SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Preparasi Nanosilika dari
Abu Ketel dengan Metode Kopresipitasi sebagai Aditif Membran Elektrolit
Berbasis Kitosan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Abu ketel merupakan salah satu jenis limbah padat industri gula yang
memiliki kandungan senyawa anorganik tinggi terutama silika. Nanosilika
merupakan persenyawaan silika dengan ukuran berskala nano yang dapat
diproduksi dari abu ketel. Salah satu metode produksi nanosilika adalah
presipitasi. Presipitasi umumnya menghasilkan partikel nano dengan distribusi
ukuran yang heterogen sehingga perlu dilakukan modifikasi proses agar partikel
nanosilika yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih homogen. Sel bahan bakar
sangat baik sebagai alternatif penghasil energi saat ini. Inovasi penggunaan
polimer yang murah dan ramah lingkungan sedang aktif dilakukan. Kitosan
memiliki karakteristik yang kurang baik saat digunakan sebagai membran
elektrolit pada sistem sel bahan bakar sehingga perlu ditambahkan senyawa aditif.
Salah satu aditif yang dapat digunakan adalah silika berukuran nano. Ukuran
partikel dalam skala nano dapat meningkatkan reaktivitas silika sehingga kinerja
membran elektrolit dapat ditingkatkan.
Penelitian ini berupaya untuk mengolah abu ketel menjadi nanosilika yang
dapat digunakan sebagai aditif membran elektrolit berbasis kitosan. Penelitian
terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama fokus pada produksi dan karakterisasi
nanosilika dengan teknik kopresipitasi sedangkan tahap kedua fokus pada sintesis
dan karakterisasi membran kitosan dengan aditif nanosilika. Tahap pertama
berhasil memproduksi nanosilika dari tiga metode berbeda, yakni presipitasi,
kopresipitasi dengan tepung beras dan kopresipitasi dengan bubuk agar.
Presipitasi menghasilkan nanosilika dengan ukuran partikel 269.42 nm dengan
indeks polidispersitas 0.9190. Kristalinitas nanosilika presipitasi diketahui sebesar
33.22% dengan fase kristal dominan kristobalit. Pengamatan dengan SEM
(Scanning Elecron Microscopy) menunjukkan bahwa partikel nanosilika hasil
presipitasi memiliki ukuran yang tidak seragam dan cenderung menyatu satu sama
lain. Penggunaan agen pendispersi dalam presipitasi mampu menurunkan ukuran
partikel dan mengontrol agregasi antar partikel nanosilika. Selain itu kopresipitasi
juga diketahui mampu mengubah kristalinitas dan ukuran kristal nanosilika.
Penggunaan agen pendispersi agar dalam proses presipitasi mampu menurunkan
ukuran partikel nanosilika hingga 225.22 nm dengan indeks polidispersitas
0.6520. Kristalinitas nanosilika meningkat menjadi 59.53% dengan fase kristal
dominan kristobalit. Nanosilika yang diproduksi menggunakan metode presipitasi
dengan penambahan tepung beras memiliki karakteristik yang paling baik dilihat
dari parameter ukuran, distribusi ukuran, ukuran kristal, struktur/fase kristal,
kristalinitas dan morfologi. Nanosilika hasil kopresipitasi beras memiliki ukuran
partikel rata-rata 185.45 nm dengan indeks polidispersitas 0.2540 dengan
kristalinitas 28.76% dan fase kristal dominan kristobalit. Analisis morfologi
dengan SEM (Scanning Elecron Microscopy) menunjukkan partikel nanosilika
hasil kopresipitasi beras memiliki penampakan yang seragam, terlihat menyebar
dan ukuran yang lebih kecil.
Nanosilika hasil kopresipitasi beras dipilih sebagai aditif membran elektrolit
berbasis kitosan karena memiliki ukuran yang paling kecil dan distribusi ukuran
partikel yang lebih baik. Struktur silika yang amorf dapat meningkatkan sifat fisik
mekanik membran kitosan. Produksi membran kitosan-nanosilika dilakukan
dengan teknik pencetakan dengan pelat kaca. Karakteristik membran yang diamati
adalah gugus fungsi, daya serap air/metanol, kapasitas penukar ion, dan
konduktivitas ionik. Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan, aditif berupa
nanosilika dengan konsentrasi 3% memberikan efek yang positif terhadap
karakteristik membran kitosan. Daya serap air/metanol diketahui sebesar
28.40%/25.95% dengan kapasitas penukar ion 1.06 meq/gram dan konduktivitas
ionik 1.02×10-4 S/cm. Semakin tinggi konsentrasi nanosilika yang ditambahkan
pada membran kitosan maka daya serap air/metanol, kapasitas penukar ion dan
konduktivitas ionik akan turun. Dengan karakteristik tersebut membran kitosan
dengan aditif nanosilika 3% dapat diaplikasikan sebagai membran elektrolit pada
sistem sel bahan bakar.
Boiler ash known as solid waste of sugar industry which has high silica
content. Nanosilica can be produced from boiler ash by precipitation method.
Precipitation generally produce nanoparticles with a heterogeneous size
distribution so that the process needs to be modified. Fuel cells as an good
alternative energy producers today. The use of polymers which are cheaper and
more environmental friendly for ion exchange membrane being actively carried
out. Chitosan has unfavorable characteristics when used as an electrolyte
membrane fuel cell systems so that it needs to be added additive compound. One
of the additives that can be used is nano-sized silica. Nano sized of particle can
improve the reactivity of the silica so that the performance of membrane can be
improved.
