Anda di halaman 1dari 30

EMULGEL

NAMA : KUSUMANING AYU NAWANGWULAN


NIM : 11119014
KELAS : D3-1A
Pengertian Emulgel
• Emulgel adalah kombinasi dari gel dan emulsiyaitu ketika
geldanemulsi dikombinasikan dari bentuk maupun dosisnya
(Singla, 2012).
• Emulgel adalah sediaan baik dari emulsi tipe air dalam minyak
atau minyak dalam air yang dicampurkan dengan gelling agent ,
dimana penggabungan dari emulsi dan gel akan meningkatkan
stabilitas dan membuat sistem kontrol rilis ganda
(Purushottam,2013).
• Emulgel adalah gel dengan cairan berbentuk emulsi, biasanya
untuk menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam
sediaan tersebut, dan mengurangi kesan berminyak dalam
aplikasinya (Voigt, 1994)
Tipe Emulsi yang digunakan untuk emulgel

1. Tipe emulsi berdasarkan fase terdispersi


• O/W ( minyak dalam air)
• W/O (air dalam minyak
• Emulsi Ganda : A/M/A atauM/A/M
2. Multiple emulsion adalah sistem polydispersedkompleks dimana kedua
minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak ada secara bersamaan yang
distabilkan oleh surfaktan lipofilik dan hidrofilik masing-masing.
3. Dual emulsion adalah emulsi yang fase terdispersinya mengandung
tetesan-tetesan globul.
(Gennaro, 1990)
4. Mikroemulsi didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari air, minyak dan
ampifil yang isotropik optik tunggal (single optically isotropic) yang secara
termodinamika merupakan larutan cair yang stabil (Lieberman, 1998).
Tipe Emulsi yang digunakan untuk emulgel
5. Ukuran Globul
a. Emulsi
• Diameter globul emulsi berkisar antara 0,1-100 µm (Lund,
1994).
• Kebanyakan emulsi yang berlaku dalam farmasi mempunyai
partikel terdispersi dengan diameter dalam range 0,1-100 µm
(RPS Edisi 8 Hal 298).
b. Microemulsion
• Mikroemulsi terdiri dari globul-globul yang berdiameter 10-
200 nm (Prince, 1977).
• Mikroemulsi memiliki ukuran mikro atau nano kurang dari
200 nm (Joshi, 2008).
Penentuan Tipe Emulsi

• Uji pengenceran.
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi M/A
dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dengan minyak. Saat
minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan dan
akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila
penambahan air atau minyak diamati secara mikroskop.
• Uji Kelarutan Warna
Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan
zat warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam emulsi
menimbulkan warna maka terbentuk emulsi tipe minyak dalam air.
Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam minyak, jika dimasukan
kedalam emulsi dan memberikan warna maka terbentuk emulsi tipe air
dalam minyak.
• Tes Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi bercampur dengan luar
akibatnya, jika air ditambahkan ke dalam emulsi M/A, air akan terdispersi cepat
dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan tidak akan terdispersi tanpa pengadukan
yang kuat. Begitu pula dengan emulsi A/M.
• Uji kelarutan cat
Uji ini berdasarkan prinsip bahwa dispersi cat secara seragam melalui emulsi
jika cat larut dalam fase luar. Amaran, cat larut air secara cepat mewarnai emulsi
M/A tapi tidak mewarnai emulsi tipe A/M. Sudan III, cat larut minyak dengan
cepat mewarnai emulsi A/M, tidak tipe M/A.
• Uji Arah Creaming
Creaming adalah fenomena antara 2 emulsi yang terpisah dari cairan aslinya
dimana salah satunya mengapung pada permukaan lainnya. Konsentrasi fase
terdispersi adalah lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah. Jika berat jenis relatif
tinggi dari kedua fase diketahui, maka arah creaming dari fase terdispersi
menunjukkan adanya tipe emulsi M/A. jika cream emulsi menuju ke bawah
berarti emulsi A/M. hal ini berdasarkan asumsi bahwa mimyak kurang padat
daripada air.
• Uji Hantaran Listrik
Uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip bahwa
air menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak.
Jika elektrode ditempatkan pada emulsi menghantarkan
artus listrik, maka emulsi M/A. jika sistem tidak
menghantarkan arus listrik, maka emulsi adalah A/M.
• Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV
berfluoresensi, jika tetesan emulsi dibentangkan dalam
lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan semuanya
berfluoresensi, menunjukkan emulsi A/M. Tapi jika
emulsi M/A, fluoresensinya berbintik-bintik.
Tipe Gel
Berdasarkan jenis fase terdispersi
• Gel Fase Tunggal : Terdiri dari makromolekul organik yang tersebar merata dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul yang
makro terdispersi dan cairan. Gel sistem satu fase:
• Makromolekul organik
• Tersebar homogen
• Tidak terlihat ada batas antara fase air dan gelling agent
(Ansel, 2008; Farmakope Indonesia edisi IV)
• Gel sistem 2 fasa : terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan partikel gel yang
terpisah. Gel Sistem Dua Fase:
• Terdiri dari partikel-partikel kecil yang terpisah (misal Gel Aluminium Hidroksida)
• Ukuran partikel terdispersi cukup besar (Bentonit Magma) Contoh: Bentonit
magma, gel Aluminium Hidroksida
(Ansel, 2008; Farmakope Indonesia edisi IV)
Tipe Gel
• Berdasarkan sifat koloid
1. Gel Anorganik : GeL yang terdiri dari sistem 2
fasa. Contohnya adalah Gel Aluminium
Hidroksida dan Bentonit Magma
2. Gel Organik : gel yang terdiri dari 1 fase.
Contohnya adalah Karbopol dan Tragakan
Tipe Gel
• Berdasarkan sifat pelarut

1. Hidrogel (pelarut air)


Hidrogel terbentuk dari molekul polimer hidrofilik yang berikatan melalui ikatan
kimia. Hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dibanding cairan biologi
dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel.
Hidrogel bersifat lembut/lunak dan elastis sehingga meminimalkan iritasi.
2. Organogel
Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen
dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock
cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.
3. Xerogel
Xerogel dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga yang tersisa hanya kerangka gel.
Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears,
dan sellulosa kering dan polystyrene.
Tipe Gel
Berdasarkan bentuk struktur gel
• Kumparan Acak : dibentuk oleh komponen pembentuk gel
gologan polimer sintetik dan derivat selulosa
• Heliks : dibentuk oleh komponen pembebntuk gel golongan
gom xanthan dan polisakarida dengan bentuk struktur gel yang
lebih teratur akibat adanya jalinan antara dua rantai polimer
• Batang : terjadi ikatan silang antaara polimer dan kation
divalen
• Bangun kartu : terbentuk dari partikel anorganik yang
terhidratasi permukaan datarnya memiliki muatan negatif dan
tepinya bermuatan positif.
Pembuatan Emulgel
Ada berbagai metode formulasi dari Emulgel, dengan menggunakan berbagai jenis
bahan, salah satu metode yang di buat oleh Mohamed (2004) dalam penelitian
karyanya (optimalisasi chlorphenesin pada Emulgel) termasuk persiapan emulsi (o / w
atau w / o). Langkah pertama meliputi pembentukan fase air emulsi.
1. Disiapkan fasa air dari emulsi dengan terlebih dahulu melarutkan tween 20
dengan aquades
2. Dibuat larutan propilen glikol dengan melarutkan metil paraben dan propil
paraben dalam propilen glikol dan kedua larutan dicampur dan sisihkan
3. Dibuat Fase minyak emulsi dengan melarutkan span 20 di parafin cair. Persiapan
emulsi melibatkan pemanasan terpisah minyak dan fasa air pada suhu 70-80 °C.
4. Dicampur kedua fase dengan pengadukan konstan sampai dingin (suhu ruang)
5. Disiapkan Fase gel emulgel dengan mendispersikan HPMC atau Carbopol dalam
air. HPMC dilarutkan semalaman di air, sementara Carbopol gel disiapkan dengan
cara mendispersikannya dalam aquades.
6. Dicampur emulsi dan gel dengan perbandingan 1: 1 dan pengadukan yang lembut.
Pembuatan Emulgel
Metode kedua Shahin et al. (2011) adalah metode yang berbeda untuk
mengembangkan Emulgel untuk penghantaran clotrimazole. Daam metode ini
dilakukan :
1. fase minyak dari emulsi dilakukan dengan cara dilarutkan obat dan span 60
dalam fase minyak dengan bantuan pengaduk magnetik stirrer pada suhu 75 °C
2. Didinginkan dengan cara menambahkan Carbopol ke fase minyak
3. Dibuat fase air dengan melarutkan Brij-35 di propilen glikol
4. ditambahkan fase minyak ke fase air kemudian dilakukan proses emulsifikasi
dengan menggunakan mixer selama 10 menit pada 1400 rpm
5. dimasukkan emulsi ke dalam homogenizer selama 5 menit pada 10.000 rpm.
6. dicampurkan Emulsi dan gel (Gellification emulsi) melibatkan penambahan dari
gelling agent trietanolamin (formula yang mengandung Carbopol baik sendiri
atau dalam kombinasi) ke dalam emulsi menggunakan mixer dengan kecepatan
200 rpm selama 45 menit
7. Disesuaikan pH formulasi yang mengandung Carbopol menjadi 5,5-6.5
menggunakan trietanol amina.
Permasalahan dalam sediaan
Ketidakstabilan emulsi (RPS 18 th : 307)
• Creaming dan sedimentasi : Creaming adalah gerakan ke atas
dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase kontinu,sedagkan
sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan ke bawah
dari partikel.
• Agregasi dan koalesensi : Lebih jauh, tetesan dapat
diredispersikan kembali dengan pengocokan. Stabilitas dari
emulsi dapat ditentukan dengan proses agregasi dan koalesensi.
• Inversi : Emulsi dikatakan membalik ketika perubahan emulsi dari
M/A ke A/M atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang terjadi
dengan penambahan elektrolit atau dengan mengubah rasio fase
volume.
Permasalahan dalam sediaan
• Syneresis
Pada fenomena ini, jika suatu gel didiamkan
selama beberapa saat, maka gel tersebut
seringkali akan mengerut secara alamiah dan
cairan pembawa yang terjebak dalam matriks
keluar/lepas dari matriks. (Martin, 1993)
Permasalahan dalam sediaan
• Swelling
Fenomena ini merupakan mekanisme dimana
gel dapat menyerap cairan dari system sehingga
volume pada gel dapat bertambah dan airnya
akan terperangkap dalam matriks yang
terbentuk pada gel (Martin, 1993).
Keuntungan sediaan emulgel

1. Nyaman digunakan dan mampu melekat pada suhu yang relatif lama
pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai tabir surya (E. Sani,
2014).
2. Meningkatkan penetrasi obat dan gel serta meingkatkan masa
tinggal sediaan dipermukaan kulit ( Ningsih, 2012).
3. Keuntungan Lain :
• Menghindari first pass metabolisme
• Memudahkan pemakaian obat
• Meningkatkan kepatuhan pasien
• Obat dapat dihentikan kapan saja
• Cocok untuk obat dengan waktu paruh pendek dan kuat
• Bisa bekerja dengan daerah spesifik
CONTOH JURNAL FORMULASI
Formulasi Emulgel Antijerawat Minyak Nilam
(Patchouli oil) Menggunakan Tween 80 dan Span
80 sebagai Pengemulsi dan HPMC sebagai Basis
Gel

SUMBER :
Nur Saadah Daud1, Evi Suyanti1 1 Akademi
Farmasi Bina Husada Kendari,
1. Uji Organoleptik
Tabel 2 menunjukkan bahwa tekstur dan warna ketiga sediaan
emulgel yang dihasilkan berbeda. Ketiganya berbetuk semi padat
(emulgel), akan tetapi dengan kekentalan yang berbeda. Formula A
dan B agak encer, sedangkan kekentalan formula C sudah baik. Warna
sediaan A adalah putih, sedangkan formula B dan C berwarna putih
tulang (Gambar 1). Perbedaan tersebut disebabkan oleh konsentrasi
minyak nilam yang berbeda. Sifat minyak nilam yang kental dan
berwarna kuning bening, menyebabkan semakin tinggi konsentrasi
minyak nilam yang ditambahkan, semakin kental sediaan dan warna
yang dihasilkan semakin gelap. Aroma yang dihasilkan untuk semua
formula yaitu beraroma khas minyak nilam.
2. Uji Homogenitas
Pada semua sediaan tidak ditemukan adanya
warna yang tidak merata dan butiran kasar pada
sediaan. Hal ini menunjukkan semua bahan
tambahan yang digunakan terdispersi dengan
baik sehingga menghasilkan emulgel yang
homogen.
a. Uji pH Perbedaan konsentrasi minyak nilam
yang digunakan menghasilkan pH sediaan yang
berbeda, namun sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 2, pH semua sediaan masih memenuhi
standar pH kulit normal yaitu 4,5- 6,5 sehingga
emulgel yang dihasilkan aman untuk digunakan.
b. Uji Tipe Emulsi
Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metode
pengenceran, untuk mengetahui tipe emulsi
emulgel minyak nilam. Tipe emulsi yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu
tipe emulsi minyak dalam air (M/A). Tipe emulsi
ini memiliki banyak keuntungan, salah satunya
adalah mudah dicuci.
c. Uji Daya Sebar
Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan menjadi
semistiff (sediaan semisolid yang memiliki viskositas tinggi) jika
diameter penyebaran kurang dari 5 cm dan semifluid (sediaan
semisolid yang memiliki viskositas cenderung encer) jika
diameter penyebaran 5 cm sampai 7 cm. Hasil daya sebar yang
diharapkan untuk sediaan emulgel berkisar 3-5 cm. Sebab
dengan nilai tersebut emulgel dapat digunakan dengan baik
(Laverius, 2011). Tabel 2 menunjukkan bahwa hanya formula C
yang memiliki nilai daya sebar sesuai yang diharapkan,
sedangkan formula A dan B termasuk kategori semifluid.
Semakin tinggi konsentrasi minyak nilam, semakin rendah nilai
daya sebar sediaan.
d. Uji Viskositas
Perbedaan konsentrasi minyak nilam berpengaruh terhadap nilai viskositas.
Semakin tinggi konsentrasi
minyak nilam yang ditambahkan, maka nilai viskositas juga semakin tinggi.
Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu sistem
sehingga semakin kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang
diperlukan oleh cairan tersebut untuk dapat mengalir (Martin dkk., 1983).
Viskositas yang tinggi akan memberikan stabilitas sistem emulsi di dalam sediaan
emulgel karena akan meminimalkan pergerakan droplet fase dispers sehingga
perubahan ukuran droplet ke ukuran yang lebih besar dapat dihindari dan
kemungkinan terjadinya koalesens dapat dicegah (Laverius, 2011). Formula C
dengan konsentrasi minyak nilam paling tinggi 15% memiliki nilai viskositas paling
tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil uji organoleptik yang menyatakan bahwa
sediaan formula C memiliki tekstur semi padat (emulgel) dengan kekentalan yang
paling baik dibandingkan formula A dan B. Meningkatnya viskositas sediaan akan
meningkatkan pula waktu retensi pada tempat aplikasinya, namun akan
menurunkan kemampuan daya sebar sediaan (Garg dkk., 2002). Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2, dimana formula C dengan nilai viskositas
e. Cycling test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan
fisik sediaan selama masa penyimpanan dalam
waktu tertentu terhadap perubahan suhu yang
ekstrim. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
semua sediaan emulgel tidak mengalami
perubahan setelah melewati 6 siklus. f
f. Uji Iritasi Uji iritasi yang dilakukan pada 10
orang panelis menunjukkan bahwa sediaan
emulgel yang dibuat tidak menimbulkan reaksi
apapun baik kemerahan (eritema),
pembengkakan (edema) maupun ras panas,
gatal, dan perih. Sehingga sediaan emulgel
minyak nilam ini aman untuk digunakan sebagai
sediaan topikal antijerawat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai