Anda di halaman 1dari 12

NAMA : NAOMI TERESYA

KELAS : FARMASI A 2018

NIM : 08061281823037

RESUME I

METODA PREPARASI SEDIAAN NANOPARTIKEL DI BIDANG FARMASI

UNTUK NANOKRISTAL DAN NANOCARRIER

(TOP DOWN,BOTTOM UP,ATAUPUN KOMBINASI)

Nanopartikel adalah partikel koloid atau padatan dengan diameter berkisar dari
10-1000 nm. Nanopartikel dengan menggunakan polimer dapat dimanfaatkan untuk
sistem penghantaran tertarget, meningkatkan bioavailabilitas, pelepasan obat terkendali,
atau melarutkan obat untuk penghantaran sistemik. Sistem ini dapat digunakan untuk
melindungi agen terapetik akibat adanya degradasi enzim (nuklease dan protease).

Nanopartikel dibagi menjadi nanokristal dan nanocarrier. Terdapat bermacam-


macam nanocarrier seperti nanotube, liposom, misel, dan lain-lain.

1. Nanokristal

Nanokristal adalah gabungan dari banyak molekul yang membentuk suatu kristal,
merupakan senyawa obat murni denganpenyalutan tipis menggunakan surfaktan.
Nanokristal memungkinkan pengembangan formulasi melalui rute pemberian dimana
ukuran partikel merupakan faktor kritis, seperti obat tetes mata, cairan infus, dan obat
suntik.Nanokristal juga dapat diartikan penggabungan dari ratusan atau ribuan molekul
yang membentuk kristal, terdiri dari senyawa obat murni dengan penyalutan tipis
dengan menggunakan surfaktan. Pembuatan nanokristal disebut nanonisasi, tidak seperti
nanocarrier, nanokristal hanya memerlukan sedikit surfaktan untuk stabilisasi
permukaan karena gaya elektrostatik sehingga mengurangi kemungkinan keracunan
karena bahan tambahan untuk pembawa.

2. Nanocarrier

Nanocarrier merupakan suatu sistem pembawa dalam ukuran nanometer. Nanocarrier


meliputi :
a.Nanotube adalah lembaran atom yang diatur menjadi bentuk tube dalam skala
nanometer, memiliki rongga di tengah dan struktur yang menyerupai sangkar berbahan
dasar karbon. Nanotube berdinding tunggal digunakan sebagai sistem penghantaran
obat dalam gen karena bentuknya menyerupai asam nukleat. Nanotube berdinding
ganda digunakan sebagai pembawa untuk transformasi sel bakteri dan untuk
elektroporasi sel.

b. Nanoliposom, Liposom merupakan konsentrat vesikel lapis ganda yang terdapat


cairan di dalamnya dengan dibungkus membrane lipid lapis ganda yang terbuat dari
fosfolipid alam umumnya. Liposom terbentuk ketika lapisan lipid tipis terhidrasi dan
sejumlah kristal cair lapis ganda mengembang. Liposom biasanya digunakan sebagai
pembawa obat sediaan kosmetik untuk mempertahankan kelembaban kulit.
Nanoliposom dapat dimanfaatkan sebagai perlindungan terhadap obat dari degradasi
biologis sebelum sampai pada tempat yang diharapkan.

c. Nanopartikel lipid padat adalah pembawa koloidal berbahan dasar lipid dengan
ukuran 20-1000 nanometer yang terdispersi dalam air atau larutan surfaktan dalam air,
berisi inti hidrofob padat disalut oleh fosfolipid lapis tunggal. Inti padat ini berisi
senyawa obat yang didispersikan dalam matriks lemak padat yang mudah mencair.

d. Misel merupakan agregat molekul ampifatik dalam air dengan bagian nonpolar di
dalam dan polar di luar pada bagian yang terpapar air. Dengan struktur itu obat yang
bersifat hidrofob terdisposisi di bagian dalam inti misel sehingga cocok sebagai
pembawa obat yang tidak larut air. Misel memiliki kegunaan pada stabilitas
termodinamik dalam larutan fisiologis yang mengakibatkan disolusi lambat secara in
vivo.