This study aims to produce nanosilica from boiler ash in order to apply it as
an additive for electrolyte membrane based chitosan. The study was divided into
two stages, the first stage focused on the synthesis and characterize nanosilica
with co-precipitation method while the second stage focused on the synthesis and
characterize chitosan membranes with additives nanosilica. The first stage
successfully synthesize nanosilica with three different methods, namely
precipitation, co-precipitation with rice flour and co-precipitation with agar
powder. Precipitation produces nanosilica with average particle size 269.42 nm
with polydispersity index 0.9190. Nanosilica crystallinity of precipitation was
known by 33.22% with a dominant crystalline phase cristobalite. Observation by
SEM (Scanning Electron Microscopy) showed that the particle precipitation
nanosilica were not uniform in size and tend to blend with each other. The use of
dispersing agents in precipitation was able to reduce particle size and control
inter-particle aggregation nanosilica. In addition co-precipitation also known to
alter the crystallinity and crystal size nanosilica. Agar powder on the precipitation
process was able to reduce the particle size of nanosilica to 225.22 nm with
polydispersity index of 0.6520. Nanosilica crystallinity increased to 59.53% with
predominant crystalline phase cristobalite. Nanosilica were synthesized using
precipitation method with the addition of rice flour had characteristics that were
best seen from the parameters of size, size distribution, crystal size, structure/
crystalline phase, crystallinity and morphology. Nanosilica of rice co-precipitation
process had an average particle size of 185.45 nm with a polydispersity index of
0.2540 with 28.76% crystallinity and crystalline phases cristobalite dominant.
Analysis of particle morphology by SEM (Scanning Electron Microscopy)
showed nanosilica of rice co-precipitation had uniform appearance, spread seen
and tiny size.
Nanosilica from co-precipitation process with rice flour was chosen as
additive for chitosan membrane because it had the smallest size and particle size
distribution most good. The structure of amorphous silica could improve the
mechanical physical properties of chitosan membrane. Synthesis of chitosan
membrane-nanosilica done by casting technique with the glass plate. The
observed characteristics of the membrane were functional groups, water
absorption/methanol, ion exchange capacity, and ionic conductivity. Based on the
characterization has been done, additive of nanosilica a concentration of 3% gave
a positive effect on the characteristics of chitosan membrane. Absorptive capacity
of water/methanol was known by 28.40% / 25.95% with an ion exchange capacity
of 1.06 meq/g and an ionic conductivity of 1.02×10-4 S/cm. High concentration of
nanosilica on chitosan membrane would reduce absorption of water/methanol, ion
exchange capacity and ionic conductivity. Based on the analysis, the chitosan
membrane with the addition of 3% chitosan can be applied as an electrolyte
membrane on fuel cell system.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PREPARASI NANOSILIKA DARI ABU KETEL DENGAN
METODE KOPRESIPITASI SEBAGAI ADITIF MEMBRAN
ELEKTROLIT BERBASIS KITOSAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc.Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah
Penanganan Limbah Padat Industri Gula, dengan judul Preparasi Nanosilika dari
Abu Ketel dengan Metode Kopresipitasi sebagai Aditif Membran Elektrolit
Berbasis Kitosan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti dan
Prof. Dr. Ir. Suprihatin Dipl Ing selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Meika Syahbana
Rusli, M.Sc.Agr dan Dr. Ir. Andes Ismayana, STP, MT yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
segenap staf Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Laboratorium Biomaterial Membran Departemen Fisika, Laboratorium Balitbang
Kehutanan Gunung Batu Bogor dan Laboratorium Zoologi LIPI Cibinong yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
2 METODE 4
Bahan Penelitian 4
Peralatan Penelitian 4
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 4
Prosedur Penilitian 5
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Transformasi Abu Ketel-Silika-Nanosilika 7
Distribusi Ukuran Partikel Nanosilika 9
Pola Difraksi Nanosilika 12
Derajat Kristalinitas Nanosilika 14
Ukuran Kristal 15
Morfologi Nanosilika 16
Nanosilika sebagai Aditif Membran Elektrolit 17
Membran Kitosan-Nanosilika 18
Struktur Membran 19
Daya Serap Air/Metanol 20
Kapasitas Penukar Ion 22
Konduktivitas Ionik 23
4 SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik abu ketel 7
2 Karakteristik silika abu ketel 8
3 Karakteristik nanosilika abu ketel 8
4 Ukuran kristal nanosilika dengan teknik produksi berbeda 15
5 Karakteristik nanosilika hasil kopresipitasi dengan tepung beras 18
6 Karakteristik membran kitosan-nanosilika 18
7 Analisis gugus fungsi membran kitosan-nanosilika 20
DAFTAR GAMBAR
1 Distribusi ukuran partikel nanosilika dengan teknik produksi berbeda 9
2 Peran ganda pati dalam produksi nanopartikel (Visinescu et al. 2010) 10
3 Mekanisme kerja agarosa dan agaropektin dalam produksi nanosilika 11
4 Pola difraksi nanosilika hasil presipitasi 12
5 Pola difraksi nanosilika hasil kopresipitasi dengan bubuk agar 13
6 Pola difraksi nanosilika hasil kopresipitasi dengan tepung beras 14
7 Morfologi nanosilika dengan metode produksi yang berbeda 16
8 Penampakan membran kitosan dengan aditif nanosilika 19
