Dosen Pengampu :
Yayuk Kustiningsih,SKM.,M.Kes.
Disusun oleh :
Siti Ni’matul Azizah
NIM :
P07134121063
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Definisi Membran...........................................................................................6
B. Definisi Misel..................................................................................................8
C. Definisi Emulsi..............................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membran sel merupakan salah satu bagian dari sel yang berfungsi untuk
membatasi isi sel dari lingkungan luarnya. Pada awal perkembangannya
membran sel memiliki berbagai macam model berdasar pada hasil percobaan
yang telah dilakukan oleh beberapa orang saintis di jaman dahulu. Akan tetapi
model membran sel yang dianut hingga saat ini ialah model mosaik fluida.Hal
tersebut didasarkan atas adanya beberapa alasan yang berhubungan dengan
substansi penyusun membran sel. Adapun substansi penyusun membran sel
ialah lipid, protein, dan karbohidrat. Didalam makalah ini akan dijelaskan lebih
rinci mengenai struktur, fungsi dan transportasi membran sel.
Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari
ionion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan . Misel terdiri dari
beberapa jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion,
garam amina termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non
ionik. Kenaikan temperatur dapat menaikkan konsentrasi kritis misel (KKM).
Sedangkan emulsi merupakan system koloid yang banyak terdapat pada
bahan pangan, kosmetik dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak
utuh, reaksi oksidasi lipid juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak-air,
bahkan dilaporkan sistem emulsi lebih mudah mengalami oksidasi atau
mempunyai stabilitas oksidatif lebih rendah dibandingkan minyak utuh. Emulsi
terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur (pada umumnya air dan
minyak), dengan satu fase terdispersi sebagai droplet kecil di fase lainnya.
Emulsi tidak dapat dibentuk begitu saja dengan menghomogenisasi air dan
minyak bersama, karena kedua fase tersebut dapat memisah dengan cepat. Hal
ini dikarenakan droplet minyak cenderung menyatu satu sama lain ketika saling
bertumbukan, yang pada akhirnya menyebabkan pemisahan fase secara total.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan membran?
2. Bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan misel?
3. Bagaiamana mekanisme atau proses dari pembentukan emulsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan
membran?
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme atau proses dari pembentukan
misel?
3. Untuk mengetahui bagaiamana mekanisme atau proses dari pembentukan
emulsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Membran
Membran merupakan penghalang yang bersifat permeabel dan selektif
antara dua fase. Fase pertama adalah umpan (feed), sementara fase kedua
adalah hasil pemisahan (permeate) sebagai air bersih. Proses pemisahan pada
membran terjadi dengan cara perpindahan material melewati membran dengan
proses transpor aktif dan pasif. Transpor aktif adalah perpindahan material
yang akan dipisahkan secara langsung, sedangkan transpor pasif dapat
digerakkan oleh perbedaan tekanan, konsentrasi, atau perbedaan temperatur di
antara kedua sisi membran (Mulder 1996).
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis,
bersifat semipermeable yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan
ukuran molekuler (spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki
ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan spesi
dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos menembus pori
membran. Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya
perbedaan ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian
biasa disebut sebagai membran semipermeable, artinya dapat menahan spesi
tertentu, tetapi dapat melewatkan spesi yang lainnya. Fasa campuran yang akan
dipisahkan disebut umpan (feed), hasil pemisahan disebut sebagai permeat.
Membran sel eukariot terdiri dari 2 lapisan fosfolipid dimana terdapat
kolestrol dan berbagai protein terbenam pada bahagian-bahagian tertentu
membran tersebut. Fosfolipid dan kolestrol merupakan asas struktur membran,
sementara protin mempunyai tugas-tugas khusus seperti membantu
pengangkutan molekul-molekul merentasi membran sel.Selain membran sel,
organel-organel lain dalam sitoplasma (retikulum/jalinan endoplasmik, sampul
nukleus, kompleks Golgi, karung-karung membran seperti vesikel, dan
sebagainya) juga terdiri daripada dwilapisan fosfolipid. Dengan itu, bahagian-
bahagian dalaman sel sebenarnya mempunyai sistem perhubungan antara satu
sama lain melalui sistem mebran sel.
Umumnya membran mempunyai ketebalan 7,5 nm – 10,0 nm. Senyawa
utama penyusun membran adalah protein dan lipid. Protein biasanya mencakup
setengah sampai dua pertiga dari total berat kering membran (Salisbury dan
Ross, 1995).
Jenis dan proporsi molekul protein dan lipid yang terkandung pada
membran beragam, tergantung pada jenis membran dan kondisi fisiologis dari
sel yang bersangkutan. Perbedaan ini dapat dilihat diantara membran plasma,
tonoplast, retikulum endoplasma, diktiosom, kloroplast, nukleus, mitokondria
dan benda mikro (peroksisom dan glioksisom). Komposisi membran berbeda-
beda tergantung pada spesies dan lingkungan tempat tumbuhnya (Lakitan,
1993).
B. Definisi Misel
Misel, micelle (/maɪˈsɛl/) atau micella (/maɪˈsɛlə/) adalah suatu agregat
(atau susunan supramolekul) dari molekul surfaktan yang terdispersi dalam
suatu koloid cair. Serabut khas dalam larutan berair membentuk agregat
dengan daerah "kepala" hidrofilik yang bersentuhan dengan pelarut di
sekitarnya, mengabadikan daerah ekor-tunggal hidrofobik di pusat misel. Fase
ini disebabkan oleh pengepakan ekor-tunggal lipid dalam dwilapis. Kesulitan
dalam mengisi semua volume bagian dalam bilayer, sambil mengakomodasi
area per gugus kepala yang dipaksa molekul melalui hidrasi dari gugus kepala
lipid, mengarah pada pembentukan misel. Jenis misel ini dikenal sebagai misel
fase normal (misel minyakdalam-air). Misel invers memiliki gugus kepala di
bagian tengah dengan ekor membentang keluar (misel air-dalam-minyak).
Misel berbentuk bulat. Bentuk fasa lainnya, termasuk bentuk seperti ellipsoid,
silinder, dan bilayer, juga dimungkinkan. Bentuk dan ukuran misel adalah
fungsi dari geometri molekul surfaktan dan kondisi larutannya seperti
konsentrasi surfaktan, suhu, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan
misel dikenal sebagai miselisasi dan merupakan bagian dari fase perilaku dari
banyak lipid sesuai dengan polimorfisme (Wiley, 2007).
Bagian dalam misel memiliki sifat hidrofobik dan bagian luar permukaan
memiliki sifat hidrofilik. Misel umumnya terdiri dari 50 sampai 200 monomer
(jumlah rata-rata monomer yang membentuk misel pada waktu tertentu disebut
sebagai nomor agregasi). Jari-jari bulat misel hampir sama dengan panjang
monomer surfaktan yang sepenuhnya diperpanjang, yang kebanyakan adalah 1-
3 nm, dan dengan demikian misel terletak pada kisaran koloid (Zana, 2005).
C. Definisi Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan
zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat
yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya
tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran
cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari
adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung
kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh
emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih
mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk
menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang
menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi
tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.
Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa
zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem
emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan
fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari
– hari dan industri.
http://repository.ump.ac.id/8063/3/EGA%20NABELLA%20ZANNA%20BAB
%20II.pdf diakses 4 Maret 2022
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
e621f9f9efaa2cee4c2b594f22f8545a.pdf diakses 4 Maret 2022
https://www.academia.edu/34116426/
BAB_I_PENDAHULUAN_1_1_Latar_Belakang_Masalah diakses 6
Maret 2022
http://repository.umi.ac.id/62/2/0003.07.12.2015%20BAB%20I.pdf diakses 6
Maret 2022
http://repository.unika.ac.id/16604/2/14.I1.0114%20VERLENCIA
%20ANGGRIAN%20K%20%283.53%25%29BAB%20I.pdf diakses 6
Maret 2022