Anda di halaman 1dari 7

1 Author Name | Article Title

Research Article

Penambahan Nanoselulosa Sekam Padi Terhadap Kekasaran Permukaan


Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas
The Additional of Rice Husk Nanocellulose on Surface Roughness of Heat Cured
Acrylic Resin for Denture Base

IDJ use only: Received date here; revised date here; accepted date here
DOI :

Abstrak
Latar Belakang: Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang berkontak langsung dengan jaringan lunak rongga mulut.
Bahan basis gigi tiruan yang paling umum digunakan yaitu resin akrilik polimerisasi panas. Bahan ini masih memiliki
kekurangan diantarnya rendahnya sifat mekanis, meninggalkan monomer sisa dan adanya porositas yang berpengaruh
terhadap kekasaran permukaan. Nanoselulosa sekam padi memiliki potensi sebagai alternatif untuk memperbaiki sifat bahan
resin akrilik polimerisasi panas. Nanoselulosa memiliki keunggulan diantaranya memiliki luas permukaan yang tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai reinforcing nanofiller pada material komposit seperti resin akrilik. Tujuan Penelitian:
untuk mengetahui pengaruh penambahan nanoselulosa sekam padi terhadap kekasaran permukaan pada resin akrilik
polimerisasi panas. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan post-test only control
group design. Sampel penelitian terdiri dari 6 kelompok, masing-masing kelompok 8. Kelompok K1, K2, K3, K4, K5 dan K0
berturut-turut merupakan kelompok dengan penambahan nanoselulosa 1%, 2%, 3%, 4%, 5% serta tanpa nanoselulosa. Hasil
Penelitian: Kelompok dengan penambahan nanoselulosa 5% memiliki nilai kekasaran permukaan yang tertinggi yaitu 0,3242
± 0.0066 µm, sedangkan kelompok tanpa penambahan nanoselulosa memiliki nilai kekasaran permukaan terendah yaitu
0.1558 ± 0.0023 µm. Terdapat perbedaan bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol (p<0,05). Hasil uji
SEM pada setiap kelompok menunjukkan terdapat aglomerasi dan ukuran porus yang bervariasi. Kesimpulan: Penambahan
nanoselulosa sekam padi tidak lebih baik dari kelompok kontrol dapat meningkatan kekasaran permukaan basis gigi tiruan
resin akrilik polimerisasi panas.
Kata Kunci : Kekasaran permukaan, nanoselulosa, resin akrilik polimerisasi panas, sekam padi.

Abstract
Background: The denture base is the part of the indirect denture contact with the oral cavity's soft tissues. Heat
cured acrylic resin is still the most commonly used denture material. Heat cured acrylic resin has low
mechanical properties, residual monomers, and porosity, affecting surface roughness. Modification is needed by
adding reinforcement material. Nano cellulose from rice husk has potential as a reinforcing material. Objective:
This study purpose of determining the addition of rice husk nano cellulose on surface roughness of heat-cured
acrylic resin for denture base. This type of research is an experimental laboratory with post-test only control
group design. The research sample consisted of six groups, each group consisting of 8 samples. The KI, K2, K3,
2 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

K4, K5, and K0 groups were acrylic resin with the addition of 1%, 2%, 3%, 4%, 5% nano cellulose, and without
nano cellulose. Result: The heat cured acrylic resin group with 5% nano cellulose had the highest surface
roughness is 0.3242 ± 0.0066 µm. The acrylic resin group without nano cellulose had the lowest surface
roughness is 0.1558 ± 0.0023 µm. There was a significant difference in the surface roughness test (p<0,05). The
SEM test showed still had agglomeration and varying porosity sizes. Conclusion: This study concludes that the
addition of rice husk nano cellulose can enhance the surface roughness of heat-cured acrylic resin for denture
base.
Keywords : Surface roughness, nanocellulose, heat cured acrylic resin; rice husk..

PENDAHULUAN suatu permukaan. Kekasaran permukaan


Kehilangan gigi sebagian atau merupakan sifat fisik basis gigi tiruan yang
seluruhnya dan tidak diganti dalam jangka sangat penting karena kekasaran permukaan
waktu yang lama dapat mengakibatkan akan mempengaruhi kesehatan mukosa yang
gangguan pada fungsi mastikasi, gangguan berkontak langsung dengan gigi tiruan.7
Temporomandibular Joint (TMJ), gangguan Alternatif untuk memodifikasi sifat
fungsi bicara dan gangguan estetik. bahan yang dimiliki oleh resin akrilik
Gangguan yang terjadi akibat kehilangan polimerisasi panas yaitu dengan
gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi penambahan serat alami berupa
tiruan.1 Basis gigi tiruan adalah bagian gigi nanoselulosa sekam padi. Sekam padi
tiruan yang berkontak langsung mengandung selulosa 35%, hemiselulosa
dengan jaringan lunak baik rahang atas 25%, lignin 20%, dan silika 17%.8
maupun rahang bawah dan tempat Nanoselulosa memiliki keunggulan
melekatnya elemen gigi.2 diantaranya memiliki luas permukaan yang
Bahan yang paling umum digunakan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
dalam pembuatan basis gigi tiruan yaitu reinforcing nanofiller pada material
resin akrilik polimerisasi panas. Resin komposit seperti resin akrilik. Nanoselulosa
akrilik polimerisasi panas banyak dipilih dapat diperoleh dengan cara mendegradasi
sebagai bahan basis gigi tiruan karena selulosa menjadi nanoselulosa menggunakan
biayanya yang lebih terjangkau, memiliki metode hidolisis asam.9,10
nilai estetik yang baik, peralatan yang Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
digunakan lebih sederhana, mudah untuk tertarik untuk meneliti penambahan
diperbaiki dan diaplikasikan.3 Kekurangan nanoselulosa sekam padi 1%, 2%, 3%, 4%
resin akrilik polimerisasi panas antara lain dan 5% terhadap kekasaran permukaan basis
memiliki sifat mekanis yang rendah, gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
meninggalkan monomer sisa, penghantar
termis yang buruk, adanya porositas, MATERIAL DAN METODE
menyerap cairan, dan mudah terjadi abrasi Penelitian ini merupakan penelitian
pada saat pembersihan.4,5 Adanya porositas eksperimental murni laboratoris dengan
dapat mempengaruhi kekasaran permukaan rancangan penelitian post-test only control
basis gigi tiruan.6 Kekasaran permukaan group design. Penelitian ini membagi
merupakan ukuran dari ketidakteraturan sampel ke dalam enam kelompok, dengan
3 Author Name | Article Title

jumlah sampel dalam setiap kelompok yaitu Proses polishing menggunakan rubber
delapan sampel. Kelompok K1, K2, K3, K4, polishing berbentuk point selama 60 detik,
K5 dan K0 berturut-turut merupakan kemudian menggunakan feltcone dan
kelompok dengan penambahan nanoselulosa pumice dicampur dengan air selama 120
1%, 2%, 3%, 4%, 5% serta tanpa detik dan bur bulu domba dan krypt yang
penambahan nanoselulosa. Cetakan sampel dicampur alkohol selama 120 detik. Sampel
untuk uji kekasaran permukaan dibuat dari kemudian direndam di dalam saliva buatan
bahan logam berbentuk disk atau cakram dengan pH 7 selama 48 jam pada suhu 37
o
dengan diameter 10±0,5mm dan tebal C.
2±0,5mm berdasarkan ISO 4287 (1997). Pengukuran kekasaran permukaan
Tahapan kerja dimulai dengan dilakukan dengan menggunakan alat
pembuatan nanoselulosa dari sekam padi. Surface Roughness Tester SE 1700
Sintesis nanoselulosa berbahan sekam padi (Profilometer) dan uji karakteristik
dilakukan dengan metode hidrolisis asam. permukaan menggunakan Scanning
Tahapan selanjutanya yaitu pembuatan Electron Microscope (SEM).
larutan kitosan 1% sebagai coupling agent.
Pembuatan larutan kitosan dilakukan dengan HASIL
mencampurkan 2 gram bubuk kitosan dan Uji karakterisasi yang dilakukan yaitu
asam asetat 2% menggunakan magnetic Transmission Electrone Microscope (TEM)
stirrer hingga keseluruhan bubuk kitosan untuk mengetahui bentuk dan ukuran
larut dan tidak terdapat endapan. partikel nanoselulosa sekam padi.
Pembuatan sampel penelitian dilakukan
dengan perbandingan polimer dan monomer
Aglomerasi

Nanoselulosa

2:1. Bubuk polimer dan bubuk nanoselulosa nanospere

dihomogenkan dengan ultrasonic


homogenizer yang berkecepatan 30.000 rpm, Aglomerasi

lalu dipindahkan ke dalam mixing jar


Nanoselulosa
nanospere

kemudian ditambahkan dengan monomer


sesuai ketentuan pabrik dan kitosan 1% Gambar 1. (a) Hasil uji TEM perbesaran 25.000x, (b)
diaduk. Mixing jar ditutup dan ditunggu Hasil uji TEM perbesaran 50.000x.
hingga tahap dough stage, dilanjutkan Sumber: Data primer terolah, 2020.
proses polimerisasi secara pemanasan Ukuran nanoselulosa berdasarkan
menggunakan waterbath dengan suhu 70 oC uji TEM berdiameter 25 nm hingga 35 nm
selama 90 menit dan kemudian 100 oC serta panjang hingga 192 nm. Ukuran
selama 30 menit. nanoselulosa sekam padi diketahui dengan
Sampel kemudian dikeluarkan dari pengukuran menggunakan aplikasi ImageJ.
cetakan dan dilakukan proses finishing Hasil uji TEM juga menunjukkan beberapa
dengan bur carbide kecepatan 15.000 rpm titik mengalami aglomerasi. Struktur
selama 60 detik dan dilanjutkan dengan selulosa mengalami proses pemecahan
abrasive paper dengan nomor 2000 P, 4000 selama proses hidrolisis menjadi partikel
P, 8000 P masing-masing selama 60 detik. tunggal dan masing-masing partikel tunggal
4 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

yang aktif akan melekat bersama disebut nanoselulosa 3%, (d) Penambahan nanoselulosa
aglomerasi.19 4%, (e) Penambahan nanoselulosa 5%, (f)
Tanpa penambahan nanoselulosa.
Hasil uji SEM perbesaran 5.000x
menunjukkan bahwa masih terdapat Rerata dan Standar Deviasi (SD)
aglomerasi dan porositas dengan ukuran kekasaran permukaan resin akrilik
bervariasi pada masing-masing kelompok polimerisasi panas dapat dilihat pada Tabel
(Gambar 1). Urutan kelompok sampel 1. Nilai rerata kekasaran permukaan paling
dengan terbentuknya porositas terbesar tinggi terdapat pada K5 sebesar 0.3242 µm
sampai terkecil adalah kelompok K5 dan nilai rerata terendah yaitu kelompok K0
berkisar 1,25 µm sampai 3,62 µm, sebesar 0.1558 µm.
kelompok K4 berkisar 0,79 µm sampai 3,41 Tabel 1. Rerata dan Standar Deviasi Nilai Kekasaran
µm, kelompok K0 berkisar 0,58 µm sampai Permukaan (µm)
1,53 µm, kelompok K3 berkisar 0,97 µm N Kelompok Sampel Rerata Kekasaran
sampai 1,22 µm, kelompok K2 berkisar 0,91 o Permukaan (µm)
±SD
sampai 1,59 µm, dan kelompok K1 berkisar
1 Kelompok K1 0,1715 ± 0,0031 µm
0,63 µm sampai 0,93 µm. (Nanoselulosa 1%)
2 Kelompok K2 0,2037 ± 0,0055 µm
Porus Aglomerasi Porus Aglomerasi
(Nanoselulosa 2%)
a 3 Kelompok K3 0,2433 ± 0,0045 µm
b (Nanoselulosa 3%)
4 Kelompok K4 0,2870 ± 0,0037 µm
(Nanoselulosa 4%)
5 Kelompok K5 0,3242 ± 0,0066 µm
(Nanoselulosa 5%)
6 Kelompok K0 0,1558 ± 0,0023 µm
Aglomerasi Porus Porus Aglomerasi
(Tanpa
Nanoselulosa)
c d Sumber: Data primer terolah, 2020.
e
Hasil nilai kekasaran permukaan
kemudian dilakukan analisis statistik
meliputi uji normalitas menggunakan uji
Saphiro-Wilk dan uji homogenitas dengan
menggunakan Levene test. Data hasil uji
kekasaran permukaan terdistriusi normal dan
Aglomerasi Porus Porus Partikel kurang homogen

e f homogen (p≥0,05). Hasil analisis One-Way


Anova menunjukkan nilai p sebesar 0,000
(p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara kekasaran
permukaan dalam seluruh kelompok. Hasil
uji Post Hoc LSD menunjukkan adanya
Gambar 1. Hasil uji SEM perbesaran 5.000x perbedaan bermakna antar kelompok sampel
(a) Penambahan nanoselulosa 1%, (b) (p≤0,05).
Penambahan nanoselulosa 2%, (c) Penambahan
5 Author Name | Article Title

PEMBAHASAN Nanoselulosa sekam padi memiliki sifat


Peningkatan kekasaran permukaan hidrofilik, sedangkan polimer resin akrilik
terjadi seiring dengan penambahan bersifat hidrofobik. Hal ini dapat
konsentrasi nanoselulosa. Peningkatan mengakibatkan tidak menyatunya partikel-
kekasaran permukaan pada penelitian ini partikel karena terdapat perbedaan energi
dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu permukaan dan tidak dapat membentuk
adanya aglomerasi nanoselulosa interaksi yang kuat dengan matriks sehingga
dipermukaan, distribusi nanoselulosa, tidak homogen.2,13 Partikel yang tersebar
interaksi yang terbentuk antara matriks tidak homogen dapat menghasilkan
dengan nanoselulosa dan adanya aglomerasi aglomerasi di dalam matriks polimer dan
yang longgar terlepas saat proses finishing mempengaruhi kekasaran permukaan.14
dan polishing. Pada penelitian ini digunakan kitosan
Kandungan gugus hidroksil (OH-) yang 1% sebagai coupling agent. Coupling agent
dimiliki nanoselulosa membentuk ikatan berfungsi sebagai pengikat antara matriks
hidrogen intra atau antar molekul satu sama dengan filler agar semakin kuat namun
lain karena sifat nanopartikel yang memiliki seiring dengan penambahan nanoselulosa,
luas penampang besar dan energi permukaan kitosan kurang dapat mengikat matriks dan
tinggi. Sifat nanopartikel yang memiliki luas filler. Kurang meratanya kitosan dalam
penampang besar serta energi permukaan melapisi partikel menyebabkan distribusi
tinggi akan meningkatkan gaya tarik ukuran nanopartikel tidak merata dan kurang
menarik di permukaan dan menyebabkan homogen sehingga menyebabkan kekasaran
partikel sejenis nanoselulosa menyatu permukaan.15
membentuk aglomerasi. Aglomerasi Penambahan nanoselulosa yang
permukaan dapat menyebabkan permukaan berlebih juga dapat merusak ikatan antar
tidak rata dan menghasilkan permukaan baru matriks sehingga menurunkan distribusi
sehingga meningkatkan kekasaran nanoselulosa dan menurunkan homogenitas.
permukaan. Energi permukaan yang tinggi Penurunan distribusi nanoselulosa dan
dapat menyebabkan pemutusan ikatan antar homogenitas menyebabkan adanya celah
molekul sehingga menghasilkan permukaan antarpartikel sehingga meningkatkan
16
baru dan mengubah sifat fisik bahan seperti kekasaran permukaan. Celah antarpartikel
kekasaran permukaan.11 Penelitian Gad dkk. diakibatkan ukuran nanoselulosa menjadi
(2020) menyebutkan penambahan lebih besar karena lebih aktif sehingga
nanopartikel dari 3 jenis bahan yang berbeda kemampuan mengisi celah matriks
yaitu zirconium dioxide, silicon dioxide dan berkurang dan ikatan matriks dengan
diamond dalam jumlah yang banyak yaitu nanoselulosa menurun. Kekasaran
1%, 2,5%, 5% dapat meningkatkan permukaan juga dapat diakibatkan adanya
kekasaran permukaan karena kecenderungan aglomerasi nanopartikel dipermukaan yang
aglomerasi yang lebih tinggi.12 berikatan longgar dan dapat dengan mudah
Aglomerasi dapat juga terjadi akibat terlepas selama proses finishing dan
ketidakmampuan mengikat antara polishing sehingga meninggalkan celah
permukaan hidrofilik dan hidrofobik. seperti parit.17
6 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

Nilai kekasaran permukaan pada Impak. Jurnal Material Kedokteran


bahan kedokteran gigi yang dapat diterima Gigi, 4(2): 43-53.
secara klinis yaitu 0,2 µm. Hasil rerata pada 4. Anusavice, K.J., 2013, Phillips science
tabel 4.1. menunjukkan rerata kekasaran of dental material ed. 11t, Elsevier
permukaan yang masih dapat diterima science, St. Louis: 176-179.
secara klinis yaitu kelompok K1 5. Lubis, Putranti,T.D. 2017. Pengaruh
penambahan nanoselulosa 1% dengan rerata Penambahan Alumunium Oksida pada
0.1715 ± 0.0031 µm dan kelompok K2 Basis Gigi tiruan Resin Akrilik
penambahan nanoselulosa dengan rerata Polimerisasi Panas terhadap Kekerasan
0.2037 ± 0.0055 µm. Kelompok dan Kekasaran permukaan. B dent, 6(1):
penambahan nanoselulosa tidak lebih baik 1-8.
apabila dibandingkan dengan kelompok 6. Lurdete,P. 2018. Isolation of Candida
kontrol tanpa penambahan nanoselulosa Spp. From: Denture-Related Stomatitis.
dengan rerata 0,1558 ± 0,0023 µm. Journal of Microbiology, 49: 148-151.
7. Hatim. 2012. The Effect of Some
KESIMPULAN Natural Product as A Material. Tikrit
Berdasarkan penelitian yang telah Journal For Dental Science, 2: 129.
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai 8. Syahrani,F. 2018, Pembuatan Komposit
kekasaran permukaan tidak lebih baik Selulosa Asetat-Silika Sekam Padi.
mengalami peningkatan pada kelompok Prosiding seminar nasional mipa,
penambahan nanoselulosa sekam padi Universitas Padjajaran: Bandung.
apabila dibandingkan dengan kelompok 9. Lee, H.V.S.B.A., Hamid, S.K., Zain.
kontrol tanpa penambahan nanoselulosa. 2014. Conversion of lignocellulosic
Biomass to Nanocellulose: structure and
DAFTAR PUSTAKA chemical Process. Review Article,
Sciencetific World Journal: 27.
1. Warinussy,A. 2018. Pengaruh
10. Julianto, H., Farid, M., Rasyida, A.
Perendaman Nilon Termoplastik dalam
2017. Ekstraksi Nanoselulosa dengan
Berbagai Konsentrasi Ekstrak Bunga
Metode Hidrolisis Asam sebagai
Cengkeh Terhadap Modulus Elastisitas
Penguat Komposit Absorpsi Suara.
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6 (1): 179-
Jurnal Teknik ITS, 6(2):242-245.
185.
11. Ashraf, M.A., Peng, W., Zare, Y., Rhee,
2. Juwita. 2018. Perbedaan Kekuatan
K.Y. 2018. Effect of Size and
Impak pada Bahan Resin Akrilik Self
Aggregation/Agglomeration of
Cured Dengan Penambahan Zirconium
Nanoparticles on The
Dioxide Nanopartikel. Denta, 12(1): 51-
Interfacial/Interphase Properties and
59.
Tensile Strength of Polymer
3. Putranti,D.T. 2015. Pengaruh
Nanocomposites. Nanoscale Research
Perendaman Basis Gigi Tiruan Resin
Letters, 13:214.
Akrilik Polimerisasi Panas Dalam
12. Gad, M.M., Abualsaud, R., Al-Thobity,
Minuman Tuak Aren terhadap
A.M., Baba, N.Z., Al-harbi, F.A. 2020.
Kekasaran Permukaan dan Kekuatan
7 Author Name | Article Title

Influence of Addition of Different


Nanoparticle on Surface Properties Of
Poly(Methylmethacrylate) Denture Base
Material. Journal of Prosthodontics,
2(1): 422-428.
13. Li, C., Li, Q., Ni, X., Liu, G., Cheng,
W., Han, G. 2017. Coaxial
Electrospinning and Characterization of
Core-Shell Structured Cellulose
Nanocrystal Reinforced PMMA/PAN
Composite Fibers. Materials, 572(10):1-
16.
14. Buzaea, C., Blandino, I.I.P., Robbie, K.
2007. Nanomaterials and Nanoparticle:
Source and Toxicity. Biointerphases,
2(4): 20.
15. Dhartono, A., Kurniasari, R.Y., Salisa
Z. 2015. Synthesis of Alumina
Stabilized Zirconia-White Carbon Black
Nanocomposite for Direct Resin
Bonded Prosthesis Application.
BIMKGI, 3(1):19-30.
16. Deng, F., Li, M.C., Ge, X., Zhang, Y.,
Cho, U.R. 2015. Cellulose
Nanocrystals/Poly(Methyl Methacylate)
Nanocomposites Films: Effect of
Preparation Method and Loading on
The Optical, Thermal, Mechanical, and
Gas Barrier Properties. Polymer
Composites, 2(1): 1-10.
17. Al-Harbi, F.A., Halim, M.S.A., Gad,
M.M., Fouda, S.M., Baba, N.Z.,
Alrumaih, H.S., Akhtar, S. 2018. Effect
of Nanodiamond Addition on Flexural
Strength, Impact Strength, and Surface
Roughness of PMMA Denture Base.
Journal of Prosthodontics, 2(1): 417-
425.

Anda mungkin juga menyukai