9 Spektrum FTIR membran kitosan dengan aditif nanosilika 20
10 Daya serap air/metanol membran kitosan dengan aditif nanosilika 21
11 Kapasitas penukar ion membran kitosan dengan aditif nanosilika 22
12 Konduktivitas ionik membran kitosan dengan aditif nanosilika 23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses produksi silika dari abu ketel 27
2 Proses produksi nanosilika dan membran kitosan-nanosilika 28
3 Hasil analisis distribusi ukuran nanosilika dengan PSA 29
4 Penentuan daya serap air membran kitosan-nanosilika 32
5 Penentuan daya serap metanol membran kitosan-nanosilika 33
6 Penentuan kapasitas penukar ion membran kitosan-nanosilika 34
7 Penentuan konduktivitas ionik membran kitosan-nanosilika 35
8 Analisis varian dan uji lanjut data daya serap air/metanol 36
9 Analisis varian dan uji lanjut data kapasitas penukar ion 37
10 Analisis varian dan uji lanjut data konduktivitas ionik 38
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abu ketel merupakan salah satu bentuk limbah padat yang dihasilkan oleh
aktivitas produksi industri gula. Abu ketel merupakan hasil perubahan kimiawi
dari pembakaran ampas tebu murni pada suhu 550°-600°C selama 4-8 jam. Abu
ketel banyak mengandung unsur mineral anorganik yang masih dapat
dimanfaatkan kembali. Unsur mineral anorganik yang paling dominan dalam abu
ketel adalah silika (SiO2) dengan kadar maksimum hingga 70.97% (Hernawati dan
Indarto 2010). Jumlah abu ketel yang dihasilkan dari proses produksi gula
tergantung pada efektivitas pembakaran dalam boiler. Industri gula skala besar
dapat menghasilkan 1.5-2% dari total batang tebu giling atau sekitar 1.7-2.3 juta
ton per tahun (Ismayana 2014). Pemanfaatan abu ketel yang telah dilakukan
industri adalah tambahan pupuk organik, penutup jalan rusak, dan urugan tanah
longsor (Ismayana 2014).
Produksi partikel nanosilika dapat menggunakan perlakuan fisik dengan
penghancuran disertai panas tinggi (Paul et al. 2007; Khalil et al. 2011) ataupun
menggunakan proses kimiawi (Pukird et al. 2009; Siswanto et al. 2012; Rafiee
dan Shahebrahimi 2012; Music et al. 2011; Hariharan dan Sivakumar 2013; Le et
al. 2013). Metode produksi nanosilika yang sering digunakan adalah presipitasi
kimia dengan keunggulan efisiensi dalam penggunaan energi dan waktu proses.
Namun penggunaan metode presipitasi belum menghasilkan partikel nanosilika
yang homogen karena reaksi berlangsung spontan sehingga sangat sulit untuk
mengontrol proses kristalisasi (Ismayana 2014). Selain itu, presipitasi untuk
fabrikasi nanosilika diketahui menghasilkan partikel dengan derajat kristalinitas
yang rendah (Thuadaij dan Nuntiya 2008; Music et al. 2011; Hariharan dan
Sivakumar 2013; Le et al. 2013; Ismayana 2014). Upaya yang dapat dilakukan
untuk menghasilkan partikel nanosilika dengan distribusi ukuran yang seragam
adalah dengan menambahkan agen pendispersi berbasis surfaktan anionik,
polimer sintetik, ataupun polimer alami seperti polisakarida. Polisakarida
merupakan salah satu jenis agen pendispersi yang memiliki ketersediaannya yang
relatif tinggi dan mudah dalam hal penanganan residu. Polisakarida yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tepung beras dan tepung agar.
Ramimogadham et al. (2013) menggunakan tepung beras sebagai pengontrol
ukuran dalam produksi nano ZnO. Dalam penelitiannya disebutkan beras sebagai
soft biotemplate mampu menggeser distribusi ukuran partikel menjadi lebih kecil.
Nawawi et al. (2013) mampu memproduksi nanoalumina dengan agen pendispersi
agarose. Agarosa terbukti mampu mencegah terjadinya aglomerasi partikel
alumina dengan ukuran 8-16 nm. Konsentrasi polisakarida yang digunakan dalam
proses produksi akan sangat berpengaruh pada kemampuannya dalam mengontrol
ukuran partikel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nidhin et al. (2013) untuk
beberapa jenis agen pendispersi berbasis polisakarida, konsentrasi terbaik untuk
penggunaan polisakarida adalah sebesar 25% (b/b).
Jumlah ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis menuntut para
penggunanya untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang bersumber dari
alam. Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan adalah sel bahan
2
bakar. Sel bahan bakar dikenal sebagai perangkat alat yang dapat menghasilkan
listrik langsung melalui proses elektrokimia, dimana gas hidrogen (H2) akan
digunakan sebagai bahan bakar dan oksigen akan digunakan sebagai oksidator.
Salah satu jenis sel bahan bakar yang sering digunakan adalah Direct Methanol
Fuel Cells (DMFC). Membran merupakan salah satu komponen utama pada sel
bahan bakar, yang berfungsi memisahkan reaktan dan juga sebagai sarana
transportasi ion hidrogen yang dihasilkan anoda. Karakteristik yang diharapkan
dari membran DMFC antara lain konduktivitas ionik tinggi, stabilitas kimia dan
mekanik yang baik, kompatibilitas dengan lapisan katalis serta mudah dalam
perakitan.
Isu lingkungan yang berkembang saat ini mendorong penggunaan bahan
alam untuk berbagai bidang. Membran elektrolit berbasis polimer alam saat ini
juga banyak dikembangkan. Polimer alam seperti kitosan cukup berpotensi dalam
aplikasi membran sel bahan bakar. Kitosan mudah didapat, dan memiliki stabilitas
termal yang tinggi, namun modifikasi pada bahan tersebut perlu dilakukan agar
menghasilkan material yang bermuatan sehingga dapat digunakan sebagai
membran polimer elektrolit (Pramono et al. 2012). Kitosan memiliki
konduktivitas yang rendah sehingga sering digunakan aditif berbahan metal
oksida untuk meningkatkan konduktivitasnya sehingga dapat diaplikasikan pada
sistem sel bahan bakar berbasis metanol.
Aditif memiliki peran penting untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja
membran elektrolit. Salah satu aditif yang dapat digunakan adalah silika dalam
bentuk nanopartikel. Zulfikar et al. (2009) menggunakan silika dalam bentuk
TEOS (tetraortosilikat) sebagai aditif membran kitosan. Hartanto et al. (2007)
berhasil memproduksi membran polieter eter keton dengan aditif silika.
Penambahan 3% SiO2 ke dalam membran elektrolit berbasis polieter eter keton
terbukti dapat menaikkan konduktivitas dan menurunkan permeabilitas. Silika
dengan konsentrasi 3% juga diaplikasikan pada membran akrilonitril stiren
butadiena (Dewi 2008) dan membran polistiren akrilonitril (Suka 2010).
Penggunaan silika dalam bentuk nanopartikel diharapkan mampu meningkatkan
karakteristik membran yang lebih baik daripada silika pada umumnya.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan stimulus bagi industri gula untuk
mengembangkan limbah abu ketel menjadi nanosilika yang bernilai tambah tinggi.
Nanosilika yang diproduksi dapat diaplikasikan pada sistem sel bahan bakar
berbasis metanol dan sangat potensial untuk lebih dikembangkan.
2 METODE
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi abu ketel yang
diperoleh dari PT Gunung Madu Plantation (GMP), natrium hidroksida
(Merck/teknis), asam sulfat (Merck/PA), amonium hidroksida (Merck/PA) untuk
produksi silika, kitosan dari Departemen THP FPIK IPB (DA 87%), asam asetat
(Merck/PA), metanol (Merck/PA), beras dan agar diperoleh dari pasar Dramaga
Bogor.
Peralatan Penelitian
Prosedur Penilitian
Preparasi Bahan
Abu ketel dicuci dengan akuades kemudian dikeringkan dalam oven 105°C
selama 5 jam. Abu kering diabukan pada suhu 700°C selama 6 jam untuk
menghilangkan mineral-mineral dan senyawa pengotor lain. Abu ketel yang telah
diabukan disimpan pada desikator untuk mempertahankan kadar air (Thuadaij dan
Nuntiya 2008).
Produksi Nanosilika
Karakterisasi Nanosilika
Wbasah -Wkering
Daya serap= ×100%
Wkering
MNaOH ×VNaOH
KPI=
bobot membran
Konduktivitas ionik
Sampel membran dipotong ukuran 4 cm × 1 cm selanjutnya diukur
ketebalannya menggunakan mikrometer. Pengukuran konduktivitas dilakukan
dengan LCR-meter HIOKI 3255. Membran dijepit di antara 2 elektrode karbon
dan dihubungkan dengan kutub positif dan negatif sehingga dapat terbaca nilai
konduktannya. Perhitungan konduktivitas mengikuti persamaan:
L
σ=G
A
Abu ketel sebagai bahan baku produksi nanosilika dibakar pada suhu
±700°C selama 6 jam untuk menghilangkan senyawa organik dan pengotor lain.
Perubahan karakteristik abu ketel terjadi setelah dilakukan pembakaran suhu
tinggi (Tabel 1). Secara fisik, warna abu berubah dari hitam menjadi putih yang
mengindikasikan hilangnya unsur karbon. Analisis XRD yang dilakukan
menunjukkan adanya kenaikan kristalinitas abu setelah proses pembakaran dari
50.26% menjadi 97.56%. Rendemen silika juga meningkat akibat hilangnya
komponen organik dari 82.76% menjadi 99.00%. Selain perubahan rendemen,
terjadi pula perubahan fase kristal silika yang terkandung dalam abu ketel dari
kuarsa menjadi kristobalit. Fase kristobalit akan muncul pada saat pembakaran
suhu tinggi 700-1100 °C.
Parameter Spesifikasi
Bentuk serpih
Warna putih
Kristalinitas (%) 76.34
Fase kristal dominan kristobalit
Ukuran partikel (nm) 2000-3000 a)
a)Ismayana (2014)
Parameter Spesifikasi
Bentuk bubuk
Warna putih
Kristalinitas (%) 29-60%
Struktur mesokristal-semikristal
Fase kristal dominan kristobalit
Ukuran partikel rata-rata (nm) 185-280
Morfologi nanoflake, nanoflower, nanoprism
9
0,8
Intensitas (u.a.)
0,6
Kopresipitasi beras
0,4 Presipitasi
Kopresipitasi agar
0,2
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Ukuran partikel (nm)
Gambar 1 Distribusi ukuran partikel nanosilika dengan teknik produksi berbeda
Gambar 2 Peran ganda pati dalam produksi nanopartikel (Visinescu et al. 2010)
dengan teknik lainnya. Indeks polidispersitas yang cukup rendah kurang dari 0.3
menunjukkan bahwa nanosilika yang telah diproduksi memiliki keseragaman
ukuran yang baik. Indeks polidispersitas yang rendah pada nanosilika juga
menunjukkan bahwa proses agregasi partikel oleh beras sebagai agen pendispersi
pada proses produksi berjalan baik sehingga aglomerasi antar partikel dapat
dicegah. Polidispersitas yang rendah juga dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam hal penggunaan dan aplikasi karenan nanosilika hasil produksi ini
terdispersi sangat baik dalam media air.