e. Dendrimer merupakan makromolekul yang terdiri atas cabang-cabang di sekeliling


inti pusat yang bentuk dan ukurannya dapat diubah sesuai yang diinginkan. Molekul
obat dapat dimuat baik dalam dendrimer atau diabsorpsi pada permukaannya.
Dendrimer cocok untuk zat penyalut untuk perlindungan dan penghantaran obat menuju
target yang spesifik sehingga dapat mengurangi tokisitas.

f. Nanopartikel polimerik terbagi menjadi nanokapsul dan nanosfer. Nanokapsul terdiri


dari polimer yang membentuk dinding yang melingkupi inti dalam di mana obat dijerat.
Nanosfer terbuat dari matrik polimer padat dan senyawa obat terdispersi di dalamnya.
Polimer yang biasa digunakan antara lain poli asam laktat (PLA), poli asam glikolat
(PGA), poli alkilsianiakrilat (PACA), dan lainnya. Beberapa polimer alam antara lain
kitosan

g. Nanopartikel cross link merupakan nanopartikel yang terbentuk dari proses sambung
silang antara elektrolit dengan pasangan ionnya. Ikatan sambung silang ini terjadi secara
ionik maupun kovalen. Pembuatan nanopartikel sambung silang dilakukan
menggunakan metode gelasi ionik. Metode sambung silang yang biasa digunakan
adalah gelasi ionik, karena menggunakan pasangan ion yang lebih sesuai untuk protein
dan menghindari pengadukan berlebihan, panas tinggi, dan penggunaan pelarut organik.
Mekanisme pembentukan nanopartikel kitosan didasarkan pada interaksi elektrostatik
antara amin dari kitosan dan muatan negatif dari polianion. Kitosan dapat dilarutkan
dengan asam asetat. Polianion kemudian ditambahkan, sehingga terbentuk nanopartikel
secara spontan dengan pengadukan magnetic stirrer pada suhu kamar, gelatin, albumin,
dan natrium alginate.

Nanopartikel dapat mengontrol pelepasan zat aktif selama perjalanannya menuju


lokasi obat tersebut bekerja, sehingga dapat meningkatkan efek terapi obat dan
mengurangi efek sampingnya. Sistem pelepasan obat dalam bentuk nanopartikel dapat
diatur dengan jalanmemilih matriks yang tepat sehingga nantinya dapat dihasilkan sitem
pelepasan obat yang berbeda-beda. Nanopartikel dapat digunakan untuk banyak rute
pemberian obat, seperti oral, nasal, parental, intra-okular, dan lainnya.Berkurangnya
ukuran partikel dapat mempengaruhi efisiensi distribusi obat dalam tubuh karena
dengan berkurangnya ukuran partikel maka akan meningkatkan luas permukaan
partikel. Berkurangnya ukuran partikel juga meningkatkan disolusi dan kejenuhan
larutan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja obat secara in vivo. Sifat-sifat
nanokristal secara umum tidak sama dengan senyawa obat tersebut dalam ukuran
partikel yang lebih besar.

Kelebihan nanokristal yaitu dapat menghantarkan obat dengan lebih baik ke unit
yang kecil di dalam tubuh, mengatasi resistensi yang disebabkan oleh barrier fisiologi
dalam tubuh yang disebabkan sistem penghantaran obat yang langsung dipengaruhi oleh
ukuran partikel. Nanokristal juga dapat meningkatkan efisensi penghantaran obat
dengan mempercepat daya larut dalam obat yang sukar larut dalam air sehingga
meningkatkan kecepatan laju disolusi dan absorpsi serta bioavaibilitas.

Metode Pembuatan Nanopartikel

Pemilihan metode pembuatan nanopartikel bergantung pada polimer dan sifat


obat. Secara konvensional nanopartikel dibuat dengan dua metode, yaitu polimerisasi
monomer sintesis dan dispersi polimer sintesis.Pada dasarnya, monomer yang tidak
larut air didispersikan dalam air kemudian polimerisasi dikendalikan dengan
penambahan inisiator kimia. Senyawa obat akan terjerat dalam dinding polimer ketika
ditambahkan dalam medium polimerisasi atau diabsorpsi di permukaan partikel.

