Anda di halaman 1dari 6

Mikroemulsi

Mikroemulsi adalah sistem dispersi yang mempunyai karakter


termodinamika stabil, transparan, isotropis, viskositas rendah dispersi
koloid yang terdiri dari minyak atau air dalam skala mikro yang
distabilkan oleh surfaktan. Mikro emulsi memiliki ukuran partikel
(0,0001-0,1) µm.
KELEBIHAN MIKROEMULSI
a. Termodinamika stabil dan membutuhkan energi minimum untuk
pembentukan.
b. Kemudahan manufaktur dalam skala besar
c. Dapat meningkatkan solubilisasi dan bioavailabilitas.
d. Dapat dikendalikan sehingga dibuat target dari obat tersebut.[Ghosh
et.al. 2006]
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN MIKROEMULSI
a. Packing rasio
b. Sifat dari fase surfaktan, minyak dan suhu
c. Panjang rantai, jenis dan sifat kosurfaktan
Makroemulsi
Emulsi yang metastabil (tidak stabil) dinamakan
makroemulsi. Makroemulsi memiliki ukuran partikel
(0,1-50) µm. Makroemulsi biasanya buram (tak tembus
cahaya) karena tetes2nya cukup besar untuk
menghamburkan (scatter) sinar, ini menjadi alasan
kenapa susu berwarna putih. Susu tersusun atas air
dimana tetes minyak terdispersi didalamnya
Nanoemulsi
• Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan, tembus cahaya
dan merupakan disperse minyak air yang distabilkan oleh lapisan
film dari surfaktan atau molekul surfaktan yang memiliki ukuran
droplet 50-500 nm (Shakeelet al., 2008).
• Nanoemulsi memiliki beberapa keuntungan antara lain memiliki
luas permukaan yang lebih besar dan bebas energi.
• Nanoemulsi tidak menunjukkan masalah dalam ketidakstabilan
seperti pada makroemulsi yaitu creaming, flokulasi dan
sedimentasi.
• Karakterisasi sifat fisik Nanoemulsi dapat diketahui oleh
a) Uji organoleptis
b) Uji pH
c) Uji persen transmitan
d) Uji viskositas
e) Uji ukuran partikel
Demulsifikasi
Demulsifikasi adalah proses pemecahan emulsi minyak. Prinsip
dari proses demulsifikasi atau pemecahan emulsi adalah
penggabungan dari butiran-butiran yang tersebar (fasa
terdispersi) dan pemecahan film antar permukaan yang
menyelimuti butiran-butiran.

Demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan oleh terjadinya


proses lanjut dari koalesen. Kedua fase akhirnya terpisah kembali
menjadi dua cairan yang tidak dapat bercampur. Kedua peristiwa
semacam ini emulsi tidak dapat diperbaiki kembali melalui
pengocokan (8).
Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik
Balance)
• Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran
keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau
polar) dan gugus lipofilik (menyukai minyak atau non-polar), yang
merupakan sistem dua fase yang diemulsikan.

• Metode ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan


suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan
pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari
fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang
memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah
diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan
pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator
diantara 9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator
diantara 3 – 6.
Metode PIT (Phase Inversion
Temperature)
Metode PIT digunakan jika memakai surfaktan
nonionik yang terethoksilasi. Ketika emulsi o/w
dengan surfaktan non-ionik terethoksilasi
dipanaskan pada suhu kritis yang merupakan
PIT, emulsi tersebut akan berubah menjadi
emulsi w/o.

Anda mungkin juga menyukai