Anda di halaman 1dari 32

OBAT ANTIHIPERTENSI

GOLONGAN
DIURETIKA

OLEH:
APT. NUR RAHMI HIDAYATI, S.FARM., M.FARM
PENDAHULUAN

• Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum.


• 28% orang dewasa Amerika Serikat mengalami hipertensi.
• Hipertensi arteri yang berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah dalam
ginjal, jantung dan otak, meningkatkan insiden gagal ginjal, penyakit koroner,
gagal jantung dan stroke.
• Penurunan tekanan darah yang efektif mencegah kerusakan pembuluh darah,
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
DIAGNOSIS

• Hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang terjadi pada


pengukuran berulang.

• Faktor risiko: merokok, sindrom metabolik, obesitas, dislipidemia, dan


diabetes; manifestasi dari kerusakan akhir organ pada saat diagnosis, dan
riwayat keluarga penyakit jantung.
KLASIFIKASI HIPERTENSI

Klasifikasi tekanan darah Tek darah sistolik, Tek darah diastolic,


mm Hg mm Hg

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC 7


ETIOLOGI

• Penyebab khusus hanya pada 10-15% pasien.


• Peningkatan tekanan darah: faktor genetik, stress psikologis, faktor lingkungan
dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium
atau kalsium).
• Faktor keturunan pada hipertensi esensial 30%.
• Penyebab langka hipertensi dikaitkan dengan mutasi pada beberapa gen.
• Variasi fungsional gen angiotensinogen berperan pada terjadinya beberapa
hipertensi esensial.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN
DARAH
• Faktor resiko mayor Hipertensi
• Merokok
• Obesitas (BMI ≥ 30)
• Immobilitas Dislipidemia Diabetes mellitus
• Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR < 60 ml/min
• Umur (> 55 tahun untuk laki-laki, > 65 tahun untuk perempuan)
• Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki < 55 tahun
atau perempuan < 65 tahun)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN
DARAH
• Kerusakan organ target
• Jantung: Left ventricular hypertrophy
• Angina atau sudah pernah infark miokard
• Sudah pernah revaskularisasi koroner Gagal jantung
• Otak: Stroke atau TIA
• Penyakit ginjal kronis
• Penyakit arteri perifer Retinopathy
KOMPLIKASI HIPERTENSI
IMPLIKASI TERAPETIK

• Terapi antihipertensi tidak ditujukan pada penyebab khusus.


• Penurunan tekanan darah: pencegahan penyakit dan kematian masa
mendatang.
• Memberikan terapi obat yang efektif dan konsisten sehingga muncul
kepatuhan pasien.
• Menyeimbangkan resiko toksisitas penggunaan obat dan resiko tanpa
pengobatan.
TUJUAN TERAPI HIPERTENSI

• Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.

• Mortalitas dan morbiditas berhubungan dengan kerusakan organ target (misal:


kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).

• Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat
dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.
TARGET NILAI TEKANAN DARAH YANG DI
REKOMENDASIKAN DALAM JNC VII

• Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg


• Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
• Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

• Terapi Non Farmakologi


• Modifikasi gaya hidup: mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk.
• Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension), diet yang kaya dengan buah, sayur, dan
produk susu rendah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan <
2.4 g (100 mEq)/hari.
• Diet rendah natrium
• Aktifitas fisik/olahraga.

• Terapi Farmakologi: diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).
DIURETIKA

Merupakan obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.


Adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis)
melalui kerja langsung pada ginjal.
Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal
secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang
memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah
(dekstan) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) .
MEKANISME KERJA DIURETIKA

• Menghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi natrium pada bagian-bagian


nefron yang berbeda, sehingga natrium dan ion lain seperti Cl memasuki urin dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan keadaan normal bersama-sama air yang mengangkut
secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.

• Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga


pengeluarannya lewat kemih dan air diperbanyak.

• Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung.
PENGGOLONGAN DIURETIKA

• Diuretik thiazide
• Digunakan pada hipertensi ringan atau sedang, fungsi jantung dan ginjal normal.
• Contoh: klortalidon, hidroklorotiazid, metolazone, mefrusida, indapamida, dan klopamida.
• Pemberian pada pagi hari menghindari diuresis malam hari.
• Lebih efektif dari loop diuretic kecuali pada pasien dengan GFR rendah (± ClCr<30 ml/min).
• Gunakan dosis lazim untuk mencegah efek samping metabolic.
• Hidroklorotiazid (HCT) dan klortalidon lebih disukai, dengan dosis efektif maksimum 25 mg/hari;
klortalidon hampir 2 kali lebih kuat dibanding HCT.
• Keuntungan tambahan untuk pasien osteoporosis; monitoring tambahan untuk pasien dengan sejarah
pirai atau hiponatremia
HIDROKLORTHIAZIDA

• Merupakan senyawa sulfamoxyl diturunkan dari klorothiazidaa yang dikembangkan dari


sulfanilamid. Efek diuresisnya lebih lemah dibandingkan diuresis lengkung/ansa Henle. Daya
hipotensifnya lebih kuat pada pemakaian jangka panjang.
• Farmakokinetik : Onset dari aksi diuretiknya 2 jam po, efek puncak dicapai setelah 4 jam. Durasi 6-
12 jam. Absorpsi oral 60-80%, T1/2 : 5,6-14,8 jam, eliminasi diekskresikan melalui urin tanpa
mengalami perubahan.
• Dosis : hipertensi 12,5 mg pagi pc ; udema 1-2 kali sehari 25-200 mg 2-3 kali seminggu.
• Kontraindikasi : Hipersensitiv terhadap terhadap HCT, hipokalemia, hiperkalsemia, hiperurikemia,
hiponatremia, gangguan fungsi hati yang berat.
HIDROKLORTHIAZIDA

• Interaksi obat :
ACE inhibitor : meningkatkan efek hipotensi (Captoril)
beta bloker : meningkatkan risiko hiperglikemia pada diabetes ( Propranolol).
digoksin : toksisitas jika terjadi hipokalemia
lithium : toksisitas karena menurunnya ekskresi lithium
NSAID : menurunkan efikasi thiazid (Parasetamol, Asetosal).
PENGGOLONGAN DIURETIKA
• Loop diuretic/ Diuretik kuat
• Digunakan untuk hipertensi parah, utk kombinasi obat yang menyebabkan retensi natrium,
insufisiensi ginjal, filtrasi glomeruler < 30 atau 40 mL/menit, gagal jantung/sirosis, retensi natrium.
• Contoh: bumetanide, furosemide, torsemide.
• Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari.
• Dosis lebih tinggi mungkin diperlukan untuk pasien dengan GFR sangat rendah atau gagal jantung.
• Tempat kerja : Ansa Henle.
• Mekanisme kerja : penghambatan transport elektrolit Na+, K.
DIURETIK KUAT ( HIGH-CEILING DIURETICS)

• Secara umum diuretik kuat mempunyai mula kerja (onset) dan lama kerja
(durasi) yang lebih pendek dari thiazida.
• Tempat kerja diuretik kuat adalah lengkung/Ansa Henle bagian asenden sehingga
disebut juga loop diuretic.
• Indikasi : Pasien gagal ginjal disertai anuria, Hiperkalsemia simptomatik.
• ESO : Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hiperurikemia. Reaksi gangguan saluran cerna, depresi , rash kulit, paraestesia
dan disfungsi hati.
Interaksi Diuretik kuat

• Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan Warfarin dan klofibrat melalui pergeseran
ikatannya dengan protein.
• Penggunaan kronis dapat menurunkan klirens lithium.
• Penggunaan bersama sefalosporin dapat meningkatkan nefrotoksis.
• NSAID terutama Indometasin dan gol steroid dapat melawan kerja furosemid.
Perhatian:
Tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil karena pada percobaan hewan uji dapat
menimbulkan efek teratogenik.
PENGGOLONGAN DIURETIKA

• Diuretik hemat kalium


• Digunakan untuk menghindari terjadinya deplesi kalium berlebihan, ex: pasien menggunakan digitalis,
untuk memperkuat efek natriuretik diuretik lain.
• Contoh: spironolakton, kanrenoat, amilorida dan triamterene.
• Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari.
• Diretik lemah, biasanya dikombinasi dengan diuretik tiazid untuk meminimalkan hipokalemia, karena
hipokalemia dengan dosis rendah tiazid tidak lazim.
• Obat ini diberikan pada pasien yang mengalami hipokalemia akibat diuretik, hindari pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis (± ClCr <30 ml/min); dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama kombinasi dengan
ACEI, ARB, atau suplemen kalium.
DIURETIK HEMAT KALIUM

• Tempat kerja : Tubuli distal, duktus koligentes daerah korteks.


• Mekanisme kerja : menghambat reabsorpsi Na+ dan air dengan jalan antagonis kompetetif langsung.
• SPIRONOLAKTON
• Farmakokinetik : 70% diserap pada pemberian oral. Mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme
FPE. Ikatan dengan protein cukup tinggi.
• Indikasi : hipertensi, hiperaldosteronisme, udem dengan sirosis hati dan efektif pada udema dengan gagal
jantung ; hipokalemia; udem.
• ESO : hiperkalemia jika diberikan bersama kalium berlebihan, efek samping ringan dan reversible :
ginekomastia. Gangguan saluran cerna, menstruasi tidak teratur, alergi, sakit kepala, ruam kulit,
osteomalasia dan gangguan darah.
DIURETIK HEMAT KALIUM

Interaksi obat Spironolakton


• ACE inhibitor : hiperkalemia jika diberikan bersama kalium.
• Kolestiramin : acidosis hiperkloremik pada pasien sirosis.
• Digoksin : Efek inotropik positif dapat menurun.
• Perhatian khusus : Hati-hati pada pasien dehidrasi, penderita penyakit hati dan
ginjal.
• Dosis : 100-200 mg sehari, bila perlu dapat ditingkatkan hingga 400 mg sehari.
PENGGOLONGAN DIURETIKA

• Diuretika Osmotis
• Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar oleh
ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal.
• Tempat kerja : Tubuli proksimal, Ansa Henle, duktus koligentes
• Mekanis kerja : menghambat reabsorpsi Na+ dan air.
• Contoh obat diuretik jenis ini adalah: mannitol, sorbitol.
SYARAT DIURETIK OSMOTIK

• Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus


• Tidak atau hanya sedikit diresorpsi sel tubuli ginjal.
• Secara farmakologis merupakan zat yang inert.
• Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
CONTOH DIURETIK OSMOTIK DAN
KELEMAHANNYA
• Manitol berbahaya bagi penderita payah jantung karena akan menambah jumlah jumlah cairan
ekstrasel.
• Urea lebih iritatif terhadap jaringan dan dapat menimbulkan thrombosis atau nyeri.
• Gliserin hasil metabolismenya dapat menimbulkan hiperglikemia dan glukosuria.
• Oleh karena itu pemberian diuretik osmotik sering menimbulkan sakit kepala, mual dan
muntah.
PENGGOLONGAN DIURETIKA

• Perintang Karbonanhidrase
• Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi asam
bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal.
• Penghambat karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola
mata dan terkadang mengatasi penyakit akibat ketinggian.
• Tempat kerja : Tubuli proksimal
• Mekanis kerja : menghambat reabsorpsi karbonat
• Salah satu contoh obat ini adalah Asetazolamide.
DIURETIK PENGHAMBAT KARBOANHIDRASE

• Karboanhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O--- H2CO3
ASETAZOLAMIDA
• Pada ginjal meningkatkan ekskresi kalium, disebabkan oleh pertukaran Na dan K menjadi aktif menggantikan
pertukaran dengan H+> Dengan meningktnya ekskresi elektrolit maka bertambah ekskresi air.
• Famakokinetik : Dapat diserap melalui saluran cerna, kadar tertinggi dalam darah dicapai setelah 2 jam dan
ekskresinya melalui ginjal sempurna setelah 24 jam.
• Indikasi : Galukoma, mengurangi gejala acute mountain sickness.
• ESO : hipokalemia, nafsu makan berkurang, depresi terutama pada pasien lansia, bintik-bintik merah pada kulit.
• Dosis : Tersedia dalam bentuk tablet 125 dan 250 mg. Dosis untuk simple chronic glaucoma 250-1000 mg perhari
PENGGUNAAN DIURETIKA

 Diuretika digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan


pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.

 Hipertensi : Guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah


(tensi) menurun.

 Gagal Jantung (Decompensatio Cardis) : Yang bercirikan peredaran tak sempurna


lagi dan terdapat cairan berlebih di jaringan.
PENYALAHGUNAAN DIURETIKA

 Tak jarang diuretika disalahgunakan dalam melangsingkan tubuh dengan


jalan mengeluarkan cairannya.

 Begitu pula penggunaannya pada udema kehamilan, yang umumnya tidak


dianjurkan karena dapat membahayakan penyaluran darah ke janin.
EFEK SAMPING DIURETIKA

1. Hipokalemia, yakni kekurangan kalium dalam darah.


2. Hiperurikemia, akibat retensi asam urat (uric arid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali
amilorida.
3. Hiperglikemia, dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan.
4. Hiperlipidemia ringan, dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida.
5. Hiponatriemia, akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika langkungan kadar Na
plasma dapat menurun drastis.
6. Lain-lain, gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare) rasa letih, nyeri kepala, pusing dan
jarang reaksi alegris kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida atau
bumetamida dalam dosis tinggi.
INTERAKSI OBAT DIURETIK

• Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat diuretic, pastikan pasien tidak mengonsumsi
lebih dari satu diuretik sekaligus. Kecuali, memang dalam kasus tertentu yang dilakukan di bawah
pengawasan dokter.
• Sebaiknya tidak minum obat jenis loop diuretik jika sedang menggunakan obat Antiaritmia
Tikosyn (Defetilide).
• Monitor kadar kalium pasien dengan hati-hati jika menggunakan diuretik thiazide dan loop
ataupun obat lain yaitu digoxin.
• Perlu juga ada penyesuaian mengenai dosis insulin dan obat diabetes, terhadap penggunaan obat
diuretic.

Anda mungkin juga menyukai