Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas Jebakan Mineral, suatu
pembahasan mengenai mineral dan proses terbentuknya endapan mineral.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahamanmengenai cara
mengetahui potensi mineral yang terkandung pada suatu bantuan endapan dan
sebagainya serta untuk dapat mendapatkanya diperlukan cara, yaitu menggunaka
jebakan mineral tersebut, setiap mineral cara penjebakanya pun berbeda-beda,
sehingga akan dibahas dalam makalah ini.
Dengan dibuatnya makalah ini kita mengharapkan, agar masyarakat pada
umumnya lebih memahami bagaimanan endapan mineral terbentuk. Sehingga
dapat dilihat potensi mineral pada suatu permukaan bumi.



Malang, 17 Desember 2011
Penulis,
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari kebumian.Hal ini termasuk ilmu
yang mempelajari semua jenis batuan dan pembentukannya baik secara fisika dan
kimia, serta menafsirkan hubungannya dan distribusi dalam ruang dan
waktu.Pengembangan pengetahuan geologi memainkan peran penting sebagai
medium untuk mengembangkan dan mengakses sumber daya alam seperti
mineral, energi dan air.
Pada saat ini, penerapan pengetahuan di bidang teknik geologi, lingkungan,
dan mitigasi bencana alam berkembang pesat. Oleh karena itu, diperlukan dasar
kuat tentang pengetahuan geologi sehingga dapat dengan mudah beradaptasi
dengan era globalisasi masa depan. Untuk tujuan itu perlu adanya pengetahuan
lebih mendalam tentang pengetahuan geologi. Dalam makalah ini, topik yang
akan dibahas adalah tentang jebakan mineral. Jebakan mineral adalah endapan
bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral
(batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi
kepentingan umat manusia).Kajian ini sangat menarik karena jebakan mineral
dapat digunakan untuk mengetahui potensi mineral yang tersingkap dalam lapisan
batuan dan lainnya. Banyak hal yang akan dibahas pada makalah ini, terkait
proses terbentuknya endapan mineral, jenis-jenisnya dan lain sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah
Makalah ini terfokus pada tiga permasalahan:
1.2.1. Apakah yang dimaksud jebakan mineral?
1.2.2. Bagaimana proses pembentukan endapan mineral?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian jebakan mineral,
bagaimana proses pembentukan endapan mineral, bagaimana proses terbentuknya
jebakan logam dan non logam.





1.4. Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca, sebagai tambahan
pengetahuan tentang jebakan mineral. Sehingga pembaca bisa lebih memahami
tentang jebakan mineral, baik dari proses pembentukannya maupun jenis-jenisnya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jebakan
Jebakan atau perangkap merupakan alat atau taktik yang ditujukan untuk
mendeteksi, mengancam, atau menangkap pengacau, baik manusia, hewan, hama,
atau dalam permainan. Jebakan dapat berupa benda fisik,
seperti sangkar atau jerat, maupun konsep metafora (Bates,1980).

2.2 Mineral
Mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik,
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan
atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur Kristal
(Evans,1980).
Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung
darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di
bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang
terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi
kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral
terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia,
dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan
dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang
teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik (Peters,1987).

2.3 Endapan Mineral
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen
(Guilbert, 1986).
Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi
oleh faktor endogen disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan
endapan mineral yang dipengaruhi faktor eksogen seperti proses
weathering, inorganic sedimentasion, danorganic sedimentation disebut dengan
endapan sekunder, membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment,
evaporasi/presipitasi, mineral-energi (minyak&gas bumi dan batubara dan
gambut) (Wills,1989).
























BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan/zat anorganik padat yang homogen,
terbentuk di alam dan mempunyai susunan kimia dan sistem kristal tertentu.
Beberapa contoh mineral dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Contoh Beberapa Mineral

Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral, misalnya :
SiO
2
(opal, karena amorf),
C (batubara, karena merupakan bahan organik),
H
2
O (air, karena bukan benda padat).
Mineral dapat merupakan bahan berharga/bahan tambang seperti :
Cu
5
FeS
4
(bornit, merupakan bijih tembaga),
CuFeS
4
(kalkopirit, merupakan bijih tembaga),
Fe
2
O
3
(hematit, merupakan bijih besi),
Fe
3
O
4
(magnetit, merupakan bijih besi), dll.
Atau dapat merupakan gangue (pengotor) bahan tambang (dibuang), misalnya :
SiO
2
(kuarsa, pada tambang timah),
FeS
2
(pirit, pada tambang tembaga, emas),
Na-Ca Si
3
O
8
(felspar, pada tambang timah primer), dll.



3.2. Pengaruh Struktur Geologi
3.2.1. Terhadap kekuatan/kestabilan batuan
Adanya struktur sangat mempengaruhi kekuatan batuan, karena bidang-
bidang struktur tersebut jelas mengganggu kontinuitas kekuatan batuan, baik
dalam skala besar maupun kecil. Misalnya : batuan beku yang utuh kuat sekali
dan karena itu stabil tetapi apabila ada kekar atau sesar kekuatannya akan
berkurang.
3.2.2. Terhadap mineralisasi
Struktur (terutama sesar dan sistem kekar), yang terbentuk sebelum
mineralisasi sangat penting artinya karena merupakan saluran dan tempat
berkumpulnya mineral berharga, terutama dalam pembentukan endapan
hidrothermal (Gambar 2.1). Contoh : endapan-endapan hidrothermal Au, Cu, Pb,
Zn, dll.
3.3. Proses Pembentukan Endapan Mineral
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen
menurut teori Mead L. Jensen dan Alan M. Bateman (1981). Endapan mineral
yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut
dengan endapan mineral primer. Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari
luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi
hasil bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3
sumber, yaitu: Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin. Air yaitu bisa berupa
aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan sebagainya.
Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
3.3.1. Kristalisasi dan segregrasi magma
Kristalisasi magma merupakan proses utama dari pembentukan batuan
vulkanik dan plutonik. Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-
ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada
saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini
akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang
teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Pada proses ini yang merupakan kebalikan
dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan
melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan
kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang
menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan. Kecepatan
pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi,
terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan
lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga
akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang
cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
dirinya, sehingga akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan
berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion untuk membentuk
kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak
beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass). Pada saat
magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian
tetrahedra- tetrahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan
ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap
inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah.
Mineral yang menyusun magma tidak terbntuk pada waktu yang bersamaan atau
pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang
lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung
kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari
magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses
kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi.
N.L.Bowen merupakan seorang ahli yang pertama kali melakukan penyelidikan
terhadap proses kristalisasi magma pada awal abad ke 20 ini. Hasil penyelidikan
Bowen di laboratorium menunjukkan bahwa mineral tertentu akan mengkristal
pertama kali. Dengan penurunan temperatur, mineral lain akan mulai mengkristal.
Sejalan dengan proses pengkristalan dari magma, komposisi dari magma yang
tersisa selalu mengalami perubahan juga. Sebagai contoh, pada saat magma telah
mengalami pembekuan kira-kira 50 %, magma yang tersisa akan mengalami
penurunan kandungan unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, karena unsur-
unsur ini dijumpai pada mineral-mineral yang terbentuk pertama kali. Tetapi pasa
saat yang bersamaan, komposisi magma lebih diperkaya oleh kandungan unsur-
unsur yang banyak terkandung dalam mineral-mineral yang terbentuk kemudian,
seperti unsur-unsru sodium dan potasium. Demikian juga kandungan silikon
dalam larutan magma semakin bertambah pada proses kristalisasi berikutnya.
Bowen juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang telah mengkristal dan
masih terdapat dalam lingkungan magma yang masih cair, akan bereaksi dengan
sisa cairan magma dan menghasilkan mineral berikutnya. Oleh sebab itu susunan
atau urutan proses kristalisasi mineral dikenal dengan nama Bowens reaction
series. Pada bagian kiri dari susunan ini olivin yang merupakan mineral pertama
yang terbentuk, akan bereaksi dengan cairan magma dan membentuk piroksin.
Reaksi ini akan terus berlangsung sampai mineral yang terakhir dalam seri ini
yaitu biotit, terbentuk. Susunan sebelah kiri ini disebut sebagai discontinuous
reaction series, karena tiap mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal
yang berbeda. Olivin disusun oleh tetrahera tungal, dan mineral lain pada seri ini
disusun oleh rangkaian rantai tunggal, rantai ganda dan struktur lembaran. Pada
umumnya reaksi yang terjadi tidak sempurna, sehingga mineral-mineral yang
bervariasi ini akan hadir pada saat yang bersamaan. Pada susunan bagian kanan
reaksi berlangsung terus menerus. Mineral yang pertama kali terbentuk adalah
mineral feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar) bereaksi dengan ion-ion
sodium (Na) yang semakin meningkat persentasenya di dalam magma.
Kadangkala kecepatan pendinginan berlangsung sangat cepat sehingga
menghambat perubahan yang sempurna dari kalsium feldspar menjadi sodium
feldspar. Bila hal ini terjadi zoning pada mineral feldspar, dimana kalsium
feldspar di bagian intinya dikelilingi oleh sodium feldspar. Pada proses
kristalisasi, setelah magma mengalami pembekuan, sisa magma akan membentuk
mineral kuarsa, muskovit dan potas feldspar (ortoklas). Meskipun mineral-mineral
yang terakhir disebutkan terdapat dalam urutan Bowens reaction series, tetapi