Pembuatan nanopartikel dapat diklasifikasikan secara luas menjadi dua kategori


yaitu:

1. Proses top-down terdiri atas pengurangan ukuran partikel dari partikel obat yang
besar menjadi partikel yang lebih kecil dengan menggunakan teknik penggilingan yang
bervariasi seperti penggilingan media, mikrofluidisasi dan homogenisasi tekanan tinggi.
Tidak ada pelarut keras yang digunakan dalam teknik ini. Walaupun demikian, semua
proses penggilingan media membutuhkan energi yang tinggi dan tidak efisien.
Pertimbangan terhadap banyaknya panas yang dihasilkan dalam metode ini membuat
pengolahan material yang termolabil menjadi sulit.

2. Proses bottom-up berupa pembentukan nanostruktur atom demi atom atau molekul
demi molekul. Pada pendekatan bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut organik dan
kemudian diendapkan pada penambahan antisolvent dalam adanya stabilizer. Metode
Pembuatan Nanopartikel Sistem Polimer Pembuatan nanopartikel dengan sistem
polimer memiliki dua metode yang umum digunakan. Metode polimerisasi monomer
sintesis dan dispersi polimer.

A. Polimerisasi Monomer Sintesis. Nanopartikel yang terbentuk didapatkan dengan


menginduksi reaksi polimerisasi dari monomer agar menjadi polimer sebagai suatu
pembawa. Prosesnya yaitu dengan mendispersikan suatu monomer yang tidak larut air
ke dalam fase pendispersi air, kemudian diinduksi dan diberi pengendali reaksi berupa
inisiator kimia, variasi pH, dan stabilizer.
B. Dispersi Polimer. Pembuatan nanopartikel menggunakan polimer memiliki prinsip
presipitasi. Pada dasarnya proses ini dibuat dengan pembentukan emulsi dari fase
organik yang terlarut polimer di dalamnya dengan fase air, kemudian untuk
pembentukan partikel maka fase organik harus dihilangkan .Beberapa jenis metode
dispersi polimer:

a. Metode Penguapan Pelarut Polimer dilarutkan dalam pelarut organik seperti etil asetat
yang digunakan sebagai pelarut dalam melarutkan obat yang bersifat hidrofob.
Campuran polimer dan larutan obat lalu diemulsifikasi dalam larutan yang mengandung
surfaktan dan menjadi bentuk emulsi minyak dalam air (o/w). Setelah terbentuk emulsi
yangstabil, pelarut organik kemudian diuapkan dengan ditekan atau diputar secara terus
menerus menggunakan pengaduk magnetik. Ukuran partikel dipengaruhi oleh tipe dan
konsentrasi penstabil yang digunakan, kecepatan homogenizer, dan konsentrasi polimer.

b. Emulsifikasi Spontan Merupakan metode modifikasi dari penguapan pelarut. Dalam


metode ini pelarut yang larut dalam air bersama dengan sejumlah kecil pelarut organik
yang tidak larut air, digunakan sebagai fase minyak. Karena difusi spontan dari pelarut
menyebabkan turbulensi antarmuka antara dua fase yang membentuk partikel kecil.
Semakin banyak konsentrasi air yang larut dalam pelarut, ukuran dari partikel yang
dihasilkan akan semakin kecil.

c. Gelasi Ionik Metode ini melibatkan proses sambung silang antara polielektrolit
dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik diikuti dengan kompleksasi
polielektrolit dengan polielektrolit yang berlawanan. Pembentukan ikatan sambung
silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk. Kitosan
yang merupakan polimer kationik dapat bereaksi dengan anion multivalen seperti
tripolifosfat. Pembentukan mikropartikel dengan metode gelasi ionik dapat dilakukan
dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada fase minyak atau organik.
Prosedur meliputi pencampuran dua fase cair, fase yang satu mengandung kitosan dan
fase yang satu mengandung anion multivalent.

d. Spray Drying Polimer dilarutkan dalam pelarut organik, obat didispersikan ke


dalamnya, kemudian dimasukkan ke dalam alat spray dry. Sampel menjalani proses
penyemprotan melalui aliran udara panas tersebut, pelarut akan menguap sehingga
menyisakan partikel padat berukuran nanometer.
Metode Pembuatan Nanokristal dan Nanocarrier,secara umum dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu teknologi bottom up (pembuatan partikel dari
larutannya atau presipitasi), dan teknologi top down (penurunan ukuran partikel
yang pada umumnya dengan gaya mekanik) dan Teknologi Smart Crystal
(gabungan beberapa metode bottom up dengan top down), yaitu sebagai berikut
:

Teknologi Bottom Up

Teknologi Bottom Up merupakan metode pembuatan nanopartikel dengan cara


memperbesar ukuran dari senyawa yang berukuran kecil menjadi lebih besar. Metode
yang telah banyak digunakan adalah presipitasi atau metode hidrosol. Parameter yang
harus diperhatikan dalam metode ini adalah kecepatan pengadukan, suhu, perbandingan
antara pelarut dengan non pelarut, konsentrasi obat, viskositas, jenis pelarut, dan bahan
penstabil yang digunakan. Keuntungan dari metode presipitasi adalah menggunakan
peralatan yang sederhana. Kekurangan metode presipitasi yaitu obat harus dapat larut
setidaknya dalam satu pelarut dimana pelarut tersebut harus dapat bercampur dengan
non-pelarut. Keterbatasan metode bottom up adalah kesulitan saat scale up adanya
residu dari pelarut yang digunakan.

Teknologi Top Down

Teknologi Top Down merupakan metode pembuatan nanopartikel dengan


menggunakan gaya mekanik, sehingga mengubah partikel berukuran besar menjadi
kecil. Hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan metode top down adalah kekuatan
atau keliatan bahan, kekerasan, sifat abrasive,bentuk dan ukuran partikel, serta
sensitivitasnya terhadap suhu. Metode pembuatan dengan teknologi ini terdiri dari
berbagai cara, yaitu :

A. Pearl Milling (Ball Milling).

Alat yang digunakan dalam pearl milling terdiri dari wadah dan bola yang bergerak.
Metode ini obat didispersikan dalam larutan surfaktan kemudian dimasukkan ke dalam
alat pearl milling. Keuntungan metode ini adalah teknologi sederhana dan biaya
produksi relatif murah. Kekurangan metode ini adalah potensi kontaminasi dari bahan
milling, durasi proses lama, adanya potensi pertumbuhan kuman pada fase air karena
proses pembuatan yang lama.
B. High Pressure Homogenizer (homogenisasi tekanan tinggi).

Metode homogenisasi tekanan tinggi dibagi menjadi 2 macam, yaitu piston gap
homogenization dan jet stream arrangement. Metode piston gap homogenization
menghancurkan suspensi kasar dengan mendorong partikel kasar masuk ke dalam suatu
celah (gap). Proses pengecilan ukuran partikel dipengaruhi oleh daya dorong, kavitasi
dan tumbukan antar partikel. Contoh alat homogenisasi tekanan tinggi adalah Micron
Lab® 40. Keuntungan metode ini adalah efektif dalam proses pengurangan ukuran
partikel, proses produksi dapat divalidasi, terhindar dari kontaminasi, proses relatif
sederhana dan biaya relatif rendah. Teknologi yang sudah dikembangkan menggunakan
metode ini adalah Dissocubes® . Dissocubes® menggunakan media dispersi air dan
melalui kavitasi dengan memberikan tekanan yang tinggi pada media disperse.

Teknologi Smart Crystal

Teknologi ini menggabungkan beberapa metode bottom up dengan top down. Metode
H96 adalah salah satu teknologi smart crystal, yaitu metode liofilisasi dengan
homogenisasi dalam media dispersi air. Metode H96 dimulai dengan mikrosuspensi
dalam air dengan surfaktan atau polimer. Air dihilangkan dari suspensi untuk
memperoleh serbuk nanopartikel dengan freeze drying kemudian dilanjutkan dengan
homogenisasi bertekanan tinggi.
RESUME II

POLIMER YANG DIGUNAKAN DALAM SEDIAAN NANOFARMASI

BAIK NANOKRISTAL ATAUPUN NANOCARRIER

• Polimer Nanocristal
1. Nama Polimer : Polivinil Alkohol
Nama Resmi : Ethenol
Karakter :warna putih (tak berwarna) dan tidak berbau. Kadang-kadang
disediakan sebagai manik-manik atau sebagai solusi dalam air,
fleksibel, berserat.
Kelebihan : dapat digunakan dalam pembuatan film yang larut air Polimer
biodegradable hidrofilik yang memiliki sifat dapat membentuk
film dengan baik, larut dalam air, mudah dalam proses, tidak
beracun, biocompatible.
Kekurangan : tidak stabil dengan sehubungan dengan asetildehida
2. Nama Polimer : Nanocrystallin selulosa
Nama Resmi : Nanofibrillated cellulosa
Karakter : biodegradebale, modulus elastis (E) tinggi dan material berukuran
nano yang didapatkan dari ekstraksi selulosa
Kelebihan : dimensi dengan skala nano, kekuatan tinggi yang spesifik dan
modulus, daerah permukaan yang tinggi, dan mudah didapat.
Kekurangan : harga relatif mahal, stabilitas kurang.
3. Nama Polimer : Polisorbat 80
Nama Resmi : Polysorbatum 80
Karakter : cairan kental seperti minyak, jernih dan kuning , bau asam lemak
khas.
Kelebihan : stabil dalam elektrolit dan asam lemah, toksisitas rendah, tidak
menyebabkan iritasi
Kekurangan : higroskopis, dapat terjadi saponifikasi pada asam kuat.
4. Nama Polimer : komposit matrix polimer (PMC)
Nama Resmi : polimer matrix composite
Karakter : serabut, berserat, kekuatan dan kekakuan yang tinggi dan
ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan berat jenis
rendah
Kelebihan : polimer sebagai matrix dan serat sebagai penguat
Kekurangan : sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi sehingga terbatas
penggunaanya
5. Nama Polimer : kitosan
Nama Resmi : poliglusam
Karakter : berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak berbau dan tidak
berasa
Kelebihan : berlimpah dialam, dapat isi ulang, ramah lingkungan
Kekurangan : kitoson cukup sulit larut tetapi dapat larut apabila dilarutkan
pada asam dan viskositas yang tinggi, kelarutannya juga dapat
menurun dengan bertambahnya berat molekul kitosan, limbah
sulit diuraikan oleh mikroorganisme.

• Polimer Nanocarrier
1. Nama Polimer : Natrium Alginat
Nama Resmi : Algin, asam alginic, garam sodium (HOPE,2005)
Karakter : Bubuk putih berwarna coklat kekuningan pucat , tidak berbau
dan hambar, hidrofilik
Kelebihan : dapat digunakan sebagai agen stabilizer, agen suspending,
disintegrasi tablet dan kapsul, pengikat tablet, agen peningkat
viskositas
Kekurangan : sifat kelarutan dan stabilitas yang rendah terhadap asam, non
degradable
2. Nama Polimer : Lipid Carier
Nama Resmi : lipid carier
Karakter : ukuran partikel rentang 10-100 nm
Kelebihan : ukuran partikel lipid yang kecil dapat meningkatkan penyerapan
hingga ke stratum korneum dan dapat meningkatkan laju
pelepasan obat yang dapat dikendalikan, pejerapan baik,
memiliki viskositas rendah sehingga dapat mengurangi
toksisitas
Kekurangan : tidak tahan terhadap suhu kamar

3. Nama Polimer : Poly-Lactid-co-Glicolic-acid (PLGA)


Nama Resmi : PLGA
Karakter : bersifat hidrofob, sebagai karier, biodegadible,
biokompatibilitas
Kelebihan : digunakan sebagai karier yang efektif untuk penghantaran obat
ke dalam sel, mudah dikenali oleh sistem imun tubuh dan
kemudian dieliminasi dari sistem sirkulasi, karena bersifat
hidrofob sehingga dapat terjadi opsonisasi dan nanopartikel
dieleminasi oleh makrofag
Kekurangan : non degradable
4. Nama Polimer : PEG
Nama Resmi : Polietilen glikol
Karakter : stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah menguap), dapat
mengikat pigmen
Kelebihan : mudah larut dalam cairan rektum tidak mudah meleleh pada suhu
kamar, tidak ada modifikasi titik lebur yang berarti
Kekurangan : higroskopik(mudah menguap)
5. Nama Polimer : HPMC
Nama Resmi : Hydroxyprophyl methylcellulose
Karakter : serbuk, putih tidak berbau, tidak berasa
Kelebihan : memiliki sifat pemlatis sehingga film yang terbentuk cukup kuat
untuk melindungi sediaan yang disalut
Kekurangan : inkompatibel dengan agen pengoksidasi

Anda mungkin juga menyukai