatan untuk pembuatan sampel dan
pengujian sampel. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan sampel terdiri dari spatula, pipet tetes,
baker glass 100 ml untuk tempat pencampuran sampel, timbangan digital untuk menimbang larutan, dan
magnetic stirrer bar untuk mengaduk sampel. Peralatan yang digunakan adalah electrospinning untuk
membuat serat nano. Alat untuk karakterisasi sampel terdiri dari Digital Microscope.

Prosedur Percobaan

a. Preparasi sampel

Preparisasi bahan dilakukan dengan melarutkan polyvinyl alcohol (PVA) dan aquadest di dalam
baker glass sebanyak 6 gr dengan perbandingan persentasi weight/weight (w/w) 5 : 95, 10 : 90, dan 15 :
85. Lalu diaduk diatas stirrer dengan kecepatan 300 rpm dan suhu 80 0C hingga larutan homogen.

Tabel 1. Optimasi Konsentrasi PVA dan Aquadest

Rasio (%) Berat PVA Berat Aquadest


5 : 95 0,3 g 5,7 g
10 : 90 0,6 g 5,4 g
15 : 85 0,9 g 5,1 g
b. Metode Electrospinning

Ketiga sampel tersebut kemudian akan memasuki tahap pembuatan serat nano dengan metode
electrospinning. Larutan dimasukkan ke dalam 3 syringe masing. Atur jarak jarum tembak ke kolektor 10
cm dengan tegangan 19,7 kV selama 30 menit.

c. Karakterisasi Sampel

Serat nano yang dihasilkan dari metode electrospinning di karakterisasi menggunakan digital microscope
untuk mengetahui bagaimana morfologi struktur dan diameter serat nano yang dihasilkan.

Hasil Dan Pembahasan

Morfologi serat nano PVP lalu dikarakterisasi menggunakan Mikroskop Digital (Pudak Scientific
BEM 126, Bandung). Diameter serat nano diukur dan dianalisis menggunakan ImageJ 1.5a (Nasional
Institut of Health, USA). Parameter proses yang digunakan dalam pemintalan terdiri dari jarak jarum
terhadap kolektor sebesar 10 cm, laju alir yang diatur pada laju alir 20 μ/jam, tegangan 19,7 kV DC dan
kelembaman 60%.

b
c

Gambar 3. Morfologi dan Distribusi Diameter serat nano PVP weight/weight (a) 5:95
(b) 10:90 (c) 15:85

Gambar 3.a menunjukkan hasil morfologi dan distribusi diameter serat nano dengan
konsentrasi terlarut yaitu PVV 5%(w/w) terhadap pelarutnya yaitu aquadest. Diameter serat nano
ini mempunyai ukuran sebesar berkisar antara 440-520 nm. Bentuk serat yang dihasilkan adalah
partikel / bit. Interaksi antara molekul polimer terhadap interaksi antar pelarut lebih dominan
pada viskositas rendah sehingga pelarut tidak terdistribusi merata didalam larutan polimer,
akibatnya larutan polimer mengurangi luas permukaan dengan membentuk manik-manik.

Gambar 3.b dan 3.c menunjukan setiap serat nano mempunyai morfologi yang sama
berbentuk seperti untaian rambut. Bahkan konsentrasi massa PVA bervariasi tidak
mempengaruhi morfologi serat yang terbentuk. Diameter serat nano ini mempunyai ukuran
sebesar berkisar antara 700-1000 nm untuk 10% PVA dan rentang 1000-1500 nm untuk 15%
PVA. Serat nano diperoleh dalam keadaan teratur, bebas manik-manik, namun hanya terdapat
perbedaan ukuran kecil dan besarnya serat. Interaksi antara molekul polimer terhadap interaksi
antar pelarut lebih dominan pada viskositas tinggi sehingga pelarut terdistribusi merata didalam
larutan polimer, akibatnya larutan polimer tidak mengurangi luas permukaan dengan membentuk
serat bebas manik-manik (Salas, 2016).

Tabel 2. Hasil Diameter Serat Nano PVA

Rasio (%) Berat PVA Berat Diameter Rata-rata


Aquadest (nm)
5 : 95 0,3 g 5,7 g 490
10 : 90 0,6 g 5,4 g 870
15 : 85 0,9 g 5,1 g 1.370
Dari table 2 dapat dilihat distribusi diameter serat nano a, b, dan c yaitu berada pada
rentang 440 nm hingga 1.500 nm dengan diameter rata-rata 490 nm, 870 nm dan 1370 nm.
Penambahan ukuran diameter ini dikarenakan viskositas larutan. (Nasouri dkk., 2015; Nayak
dkk., 2016). Hal ini disebabkan interaksi antar molekul terlarut lebih dominan dibandingkan
dengan interaksi antar molekul pelarut, sehingga ikatan antar polimer dalam larutan menjadi
lebih kuat (Khajavi and Abbasipour, 2016).

Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

Daftar Pustaka

Hediawan H, Juliandri, Nasir M. Pembuatan dan Karakterisasi Co-PDVF Nanofiber Komposit


Menggunakan Metode Electrospinning. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir.
Bandung (ID): PTNBR Badan Tenaga Nuklir Nasonal (BATAN). 2013.

UTAMI, ARTI SENJA. SINTESIS NANOFIBER KITOSAN/POLYETHYLENE GLYCOL


(PEG)/POLYVINYL ALCOHOL (PVA) DENGAN METODE ELECTROSPINNING.BOGOR,
IPB. 2017.

Mutia T, Erininsih R. Penggunaan Webs Serat Alginat/Polivinil Alkohol Hasil Proses


Elektrospining untuk Pembalut Luka Primer. Jurnal Riset Industri. 2012; 4(2): 137-147.

Brown, P.J. et.al., 2007, “Nano-fibers and Nano-technology in Textiles”, the Textile institute,
Woodhead Pub. Ltd., Cambridge.

Shalumon, K.T. et al. Sodium Alginate/ Poly(Vinyl Alcohol)/ Nano ZnO Composite Nanofibers
for Antibacterial Wound Dressings. Elsevier International Journal of Biological
Macromolecules. 2010; 49(2011): 247- 254.

Amita, Bajpaj, Shandu, Nikita, Biswas J. Cryogenic Fabrication of Savlon Loadd Macroporus
Blends of Alginate and Polyvinyl Alcohol (PVA), Swelling and Behaviours, Carbohydrate,
Polymer. 2011; 83:876-882. Perwitasari FLR et al. 2012. Jurnal Karakterisasi Invitro dan Invivo
komposit Alginat-Polivinil lkohol-ZnO Nano sebagai Wound Dresing Antibakteri.
Surabaya(ID): Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai