: GENAP 2015/2016
DOSEN
Disusun oleh :
1. ASTERIA
2. DESI GUSTIANI
3. IRMA ABRIANTIKA N.
(13334602)
(13334603)
5. TEGUH SULISTYO
(14334004)
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang mikrokapsul dengan menggunakan koaservasi pemisahan fase.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Jakarta, 15 May 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa tahun terakhir kemajuan teknologi memberikan dampak terhadap
perkembangan obat dan bentuk sediaan baru. Para peneliti farmasi terus
B. PRINSIP
Membuat sediaan mikrokapsul Na-Diklofenak dengan metode koaservasi fasa.
C. MANFAAT
1. Dapat Mengetahui dan memahami ilmu tentang sediaan mikrokapsul dengan
metode koaservasi pemiasahan fasa.
2. Dapat mengetahui dan memahami cara membuat formulasi sediaan
mikrokapsul dengan metode koaservasi pemisahaan fasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikrokapsul
Mikrokapsul adalah bentuk sediaan yang mengalami mikroenkapsulasi,
yang mana partikel atau tetesan cairan zat aktif (bahan inti) dikelilingi atau
dilapisi dengan suatu lapisan tipis dari bahan polimer (bahan penyalut) yang
menghasilkan partikel berukuran mikrometer sampai milimeter. Polimer yang
digunakan tergantung pada tujuan pembuatan mikrokapsul itu.
Model obat yang digunakan sebagai bahan inti pada pembuatan mikrokapsul
ini adalah natrium diklofenak yang merupakan salah satu obat anti inflamasi yang
banyak direkomendasikan oleh dokter karena memiliki efek samping minimal
dibandingkan obat anti inflamasi lain.
Selain digunakan sebagai anti reumatik, natrium diklofenak juga
mempunyai aktivitas antiradang dan analgetik - antipiretik. Diklofenak
mempunyai waktu paruh eliminasi yang pendek (3 - 6 jam), sehingga untuk
mendapatkan efek terapi yang optimal harus diberikan dosis yang berulang. Obat
dengan waktu paruh eliminasi yang sangat pendek membutuhkan jumlah obat
yang cukup banyak pada setiap unit dosis untuk mempertahankan efek terapeutik
yang berkesinambungan.
a. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan tipis suatu bahan inti
baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer sebagai dinding
pembentuk mikrokapsul. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa partikel
atau bentuk agregat, dan biasanya memiliki rentang ukuran partikel antara 5
5000 m. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran partikel
bahan inti yang digunakan .
Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa zat
padat, cair maupun gas dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat - sifat zat
aktif untuk sistem mikrokapsul tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi
tersebut.
Kali ini, mikroenkapsulasi yang dilakukan ditujukan untuk membuat
sediaan mikrokapsul Na - Diklofenak menggunakan metode koaservasi
pemisahaan fasa.
b. Pemisahan fase koaservasi
Secara garis besar metode pemisahan fase koaservasi terdiri dari tiga
tahap, yaitu :
pembentukan tiga fase kimia tidak tercampurkan, penempatan penyalut
polimer cair pada bahan inti, dan pengerasan penyalut.
Pada proses pembentukan tiga fase kimia tidak tercampurkan, fase cairan
pembawa, fase bahan inti, dan fase bahan penyalut. Untuk membentuk ketiga
fase, bahan inti didispersi dalam suatu larutan polimer penyalut, pelarut untuk
polimer merupakan fase cairan pembawa. Fase bahan penyalut, suatu polimer
tidak tercampurkan pada keadaan cair, dibentuk dengan mengubah temperatur
cairan polimer atau dengan penambahan garam.
Proses penempatan penyalut polimer cair pada bahan inti, dengan cara
pencampuran fisik yang terkontrol dari bahan penyalut (selagi cair) dan bahan
inti pada cairan pembawa, penempatan terjadi jika polimer teradsorpsi pada
antar muka yang terbentuk antara bahan inti dan cairan pembawa, dan
fenomena
adsorpsi
merupakan
prasyarat
untuk
penyalutan
efektif.
Pemisahan fase koasevasi dapat terjadi dalam pelarut air dan pelarut organik.
Pelarut air digunakan untuk menyalut inti padat dan inti cair yang tidak larut
dalam air. Ada dua tipe utama ini yaitu koaservasi sederhana dan koaservasi
komplek .
