Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA

Pembentukan Membran Sel, Misel dan Emulsi

Dosen Pengampu :
Yayuk Kustiningsih,SKM.,M.Kes.

Disusun oleh :
Siti Ni’matul Azizah
NIM :
P07134121063

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


BANJARMASIN
PROGRAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pembentukan membran, misel, dan emulsi” ini dengan tepat waktu
sesuai dengan rencana.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Biokimia. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang “Pembentukan membran, misel, dan emulsi”
bagi para pembaca maupun penulis.
Dalam penulisan makalah ini saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Yayuk Kustingingsih,SKM.,M.Kes. yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Selain itu saya juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
untuk lebih baik dalam makalah sangat bermanfaat demi kesempurnaan makalah
ini.

Banjarbaru, 4 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Definisi Membran...........................................................................................6

B. Definisi Misel..................................................................................................8

C. Definisi Emulsi..............................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membran sel merupakan salah satu bagian dari sel yang berfungsi untuk
membatasi isi sel dari lingkungan luarnya. Pada awal perkembangannya
membran sel memiliki berbagai macam model berdasar pada hasil percobaan
yang telah dilakukan oleh beberapa orang saintis di jaman dahulu. Akan tetapi
model membran sel yang dianut hingga saat ini ialah model mosaik fluida.Hal
tersebut didasarkan atas adanya beberapa alasan yang berhubungan dengan
substansi penyusun membran sel. Adapun substansi penyusun membran sel
ialah lipid, protein, dan karbohidrat. Didalam makalah ini akan dijelaskan lebih
rinci mengenai struktur, fungsi dan transportasi membran sel.
Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari
ionion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan . Misel terdiri dari
beberapa jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion,
garam amina termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non
ionik. Kenaikan temperatur dapat menaikkan konsentrasi kritis misel (KKM).
Sedangkan emulsi merupakan system koloid yang banyak terdapat pada
bahan pangan, kosmetik dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak
utuh, reaksi oksidasi lipid juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak-air,
bahkan dilaporkan sistem emulsi lebih mudah mengalami oksidasi atau
mempunyai stabilitas oksidatif lebih rendah dibandingkan minyak utuh. Emulsi
terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur (pada umumnya air dan
minyak), dengan satu fase terdispersi sebagai droplet kecil di fase lainnya.
Emulsi tidak dapat dibentuk begitu saja dengan menghomogenisasi air dan
minyak bersama, karena kedua fase tersebut dapat memisah dengan cepat. Hal
ini dikarenakan droplet minyak cenderung menyatu satu sama lain ketika saling
bertumbukan, yang pada akhirnya menyebabkan pemisahan fase secara total.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan membran?
2. Bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan misel?
3. Bagaiamana mekanisme atau proses dari pembentukan emulsi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan
membran?
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan
misel?
3. Untuk mengetahui bagaiamana mekanisme atau proses dari pembentukan
emulsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Membran
Membran merupakan penghalang yang bersifat permeabel dan selektif 
antara dua fase. Fase pertama adalah umpan (feed), sementara fase kedua
adalah hasil pemisahan (permeate) sebagai air bersih. Proses pemisahan pada 
membran terjadi dengan cara perpindahan material melewati membran dengan
proses transpor aktif dan pasif. Transpor aktif adalah perpindahan material
yang akan dipisahkan secara langsung, sedangkan transpor pasif dapat
digerakkan oleh perbedaan tekanan, konsentrasi, atau perbedaan temperatur di
antara kedua sisi membran (Mulder 1996). 
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis,
bersifat semipermeable yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan
ukuran molekuler (spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki
ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan spesi
dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos menembus pori
membran. Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya
perbedaan ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian
biasa disebut sebagai membran semipermeable, artinya dapat menahan spesi
tertentu, tetapi dapat melewatkan spesi yang lainnya. Fasa campuran yang akan
dipisahkan disebut umpan (feed), hasil pemisahan disebut sebagai permeat.
Membran sel eukariot terdiri dari 2 lapisan fosfolipid dimana terdapat
kolestrol dan berbagai protein terbenam pada bahagian-bahagian tertentu
membran tersebut. Fosfolipid dan kolestrol merupakan asas struktur membran,
sementara protin mempunyai tugas-tugas khusus seperti membantu
pengangkutan molekul-molekul merentasi membran sel.Selain membran sel,
organel-organel lain dalam sitoplasma (retikulum/jalinan endoplasmik, sampul
nukleus, kompleks Golgi, karung-karung membran seperti vesikel, dan
sebagainya) juga terdiri daripada dwilapisan fosfolipid. Dengan itu, bahagian-
bahagian dalaman sel sebenarnya mempunyai sistem perhubungan antara satu
sama lain melalui sistem mebran sel.
Umumnya membran mempunyai ketebalan 7,5 nm – 10,0 nm. Senyawa
utama penyusun membran adalah protein dan lipid. Protein biasanya mencakup
setengah sampai dua pertiga dari total berat kering membran (Salisbury dan
Ross, 1995).
Jenis dan proporsi molekul protein dan lipid yang terkandung pada
membran beragam, tergantung pada jenis membran dan kondisi fisiologis dari
sel yang bersangkutan. Perbedaan ini dapat dilihat diantara membran plasma,
tonoplast, retikulum endoplasma, diktiosom, kloroplast, nukleus, mitokondria
dan benda mikro (peroksisom dan glioksisom). Komposisi membran berbeda-
beda tergantung pada spesies dan lingkungan tempat tumbuhnya (Lakitan,
1993).