bagian ini tidak benar-benar merupakan reaction series. Pada suatu tingkat proses
kristalisasi magma, bagian yang telah mengkristal lebih dulu (padat) akan selalu
memisahkan diri dari bagian yang cair. Hal semacam ini dapat terjadi, karena
mineral-mineral yang mengkristal lebih dahulu akan lebih berat daripada bagian
magma yang masih cair, sehingga mineral-mineral tersebut akan turun ke bawah
dan terkonsentrasi pada dapur magma. Proses pengendapan ini terjadi secara
bertahap mulai dari mineral-mineral gelap seperti olivin. Proses segregasi mineral
oleh pemisahan dan diferensiasi kristalisasi disebut fractional crystallization
(kristalisasi fraksional). Pada tiap tingkatan dari proses kristalisasi, cairan magma
terpisah dari bagian magma yang telah padat. Akibatnya kristalisasi fraksional
akan menghasilkan batuan beku dengan rentang komposisi yang cukup lebar.
3.3.2. Hydrothermal
Air panas yang naik akibat proses magmatik ataupun dari proses lainnya
seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan. Air panas
tersebut dapat melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya, kemudian
diendapkan di suatu tempat pada temperatur yang lebih rendah, sebagian besar
cebakan mineral berasal dari proses ini.Larutan hydrothermal ini dipercaya
sebagai salah satu fluida pembawa bijih utama yang kemudian terendapkan dalam
beberapa fase dan tipe endapan. Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang
bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan
logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari
proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal
dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
3.3.2.1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam
batuan.
3.3.2.2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan
hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-
3500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal
diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi
yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti
pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
3.3.3. Lateral secretio
Merupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada batuan
metamorf pengisian zona regangan atau fractures oleh silika yang migrasi dari
batuan sekitarnya, termasuk komponen-komponen sulfida dan sulfur dari batuan
samping. Mineral utama ; kuarsa, karbonat, serisit, pirit, arsenopirit, stibnite,
kalkopirit, sphalerit, sulphosalts, galena dan emas.Ada 2 kemungkinan proses :
3.3.3.1. Silika berasal dari larutan magma dan difusi pada batuan samping.
3.3.3.2. Silika berasal dari batuan membentuk vein.
3.3.4. Metamorphic Processes
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu Tekanan dan
Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang
menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan
diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress
misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan
sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat
proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Jenis-
jenis metamorfosa ada 2 :
3.3.4.1. Metamorfosa Lokal
a. Metamorfisme Kontak/thermal : Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke
batuan sekitarnya, mengakibatkan metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar
antara 1000 3000 atm dan temperatur 300 8000C. Pada metamorfisme kontak,
batuan sekitarnya berubah menjadi hornfels atau hornstone (batutanduk). Susunan
batu tanduk itu sama sekali tergantung pada batuan sediment asalnya
(batulempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan beku di sekitarnya. Pada
tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu
disamping faktor tekanan, sehingga struktur metamorfosa yang khas adalah non
foliasi, antara lain hornfels itu sendiri.
b. Metamorfisme dislokasi/dinamik/kataklastik : Batuan ini dijumpai pada daerah
yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan
akibat sesar memungkinkan akan menghasilkan breksi sesar dan batuan
metamorfik dinamik.
3.3.4.2. Metamorfosa Regional
a. Metamorfisme Regional Dinamotermal : Metamorfosa regional terjadi pada
daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan
bersama-sama.Tekanan yang terjadi di daerah tersebut berkisar sekitar 2000
13.000 bars ( 1 bar = 10 6 dyne/cm2), dan temperatur berkisar antara 200 8000
C.
b. Metamorfisme Beban : Metomorfisme regional yang terjadi jika batuan terbebani
oleh sedimen yang tebal di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting
daripada suhu. Metamorfisme ini umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun
perlipatan sebagaimana pada metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme
regional beban, tidak berkaitan dengan kegiatan orogenesa ataupun intrusi
magma. Temperatur pada metamorfisma beban lebih rendah daripada
metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400 450 oC. gerak-gerak penetrasi
yang menghasilkan skistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya
tidak hadir.
c. Metamorfisme Lantai Samudera : Batuan penyusunnya merupakan material baru
yang dimulai pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan
mineralogy dikenal juga metamorfisme hidrotermal . Dalam hal ini larutan panas
(gas) memanasi retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi
batuan sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan
unsur dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan
metasomatisme.
3.3.5. Volcanic exhalative (sedimentary exhalative)
Exhalations dari larutan hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi
bawah permukaan air laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang
berbentuk stratiform. Merupakan endapan mineral yang terjadi akibat aktifitas
gunung api baik dibawah laut, contohnya nodul mangan, barit, sulfida logam
dasar.
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Mechanical Accumulation
Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer (placer deposit).
Secara umum yang dimaksud dengan pengertian mineral berat adalah mineral-
mineral dengan berat jenis (BJ) lebih besar daripada BJ kuarsa (2,65 gr/cm3) atau
feldspar (2,54-2,76 gr/cm3), sedangkan pengertian secara teknis di laboratorium
adalah mineral-mineral dengan BJ lebih besar daripada BJ larutan bromoform
(2,85 gr/cm3). Endapan placer, merupakan endapan sekunder yaitu endapan
mineral yang sudah tertransport dari daerah asalnya, terutama oleh agen
geomorfologis seperti air yang mengalir di sungai. Jadi agar tercipta endapan
placer, harus ada sumber utamanya di bagian hulu sungai.
2. Sedimentary precipitates
Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah
larutan sebagai hasil dari reaksi kimia. Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika
konsentrasi ion yang larut telah mencapai batas kelarutan dan hasilnya adalah
membentuk garam. Beberapa mineral terbentuk pada cekungan pengendapan oleh
proses kimia atau biokimia ini. Material tersebut disebut material intrabasinal,
yang bisa berupa mineral silikat maupun nonsilikat. Batuan sedimen yang
terbentuk dihasilkan dari proses presipitasi/kristalisasi larutan di dalam cekungan
pengendapan. Proses ini mengahsilkan batuan sedimen nonsiliklastik. Contoh
mineralnya adalah mineral karbonat, rijang, min. mengandung besi, evaporit, dan
fosforit.
3. Residual processes
Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan
pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami
transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti endapan sedimen yang
lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi secara fisika dan kimia.
Pelapukan pada pembentukan endapan residu ini meliputi, menghancurkan
(Pelapukan Fisik, kimia, dan biologi), memeindahkan dan mengumpulkan,
mengubah material kurang berharga menjadi material berharga, melepaskan
mineral aksesoris yang resisten melalui proses desintegrasi mineral batuan
disekitarnya.
4. Secondary or supergene enrichment
Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan
mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Endapan yang terbentuk sebagai hasil proses
pelarutan kimia pada zona oksidasi pada tekanan dan temperatur normal ataupun
akibat pengayaan sekunder akibat pengendapan kembali pada zona air tanah,
contohnya pirit, bornit, galena, sphalerit, molibdenit.
3.4 Mineral Ekonomis
Adapun menurut M. Bateman maka proses pembentukan mineral dapat
dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang
bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral,
proses tersebut adalah sebagai berikut:
3.4.1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra
basa lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral
silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi > 600oC stadium likwido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral baik logam maupun non logam.Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan pada saat itu. Early
magmatis yang terbagi atas :
- Disseminated, contoh endapannya Intan
- Segregasi, contoh endapan chromit
- Injeksi, contoh magmatik Kiruna
3.4.2. Late magmatis
Proses ini terbagi atas :
- Residual liquid segregation, contohnya Magmatis Taberg
- Residual liquid injection ,contohnya magmatik Adirondack
- Immiscible liquid segregation, contohnya sulfida Insizwa
-Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.
3.4.3. Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini 600-450oC
berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya berupa granit.
3.4.4. Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun 550 450oC akumulasi gas mulai
membentuk mineral sampai pada temperatur 450oC volume unsur volatilnya
makin menurun karena membentuk jebakan pneumatolitis dan tinngal larutan sisa
magma yang makin encer. Unsur volatil akan bergerak menerobos batuan beku
yang telah ada dan batuan samping disekitarnya kemudian akan membentuk
mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut
dengan batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang
disebut endapan pneumatolitis.
3.4.5. Proses hydrothermal
Merupakan proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh
temperatut dan tekanan yang santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini
merupakan unsur volatil yang sangat encer yang terbentuk setelah tiga tahapan
sebelumnya. Secara garis besar endapan hidrotermal dapat dibagi atas:
3.4.5.1. Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
3.4.5.1.1. Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
3.4.5.1.2. Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan
kedalaman yang besar.
3.4.5.1.3. Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit
serta oksidasi besi.
3.4.5.1.4. Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan
Z.
3.4.5.2 Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
3.4.5.2.1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal.
3.4.5.2.2. Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi.
3.4.5.2.3. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa crustification dan banding.
3.4.5.2.4. Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
3.4.5.2.5. Proses pengayaan sering terjadi.
3.4.5.3. Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
3.4.5.3.1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
3.4.5.3.2. Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
3.4.5.3.3. Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
3.4.5.3.4. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.
3.4.5.3.5. Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.
3.4.5.4.6. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral ganguenya
berupa klasit dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai
endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling yaitu proses
mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan atau rongga rongga dalam
batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada
bukaanbukaan batuan. , yang berupa Fissure veins, Shear-zonedeposits,
Stockworks, Ladder veins, Saddle reefs, Tension crack fillings, Breccia fillings

3.4.6. Replacement, atau metasomatic replacement
Replacement, atau metasomatic replacement merupakan proses dalam
pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh
pembentukan mineral pada endapan Hypothermal dan Mesothermal dan sangat
penting dalam group Epithermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah di bentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol
oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan dominasi pada formasi unsur-unsur
endapan mineral lainnya.
Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting
berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak di mana
terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang
lain. Atau dapat diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang
tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan.
Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar
oleh larutan dan merupakan kontak terbuka terbagi atas :
1) Massive
2) Lode fissure, dan
3) Disseminated.
3.4.7. Sedimenter, terbagi atas endapan besi, mangan, phospate, nikel dll.
3.4.8. Evaporasi, terdiri atas evaporasi laut, danau, dan air tanah.
3.4.9. Konsentrasi Residu dan mekanik, terbagi atas ;
- Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dll
- Konsetrasi mekanik (endapan placers ), berupa : sungai, pantai, elivial,
dan eolian.

3.4.10. Supergen enrichment
3.5. Mineral Logam
Mineral logam adalah mineral yang terdiri dari satu jenis unsur logam
ataupun asosiasi unsur logam. bila kehadiran unsur logam relati besar dan terikat
secara kimiawi dengan unsur lain maka disebut mineral bijih/ore mineral. bijih
atau ore adalah material yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan mineral
lain yang dapat diambil logamnya dan bernilai ekonomis. bila hanya satu logam
yang dapat diambil dan bernilai ekonomis disebut singgle ore sedangkan bila
lebih dari satu logam yang dapat diambil dan bernilai ekonomis maka disebut
complex-ore.

3.6. Mineral Non-Logam
Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur
logamnya.mineral logam sering jadi pengotor dalam mineral logam dan umumnya
tidak bernilai ekonomis. bila mineral logam terdapat dalam jumlah yang banyak
dan hadir bersama-sama dengan mineral logam disebut mineral gangue. bila hadir
bersama-sama mineral non-logam disebut waste mineral. Yang termasuk
golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat,
cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan,
persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini
adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

3.7. Macam Macam Jebakan Mineral
3.7.1 Cebakan mineral alochton
Dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara
alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan
gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung
kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga
lamanya pelapukan dan mekanisma.Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para
ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.Jenis
cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada
umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil
dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi.
3.7.2 Jebakan Pasir Besi
Suatu Jebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi
utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe
lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit
[Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit
(FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai
tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monazit [Ce,La,Nd, Th(PO4,
SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan
lain-lain.Karena terbentuk pada zona pelapukan maka asosiasi mineral dalam
formasi tersebut juga dipengaruhi factor stabilitas geokimia dan ketahanan selama
transportasi dari mineral-mineral penyusunnya.
3.7.3 Jebakan mineral sulfida
Jebakan mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan logam, di
alam dapat menjadi sumber daya logam, yang dalam jumlah besar dapat
berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain menyusun tubuh bijih logam,
mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun endapan batubara.
Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun
sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai berupa pirit,
kalkopirit, spalerit dan galena.
Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan
industri metalurgi maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil
air asam yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi dan
terlarutkannya sulfida ke dalam sistem aliran air permukaan dan air tanah
menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan penambangan, dengan membongkar
endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat proses pembentukan
air asam.
Pembentukan air asam akibat kegiatan penambangan atau sering disebut
dengan air asam tambang perlu dicegah.Air asam tambang yang tidak dapat
terhindarkan terbentuk di wilayah tambang, harus dinetralkan agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.
Jebakan mineral sulfida dalam dimensi/ kadar besar sangat potensial untuk
dimanfaatkan bagi usaha pertambangan. Jebakan ekonomis yang terdiri dari bijih
sulfida dapat mempunyai sebaran secara lateral maupun vertikal beberapa puluh
meter sampai dengan ratusan meter, jumlah cadangan bijih beberapa puluh juta
ton sampai dengan ribuan juta ton. Pemanfaatan jebakan mineral sulfida dengan
mengekstrak bijih menjadi komponen bernilai ekonomi yang dapat terdiri dari
logam, bahan kimia serta bahan baku untuk industri lain
3.7.4 Jebakan Emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak
dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan ( placer ). Endapan emas dikatagorikan menjadi
dua yaitu :
* Endapan primer / Jebakan Primer; dan
* Endapan plaser / Jebakan Sekunder
Jebakan Primer merupakan jebakan yang terbentuk bersamaan dengan
proses pembentukan batuan. Salah satu tipe jebakan primer yang biasa dilakukan
pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein( urat ), yang umumnya
dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering /
coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Terhadap batuan yang ditemukan,
dilakukan proses peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan
sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder
umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah
dalam bentuk butiran halus.





BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jebakan mineral adalah endapan material mineral ataupun kumpulan mineral
yang mempunyai nilai ekonomis. Proses pembentukan endapan mineral dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu proses internal atau endogen dan
proses eksternal atau eksogen. Proses internal atau endogen pembentukan endapan
mineral yaitu meliputi: Kristalisasi dan segregrasi magma, hydrothermal, lateral
secretion, Metamorphic Processes , Volcanic exhalative (sedimentary exhalative).
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
Mechanical Accumulation, Sedimentary precipitates, Residual processes dan
Secondary or supergene enrichment.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan referensi untuk lebih memahami jebakan
mineral dan proses terbentuknya. Sehingga dapat diterapkan, khususnya dalam
proses penambangan mineral.


DAFTAR PUSTAKA

Bates, Roberts L.; and Jackson, Julia A; 1980. Glossary of geology, Second Edition,
American Geological Institute, Falls Church, Virginia.
Evans, Anthony M.; 1980. An Introduction to Ore Geology, Geoscience Texts Volume
2, Blackwell Scientific Publications, Oxford-London-Edinburgh-Boston-Palo
Alto-Melbourne.
Guilbert, John M.; and Park Jr., Charles F.; 1986. The geology of Ore Deposits,
University of Arizona, W.H.Freeman and Company/New York.
Peters, William C.; 1987. Exploration and Mining geology, Second Edition;
Department of Mining and Geological Engineering, The University of Arizona;
John Willey and Sons; New York.
Wills, B.A.; 1989. Mineral Processing Tchnology An Introduction to The Practical
Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery, Fourth Edition; Maxwell
Macmillan International Editions, Pergamon Press; Oxford-New York-Beijing-
Frankfurt.

Anda mungkin juga menyukai