Koaservasi sederhana hanya menggunakan satu macam koloid saja
misalnya gelatin dalam air. Koaservasi ini terjadi dengan cara perpindahan
lapisan air dari sekeliling dispersi koloid akibat penambahan zat yang
mempunyai affinitas yang tinggi terhadap air seperti berbagai alkohol dan
garam. Molekul-molekul polimer yang terhidrasi cenderung untuk berkumpul
dengan molekul polimer lain disekelilingnya dan membentuk koaservat.
pengaruh
lingkungan,
meningkatkan
stabilitas,
pencegahan,
10
Etil selulosa merupakan polimer yang tidak larut dalam air. Penggunaan
etil selulosa digunakan sebagai pembentuk dinding mikrokapsul (wall former)
yang dapat menghambat pelepasan Na - Diklofenak. Efek penghambatan
pelepasan Na - Diklofenak dari mikrokapsul diinvestigasi melalui uji dissolusi
in vitro, dibandingkan dengan bentuk murni Na - Diklofenak.
Etil selulosa mempunyai beberapa keuntungan yaitu: etil selulosa sudah
digunakan secara luas sebagai bahan tambahan dalam sediaan oral dan topikal
pada produk farmasi, sifatnya stabil, cost effectiveness, mengurangi resiko
terjadinya dose dumping.
Nama lain dari etil selulosa adalah aquacoat ECD; aqualon; E462;
ethocel; surelease dan nama kimia cellulosa ethyl ether. Rumus molekul
C12H23O6(C12H22O5)n C12H23O5. Banyak fungsi dari etil selulosa yakni sebagai
coating agent; tablet binder; tablet filler; viscosity-increasing agent. Sebagai
sustained-release tablet coating digunakan konsentrasi 3,0 20,0% (Dahl,
2005).
Etil-selulosa berbentuk serbuk putih kecoklatan, tidak berbau, tidak
berasa dan bersifat mudah mengalir (free flowing). Tidak larut dalam air,
gliserin, dan propilenglikol.
Etil-selulosa yang mengandung kurang dari 46,5% gugus metoksi slarut
dalam tetrahidrofuran, metil asetat kloroform dan campuran hidrokarbon
aromatic dengan alkohol. Sedangkan etil selulosa yang mengandung 46,5%
atau lebih gugus etoksi larut dalam alkohol, toluene, kloroform, dan metil
asetat.
4) Chloroform
Merupakan pelarut organik yang berfungsi untuk melarutkan polimer etil
selulosa.
5) HCl
11
12
sekeliling dispersi koloid akibat penambahan zat yang mempunyai affinitas yang
tinggi terhadap air seperti berbagai alkohol dan garam.
Molekul - molekul polimer yang terhidrasi cenderung untuk berkumpul
dengan molekul polimer lain disekelilingnya dan membentuk koaservat.
Koaservasi komplek menggunakan lebih dari satu macam koloid, biasanya
digunakan gelatin dan akasia dalam air, dan koaservasi terjadi akibat netralisasi
muatan koloid yang berbeda. Netralisasi muatan disertai dengan keluarnya air dari
polimer sehingga terbentuk koaservat.
Untuk formula skala laboratorium : terdiri dari Na - Diklofenak, Etil
selulosa, Na - CMC, Chloroform, HCl 0,1 N, Metanol. Rasio perbandingan antara
inti dan penyalut pada masing - masing formula adalah 1:1. Sedangkan banyaknya
etil selulosa yang dilarutkan dalam 25 ml kloroform pada formula adalah 1
gram.Core material yaitu Na - Diklofenak pada formula adalah 1 gram. Larutan
HCl 0,1 N sebanyak 100 ml berisi 1% Na - CMC.
D. Keuntungan dan kerugian mikroenkapsulasi
a. Keuntungan
1) Dengan adanya lapisan dinding polimer, zat inti akan terlindungi dari
pengaruh lingkung luar
2) Mikroenkapsulasi dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat
menjaga stabilitas zat inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama.
3) Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan zat ini.
A.
13
D.
b. Kerugian
1) Adakalanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna atau
tidak merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan zat inti dari
mikrokapsul
2) Dibutuhkan teknoligi mikroenkapsulasi
3) Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut yang sesuai
dengan bahan inti agar diperoleh hasil mikrokapsul yang baik
E. Tujuan Mikroenkapsulasi
Proses mikroenkapsulasi memiliki tujuan yaitu
a. Mengubah bentuk cairan menjadi padatan
b. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan
c. Memperbaiki aliran serbuk
d. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak
e. Menyatukan zat-zat yang tidak tersatukan secara fisika dan kimia
f. Menurunkan sifat iritasi inti terhadap saluran cerna
g. Mengatur pelepasan bahan inti
h. Memperbaiki stabilitas bahan inti
i. Sensitif terhadap cahaya
j. Mengatur pelepasan bahan aktif
k. Oksidasi dan pemanasan
F. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Proses Mikroenkapsulasi
Faktor - faktor yang menpengaruhi keberhasilan mikroenkapsulasi antara
lain sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif, bahan penyalut yang digunakan,
tahap proses mikroenkapsulasi, sifat dan struktur dinding mikrokapsul serta
kondisi pembuatan (basa atau kering).
G. Sifat Zat Aktif untuk Mikrokapsul
14
Zat aktif yang dapat dibuat dalam system mikrokapsul dapat berupa zat
padat, cair ataupun gas, dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat zat aktif dari
system mikroenkapsulasi tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi tersebut.
H. Metode Pembuatan Mikrokapsul
Metode pembuatan mikrokapsul cukup beragam diantaranya adalah
koaservasi pemisahan fase, semprot kering semprot beku, penguapan pelarut,
suspense udara, proses multi lubang sentrifugal, penyalutan di dalam panci,
polimerisasi. Dalam pembuatan formula kami memakai metode koaservasi
pemisahan fasa.
I. Mekanisme Pelepasan Obat Pelepasan dari Mikrokapsul
Obat dari mikrokapsul yaitu melaui proses difusi melewati lapisan polimer,
erosi dari lapisan polimer atau melalui kombinasi dari kombinasi erosi dan difusi.
Umumnya obat yang dibuat dengan cara ini lebih banyak dilepaskan melalui
difusi membrane. Cairan dari saluran pencernaan berdifusi melalui membrane ke
dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi tinggi
di dalam sel kapsul melalui membrane ketempat konsentrasi rendah pada cairan
saluran pencernaan. Jadi kecepatan pelepasan obat ditentukan oleh difusi obat
oleh membran.
J. Evaluasi Mikrokapsul
Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan morfologi
mikrokapsul, pengukuran partikel, berat mikrokapsul yang diperoleh, pengukuran
kadar air, penentuan kandungan zat inti,
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Formula
Hasil Formula dari tinjauan diatas diperoleh sebagai berikut:
16
Formulasi B
( disolusi = asam klorida )
Formulasi A
Sampel
(T =120 menit )
F1
F2
F3
Natrium
Diklofen
ak
Eudragit
L 100
1,12
5
F4
F1
F2
1,
5
F3
F4
F1
F2
F3
31,13
29,35
46,55
56,24
56,19
1
51,93%, 34,56
1,25
( T= 45 meni
1,75.
17
18
Wm
Wt
5) Uji Disolusi
Laju disolusi adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada setiap waktu
tertentu. Proses disolusi zat aktif ini sangat berpengaruh terhadap kecepatan
dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh dan selanjutnya akan
mempengaruhi respon klinis yang akan dihasilkan oleh suatu sediaan. Untuk
obat yang kelarutannya sangat kecil, laju disolusi menentukan proses absorpsi
obat pada saluran cerna.
Uji disolusi in vitro ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah
pelarutan obat dalam suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan
tambahan yang terkandung dalam produk obat.
Noyes dan Whitney menggambarkan proses disolusi bahan padat dimulai
dengan pelarutan bahan pada permukaan partikel zat aktif, yang membentuk
larutan jernih di sekeliling partikel.
Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan sebagai Stagnant
Layer atau lapisan tetap rendah. Adapun persamaan yang menggambarkan
kecepatan disolusi adalah :
: Koefisien difusi.
Cs
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
20
Saran
1. Disarankan pada mahasiswa dan mahasiswi selanjutnya untuk lebih memahami
pembuatan formula mikrokapsul dengan metode koaservasi pemisahan fasa.
DAFTAR PUSTAKA
21
22