Mekanisme atau Proses Terbentuknya Membran


1) Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan
energi. Perpindahan zatini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat
atau larutan. Transpor pasif melalui peristiwadifusi, osmosis, dan difusi
terbantu.
1. Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan suatu zat yang terjadi secara
spontan ketika ada perbedaan tekanan difusi, dari tekanan yang tinggi
ke arah tekanan yanglebih rendah. Tekanan difusi berkorelasi positif
dengan konsentrasi zat tersebut. Artinya, semakin tinggikonsentrasinya,
semakin tinggi pula tekanan difusi zat tersebut.
2. Osmosis
Secara luas, proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan
pelarut melewati sebuahmembran semipermeabel. Secara sederhana,
osmosis dapat diartikan sebagai proses difusi air sebagai pelarut,
melewati sebuah membran semipermeabel. Masuknya air ini
dapatmenyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik.
2) Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeable yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang
memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transporaktif berjalan dari larutan
yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi
tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan
listrik didalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion
K+, Na+dan Cl+.
Peristiwa transpor aktif dapat dilihat pada peristiwa masuknya glukosa
ke dalam sel melewati membran plasma dengan menggunakan energi yang
berasal dari ATP. Contoh lain terjadi padadarah di dalam tubuh kita, yaitu
pengangkutan ion kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi antara sel
darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar ion kalium pada
sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada cairan
plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali lebih
besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkut anion
bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel.
Transpor aktif merupakan mekanisme pemindahan molekul atau zat
tertentu melalui membran sel, berlawanan arah dengan gradien
konsentrasi. Oleh karena itu, harus ada energi tambahan dari sel yang
digunakan untuk membantu perpindahan tersebut. Energi tambahan yang
digunakan dalam proses transfor aktif berasal dari ATP yang dihasilkan
oleh mitokondria melalui proses respirasi.

B. Definisi Misel
Misel, micelle (/maɪˈsɛl/) atau micella (/maɪˈsɛlə/) adalah suatu agregat
(atau susunan supramolekul) dari molekul surfaktan yang terdispersi dalam
suatu koloid cair. Serabut khas dalam larutan berair membentuk agregat
dengan daerah "kepala" hidrofilik yang bersentuhan dengan pelarut di
sekitarnya, mengabadikan daerah ekor-tunggal hidrofobik di pusat misel. Fase
ini disebabkan oleh pengepakan ekor-tunggal lipid dalam dwilapis. Kesulitan
dalam mengisi semua volume bagian dalam bilayer, sambil mengakomodasi
area per gugus kepala yang dipaksa molekul melalui hidrasi dari gugus kepala
lipid, mengarah pada pembentukan misel. Jenis misel ini dikenal sebagai misel
fase normal (misel minyakdalam-air). Misel invers memiliki gugus kepala di
bagian tengah dengan ekor membentang keluar (misel air-dalam-minyak).
Misel berbentuk bulat. Bentuk fasa lainnya, termasuk bentuk seperti ellipsoid,
silinder, dan bilayer, juga dimungkinkan. Bentuk dan ukuran misel adalah
fungsi dari geometri molekul surfaktan dan kondisi larutannya seperti
konsentrasi surfaktan, suhu, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan
misel dikenal sebagai miselisasi dan merupakan bagian dari fase perilaku dari
banyak lipid sesuai dengan polimorfisme (Wiley, 2007).
Bagian dalam misel memiliki sifat hidrofobik dan bagian luar permukaan
memiliki sifat hidrofilik. Misel umumnya terdiri dari 50 sampai 200 monomer
(jumlah rata-rata monomer yang membentuk misel pada waktu tertentu disebut
sebagai nomor agregasi). Jari-jari bulat misel hampir sama dengan panjang
monomer surfaktan yang sepenuhnya diperpanjang, yang kebanyakan adalah 1-
3 nm, dan dengan demikian misel terletak pada kisaran koloid (Zana, 2005).