Beras memiliki granula pati yang tersusun atas molekul amilosa dan
amilopektin. Dalam produksi nanosilika, matriks karbon berbentuk heliks pada
amilosa memiliki peran dalam memberikan bentuk morfologi serta keseragaman
ukuran nanopartikel (Ramimogadham et al. 2013). Sedangkan amilopektin
berperan penting pada agregasi partikel. Hal ini terkait dengan adanya gugus
hidroksil pada amilopektin. Gugus hidroksil amilopektin memiliki kemampuan
untuk berasosiasi ke dalam intra ataupun intermolekul sehingga dapat
menyelaraskan transisi ion Si2+ dan menjaga adanya agregasi yang tinggi antar
partikel silika (Gambar 2).
Ukuran rata-rata nanosilika hasil produksi dengan agen pendispersi agar
adalah 252.22 nm dengan indeks polidispersitas 0.6520. Nanosilika yang
terbentuk masih belum memiliki distribusi ukuran yang baik. Faktor penting yang
berpengaruh adalah karakteristik dan sifat polisakarida yang digunakan dalam
proses presipitasi. Agar dan beras termasuk polisakarida dengan susunan granula
berbeda. Agar memiliki granula yang tersusun atas agarosa dan agaropektin
(Gambar 3). Agarosa memiliki peran yang hampir sama dengan amilosa.
Agaropektin memiliki kemampuan kembang dalam air yang cukup tinggi. Pada
saat digunakan sebagai agen pendispersi produksi nanosilika, agar mampu
mengikat struktur ikatan silika namun pada saat pemanasan, granula mengembang
sehingga ukuran partikel meningkat. Pengembangan granula agar ini mengganggu
terbentuknya sol silika dengan ukuran droplet yang seragam sebelum proses
pengeringan.
dipengaruhi oleh komposisi amilosa dalam beras. Presentase amilosa dalam bubuk
beras yang digunakan rendah dan amorf sehingga berpengaruh pada aktivitasnya
sebagai agen pendispersi dalam proses kopresipitasi.
Sama halnya dengan amilosa, agarose memiliki peran dalam pembentukan kristal
agar. Dengan mekanisme yang sama, molekul agarose dalam air akan berikatan
dengan ion Si2+ membentuk struktur kristal. Kuantitas agarosa dalam komposisi
kimia agar akan berpengaruh pada kristalinitas metal oksida yang terbentuk.
Ukuran Kristal
kλ
D=
βcosθ
Morfologi Nanosilika
(a) Presipitasi
Membran memiliki peranan penting pada sistem sel bahan bakar tipe Direct
Methanol Fuel Cell (DMFC). Membran memiliki peran dalam transfer proton
(H+) dari anoda menuju katoda yang dihasilkan dari proses reaksi antara metanol
dan air. Proton yang dialirkan menuju katode digunakan untuk konversi udara
(O2) menjadi air (H2O). Bukan hanya sebagai penukar proton, membran elektrolit
ini menjadi media aliran elektron untuk menyempurnakan reaksi di katoda. Selain
itu membran juga berperan sebagai penghalang selektif untuk menghalangi
permeasi metanol yang dapat menurunkan kinerja sel bahan bakar. Karakteristik
membran elektrolit yang baik umumnya memiliki daya serap air/metanol kurang
dari 30%, permeabilitas metanol yang rendah, serta kapasitas penukar ion dan
konduktivitas ionik yang tinggi.
Membran berbahan polimer tunggal umumnya memiliki karakteristik yang
kurang baik sehingga dibutuhkan modifikasi dengan penambahan senyawa aditif.
Senyawa metal oksida dikenal sebagai aditif anorganik yang sering digunakan
untuk membran sel bahan bakar. Salah satu metal oksida yang dapat digunakan
sebagai aditif adalah SiO2 (silika). Pada konsentrasi tertentu, silika memiliki
kemampuan untuk meningkatkan konduktivitas ionik membran. Penggunaan
silika berukuran nano dengan reaktivitas yang lebih tinggi diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kinerja membran elektrolit.
Berdasarkan karakterisasi yang dilakukan, nanosilika yang diproduksi
menggunakan teknik kopresipitasi dengan tepung beras memiliki ukuran paling
kecil dan distribusi ukuran paling baik. Keseragaman ukuran partikel yang baik
dan ukuran partikel yang lebih kecil akan meningkatkan luas permukaan sehingga
luas bidang penyerapannya akan meningkat. Luas bidang penyerapan ini akan
meningkatkan kemampuan membran menyerap air/metanol sehingga kapasitas
penukar ion dan konduktivitasnya meningkat. Berikut ini adalah karakterisitik
nanosilika yang digunakan sebagai aditif membran kitosan disajikan pada Tabel 5.
18
Parameter Spesifikasi
Penampakan fisik bubuk halus
Warna putih
Ukuran partikel rata-rata (nm) 185
Indeks polidispersitas (medium air) 0.256
Struktur kristal amorf
Kristalinitas 28%
Fase kristal dominan kristobalit
Morfologi nanoflake
Membran Kitosan-Nanosilika
Struktur Membran
Bock dan Su (1970) dalam Music et al. (2011) menyatakan bahwa spektrum
IR pada 377, 465, 800, 950, 1100 dan 1190 cm-1 mengindikasikan adanya struktur
kristalin dari silika (kristobalit, tridimit, kuarsa). Pada membran kitosan-
nanosilika hanya ditemukan adanya spektrum IR pada 956 dan 1100 yang
menunjukkan silika yang digunakan memiliki kristalinitas rendah. Berdasarkan
analisis XRD yang dilakukan sebelumnya nanosilika yang digunakan memiliki
kristalinitas 28% dengan fase kristal dominan kristobalit.
Si-O-Si
kemampuan serap air sebesar 20.44% dan daya serap metanol sebesar 16.40%.
Kemampuan membran kitosan untuk menyerap air dan metanol dipengaruhi sifat
polimer kitosan yang memiliki gugus hidrofilik sehingga mampu mengikat gugus
polar dalam air dan metanol.
Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa penambahan nanosilika berpengaruh
signifikan terhadap daya serap air/metanol membran kitosan dibuktikan dengan
analisis varian (Lampiran 8). Nanosilika 3% meningkatkan kemampuan membran
kitosan menyerap air/metanol. Nanosilika dengan konsentrasi 3% terdispersi baik
dalam larutan polimer (kitosan 3% dalam asetat 2%) dan tersebar merata pada
permukaan membran. Daya higroskopis silika sangat baik dan ketika partikel
silika mengisi pori membran maka air/metanol yang diserap akan lebih banyak.
Saat konsentrasi nanosilika ditingkatkan, daya serap air/metanol cenderung turun.
Nanosilika dengan konsentrasi lebih dari 3% tidak terdispersi dengan baik dalam
larutan polimer dan cenderung terkonsentrasi pada satu titik tertentu pada saat
dicetak menjadi lembaran membran. Nanosilika yang terkumpul cenderung
menghalangi pori membran sehingga daya serap membran kitosan terhadap
air/metanol menurun.
25
Daya serap (%)
20
15
10
0
0 3 5 10 15
Konsentrasi nanosilika (%)
Membran elektrolit yang baik harus memiliki daya serap air/metanol lebih
kecil dari 30% (Smitha et al 2003). Berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 8),
membran kitosan dengan variasi konsentrasi nanosilika memiliki nilai daya serap
air/metanol yang berbeda nyata satu sama lain (α=0.05). Daya serap air/metanol
tertinggi dimiliki oleh membran kitosan-nanosilika 3% sedangkan daya serap/air
metanol terendah dimiliki oleh membran kitosan. Walaupun terjadi perubahan
ketika dilakukan penambahan nanosilika, namun nilai daya serap air/metanol
membran kitosan masih dalam kualifikasi membran elektrolit.
22
Membran kitosan memiliki kapasitas penukar ion yang rendah yakni sebesar
0.59 meq/gram. Kitosan memiliki gugus NH2 yang akan terprotonisasi dalam air
menjadi ion NH3+. Banyaknya ion NH3+ dipengaruhi oleh kemampuan kitosan
dalam mengikat proton (H+). Adanya gugus SiO2 dalam larutan kitosan akan
meningkatkan kapasitas penukar ion. SiO2 akan terionisasi membentuk ion Si4+
dan akan meningkatkan nilai tukar ion membran kitosan.
Berdasarkan analisis varian (α=0.05) yang telah dilakukan, adanya
nanosilika dalam membran kitosan secara signifikan dapat berpengaruh pada nilai
kapaitas penukar ion (Lampiran 9). Penambahan nanosilika 3% dapat
meningkatkan kapasitas tukar ion membran kitosan 1.06 meq/gram. Jika
konsentrasi nanosilika ditingkatkan sampai 15% cenderung akan menurunkan
kapasitas tukar ion membran kitosan hingga 0.43 meq/gram (Gambar 11). Jumlah
SiO2 yang terlalu banyak dalam larutan kitosan akan memicu terbentuknya asam
silikat yang akan mengganggu terjadinya pertukaran proton pada membran. Selain
itu konsentrasi nanosilika yang terlalu tinggi juga cenderung memicu terjadinya
aglomerasi partikel dalam larutan polimer sehingga akan mengurangi daya serap
air membran. Ion dapat ditranspor jika membran memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan mediumnya dalam hal ini air/metanol. Interaksi yang lebih
baik menunjukkan transpor ion yang lebih baik.
1.20
1.00
KPI (meq/gram)
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0 3 5 10 15
Konsentrasi nanosilika (%)
Konduktivitas Ionik
120
102.94
100
Konduktivitas (µS/cm)
80
60
40
17.22
20
0.97 1.55 0.43
0
0 3 5 10 15
Konsentrasi nanosilika (%)
Simpulan
Nanosilika dapat diproduksi dari abu ketel industri gula dengan metode
presipitasi dan kopresipitasi. Nanosilika hasil presipitasi memiliki ukuran partikel
yang tidak seragam dengan agregasi antar partikel yang kurang baik. Modifikasi
proses presipitasi dengan berbasis polisakarida berupa tepung beras dan bubuk
agar terbukti mampu memperbaiki karakteristik nanosilika dengan cara
menurunkan ukuran partikel, mengontrol agregasi antar partikel, menurunkan
ukuran kristal dan mengubah kristalinitas nanosilika. Tepung beras yang
digunakan dalam presipitasi menghasilkan nanosilika dengan karakteristik paling
baik, yaitu ukuran partikel 185.45 nm, indeks polidispersitas 0.2540, ukuran
kristal 22.44 nm, kristalinitas 28.76% dan morfologi partikel berupa serpihan.
Silika dengan ukuran nano, distribusi ukuran yang baik, kristalinitas rendah
dapat diaplikasikan sebagai aditif membran elektrolit berbasis kitosan. Nanosilika
yang ditambahkan pada membran kitosan dengan konsentrasi 3% menunjukkan
karakteristik paling baik sebagai membran elektrolit dilihat dari parameter daya
serap air/metanol, kapasitas penukar ion dan konduktivitas ionik. Daya serap
air/metanol membran kitosan-nanosilika 3% sesuai kualifikasi membran elektrolit
kurang dari 30%. Kapasitas penukar ion membran kitosan-nanosilika 3% relatif
tinggi 1.06 meq/gram lebih tinggi daripada membran berbahan polimer komersil
yang sering digunakan berupa Nafion 0.97 meq/gram. Konduktivitas ionik terbaik
diketahui sebesar 1.02×10-4 S/cm, masih dalam kategori membran elektrolit
dengan konduktivitas ionik rendah namun masih dapat digunakan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
.
27
Abu bagasse
10 gram
Penyaringan Padatan
Filtrat
Silika murni
28
Lampiran 2 Proses produksi nanosilika dan membran kitosan-nanosilika
Silika murni
15 gram
Penyaringan Filtrat
Endapan ± 1 g
Agen
pendispersi
Pencucian sampai pH 7 25% (b/b) silika
Kitosan 1.5 %
Stirring dalam
NaOH 2.5 N 8 jam Stirring dengan nanosilika
(0, 3, 5, 10, 15 % b/b)
Pencucian
Casting
Pengeringan 40°C
Pengabuan 700°C 4 jam
Membran
Nanosilika elektrolit
29
Nanosilika
Presipitasi Kopresipitasi-beras Kopresipitasi-agar
Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran
(cps) (nm) (cps) (nm) (cps) (nm)
0.00 28.19 0.00 29.52 0.00 23.45
0.00 29.52 0.00 30.91 0.00 24.55
0.00 30.91 0.00 32.37 0.00 25.71
0.00 32.37 0.00 33.89 0.00 26.92
0.00 33.89 0.00 35.49 0.00 28.19
0.00 35.49 0.00 37.16 0.00 29.52
0.00 37.16 0.00 38.91 0.00 30.91
0.00 38.91 0.01 40.75 0.00 32.37
0.01 40.75 0.01 42.67 0.01 33.89
0.01 42.67 0.01 44.68 0.01 35.49
0.01 44.68 0.01 46.79 0.01 37.16
0.01 46.79 0.02 48.99 0.01 38.91
0.01 48.99 0.02 51.30 0.01 40.75
0.02 51.30 0.03 53.72 0.01 42.67
0.02 53.72 0.03 56.25 0.02 44.68
0.02 56.25 0.04 58.90 0.02 46.79
0.03 58.90 0.05 64.58 0.03 48.99
0.03 61.68 0.07 67.63 0.03 51.30
0.04 64.58 0.08 70.81 0.04 53.72
0.05 67.63 0.10 74.15 0.04 56.25
0.05 70.81 0.12 77.65 0.05 58.90
0.06 74.15 0.14 81.30 0.06 61.68
0.07 77.65 0.17 85.14 0.06 64.58
0.08 81.30 0.20 89.15 0.07 67.63
0.09 85.14 0.23 93.35 0.08 70.81
0.10 89.15 0.26 97.75 0.10 74.15
0.12 93.35 0.30 102.36 0.11 77.65
0.13 97.75 0.34 107.18 0.12 81.30
0.14 102.36 0.38 117.52 0.14 85.14
0.16 107.18 0.42 123.06 0.15 89.15
0.17 112.23 0.46 128.86 0.17 93.35
0.19 117.52 0.51 134.93 0.18 97.75
0.21 123.06 0.55 141.29 0.20 102.36
0.23 128.86 0.59 147.95 0.22 107.18
0.25 134.93 0.63 154.92 0.24 112.23
0.27 141.29 0.66 162.22 0.26 117.52
0.28 147.95 0.69 169.87 0.28 123.06
0.30 154.92 0.71 177.88 0.30 128.86
0.32 162.22 0.73 186.26 0.31 134.98
0.34 169.67 0.75 195.04 0.33 141.29
0.36 177.88 0.75 204.23 0.35 147.95
0.38 186.26 0.74 213.85 0.37 154.92
30
Nanosilika
Presipitasi Kopresipitasi-beras Kopresipitasi-agar
Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran
(cps) (nm) (cps) (nm) (cps) (nm)
0.40 195.04 0.72 223.93 0.39 162.22
0.42 204.23 0.69 234.49 0.40 169.87
0.43 213.85 0.67 245.54 0.42 177.88
0.45 223.93 0.63 257.11 0.43 186.26
0.47 234.49 0.60 269.22 0.45 195.04
0.48 245.54 0.56 281.91 0.46 204.23
0.49 257.11 0.52 295.20 0.47 213.85
0.50 269.22 0.47 309.11 0.48 223.93
0.51 281.91 0.43 323.68 0.48 234.49
0.52 295.20 0.39 338.93 0.49 245.54
0.53 309.11 0.35 354.91 0.49 257.11
0.53 323.68 0.31 371.63 0.49 269.22
0.54 338.93 0.27 389.15 0.49 281.91
0.54 354.91 0.24 407.49 0.49 295.20
0.54 371.63 0.21 426.69 0.48 309.11
0.54 389.15 0.18 446.80 0.48 323.68
0.54 407.49 0.15 467.86 0.47 338.93
0.53 426.69 0.13 489.91 0.46 354.91
0.53 446.80 0.11 513.00 0.45 371.63
0.52 467.86 0.09 537.17 0.43 389.15
0.51 489.91 0.07 562.49 0.42 407.49
0.50 513.00 0.06 589.00 0.41 426.69
0.49 537.17 0.05 616.76 0.39 446.80
0.48 562.49 0.04 645.83 0.37 467.86
0.46 589.00 0.03 676.26 0.36 489.91
0.45 616.76 0.02 708.13 0.34 513.00
0.43 645.83 0.02 741.51 0.32 537.17
0.42 676.26 0.02 776.45 0.30 562.49
0.40 708.13 0.01 813.05 0.29 589.00
0.39 741.51 0.01 851.36 0.27 616.76
0.37 776.45 0.01 891.49 0.25 645.83
0.35 813.05 0.01 933.50 0.23 676.26
0.34 851.36 0.00 977.50 0.22 708.13
0.32 891.49 0.00 1023.56 0.20 741.51
0.30 933.50 0.00 1071.80 0.18 776.45
0.28 977.50 0.00 1122.32 0.17 813.05
0.27 1023.56 0.00 1175.21 0.15 851.36
0.25 1071.80 0.00 1230.59 0.14 891.49
0.24 1122.32 0.00 1288.58 0.13 933.50
0.22 1175.21 0.12 977.50
0.21 1230.59 0.10 1023.56
0.19 1288.59 0.09 1071.80
31
Nanosilika
Presipitasi Kopresipitasi-beras Kopresipitasi-agar
Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran Intensitas Ukuran
(cps) (nm) (cps) (nm) (cps) (nm)
0.18 1349.32 0.08 1122.32
0.16 1412.91 0.08 1175.21
0.15 1479.50 0.07 1230.59
0.14 1549.23 0.06 1288.59
0.13 1622.24 0.05 1349.32
0.12 1698.69 0.05 1412.91
0.11 1778.75 0.04 1479.50
0.10 1862.58 0.04 1549.23
0.09 1950.36 0.03 1622.24
0.08 2042.28 0.03 1698.69
0.07 2138.53 0.02 1778.75
0.07 2239.31 0.02 1862.58
0.06 2344.85 0.02 1950.36
0.05 2455.36 0.02 2042.28
0.05 2571.08 0.01 2138.53
0.04 2692.25 0.01 2239.31
0.04 2819.13 0.01 2344.85
0.03 2951.99 0.01 2455.36
0.03 3091.11 0.01 2571.08
0.03 3236.79 0.01 2692.25
0.02 3389.34 0.01 2819.13
0.02 3549.07 0.00 2951.99
0.02 3716.34 0.00 3091.11
0.02 3891.48 0.00 3236.79
0.01 4074.88 0.00 3389.34
0.01 4266.93 0.00 3549.07
0.01 4468.02 0.00 3716.34
0.01 4678.59 0.00 3891.48
0.01 4899.09 0.00 4074.88
0.01 5129.97 0.00 4266.93
0.01 5371.74 0.00 4468.02
0.01 5624.90 0.00 4676.59
0.00 5890.00
0.00 6167.58
0.00 6458.25
0.00 6762.62
0.00 7081.33
0.00 7415.07
0.00 7764.53
0.00 8130.46
0.00 8513.64
0.00 8914.87
32
Contoh perhitungan:
Penentuan daya serap air membran kitosan ulangan ke-1
Wbasah -Wkering
Daya serap = ×100%
Wkering
0.0083-0.0066
Daya serap = ×100%=20.4444%
0.0066
33
Contoh perhitungan:
Penentuan daya serap metanol membran kitosan ulangan ke-1
Wbasah -Wkering
Daya serap = ×100%
Wkering
0.0099-0.0085
Daya serap = ×100%=16.4018%
0.0085
34
Bobot
* Volume M KPI Rata-rata
Membran
membran
NaOH NaOH (meq/gram) (meq/gram)
(gram)
Chi 0.24 3.0 0.05 0.63 0.59
0.24 2.7 0.05 0.56
0.24 2.8 0.05 0.58
Chi+nS3% 0.28 6.0 0.05 1.07 1.06
0.22 4.6 0.05 1.05
0.22 4.7 0.05 1.07
Chi+nS5% 0.20 3.6 0.05 0.90 0.86
0.28 4.6 0.05 0.82
0.28 4.6 0.05 0.82
Chi+nS10% 0.25 2.5 0.05 0.50 0.53
0.28 3.0 0.05 0.54
0.25 2.7 0.05 0.54
Chi+nS15% 0.36 3.0 0.05 0.42 0.43
0.30 2.6 0.05 0.43
0.30 2.6 0.05 0.43
*)
Chi: kitosan; nS:nanosilika
Contoh perhitungan:
Penentuan kapasitas penukar ion membran kitosan ulangan ke-1
MNaOH ×VNaOH 0.05×3.0
KPI= = = 0.63 𝑚𝑒𝑞/𝑔𝑟𝑎𝑚
bobot membran 0.24
35
Contoh perhitungan:
Penentuan kapasitas penukar ion membran kitosan ulangan ke-1
L
σ = G =(1.23×10−3 )(8×10−4 )=0.9814×10-6 S/cm
A
36
Lampiran 8 Analisis varian dan uji lanjut data daya serap air/metanol
Anova daya serap air α=0.05
SS df MS F Sig.
Between
235.235 4 58.809 899.844 .000
Groups
Within Groups .654 10 .065
Total 235.888 14
Lampiran 9 Analisis varian dan uji lanjut data kapasitas penukar ion
Anova α=0.05
SS df MS F Sig.
Between
.810 4 .202 244.907 .000
Groups
Within Groups .008 10 .001
Total .818 14
Uji Duncan
Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
0.15 3 .4267
0.10 3 .5267
0.00 3 .5900
0.05 3 .8467
0.03 3 1.0633
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
38
Uji Duncan
Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
0.15 3 .4325
0.00 3 .9724
0.10 3 1.5540
0.05 3 17.2161
0.03 3 1.0294E2
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
39
RIWAYAT HIDUP