Anda di halaman 1dari 11

Resume penelitian tentang pengaruh alkali pada serat alam

Serat dalam penelitian ini berfungsi untuk penguat dan berfunsi untuk meningkatkan kekuatan tarik
dan kekakuan

Kriteria pemilihan serat yang cocok digunakan sebagai penguat

1. Elongation
2. thermal stability
3. adhesion of the fiber and matrix
4. dynamic behavior
5. long-term behavior
6. price and processing cost

B. Maryanti dkk, (1993) telah meneliti pengaruh alkalisasi dangan NAOH pada komposit serat
kelapa polyester terhadap kekuatan tarik. dimana nilai tertinggi didapatkan pada konsentrasi
NAOH 5% dengan menghasilkan nilai kekuatan tarik optimum sebesar 97,356 N/mm2 sedangkan
tanpa alkalisasi menghasilkan komposit dengan kekuatan tarik sebesar 90,114 N/mm2

Fariasi yang dilakukan adalah beberapa jenis serat alam seperti serat kelapa, serat pelepah
pisang, serat sekam padi untuk diaplikasikan sebagai bahan penguat komposit agar dapat
dijadikan bahan alternative pengganti serat kaca dalam komposit dashboard. Nilai kekuatan tarik
dan struktur pada patahan dijadikan sebagai pembanding nilai kekuatan yang akan diperoleh

Modifikasi permukaan dilakukan untuk meningkatkan kompatibilitas antara serat alam dengan
matriks. Alkalisasi pada serat alam adalah metode yang telah digunakan untuk menghasilkan
serat dengan kualitas tinggi. Dengan berkurangnya hemiselulosa, lignin atau pektin, wetability
serat oleh matriks akan semakin baik, sehingga kekuatan antarmuka pun akan meningkat.
Bentuk masing – masing serat alam setelah melalui proses alkalisasi ditunjukkan pada gambar 1.

Proses perlakuan alkalisasi NAOH. Proses alkalisasi serat: 1. Serat direndam selama 2 jam dalam
larutan NaOH 5 % 2. Pencucian serat dengan aquades 3. Pengeringan serat pada temperature
600C selama 8 Jam

Pada dasarnya semakin tingginya daya ikat serat tersebut terhadap resin maka kekuatan tarik
akan semakin meningkat

Besarnya nilai tersebut dipengaruhi oleh pertambahan panjang sebanding dengan besar gaya
tarik. Dengan kata lain, semakin besar gaya tarik, semakin besar pertambahan panjang pegas.
Perbandingan besar gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang pegas bernilai konstan.
karenanya dikenal sebagai hukum Hooke

Nilai modulus elastisitas tertinggi didapat dari komposit dengan serat sekam padi sebesar 3,4 x
103 kg/cm2 hal itu desebabkan karena komposit serat sekam padi memiliki perbandingan
tegangan dan regangan paling rendah dibanding komposit lain, dikarenakandimensi serat padi
yang lebih pendek disbanding serat lainya. Dari data-data diatas besarnya nilai tegangan sangat
ditentukan oleh kekuatan struktur masing-masing serat. Nilai regangan dan tegangan yang
konstan dikenal dengan hukum hooke. Besarnya modulus elastisitas tergantung dari besar
perbandingan tegangan dan regangan.
Resume pengaruh alkali

PENGARUH ALKALISASI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA KOMPOSIT EPOXY
BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS, Denny Dwi Yan

Hasil dari penelitian

Kuat tarik

Persentase Waktu (jam) Hasil (Mpa)


Tanpa perlakuan - 38,98
3% 2 jam 48,71
4 jam 46,64
6 jam 42,49
5% 2 jam 53,68
4 jam 50,75
6 jam 44,21
7% 2 jam 47,77
4 jam 44,55
6 jam 38,79

Pada penelitian ini akan memanfaatkan daun nanas sebagai penguat dari komposit polimer dengan
diberikan perlakuan khusus berupa alkalisasi dengan NaOH sebelum dijadikan penguat reinforce.
proses alkalisasi dengan konsentrasi terbaik terdapat pada 5% konsenttasi NaOH dan wakt
perendaman 2 jam. Variabel ini menunjukkan hasil bahwa perlakuan tersebut memberikan pengaruh
terhadap bentuk geometri yang kasar dan juga kekuatatan impak terbesar 149.75 kj/mm, hasil ini
memiliki nilai yang debih besar jika dibandingkan dengan serat yang tanpa melalui proses alkalisasi.

perlakuan alkalisasi pada serat alam maka dapat mempengaruhi struktur dan kandungan dalam
serat.

semakin lama waktu perendaman serat maka akan menimbulkan pengaruh berupa lunturnya zat
lignin yang menutupi permukaan serat dan juga membuang pengotor mikro seperti jamur yang
tertempel pada bagian serat yang mengakibatkan serat kurang memiliki kekuatan maksimum ketika
di uji mekanik.

maka dapat mengoptimalkan massa serat saat akan penguat komposit. Hal ini terjadi karena pada
saat setelah proses alkalisasi serat akan mengalami penurunan massa sehingga ketika akan dilakukan
penghitungan massa penguat komposit maka serat yang dibutuhkan akan lebih banyak dan
diharapkan kekuatan komposit akan lebih tinggi.

Menurut Witono. kris, (2007) dalam penelitiannya yang membahas mengenai serat alam yang
diberikan proses alkalisasi NaOH menunjukkan bahwa perlakuan alkalisasi NaOH yang diberikan
pada serat alam memberikan pengaruh terhadap bentuk geometri serat. Serat alam yang diberikan
perlakuan alkalisasi dengan berbagai variabel setelah diamati secara mikro menunjukkan bahwa
bentuk geometrinya menjadi berserabut kasar dan kekuatan mekaniknya meningkat. Sehingga
dengan perubahan tersebut diharapkan apabila serat yang dijadikan reinforcement pada komposit
dapat memberikan kekuatan mekanik yang lebih baik.
Penelitian witono (2013), menunjukan kekuatan tarik tertinggi serat mendong yang telah mengalami
perlakuan alkali didapat pada kadar NaOH 5% dan lama perendaman 2 jam, sebesar 497,34 MPa.
Morfologi serat mendong yang mengalami perlakuan alkali (NaOH) terlihat lebih kasar daripada
serat mendong yang belum mengalami perlakuan alkali (NaOH) dan semakin tinggi kadar NaOH,
maka semakin kasar serat mendong tersebut. Demikian pula yang terjadi pada komposit serat daun
nanas yang diberi perlakuan alkalisasi (NaOH) dengan peningkatan kekuatan optimum oleh variasi
alkalisasi 5% selama 2 jam.

Perlakuan alkali bertujuan untuk membersihkan serat dari lapisan lignin yang membungkus serat
atau kotoran menempel pada serat sehingga ikatan antara matrik dan serat lebih kuat. Jika terlalu
lama atau konsentrasi larutan terlalu tinggi akan merusak sel-sel serat utamanya sehingga serat
menjadi rapuh, keropos dan kekuatannya akan berkurang (Rahman, 2011).
PENGARUH ALKALISASI TERHADAP KOMPATIBILITAS SERAT SABUT KELAPA ( Cocos Nucifera )
DENGAN MATRIKS POLYESTER

Kekuatan tarik serat meningkat setelah diberi perlakuan alkalisasi selama 2 jam dengan konsentrasi
NaOH 5% (Nugraha, 2015). Tetapi peningkatan konsumsi NaOH justru akan semakin menurunkan
kekuatan tarik serat rami (Nugraha, 2015 dan Marsyahyo, 2006).

Alkaline treatment atau mercerization adalah perlakuan kimia yang paling sering digunakan untuk
serat alami. Tujuan dari alkalisasi yang paling penting disini adalah mengacaukan ikatan hydrogen di
stuktur serat, sehingga menambah kekasaran serat tersebut.

Suatu serat dengan diameter d pada suatu matrik dan dalam kondisi tertarik lepas seperti
ditunjukkan pada gambar. Kekuatan geser interfacial sangat tergantung pada mutu ikatan antara
serat/matrik.

Gaya tarik longitudinal pada serat akan menghasilkan geser pada daerah interfase serat/matrik dan
ketika serat tertarik lepas dari matrik maka terjadi tegangan geser interfacial antara serat-matrik.
Kekuatan geser interfacial (τi) kemudian ditentukan dari gaya yang menyebabkan debonding (P),
diameter serat (d), dan panjang serat tertanam (le), dengan persamaan (4). (Nugraha, 2015),
sedangkan kompatibiitas adalah tingkat kesesuaian antara serat dengan matriks untuk dibuat
menjadi sebuah komposit.

Regangan (strain) e adalah besar deformasi per satuan panjang. Regangan yang digunakan untuk
kurva tegangan regangan rekayasa adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara
pembagian antara pertambahan panjang (ΔL) dengan panjang mula-mula

Metodelogi

Serat dipisahkan terlebih dahulu dari buahnya, kemudian serat direndam kedalam larutan alkali dan
sebagian tanpa perendaman. Pengujian tarik serat tunggal dan uji pull-out dilakukan pada semua
spesimen dan hasilnya diamati dengan mikroskop metalografi. hasil pengujian dianalisis kemudian
ditarik kesimpulan.

Hasil

NaOH Beban (F) Luas Serat Tegangan Tarik


0 3,86 0,15 34,44
2 6,64 0,1 72,09
5 8,23 0,9 94,07
8 5,41 0,1 63,14

Dari hasil pengujian tarik serat sabut kelapa dengan perlakuan alkali menunjukkan bahwa efek
perlakuan alkali selama 2 jam dapat meningkatkan sifat mekanis kekuatan tarik dengan 5% NaOH,
hal ini disebabkan belum adanya penambahan diameter yang signifikan pada serat sabut kelapa.
Namun pada %NaOH lebih dari 5% serat mulai terdegradasi dan akhirnya rapuh. Sesuai dengan
prinsip dasar bahwa kekuatan tarik berbanding terbalik dengan luas penampang, sehingga semakin
besar luas penampang akan semakin menurunkan kekuatan tarik.

Meningkatnya konsentrasi NaOH dapat menurunkan kekuatan tarik serat tunggal sabut sabut
kelapa. Penurunan kekuatan tarik dipengaruhi oleh proses opening yang berlebihan dan terurainya
serat tunggal akibat pelarutan lignin sebagai pengikat antar serat. Model patahan serat tunggal
sabut kelapa akan memberikan informasi keunikan perilaku serat akibat beban tarik. Sifat ulet dan
getas dapat diamati langsung dari bentuk patahan ujung serat. Semakin tinggi konsentrasi NaOH
bentuk patahan serat cenderung getas. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil kekuatan tarik serat yakni cacat alami pada masa pertumbuhan serat dan akibat
jamur atau bakteri sehingga serat memiliki karakteristik permukaan dan mekanis yang relatif
bervariasi.

Tingginya tegangan interfacial pada Gambar 9 diakibatkan oleh semakin kasarnya permukaan serat
akibat perlakuan alkali, sehingga terjadi ikatan yang semakin kuat antara matrik dengan serat. Pada
hasil foto mikro terlihat sisa-sisa resin polyester melekat pada permukaan serat sabut kelapa
sehingga wettability serat baik. Kekuatan geser interfacial menurun pada konsentrasi 8% NaOH yaitu
sebesar 1,7 Mpa, penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan rekat antara serat dan
matriks akibat berkurangnya kadar lignin pada permukaan serat sehingga mengurangi kekuatan
ikatan antar muka.

Konsentrasi kadar NaOH saat perlakuan alkali memiliki efek yang cukup besar terhadap
kompatibilitas serat. Terlalu tinggi kadar NaOH saat perendaman menyebabkan proses opening yang
berlebihan dan terurainya serat tunggal akibat pelarutan lignin sebagai pengikat antar serat
(Marsyahyo dkk). Larutan alkali dengan konsentrasi diatas 8% menyebabkan degradasi fisik serat
seperti pada Gambar 17 hasil uji pull-out menunjukkan serat tercabut dengan mudah dari matriks
ditandai dengan permukaan ujung serat yang bersih, tidak ada matrik yg ikut tercabut oleh serat dan
permukaan ujung serat tidak mengkilap. Proses terbukanya pori-pori serat (opening) tidak merata
pada permukaan serat mengakibatkan serat tidak mampu menampung penetrasi media resin yang
diyakini mampu menaikkan tegangan geser interfacial.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Perlakuan perendaman alkali dengan konsentrasi
NaOH 5% selama 2 jam meningkatkan kekuatan tarik serat tunggal yakni sebesar 94,07 MPa.
Kenaikan kekuatan tarik ini disebabkan meningkatnya wettability antara serat dan matriks akibat
surface roughness yang baik pada permukaan serat sehingga terjadi interfacial bonding yang baik.
Terlalu tinggi konsentrasi larutan NaOH menurunkan kekuatan tarik serat akibat degradasi kimia
yang menyebabkan serat mudah terurai. Meningkatnya tegangan geser interfacial dipengaruhi oleh
%NaOH. Tegangan geser interfacial tertinggi pada serat dengan perlakuan 5% NaOH selama 2 jam
yakni 3,57 MPa dan terendah pada serat tanpa perlakuan sebesar 1,41 MPa
Pengaruh Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi dan Kekuatan Tarik Serat Mendong

Peningkatan kekuatan tarik serat mendong setelah mengalami perlakuan alkali (NaOH) terjadi
karena adanya peningkatan kekakuan serat. Kekakuan serat meningkat karena peningkatan
kandungan selulosa dan berkurangnya kandungan unsur lain seperti hemiselulosa, lignin, dll. Hal
tersebut terlihat dari perubahan komposisi kimia serat hasil pengujian di laboratorium, yang
disajikan pada Tabel 1.

Kekuatan tarik optimum terjadi setelah perlakuan perendaman dengan alkali selama 2 jam.
Kekuatan serat kenaf meningkat dengan perendaman sampai konsentrasi 6% selama 3 jam dan
peningkatan konsentrasi lebih dari 6% menyebabkan kekuatan serat menjadi menurun. Peningkatan
kekuatan ini disebabkan oleh terjadinya hidrolisis dari komponen amorf dalam serat sehingga
persentase selulosa meningkat (Tabel 1). Hilangnya komponen hemiselulosa akibat oleh perlakuan
alkali maka fibril tertata ulang menjadi lebih kompak [9], menghasilkan rantai seluler yang lebih baik
[10]. Penataan ini menyebabkan diameter serat menjadi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil
pembandingan diameter serat sebelum dan sesudah perlakuan perendaman dengan alkali pada
Tabel 2 yang menunjukkan serat mengalami pengurangan diameter.

Peningkatan konsentrasi alkali dan lama perendaman yang berlebih menyebabkan kekuatan serat
mendong menjadi menurun karena terjadi proses delignifikasi dan penetrasi pada rantai selulosa
yang berlebihan sehingga menyebabkan kelemahan atau kerusakan pada serat [1]

Pengamatan morfologi permukaan serat menunjukkan morfologi serat mendong yang mengalami
perlakuan alkali (NaOH) terlihat lebih kasar daripada serat mendong yang belum mengalami
perlakuan alkali (NaOH) dan semakin tinggi kadar NaOH, maka semakin kasar serat mendong
tersebut. Kekasaran permukaan serat mendong terjadi akibat berkurangnya beberapa unsur
penyusun serat seperti hemiseulosa, lignin, dll.

Kekuatan tarik optimum terjadi setelah perlakuan perendaman dengan alkali selama 2 jam.
Kekuatan serat kenaf meningkat dengan perendaman sampai konsentrasi 6% selama 3 jam dan
peningkatan konsentrasi lebih dari 6% menyebabkan kekuatan serat menjadi menurun. Peningkatan
kekuatan ini disebabkan oleh terjadinya hidrolisis dari komponen amorf dalam serat sehingga
persentase selulosa meningkat (Tabel 1). Hilangnya komponen hemiselulosa akibat oleh perlakuan
alkali maka fibril tertata ulang menjadi lebih kompak [9], menghasilkan rantai seluler yang lebih baik
[10]. Penataan ini menyebabkan diameter serat menjadi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil
pembandingan diameter serat sebelum dan sesudah perlakuan perendaman dengan alkali pada
Tabel 2 yang menunjukkan serat mengalami pengurangan diameter.

Peningkatan konsentrasi alkali dan lama perendaman yang berlebih menyebabkan kekuatan serat
mendong menjadi menurun karena terjadi proses delignifikasi dan penetrasi pada rantai selulosa
yang berlebihan sehingga menyebabkan kelemahan atau kerusakan pada serat [1]

Pengamatan morfologi permukaan serat menunjukkan morfologi serat mendong yang mengalami
perlakuan alkali (NaOH) terlihat lebih kasar daripada serat mendong yang belum mengalami
perlakuan alkali (NaOH) dan semakin tinggi kadar NaOH, maka semakin kasar serat mendong
tersebut. Kekasaran permukaan serat mendong terjadi akibat berkurangnya beberapa unsur
penyusun serat seperti hemiseulosa, lignin, dll.

Hasil analisis varian terhadap kekuatan tarik serat menunjukkan bahwa variasi konsentrasi alkali,
variasi lama perendaman, dan interaksi kedua variasi tersebut berpengaruh terhadap kekuatan tarik
serat mendong dengan tingkat signifikasi 5%.
Bentuk patahan serat juga membuktikan bahwa pelarutan alkali (NaOH) dengan waktu lebih dari 2
jam akan menjadi tidak efektif. Bentuk patahan serat tanpa perlakuan yang pada awalnya berbentuk
patahan ulet kemudian berubah menjadi patahan getas pada saat direndam selama 2 jam, akan
tetapi setelah melewati waktu perendaman 4 jam dan 6 jam kembali menjadi patahan ulet. Pada
saat perendaman selama 2 jam, hanya terjadi pelarutan unsur-unsur selain unsur selulosa, seperti
hemiselulosa, lignin, pektin, dan lain-lain. Hal tersebut akan meningkatkan kekakuan serat.
Sedangkan pada perendaman 4 dan 6 jam, unsur selulosa mulai ikut terlarut, sehingga kekakuan
serat akan menurun.

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa variasi konsentrasi, variasi perendaman,
dan interaksi keduanya pada perlakuan alkali (NaOH) serat mendong memiliki pengaruh terhadap
kekuatan tarik serat mendong. Kekuatan tarik serat mendong yang telah mengalami perlakuan alkali
cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya, kemudian cenderung menurun setelah
melampaui kadar NaOH dan lama perendaman tertentu. Kekuatan tarik tertinggi serat mendong
yang telah mengalami perlakuan alkali didapat pada kadar NaOH 5% v/v dan lama perendaman 2
jam, sebesar 497,34 MPa. Morfologi serat mendong yang mengalami perlakuan alkali (NaOH)
terlihat lebih kasar daripada serat mendong yang belum mengalami perlakuan alkali (NaOH) dan
semakin tinggi kadar NaOH, maka semakin kasar serat mendong tersebut.
PENGARUH PRESENTASE ALKALISASI NaOH TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL KOMPOSIT
SERAT DAUN NANAS POLYESTER DENGAN METODE VACUUM INFUSION

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan pengaruh presentase alkalisasi NaOH serat
daun nanas terhadap kekuatan tarik material komposit serat daun nanas polyester dengan metode
vacuum infusion yang diharapkan bisa menjadi bahan alternatif dikemudian hari. Dengan perlakuan
NaOH ini diharapkan material komposit dapat menghasilkan sifat-sifat baru yang memiliki
keunggulan dari material penyusunnya untuk menghasilkan material yang baru dan juga untuk
mengetahui kekuatan tarik dari komposit serta bentuk patahan setelah dilakukan pengujian tarik.

Proes selanjutnya serat direndam dalam larutan NaOH. Serat daun nanas selanjutnya diambil dan
dibersihkan lalu dibiarkan kering angin, selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengujian tarik

Perawatan alkali adalah proses kimia yang banyak digunakan untuk menghilangkan komponen
hemiselulosa dan lignin dari alam [10].Proses perlakuan alkali dilakukan dengan cara merendam
serat daun nanas didalam wadah yang telah diisi larutan alkali (NaOH) dengan variasi konsentrasi 3%
; 6% ; dan 9% dan lama perendaman masing-masing konsentrasi selama 2 jam seperti pada gambar
2. Setelah 2 jam, serat diangkat untuk dibilas dengan larutan aquades , lalu dikering-anginkan dan
didiamkan pada suhu ruangan sampai diberi tindakan selanjutnya.

Pada hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi presentase resin atau matriks maka
kekuatan tarik mengalami kenaikan. Peningkatan kekuatan tarik komposit dipengaruhi oleh daya ikat
antara serat dan matriks yang sempurna serta orientasi serat yang baik. Serat yang mempunyai
orientasi serat searah jauh lebih baik daripada komposit orientasi serat acak karena ketika komposit
diberikan gaya tarik maka matriks akan dapat menahan gaya tersebut dan diteruskan oleh serat
sebelum akhirnya komposit tersebut akan putus atau patah[

Dari gambar 6 terlihat bahwa kekuatan tarik semakin meningkat hingga prosentase NaOH sebesar
6%. Namun akan menurun setelah prosentase semakin ditambah. Tegangan tarik ini dipengaruhi
oleh besarnya prosentase alkalisasi NaOH, yang mana pada prosentase 6% besarnya tegangan tarik
masih lebih besar dibandingkan pada perlakuan alkali 3%, 9%, bahkan yang tanpa perlakuan
alkalisasi. Peningkatan kekuatan tarik serat setelah mengalami perlakuan alkali (NaOH) terjadi
karena adanya peningkatan kekakuan serat. Kekakuan serat meningkat karena peningkatan
kandungan selulosa dan berkurangnya kandungan unsur lain seperti hemiselulosa, lignin, dll.[12]

Pada perlakuan yang tanpa alkalisasi, maka ikatan yang terjadi tidaklah kuat, karena pada serat
terdapat lapisan lilin atau lignin. Hal ini yang menyebabkan terjadinya tegangan geser di permukaan
serat yang disebut pullout. Pullout adalah ikatan matrik dan serat tidak kuat, sehingga
mengakibatkan serat terlepas dari matrik[13]. Hal ini menyebabkan besarnya tegangan dan
regangan juga menjadi rendah.

Pada perlakuan alkalisasi NaOH 9%, hemiselulosa, lignin, dan pektin justru semakin hilang yang
menyebabkan tegangan tarik justru semakin menurun. Hal ini menyebabkan kumpulan microfibril
sebagai penyusun serat yang disatukan oleh lignin dan pektin akan terpisah[14]

Berdasarkan gambar 7 diatas, trend grafik regangan meningkat seiring peningkatan prosentase
NaOH. Namun, peningkatan regangan tersebut hanya sampai pada prosentase 6%, kemudian turun
pada prosentase NaOH 9% penambahan prosentase NaOH. Regangan meningkat akibat dari reaksi
perbandingan komposit kepada beban tarik yang diterima menyebabkan komposit mengalami
tegangan dan terjadi regangan sebagai pergeseran internal ditingkat pada atom partikel yang
menyusun komposit maka dari itu komposit mengalami pertambahan panjang.

Hal ini sesuai dengan besarnya kekuatan tarik yang terjadi dimana justru kekuatan tarik yang
terbesar terjadi pada prosentase alkalisasi NaOH sebesar 6%. Dari seluruh bentuk patahan yang
terjadi tidak ada yang mengalami pull out, hal ini disebabkan dengan penggunaan metode vacuum
infusion ikatan antara maktriks dan serat dapat terbentuk dengan baik. Sehingga tidak ada serat
yang terlepas dari matriks.

Anda mungkin juga menyukai