Mekanisme atau Proses Terbentuknya Misel


Pada konsentrasi yang cukup tinggi, molekul-molekul surfaktan akan
beragregat membentuk sebuah struktur melingkar yang disebut micelle,
sedangkan gugus hidrofilik berorientasi keluar micelle. Agregasi molekul
surfaktan didorong oleh adanya gaya Van der Waals yang terjadi sepanjang
ekor lipofilik dan gaya tolak ionik dari gugus hidrofilik.
Pada kondisi tersebut konsentrasi surfaktan disebut dengan critical
micelle concentration (CMC). Pada konsentrasi surfaktan di bawah CMC,
tegangan permukaan dan antar muka turun dengan meningkatnya konsentrasi,
namun pada saat konsentrasi mencapai taraf CMC atau lebih tinggi dari itu,
tidak terjadi penurunan tegangan permukaan dan antar muka atau
penurunannya sangat rendah. Satu misel umumnya akan berisi 50-100
monomer. Idealnya, misel bervariasi dalam ukuran dari 2 nm ke 20 nm,
tergantung pada jumlah dan komposisi mereka. Selain CMC, ada faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi laju pembentukan misel.
a. Suhu: Formasi Misel dapat terjadi hanya di atas suhu tertentu. Suhu Krafft
adalah suhu minimum di mana molekul-molekul amphipathic membentuk
misel. Di bawah suhu ini, molekul tetap dalam bentuk kristal.
b. Konsentrasi ion: Dalam sebuah media polar seperti air, jumlah kontra-ion
selalu sama dengan derajat dari mengikat misel,mengikat kepala polar dari
molekul amphipathic, mereka menurunkan tolakan antara mereka, dan
dengan demikian, meningkatkan stabilitas misel. CMC menurun dengan
meningkatnya jumlah kontra-ion.
Misel hanya terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar dari pada
konsentrasi misel kritis (CMC), dan suhu sistem lebih besar daripada suhu
kritis misel, atau suhu Krafft. Pembentukan misel dapat dipahami dengan
menggunakan termodinamika: Misel dapat membentuk proses secara spontan
karena keseimbangan antara entropi dan entalpi. Di dalam air, efek hidrofobik
adalah kekuatan pendorong untuk pembentukan misel, terlepas dari fakta
bahwa merakit molekul surfaktan tidak menguntungkan baik dari segi entalpi
maupun entropi sistem. Pada konsentrasi surfaktan yang sangat rendah, hanya
monomer yang hadir dalam larutan. Karena konsentrasi surfaktan meningkat,
sebuah titik tercapai dimana kontribusi entropi yang tidak menguntungkan, dari
pengelompokan ekor hidrofobik molekul, diatasi dengan peningkatan entropi
karena pelepasan pelarut di sekitar ekor surfaktan. Pada titik ini, ekor lipid dari
bagian surfaktan harus dipisahkan dari air. Oleh karena itu, mereka mulai
membentuk misel. Yang juga penting adalah pertimbangan entalpis, seperti
interaksi elektrostatik yang terjadi antara bagian yang terisi surfaktan. Pada
kesetimbangan di antara molekul-molekul atau ion-ion misel yang tidak
berasosiasi, berlaku hukum aksi massa untuk kesetimbangan miselisasi. Jika c
adalah konsentrasi stoikiometri larutan, X adalah fraksi dari satuan monomer
yang diendapkan dan m adalah jumlah satuan monomer maka:
mX→ (X)m
C(1-x) cx/m
Cx /m
𝐾=
Cn ( 1−x ) m
Atau
Cx / m
𝐾=
{(C 1−x)m }
Dimana:
C = konsentrasi stoikiometri larutan
X = fraksi kelompok satuan monomer
m = jumlah satuan monomer permisel
Energi miselisasi
RT ∈K
∆𝐺° = −
m
Cx
∆𝐺° = −(𝑅𝑇) ln ( ) + 𝑅𝑇 𝑙𝑛[e(1-x)]
m
Pada kkm x = 0 dan ∆𝐺° = 𝑅𝑇 ln 𝐾 (𝑘𝑘𝑚)
Sehingga
−d (∆ G °)
∆𝑆° =
dT
−RT d ∈kkm
∆𝑆° =
dT
∆𝐻° = ∆𝐺° + 𝑇∆𝑆° ; ∆°𝐺=0
= [-RT2 d ln (kkm)] / dT
Dengan mengintgrasikan persamaan di atas diperoleh persamaan:
∆H°
Ln (kkm) = + 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛t.
RT

C. Definisi Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan
zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat
yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya
tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran
cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari
adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung
kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh
emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih
mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk
menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang
menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi
tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.
Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa
zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem
emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan
fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari
– hari dan industri.

Mekanisme atau Proses Terbentuknya Emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori.
Teori tersebut ialah:
a. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang
disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik
antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan
daya kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan
tegangan permukaan “surface tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble
liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang
batas. “interface tension”.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk tercampur.
Tegangan yang terjadi dapat air akan bertambah dengan penambahan
garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang
dengan penambahan senyawa organic tertentu antara lain sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
b. Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka
minyak atau muudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua :
 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
 Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke
dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali
pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok
tersebut akan membuat suatu kesetimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya
tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B,
(Hydrophyl Lipophyl Belance) yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil.
Semakin besal HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada
air itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
c. Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah :
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
partikel dengan segera.

d. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)


Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan
lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak
dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng
tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama.
Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak.Dan stabilitas
akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari
ketiga cara dibawah ini:
 Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
 Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membran merupakan penghalang yang bersifat permeabel dan selektif 
antara dua fase. Proses pemisahan pada membran terjadi dengan cara
perpindahan material melewati membran dengan proses transpor aktif dan
pasif. Misel, micelle (/maɪˈsɛl/) atau micella (/maɪˈsɛlə/) adalah suatu agregat
(atau susunan supramolekul) dari molekul surfaktan yang terdispersi dalam
suatu koloid cair. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, molekul-molekul
surfaktan akan beragregat membentuk sebuah struktur melingkar yang disebut
micelle, sedangkan gugus hidrofilik berorientasi keluar micelle. Misel hanya
terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar dari pada konsentrasi misel
kritis (CMC), dan suhu sistem lebih besar daripada suhu kritis misel, atau suhu
Krafft. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan
dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga
antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau
keduannya tidak akan terpisah. Adapun mekanisme proses terbentuknya emulsi
dikenal 4 macam teori, yaitu : Teori tegangan permukaan (Surface Tension);
Teori orientasi bentuk baji; Teori film plastik (interfacial film); Teori lapisan
listrik rangkap (electric double layer).
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/8063/3/EGA%20NABELLA%20ZANNA%20BAB
%20II.pdf diakses 4 Maret 2022

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
e621f9f9efaa2cee4c2b594f22f8545a.pdf diakses 4 Maret 2022

https://www.academia.edu/34116426/
BAB_I_PENDAHULUAN_1_1_Latar_Belakang_Masalah diakses 6
Maret 2022

https://pdfcoffee.com/kelompok-3-misel-pdf-free.html diakses 6 Maret 2022

http://repository.umi.ac.id/62/2/0003.07.12.2015%20BAB%20I.pdf diakses 6
Maret 2022

http://repository.unika.ac.id/16604/2/14.I1.0114%20VERLENCIA
%20ANGGRIAN%20K%20%283.53%25%29BAB%20I.pdf diakses 6
Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai