Anda di halaman 1dari 20

NANOMATERIAL

Oleh : Kelompok 2

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


DEARLY EDELYA ZEFANYA FARAH MAULIDYA
FRENANZY (210322607206)
(230322618225)

SHAFARIDHA ZAHRANI
MIFTAHUL HIDAYAH
RADITA PUTRI
(210322607274)
(210322607317)

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


NANOPARTICLES THROUGH
HETEROGENEOUS NUCLEATION
(Nanopartikel Melalui Nukleasi Heterogen)

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


DASAR-DASAR NUKLEASI
HETEROGEN

Ketika fase baru terbentuk pada permukaan material lain, proses


ini disebut nukleasi heterogen. Dengan mengasumsikan spesies
pertumbuhan dalam fase uap menimpa permukaan substrat,
spesies pertumbuhan ini berdifusi dan berkumpul membentuk
inti dengan bentuk topi. Seperti halnya nukleasi homogen,
nukleasi heterogen terdapat penurunan energi bebas Gibbs dan
peningkatan energi permukaan atau antarmuka.
DASAR-DASAR NUKLEASI
HETEROGEN
Perubahan total energi kimia, yang terkait dengan pembentukan inti ini
diberikan oleh:

Mirip dengan nukleasi homogen, pembentukan fasa baru menghasilkan


pengurangan energi bebas Gibbs, tetapi meningkatkan energi permukaan
total. Inti hanya stabil jika ukurannya lebih besar dari ukuran kritis, r*:

dan penghalang energi kritis, diberikan oleh:


KINETICALLY CONFINED
SYNTHESIS OF NANOPARTICLES
(SINTESIS NANOPARTIKEL YANG DIBATASI SECARA KINETIS)

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


Synthesis Inside Micelles Or Using Microemulsions
(Sintesis Di Dalam Misel Atau Menggunakan Mikroemulsi)

Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi karena


penambahansurfaktan berikutnya, pada satu saat akan tercapai keadaan dimana permukan
antarmuka menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke
permukaan-antarmuka tidak terjadi lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu
kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik yang bersinggungan dengan solven yang
mengelilinginya sehingga mengasingkan ekor gugu shidrofobik di dalam pusat misel.

Surfaktan adalah molekul yang mengandung gugus hidrofilik


(suka air) dan lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang
sama. Surfaktan terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan
ekor.
Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, Perbedaan antara misel dan mikroemulsi terletak pada
negatif atau netral, sedangkan bagian non polar (lipofilik) cara pembuatan, bentuk, dan sifat fisik. Misel adalah sistem
merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan dapat dispersi yang terdiri dari dua fase cair, dimana molekul
menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, hidrofobik terperangkap dalam inti misel yang terkumpul
meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi, dan oleh bagian polar surfaktan. Misel memiliki ukuran partikel
mengontrol jenis formulasi baik itu minyak dalam air (o/w) yang lebih kecil dari 10 nm dan memiliki bentuk bulat.
maupun air dalam minyak (w/o). Sementara itu, mikroemulsi adalah sistem dispersi yang
terdiri dari dua fase cair yang disusun dalam lapisan film
surfaktan. Mikroemulsi memiliki ukuran partikel yang lebih
Mikroemulsi adalah sistem dispersi yang stabil termodinamik dan transparan, yang terdiri besar dari misel, yang biasanya berukuran antara 100-200
dari minyak dan air yang distabilkan oleh lapis tipis (film) surfaktan. Mikroemulsi memiliki nm. Mikroemulsi memiliki bentuk berbentuk kubik, bola,
ukuran partikel yang lebih kecil dari 200 nm. Proses pembuatan mikroemulsi dapat atau lainnya, dan memiliki sifat fisik yang lebih stabil
dibandingkan misel.
dilakukan dengan metode fase titrasi atau solubilisasi/kelarutan.
Proses Sintesis Dalam
ap Mikroemulsi atau
Menggunakan Surfaktan
Proses sintesis di dalam misel atau mikroemulsi adalah proses yang bertujuan untuk membentuk sistem dispersi yang stabil dari molekul hidrofobik yang
terperangkap dalam inti misel atau mikroemulsi, yang terkumpul oleh bagian polar surfaktan. Misel dan mikroemulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari dua
fase cair, yang salah satunya terdispersi dalam fase lainnya. Proses sintesis ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yang tergantung pada metode yang
digunakan, seperti metode fase titrasi atau metode solubilisasi/kelarutan.

Metode yang dapat digunakan:


Metode fase titrasi merupakan proses yang menggunakan pengumpulan molekul hidrofobik dalam
inti misel atau mikroemulsi, yang terkumpul oleh bagian polar surfaktan. Dalam proses ini, minyak
ditambahkan ke dalam campuran fase air, dan minyak lebih memilih larut di dalam misel karena
sifatnya hidrofobik. Kemudian, minyak dan surfaktan dipremix dengan fase air. Pada tahap ini,
molekul surfaktan akan mengadsorpsi pada antarmuka fase minyak dan fase air. Kemudian, pada
tahap akhir, minyak dan surfaktan disusun dalam fase air dengan konsentrasi tinggi, yang akan
menyebabkan pemisahan fase minyak dan fase air dan terbentuknya misel

Metode solubilisasi/kelarutan merupakan proses yang menggunakan pengumpulan molekul


hidrofobik dalam inti misel atau mikroemulsi, yang terkumpul oleh bagian polar surfaktan. Dalam
proses ini, minyak ditambahkan ke dalam air dengan konsentrasi tinggi, dan minyak terperangkap
dalam inti misel atau mikroemulsi.

Klasifikasi surfaktan
Berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan berikut.
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam
sulfonat asam lemak rantai panjang.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil
ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam
lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. Keempat, surfaktan amfoter yaitu
surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Contoh sintesis mikroemulsi Pembuataban Mikroemulsi Dari Minyak Buah Merah

Buah merah (Pandanus conoideus) adalah tanaman sejenis pandan khas dari Papua. Masyarakat Papua menyebut tumbuhan ini buah merah, sedangkan masyarakat
Wamena menyebutnya kuanus. Secara turun temurun, buah merah dikonsumsi masyarakat Papua sebagai penambah energi dan daya tahan tubuh. Mikroemulsi
dapat meningkatkan kelarutan minyak buah merah di dalam saluran pencernaan karena mikroemulsi tersusun dari misel-misel yang mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kelarutan zat yang sukar larut dalam air (solubilisasi misel). Akibatnya, minyak buah merah yang terperangkap di dalam misel semakin mudah larut di
dalam saluran pencernaan karena ukuran partikel yang sudah sangat kecil. Oleh karena itu, mikroemulsi dapat meningkatkan absorbsi minyak buah merah sehingga
dapat meningkatkan bioavailabilitas senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak buah merah.

Prosedur kerja

Karakterisasi minyak buah merah Pembuatan sediaan mikroemulsi minyak buah merah

a. Pemeriksaan organoleptis minyak buah merah a. Perhitungan HLB minyak buah merah Harga HLB minyak buah merah
Minyak buah merah diperiksa organoleptisnya meliputi warna, diukur dengan menggunakan persamaan:
bau, HLB = Σ (angka-angka gugus hidrofilik) - Σ (angka-angka gugus lipofilik)+
dan rasa. 7
b. Pengukuran bobot jenis minyak buah merah (11,17) b. Percobaan pendahuluan
Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer pada Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan kondisi
suhu 250 C. percobaan terbaik dan komposisi bahan yang sesuai untuk
c. Penentuan tegangan antarmuka minyak buah merah-air. menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil.
d. Penentuan tegangan permukaan minyak buah merah. c. Percobaan utama
Aquadest dipanaskan sampai mencapai suhu 33'C. Tween 20, gliserin,
dan sorbitol dilarutkan ke dalam aquadest yang telah dipanaskan sambil
diaduk dengan magnetic heater stirrer pada suhu 330 C sampai
didapatkan larutan yang jernih. Minyak buah merah dilarutkan ke dalam
fase air, diaduk dengan magnetic heater stirrer pada kecepatan 700
rpm selama 3 menit hingga terbentuk sediaan mikroemulsi yang jernih.
Hasil sintesis mikroemulsi

Percobaan utama bertujuan untuk mendapatkan formula terbaik yang dapat menghasilkan mikroemulsi yang jernih dan stabil.

Lamanya waktu pengadukan turut mempengaruhi hasil akhir mikroemulsi. Jika terlalu lama, mikroemulsi akan menjadi keruh karena
tetesan yang terdapat di dalam mikroemulsi saling berbenturan dan membentuk tetesan-tetesan yang lebih besar. Sehingga, emulsi atau
mikroemulsi menjadi tidak stabil dan terjadi pemisahan fase. Jika pengadukan terlalu singkat, mikroemulsi juga menjadi keruh karena
terjadi penggumpalan bahan-bahan yang tidak homogen.

Jadi dengan menggunakan mikroemulsi maka ada beberapa keuntungan yang membuatnya sangat menguntunkan dalam pengolahan minyak,
yaitu:

Stabilitas fisik dan antioksidan dimana mikroemulsi dapat membentuk sistem yang stabil fisik dan memiliki sifat antioksidan yang baik, yang
membuatnya lebih tahan lama dan efektif dalam pengolahan minyak.

Ekonomis, efisien, dan meyakinkan: Teknologi mikroemulsi lebih ekonomis, efisien, dan meyakinkan dalam pengolahan minyak di industri

Meningkatkan hasil minyak: Mikroemulsi dapat meningkatkan hasil minyak dan memberikan keuntungan yang besar

Meningkatkan kelarutan senyawa: Mikroemulsi dapat membantu meningkatkan kelarutan senyawa dalam sistem farmasi

Meningkatkan penetrasi zat aktif: Mikroemulsi dapat meningkatkan penetrasi zat aktif dan dapat mengurangi potensi timbulnya efek
samping
SINTESIS AEROSOL

Sintesis aerosol dalam misel atau mikroemulsi adalah proses pembuatan aerosol yang terdiri dari partikel cair atau
padat yang terdispersi dalam gas. Proses sintesis aerosol dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti atomisasi,
pemecahan, dan pengumpulan. Dalam proses sintesis aerosol, zat yang terdispersi cair disebut aerosol, sedangkan
zat yang terdispersi padat disebut partikel. Proses sintesis aerosol dapat dilakukan dalam misel atau mikroemulsi,
yang merupakan sistem koloid yang terdiri dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas. Misel atau
mikroemulsi dapat digunakan sebagai sistem penghantaran obat, yang memiliki beberapa keuntungan, seperti
stabilitas fisik, efektifitas tinggi, meningkatkan hasil minyak, meningkatkan kelarutan senyawa, dan meningkatkan
penetrasi zat aktif.

Proses sintesis aerosol dalam misel atau mikroemulsi dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti atomisasi,
pemecahan, dan pengumpulan. Proses sintesis aerosol juga dapat digunakan dalam pengolahan minyak untuk
membentuk sistem yang lebih stabil dan efektif. Metode yang sering digunakan dalam sintesis aerosol adalah spray
pyrolysis, yang memanfaatkan dinding yang dipanasi secara elektrik atau disebut tubular furnace sebagai sumber
panas. Dalam proses spray pyrolysis, aerosol yang dihasilkan dapat memiliki ukuran partikel yang berbeda, yang
berpengaruh pada karakteristik nanopartikel yang dihasilkan, seperti ukuran partikel dan kristalinitas nanopartikel.
Proses sintesis aerosol dapat dilakukan dalam misel atau mikroemulsi, yang merupakan sistem koloid yang terdiri
dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas. Misel atau mikroemulsi dapat digunakan sebagai sistem
penghantaran obat, yang memiliki beberapa keuntungan, seperti stabilitas fisik, efektifitas tinggi, meningkatkan hasil
minyak, meningkatkan kelarutan senyawa, dan meningkatkan penetrasi zat aktif
3.4.3. GROWTH TERMINATION

ukuran pertumbuhan sintesis nano


partikel dapat diatur dengan growth
termination.
ketika komponen organik atau ion asing
melekat kuat pada permukaan
pertumbuhan sehingga semua tempat
pertumbuhan yang tersedia dapat terisi,
maka proses pertumbuhan berhenti.
contoh: Herron dkk mensintesis partikel
koloid CdS dan melakukan penghentian
spesies CdS dengan zat penutup permukaan
trifenol.
3.4.4. SPRAY PYROLYSIS

merupakan proses pengubahan tetesan cair berukuran mikro


dari campuran prekursor atau prekursor menjadi partikel
padat melalui pemanasan.
3.4.5. TEMPLATE BASED-SYNTHESIS

template digunakan sebagai shadow mask untuk sintesis


nanopartikel melalui pengendapan gas.
contoh: sintesis CeO2 -based porous materials
EPITAXIAL CORE-SHELL
NANOPARTICLES
(Epitaksi Nanopartikel Cangkang Inti)

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


3.5. EPITAXIAL CORE-SHELL
NANOPARTICLES

Nanopartikel semikonduktor dapat memiliki efek kuantum dan memiliki efek yang
tinggi hasil emisi pada spektrum tampak dan inframerah dekat (NIR). permukaan
nanopartikel atau titik kuantum sangat menentukan hasil kuantum dan masa emisi
pendaran celah pita. Tinggi hasil pendaran dicapai dengan menggunakan pasivasi
permukaan mengurangi rekombinasi permukaan non-radiasi pembawa muatan.
Dua metode pasivasi biasanya digunakan. Salah satunya adalah melalui apa yang
disebut rekayasa celah pita, dimana semikonduktor celah pita lebih besar dengan
ketidakcocokan kisi yang baik diendapkan secara epitaksial ke permukaan inti. lS5
Metode lain adalah dengan mengadsorpsi basa Lewis ke permukaan.
Satu contoh yang terakhir adalah otilamin yang digunakan untuk mempasifkan
permukaan CdSe dan titik kuantum CdSe/ZnS.
3.5. EPITAXIAL CORE-SHELL
NANOPARTICLES

Untuk pertumbuhan lapisan semikonduktor celah pita yang lebih besar


pada permukaan nanopartikel, kondisi pertumbuhan harus dikontrol
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi nukleasi homogen, yang terjadi
hanya pertumbuhan permukaan nanopartikel. Oleh karena itu,
konsentrasinya pertumbuhan spesies perlu dikendalikan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kejenuhan cukup tinggi untuk nukleasi, tetapi cukup
tinggi untuk pertumbuhan. Ada dua pendekatan yang diterapkan untuk
mengendalikan kejenuhan spesies pertumbuhan. Satu adalah dengan
menambahkan setetes demi setetes larutan prekursor pertumbuhan ke
dalam reaksi campuran, yang terdiri dari nanopartikel yang tumbuh (inti).
Metode lain adalah memvariasikan suhu pertumbuhan.
SUMMARY
(Ringkasan)

Nanomaterial | Universitas Negeri Malang


3.6. SUMMARY

Pembuatan nanopartikel monodispersi dapat dicapai melalui


banyak pendekatan berbeda, baik nukleasi homogen atau heterogen, dalam medium
gas, cair atau padat.
(i) Nukleasi temporal, yaitu nukleasi yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. .
(ii) Pertumbuhan selanjutnya perlu dilakukan difusi
dikendalikan.
(iii) Ostwald, pematangan sering digunakan untuk mempersempit distribusi ukuran.
(iv) Selektif terhadap ukuran presipitasi diterapkan untuk memisahkan partikel besar
dari partikel kecil, meskipun itu dilakukan setelah sintesis.
Nanomaterial | Universitas Negeri Malang

TERIMA KASIH
Oleh : Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai