Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SINTESIS ANORGANIK
SINTESIS CARBON NANOTUBES (CNT)

Disusun oleh:
Mia Audina 24030114120003

Helena Krey 24030114120004

Abu Khasan 24030114120006

Nita Anggraeni 24030114120028

Maria Imakulata S. S 24030114140109

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang Nanoteknologi berkembang begitu pesat di


dunia.Nanoteknologi merupakan teknologi rekayasa material dalam skala nanometer
(nm) atau 10-9 m atau sepersemilyar meter.Nanoteknologi merupakan bidang penelitian
yang sangat diminati untuk dikaji secara lebih mendalam.Hal ini disebabkan oleh
aplikasi nanoteknologi yang mampu merambah ke berbagai aspek, seperti bidang
elektronika, material, biologi, kimia, kedokteran, militer dan lain-lainnya telah membuat
nanoteknologi semakin popular dan menjadi trend teknologi saat ini. Suatu material yang
berukuran nanometer akan memiliki sifat atau karakteristik yang spesial dan dinilai lebih
efektif dalam penggunaannya di berbagai bidang. Salah satu nanomaterial yang dapat
diaplikasikan diberbagai bidang adalah carbon nanotubes (CNT).
Sejak ditemukan oleh Iijima, CNT mulai menarik perhatian para peneliti untuk
mengembangkannya karena mempunyai sifat mekanik.Magnetik dan elektronik yang
unik. Karena keunikan sifat tersebut menjadikan CNT mempunyai keunggulan dan
potensi yang besar untuk diaplikasikan di berbagai bidang diantaranya: divais
nanoelektronik, penyimpan hydrogen, superkapasitor, dan lain-lain.
Beberapa metode yang sudah ada untuk mensintesis CNT diantaranya adalah
electric discharge, laser ablation, chemical vapor deposition (CVD) dan spray pyrolysis.
Pembuatan CNT dengan menggunakan metode electric discharge dan laser ablation
menghasilkan kualitas yang baik dan kemurnian yang tinggi namun memerlukan biaya
yang besar dalam proses produksinya. Metode CVD dapat menghasilkan CNT dengan
kualitas yang baik dan biaya produksi yang murah.Prinsipnya adalah dekomposisi termal
senyawa hidrokarbon dengan bantuan katalis partikel metal.Spray pyrolysis merupakan
metode pembuatan CNT yang sederhana namun dapat menghasilkan CNT dengan
kualitas yang baik, menggunakan benzene dan ferrocene yang kemudian diinjeksikan ke
dalam tungku pemanas.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat-sifat CNT


2. Bagaimana langkah kerja sintesis CNT dengan menggunakan metode Spray
Pyrolysis?
3. Bagaimana cara mengkarakterisasi CNT?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui sifat-sifat dan manfaat CNT serta cara mensintesis CNT dengan
metode spray pyrolysis dan juga mengetahui metode yang digunakan untuk
mengkarakterisasi CNT.
BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 Carbon Nanotube (CNT)

Carbon Nanotube (CNT) adalah sebuah bentuk kristal baru dari gugus karbon yang
tersusun dari beberapa atom karbon berbentuk pipa dengan diameter nanometer.

Sifat CNT adalah memiliki nilai modulus Young dan kekuatan meregang yang
tinggi. Sifat mekanik ini menyebabkan CNT merupakan material yang sangat keras dan
kuat tetapi mudah dibengkokkan. CNT dapat dibengkokkan sampai 1.200 dan
dikembalikan ke bentuk semula tanpa kerusakan sedikitpun. CNT dapat digunakan
sebagai penghantar listrik.

Berdasarkan jumlah dindingnya, CNT secara umum dapat dikelompokkan menjadi


dua macam, yaitu CNT berdinding tunggal (single-walled CNT atau SWNT) dan CNT
berdinding banyak (multi-walled CNT atau MWNT). Sifat-sifat CNT yang luar biasa
itu kemudian dapat diturunkan secara spesifik dengan menganalisis lembaran penyusun
dinding tersebut, yaitu graphene (grafit berbentuk lembaran) yang digulung
menjadi silinder.Ada banyak cara untuk menggulung lembaran graphene menjadi
sebuah CNT, persis seperti ketika kita ingin menggulung selembar kertas. Arah dari
penggulungan lembaran tersebut akan menentukan arah ikatan heksagonal pada CNT,
yang kemudian sangat menentukan sifat listrik CNT dengan geometri tersebut. Untuk
mengkarakterisasi sebuah CNT dengan geometri tertentu, diberikan parameter bilangan
bulat (n, m), yang disebut dengan vektor chiral. Panjang dari vektor chiral ini akan
menjadi keliling CNT, yaitu bagian panah vektor harus bertemu dengan bagian ekornya
ketika diputar menjadi lingkaran.

Silinder yang dibentuk dikarakterisasi berdasarkan diameter dan sudut kiralnya


(chiral angle), atau oleh nilai indeks (n,m) (Gambar 3). Struktur CNT bernilai indeks
(n,0) disebut struktur zigzag. Jika nilai indeksnya (n,n), strukturnya disebut
struktur armchair. Struktur- struktur lainnya disebut struktur intermediate
(antara zigzag dan armchair).
II. 2 Sifat-Sifat CNT
1. Reaktivitas kimia
Reaktivitas kimia karbon nanotube akan meningkat sebanding dengan hasil
kenaikan arah kurvatur permukaan karbon nanotube. Oleh karena itu, reaktifitas
kimia pada bagian dinding karbon nanotube akan sangat berbeda dengan bagian
ujungnya. Diameter karbon nanotube yang lebih kecil akan meningkatkan
reaktivitas.
2. Sifat listrik dan konduktivitas elektrik
Karbon nanotube dengan diameter yang lebih kecil dapat menjadi semi konduktor
atau menjadi metalik tergantung pada vektor khiral. Perbedaan konduktifitas ini
disebabkan oleh struktur molekul.
Berdasarkan teori zat padat, para fisikawan berhasil memperoleh fakta bahwa CNT
memiliki kelakuan listrik yang ganda, yaitu sebagai logam atau semikonduktor.
Jika (nm)/3 merupakan bilangan bulat, maka CNT bersifat logam, sedangkan jika
(nm)/3 bukan bilangan bulat, maka CNT bersifat semikonduktor. Menarik sekali
karena ternyata kemampuan hantaran listrik CNT, apakah sebagai logam atau
semikonduktor, hanya bergantung pada geometrinya.
Keunikan sifat listrik CNT pada dasarnya merupakan turunan sifat dari struktur
elektronik yang tidak biasa dari graphene dengan ikatan karbon
sp2. Graphene memiliki keadaan yang mampu menghantarkan listrik dengan
tingkat energi yang ada di perbatasan struktur elektronik. Keadaan ini biasa
disebut zero bandgap semiconductor atau semimetal karena bersifat logam
(konduktor) pada arah tertentu dan semikonduktor pada arah lainnya.

Gambar : Geometri CNT


3. Kekuatan mekanik
Karbon nanotube mempunyai modulus Young yang sangat besar pada arah
aksialnya. Nanotube menjadi sangat fleksibel karena ukurannya yang panjang.
Karbon nanotube sangat potensial untuk aplikasi material komposit sesuai dengan
kebutuhan.

II. 3 Manfaat CNT

Carbon Nano Tube memiliki beberapa sifat unggul, yang dapat dimanfaat kan ,
adapun Sifat unggul yang dimiliki CNT adalah pada sifat listriknya karena bisa bersifat
logam maupun semikonduktor. Selain itu, dimensi yang kecil karena ukuran nanometer,
area permukaan yang luas, kekuatan mekanik yang sangat tinggi, massa jenis yang
rendah sehingga sangat fleksibel, membuat CNT menjadi material cerdas masa depan
yang sangat banyak potensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang teknologi, seperti
nanoprobes, sensor, elektroda pada baterai litium, peralatan elektronik (field-effect
transistor dan superkapasitor), penyimpanan hidrogen, katalis dan elektroda fuel-cell,
material komposit superkuat, lapisan tipis, hingga kapsul untuk pengiriman obat-obatan
langsung ke sel.

Berikut adalah beberapa manfaat dari Carbon Nano Tube :

1. CNT dengan doping nitrogen untuk sel bahan bakar yang murah ,CNT yang
didoping dengan nitrogen memiliki potensi untuk menggantikan katalis platina yang
mahal yang biasa digunakan untuk mereduksi oksigen didalam sel bahan bakar.
Penemuan ini dapat menurunkan harga dari sel bahan bakar, yang merupakan
teknologi menjanjikan namun memiliki masalah dalam pengaplikasiannya terutama
dalam skala besar seperti pada kendaraan bermotor karena harga katalis yang mahal
disamping segi ketahanannya. Nanotube yang didoping terbuat dari karbon berwarna
kuning yang didoping dengan nitrogen warna biru yang mampu menggantikan
katalis platina dalam fuel cells. Sebuah tim dipimpin oleh Liming Dai dari the
University of Dayton menemukan bahwa sekumpulan karbon nanotube yg tersusun
vertikal, yang sebagian atom karbon digantikan dengan nitrogen dapat mereduksi
oksigen dalam larutan alkali lebih baik dibandingkan katalis platina yang telah lama
dipakai dalam teknologi sel bahan bakar sejak 1960an. Lebih dari itu, nanotube tidak
terpengaruh oleh racun katalis berupa karbon monoksida yang terbukti
mendeaktivasi katalis platina.
Gambar: Nanotube yang didoping terbuat dari karbon berwarna kuning yang didoping
dengan nitrogen warna biru yang mampu menggantikan katalis platina dalam fuel
cells.

Penyebab utama dari aktifitas tinggi oleh nanotube berdoping nitrogen karena
kemampuan menerima elektron dari atom nitrogen yang akan menghasilkan muatan
positif pada atom karbon disebelahnya. Muatan ini menarik elektron dari anoda dan
mendorong reaksi reduksi oksigen.

2. Sebagai Baterai Kertas


Baterai kertas adalah baterai hasil rekayasa yang menggunakan kertas-lembaran tipis
selulosa (merupakan unsur utama dari kertas biasa) yang disisipi dengan blok CNT.
Nanotube bertindak sebagai elektroda sehingga memungkinkan perangkat
penyimpanan menghantarkan listrik. Baterai dapat berfungsi sebagai baterai lithium-
ion dan supercapacitor karena mampu memberikan output daya yang lebih stabil
dibandingkan dengan baterai konvensional, serta semburan energi yang lebih tinggi,
selain itu baterai konvensional secara umum berisi sejumlah komponen, berbeda
halnya dengan baterai kertas CNT yang mampu mengintegrasikan seluruh
komponen baterai dalam struktur tunggal hal ini membuatnya lebih hemat energi.

3. Memori Nonvolatile Berbasis CNT dengan Lapisan OksidaNitridaOksida sebagai


Charge Trap
CNT-field-effect transistor (CNTFET) dapat digunakan untuk membuat memori
nonvolatile dengan kerapatan sangat tinggi . CNT digunakan sebagai channel
berukuran nano, sedangkan lapisan SiO2Si3N4SiO2 (ONO) digunakan sebagai
node penyimpan muatan (charge node). Muatan disimpan pada lapisan ONO.
Muatan yang disimpan akan meningkatkan treshold voltage sebesar 60 mV (a
quantized increment of 60 mV). Hal ini menunjukkan bahwa ONO memilikitrap
dengan keadaan energi terkuasikuantisasi (quasiquantized energy state). Keadaan
ini berhubungan dengan medan listrik kuat terlokalisasi (localized high electric field)
pada CNTchannel.
II. 4 Sintesis Carbon Nanotube (CNT) dengan metode spray pyrolysis

Beberapa metode dapat digunakan untuk sintesis CNT, antara lain Chemical
Vapor Deposition (CVD), Laser Ablation , maupun Spray Pyrolysis. Pada metode yang
berbasis CVD, maka CNT biasanya ditumbuhkan dari bahan dasar berbentuk gas yang
mengandung karbon seperti CH4, C2H2 maupun FeCO5. Namun demikian bahan-bahan
tersebut bersifat toksik sehingga sangat berbahaya jika terjadi kebocoran gas. Selain itu
untuk metode CVD maupun laser ablation masih membutuhkan sistem pemvakuman,
sehingga membutuhkan biaya yang relatif mahal.

Berbeda dengan metode CVD maupun laser ablation, pada metode spray
pyrolysis dapat menggunakan bahan-bahan yang tidak bersifat toksik seperti benzen
(C6H6) yang berfungsi sebagai sumber karbon dan dibantu katalis ferrocene ((C5H5)2Fe)
yang merupakan kelompok dari metallocenes ((C5H5)2 M). Beberapa keuntungan
menggunakan proses spray pyrolysis adalah tidak perlunya substrat katalis maupun gas
hidrogen sebagai pembawa (carrier), suhu pirolisis yang relatif rendah, tidak perlu
pemvakuman sehingga merupakanmetode yang sederhana untuk diterapkan.

Meskipun metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode CVD


maupun laser ablation, namun demikian diprediksi dapat digunakan untuk
memproduksi material CNT dalam skala yang besar dalam bentuk serbuk. Material
CNT dalam bentuk serbuk dapat dijadikan sebagai material komposit yang mempunyai
sifat lebih ringan, konduktivitas listrik yang tinggi maupun modulus elastisitas sampai
orde TPa dibandingkan material lainnya (seperti, aluminium, tembaga, emas, maupun
silikon karbida). Dengan sifat-sifat yang dimiliki tersebut, maka material CNT ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Alat :

Sistem spray pyrolysis

Sistem refluks yang digunakan untuk proses pemurnian CNT

Bahan :

Ferrocene

Benzene

Larutan HNO3
Sistem spray pyrolysis dan refluks

Sistem reaktor spray pyrolysis

Benzene dipilih sebagai sumber karbon karena memiliki struktur hexagonal


sehingga memungkinkan nanotube karbon mudah terbentuk. Sedangkan ferrocene
dipilih sebagai katalis karena bersifat mudah larut dalam senyawa hidrokarbon.

Awal sintesis dilakukan dengan menaikkan suhu pemanas (furnace) sambil


mengalirkan gas argon ke dalam tabung quartz yang telah dimasukkan ke dalam
furnace.

Setelah suhu yang diinginkan tercapai, proses selanjutnya adalah memasukkan


campuran dari ferrocene dan larutan benzen dalambentuk spray ke dalam tabung
quartz. Komposisi antara ferrocene dan benzen ini dibuat tetap dan selanjutnya
parameter suhu sintesis divarisasi dari mulai 700oC, 800oC, 900oCdan 1000oC. Proses
sintesis dilakukan selama 30 menit untuk masing-masing variasi suhu proses. Suhu
sangat menentukan proses pyrolysis dari senyawa benzen menjadi unsur-unsur karbon
penyusunnya. Semakin tinggi suhu yang digunakan, maka proses pyrolysis akan
berlangsung semakin cepat dan sempurna, sehingga karbon-karbon yang terbentuk akan
semakin banyak. Suhu sintesis yang rendah akan menghasilkan nanotubes yang lebih
pendek dan berukuran relatif lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan suhu
relatif tinggi. Selain itu suhu sintesis yang rendah tidak hanya menghasilkan nanotubes
yang pendek akan tetapi juga akan membengkokkan tabung yang dihasilkan.

Pemberian sedikit massa ferrocene menyebabkan tidak terbentuk nantube


karbon. Partikel katalis memiliki peranan penting dalam penumbuhan nanotube karbon.
Ukuran partikel katalis sangat berpengaruh pada diameter nanotube karbon yang
terbentuk dimana diameter nanotube karbon yang terbentuk semakin membesar seiring
dengan penambahan konsentrasi ferrocene.

Dalam pembentukan nanotube karbon, katalis memiliki peranan penting


diantaranya mengkatalisasi proses dehidogenasi molekul benzene sehingga
menghasilkan ikatan heksagonal yang terdiri dari atom C. Ferrocene dengan sifatnya
sebagai katalis diketahui dapat menambah jumlah nanotube karbon yang terbentuk.
Selain itu ferrocene larut dalam senyawa non polar sehingga menjadikan ferrocene
sebaga katalis utama dalam pembentukan nanotube karbon. Ferrocene akan
terdekomposisi menjadi nanopartikel Fe dimana akan berperan sebagai awal mula
membentuk struktur tubular pada nanotube karbon.

Dalam metode spray pyrolysis, nanotube karbon terbentuk dengan adanya


proses dekomposisi senyawa hidrokarbon sebagai sumber karbon dengan bantuan
logam transisi sebagai katalis. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang paling
sering digunakan sebagai sumber karbon dalam pembuatan nantotube karbon. Benzene
dengan struktur kimia berbentuk hexagonal menjadikan senyawa ini menjadi senyawa
yang sering digunakan dalam membuat nantotube karbon dibandingkan dengan
senyawa hidrokarbon lainnya. Kumpulan hexagon nantinya akan membentuk lembaran
grafit yang kemudian tergulung membentuk nanotube karbon.

Selama larutan benzene-ferrocene dipanaskan di dalam tungku, molekul-


molekul ferrocene dan benzene akan putus secara termal kemudian akan terjadi
beberapa reaksi diantaranya dehidrogenasi, kondensasi cincin benzene, dan
cyclopentadiene, pembukaan cincin benzene dancyclopentadiene, aglomerasi atom Fe
satu sama lain yang kemudian membentuk cluster yang ukurannya dapat bertambah
selama proses penumbuhan.

Ion Fe2+ akan terduksi menjadi logam Fe dimana akan mengkatalisasi proses
dehidrogenasi benzene. Molekul-molekul benzene yang terdehidrogenasi tersebut akan
berikatan dengan molekul benzene terdehidrogenasi lainnya membentuk lapisan grafit
di permukaan cluster yang kemudian cluster akan bergerak membentuk formasi silinder
dan berakhir di ujung silinder sampai diameter silinder yang terbentuk sama dengan
diameter cluster. Kondisi ini berlangsung pada fasa uap. Ketika temperatur diturunkan
terjadi perubahan fasa menjadi padat dalam bentuk nanotube karbon.

Mekanisme pembentukan CNT


Mengoptimasi proses pencucian atau pemurnian material CNT dengan
menggunakan larutan HNO3 dengan variasi konsentrasi. Tahap ini dilakukan dengan
memasukkan material CNT ke dalam HNO3 yang selanjutnya diaduk dengan tujuan
untuk memperbesar interaksi antara carbon nanotubes dengan HNO3. Kemudian
dilakukan pendiaman supaya carbon nanotubes mengendap di dasar tabung. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses penyaringan selanjutnya. Setelah
disaring, kemudian hasil penyaringan yang berupa residu carbon nanotubes dicuci
kembali dengan menggunakan aquadest dan dipanaskan. Pencucian kedua ini
dimaksudkan untuk memisahkan sisa HNO3 dari proses pencucian sebelumnya
sehingga akan didapatkan carbon nanotubes yang bebas dari pengotor.

Proses pemurnian dilakukan dengan menggunakan asam kuat (HNO3) bertujuan


untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang berada pada material carbon nanotubes,
di antaranya adalah logam Fe, sisa ferrocene dan sisa benzen yang tidak terpirolisis.
Pemurnian menggunakan asam merupakan metode yang cukup efektif dan efisien
untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang menempel pada carbon nanotubes.
Larutan HNO3 dipilih sebagai larutan pencuci karena sifatnya asam kuat, zat
pengoksidasi kuat yang mudah terionisasi menjadi H+ dan NO3-, mudah menguap dan
tidak melarutkan atau merusak struktur carbon nanotubes yang dimurnikan. Pemurnian
carbon nanotubes menggunakan metode asam dapat mengurangi Fe yang menempel
pada ujung permukaan carbon nanotube. Selain itu, pemurnian dengan asam juga
mampu mengurangi karbon-karbon yang tidak berbentuk nanotubes. Reaksi kimia yang
menunjukan proses oksidasi yang terjadi.

II. 5 Metode Karakterisasi CNT


Prediksi teoretik ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah eksperimen.
Metode pengukuran langsung yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

1. Scanning tunneling microscopy (STM)


Tujuan yang ingin dicapai oleh pengukuran dengan metode ini adalah untuk
mendapatkan gambaran struktur atom CNT dan menyelidiki struktur elektroniknya.
2. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Morfology dari CNT, dimensi, dan orientasinya dapat diungkapkan/diamati dengan
menggunakan Scaning Electron Microscopes resolusi tinggi. Lebih tepatnya
dengan menggunakan Environmental SEM (ESEM), yang tidak membutuhkan
preparasi sampel menggunakan conductive coating. Ionisasi parsial dari ruang gas
menyebabkan muatan pada permukaan sampel, yang berlawanan dengan jenis
muatan yang dikumpulkan oleh detektor gas sekunder melalui suatu efek air terjun.
Secara keseluruhan hasil yag didapatkan adalah suatu gambaran yang diperbesar
dari sampel dengan mengabaikan sifat alami sampel tersebut.
3. Transmission Electron Microscopy (TEM)
High Resolution Transmission Electron Microscopy ( HRTEM) adalah instrumen
yang paling baik untuk mengungkapkan/mengamati diameter, banyaknya dinding,
dan jarak antar dinding dari CNT berdinding tunggal (SWNT). Sebagai tambahan,
gaya difraksi elektron dari TEM dapat membantu identifikasi sifat alami penutup
bagian atas CNT, yang pada umumnya terdiri atas katalisator yang berupa logam .
Dalam Transmission Electron Microscopy, suatu spesimen yang berupa lapisan
tipis yang padat ( 200 nm tebal)) dibombardir dalam ruang vakum yang sangat
fokus, berkas cahaya monoenergetic dari elektron akan menjadi energi yang cukup
untuk energi yang cukup untuk menyebarkan secara terus menerus melewati
spesimen. Satu rangkaian lensa yang elektromagnetis kemudian memperbesar
sinyal elektron yag dipancarkan oleh spesimen tersebut. Elektron yang dipancarkan
inilah yang selanjutnya digunakan untuk mengamati pola difraksi spesimen..
Informasi ini digunakan untuk menentukan struktur atom dari material sampel.
Elektron yang dipancarkan membentuk gambaran yang merupakan bagian kecil
dari sampel yang berisi perbedaan, yang berkaitan dengan mekanisme penyebaran
elektron dan selanjutnya dihubungkan dengan interaksi antara elektron dan unsur
yang atomis dari sampel.

4. Raman Spectroscopi
Spektroskopi Raman sangat berhubungan erat dengan spektroskopi Infrared (IR),
yang menyimpan semua data pergerakan vibrasi, rentangan, dan pembengkokan
molekul. Tetapi, Raman bergerak sedikit berbeda dengan IR, sehingga menjadi
lebih baik di dalam pemakaiannya dari pada IR. Spektroskopi Raman diambil dari
nama Chandrasekhara Venkata Raman yang pertama kali menjelaskan mengenai
feeble fluorescence (yang kemudian dikenal dengan nama efek Raman) pada
tahun 1928 yang kemudian memenangkan nobel dalam bidang fisika pada tahun
1930. Efek Raman ini sangat lemah dan menjadi kenyataan setelah ditemukan
teknik laser 40 tahun kemudian. Cahaya sinar laser tidak sama dengan cahaya yang
datang dari matahari atau dari bola lampu, karena cahaya laser seluruhnya
mempunyai satu panjang gelombang. Oleh karena itu, jika cahaya mengenai objek,
seluruh cahaya akan di hamburkan balik oleh objek tersebut, dimana panjang
gelombang cahaya yang datang sama dengan yang dipancarkan balik. Tidak hanya
itu saja, gelombang cahayanya berjajar rapih dengan arah yang sama (polarisasi),
seperti lasagna. Dengan demikian laser dapat meletakkan banyak foton pada spot
yang kecil. Ada banyak foton yang menumbuk sampel, satu dalam sejuta,
meningkatkan sinyal sehingga menjadi cukup kuat untuk dideteksi. Karena seluruh
foton mempunyai panjang gelombang yang sama, maka semua akan berinteraksi
dengan cara yang sama pada molekul yang jenisnya sama, sehingga memperkuat
efek yang terjadi. Sistem modular Raman yang biasa digunakan adalah HoloLab
532 (Kaiser Optical System Inc.). Sinar eksitasi yang digunakan berasal harmonik
ke-dua dari Laser YAG berkekuatan 35 mW pada panjang gelombang 532 nm.
Sistem modular Raman menyerap kembali cahaya pendaran balik. Cahaya eksitasi
dan pendaran (scattering) ditransmisikan balik melalui kabel optik yang sama.
Sistem modular Raman terdiri dari (1) notch filter yang efektif memotong cahaya
scattering Raleigh, (2) transmission holographic grating, (3) charge coupled device
(CCD) detector yang mencakup Raman shift dari 100 ke 4,400 cm-1. Resolusi dari
Holo Lab 532 adalah 5 cm-1.

Gambar: Skema sel spektroskopi Raman bertemperatur tinggi.


Gambar : Foto sel Raman bertemperatur tinggi.
Probe head dari sistem modular Raman diletakkan persis tetapi tidak
bersinggungan dengan bagian lengan penghubung ke sel, sehingga jika sel
dipanaskan lengan tersebut hanya menjadi hangat. Probe tersebut sangat rentan
terhadap panas, sehingga kontak langsung dengan sel Raman atau dengan lengan
harus dihindari. Cahaya eksitasi pada panjang gelombang 532 nm diemisikan
paralel dengan berkas melalui probe head dengan diameter 5 mm dan difokuskan
ke bagian tengah dari sel sampel melalui lensa kuarsa. Untuk mendapatkan sinyal
yang terbaik, pengumpulan hamburan cahaya dilakukan sebesar mungkin dengan
mengatur fokus yang paling baik. Selain dapat digunakan untuk mempelajari
struktur molekul serta sifat dinamikanya Raman Spectroscopy juga dikembangkan
untuk dapat mempelajari reaksi beberapa senyawa organik dan inorganik di dalam
air. Tetapi, spektrofotometri Raman sangat membutuhkan sistim optik yang
mempunyai presisi atau keakuratan yang tinggi, sebab pendaran cahaya dari
Raman yang sangat lemah dikarenakan besarnya kontribusi cahaya fluoresens.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. CNT dapat disintesis dengan metode spray pyrolysis dengan bahan benzene sebagai
hidrokarbon pembentuk CNT dan ferrocene sebagai katalis pada sistem reaktor spray
pyrolysis.
2. Pemurnian hasil CNT dapat dilakukan dengan larutan HNO3 pada sistem refluks.
3. CNT dapat dikarakterisasi dengan metode STM, SEM, TEM, dan Raman
Spektroskopi.
DAFTAR PUSTAKA

Subagio, A, dkk. 2007. Optimasi Sintesis Carbon Nanotubes yang Fifabrikasi dengan
Menggunakan Metode Spray Pyrolysis. Jurnal Sains Materi Indonesia (215-220)

https://andrycalongurukimia.files.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai