Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH

“HYPOPARATIROID”
Dosen Pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd.

Disusun oleh :
Febriana Indah Sari
Jessyca Dumanauw
Kevin Yogi Bhaskara
Nelvia Ivanka
Nur Laelly Azizah
Riska Hidayati
Susi Indrieni
Tiara Rizki Fitriani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
tidak luput dari kesalahan. Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, Saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd. selaku dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah
 Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan D-III Keperawatan Kelas Balikpapan.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Balikpapan, 7 Oktober 2018

Kelompok 5

DAFTAR ISI

Page 1
Contents

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB I.....................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Tujuan............................................................................................................................5

C. Sistematika Penulisan....................................................................................................5

BAB II....................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI...............................................................................................................6

A. ANATOMI FISIOLOGI...............................................................................................6

B. KONSEP DASAR.........................................................................................................7

1. Definisi.................................................................................................................7

2. Etiologi.................................................................................................................8

3. Patofisiologi.........................................................................................................8

4. Patoflowdiagram................................................................................................10

5. Manifestasi Klinis..............................................................................................11

6. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................12

7. Komplikasi.........................................................................................................12

8. Penatalaksanaan Medis......................................................................................12

Page 2
C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN........................................................................13

a. Pengkajian.............................................................................................................13

b. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................14

c. Intevensi Keperawatan..........................................................................................16

d. Evaluasi..................................................................................................................19

BAB III.................................................................................................................................21

PENUTUP............................................................................................................................21

A. KESIMPULAN...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................22

Page 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada


kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid
mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang
disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan
hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik belum
diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia paratiroid,
adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang meningkat
menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh
usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium
sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100
kasus dalam Setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti
Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang
lebih 1000 kasus dalam setahun.
Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih
besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000
orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang
lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui
terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2
banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa
terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari
2 penyebab tersering hiperkalsemia, penyebab yang lain adalah keganasan.
Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade
ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai
1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.

Page 4
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa
yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam
tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan
komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid
ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit,
sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Review Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar (Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Patoflowdiagram, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostic, Komplikasi,
Penatalaksanaan Medis)
3. Untuk Mengetahui Contoh Dari Pengkajian
4. Untuk Mengetahui Contoh Dari Diagnosa Keperawatan
5. Untuk Mengetahui Contoh Dari Perencanaan
6. Untuk Mengetahui Contoh Dari Konsep Evaluasi

C. Sistematika Penulisan

1.Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang,rumusan masalah, tujuan


penulisan dan sistematika penulisan
2.Bab II : Pembahasan terdiri dari Review Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin,
Konsep Dasar ( Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Patoflowdiagram, Manifestasi
Klinis, Pemeriksaan Diagnostic, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis ), Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan dan Konsep Evaluasi.
3.Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan

Page 5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak
tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan
dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya
dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter,
dan tebalnya 2 millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama
terutama mengandung sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi
yang mencolok plus retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis
dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun
lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam
sitoplasmanya.
Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah
sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia
muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel
ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi
sejumlah hormon Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH),
senyawa yang tersusun atas 84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar
paratiroid berfungsi membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan
phosphorus dalam tubuh. PTH juga berfungi mengatur tingkat kalsium dalam
darah, melepaskan kalsium dari tulang, penyerapan kalsium dalam usus, dan
ekskresi kalsium dalam urin.
Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor
membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan
sekresi dari PTH, dan ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah,

Page 6
kelenjar paratiroid akan meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk
mengatur kembali kalsium dalam darah agar tetap normal.
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus
ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus
keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus
ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar
paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar
tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid
kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid.
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone,
PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium
dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat
sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan
absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan
melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran
utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus.
(R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)

B. KONSEP DASAR

1. Definisi
Hipoparatiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan
fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroid adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan
syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi
phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)

Page 7
Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai
gejala utama (Haznam).
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat
mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon
paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).

2. Etiologi

Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara


pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara
lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi
pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi.
2. Hipomagnesemia.
3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif.
4. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme).

Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.

Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin


berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar
paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-
kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal. Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini
berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh
membuat terlalu banyak PTH.

3. Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan
fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum
meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).

Page 8
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama
adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar
paratiroid.Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua
berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah
yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal
ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme
tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat
dua bentuk : (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital
aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

Page 9
4. Patoflowdiagram

HIPOPARATYROID

DEFISIENSI PTH
5.
↑ Eksresi Ca oleh ↓ Absorbsi Ca ↓ Absorbsi Ca dalam
↑ Reabsorbsi Fosfat
Ginjal dalam Tulang Usus

↓ Kadar Fosfat
Hipokalemia
Dalam Darah

B1 : Breath B2 : Blood B3 : Brain B4 : Bladder B5 : Bowel B6 : Bone

Jantung Kekurangan Kadar Ca ↓ Ekskresi Ca Oleh Kalsium Dalam


Kadar Ca ↓ Kadar Ca ↓
Kalsium Fosfat↑ Ginjal ↑ Tubuh ↓

Potential Mebrane Potensial Membran Eksistasi Impuls Potential Membran Potensial Membran
Ca Banyak Terbuang
Terganggu Tergangu Syaraf ↑ Terganggu terganggu

Resiko
Potential Aksi Mudah Potemsial Aksi Kejang & Kehilangan Ketidakseimbangan Potential Aksi Potensial Aksi
Terjadi Mudah Terjadi Kesadaran Elektrolit (SDKI Mudah Terganggu Mudah Terganggu
D0037)

Impuls Syaraf ke Otot


Impuls Saraf ke Otot Kejang dengan Impuls Saraf ke Otot Impuls Saraf ke Otot
Saluran Pernafasan
Jantung Meningkat Penurunan Kesadaran ↑ Rangka ↑

Kontraksi
Bronkospasme & Resiko Cedera (SDKI Kontraksi Tetanik
OtotJantung Disfagia
Spasme Laring D0136) Otot
Meningkat

Intake Nutrisi
Sesak Nafas Aritmia Jantung Kejang Tetani
Kurang

Bersihan Jalan Nafas


Penurunan Curah
Tidak Efektif (SDKI Defisit Nutrisi (SDKI
Jantung
D0001) D0019)

Tubuh Mudah Capek


& Lemah

Intoleransi Aktifitas
Keram Otot & Kesemutan
(SDKI D0056)

Page 10
5. Manifestasi Klinis

Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh
kalsium serum yang rendah. Keluhan penderita ± 70 % adalah tetani.

 Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.
 Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal, dispagia,
potophobia, cardiac disritmia.

Gejala lain:

 Gangguan emosional: cemas, mudah marah, depresi .


 Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit kering
dan permukaan kasar, kuku tipis.
   Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram pada
ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki.
Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup bronkospasme,
spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan
dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta
kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan
delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi. (Brunner &
Suddath, 2001).
 Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore; rambut kering dan
kusam; kerontokan rambut spontan; kuku jari tangan rapuh; dan memiliki garis
tonjolan (krista) atau terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis eksfoliatif,
infeksi kandida, katarak dan email gigi yang lemah sehingga gigi mudah
berubah warna, pecah dan keropos (efek hipokalsemia)

Page 11
6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.


2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang
normal/bertambah.
3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi,
fosfatase alkali normal atau rendah.
4. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar
dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.

7. Komplikasi

 Hipokalsemia : keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum

kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya


kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun
dari kelenjar-kelenjar tersebut
 Insufisiensi ginjal kronik : Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor

serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah
meninggi

8. Penatalaksanaan Medis

1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian
intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau
dalam infus. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-
200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan
medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor.
Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud

Page 12
untuk menghambat absorbsi fosfor di usus. Di samping itu diberikan pula
ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan
dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.

C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1.     Anamnesis
 Keluhan utama : Biasanya klien merasa ada kelainan bentuk tulang ,
pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dan klien
merasa lemas / lemah .
 Riwayatkesehatan :

1.     Riwayat penyakit saat ini


Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar
mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .
2.     Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien
apakah ada riwayat penyinaran pada leher .
3.     Riwayat penyakit keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan Hipoparatiroid.
2.     Pemeriksaan fisik
a.      B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid
biasanya terdengar suara stridor, suara serak.
b.     B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
c.     B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki.
Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvostek’s dan trousseau’s positif

Page 13
papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan
dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
d.     B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e.      B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f.      B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku
buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada
kelainan bentuk tulang
3.     Pemeriksaan penunjang
a.        Laboratorium
-     Kalsium serum rendah.
-     Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
-     Fosfatase alkali normal atau rendah.
b.        Diagnostik
-     Foto Rontgen
-     Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak.
-     Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid.
-     Density dari tulang bisa bertambah.
-     EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

b. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme laring ditandai


dengan obstruksi nafas .
 Definisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
 Penyebab
Fisiologis
1) Spasme jalan napas
Situasional
1. Merokok aktif

Page 14
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
 Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : tidak ada
2) Objektif :
a) obstruksi di jalan napas)
b) mengi, wheezing dan ronkhi kering
 Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) dispnea
2) Objektif :
a) Gelisah
b) Bunyi napas menurun
c) Pola napas berubah
d) Sianosis

2. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang


diakibatkan oleh hipokalsemia.
 Definisi Resiko Cedera
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
sesorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
 Faktor Resiko
1) Internal
a) Disfungsi biokimia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung


ditandai dengan kelemahan fisik .
 Definisi intoleransi aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari – hari
 Gejala dan tanda mayor
1) Subyektif : mengeluh lelah

Page 15
2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
 Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) dispnea saat/setelah aktivitas
c) merasa lemah
2) Objektif :
a) tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) sianosis

c. Intevensi Keperawatan

No Dx. Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Intervensi Rasional

Bersihan jalan Dalam waktu 1x24 a.  Siapkan peralatan a.Supaya memudahkan
penghisap dan jalan karena serangan bisa
1 nafas jam setelah
nafas oral di dekat secara tiba-tiba.
berhubungan diberikan tempat tidur sepanjang b.Untuk memudahkan
waktu. dalam tindakan apabila
dengan spasme intervensi, pola
b.  Siapkan tali terjadi sumbatan jalan
laring ditandai nafas klien kembali tracheostomi, oksigen, nafas.
dan peralatan resusitasi c.Untuk mengetahui suara
dengan obstruksi efektif.
manual siap pakai dan keadaan jalan nafas.
nafa Kreteria hasil : sepanjang waktu. d.Adanya stridor suatu
Edema laring: tanda adanya oedema
a.  Frekuensi, irama,
c.  Kaji upaya laring.
dan kedalaman
pernafasan dan kualitas e.Kolaborasi dengan
pernafasan normal.
suara setiap 2 jam. dokter untuk
b.  Auskultasi paru
d.  Auskultasi untuk mempertahankan jalan
menunjukan bunyi
mendengarkan stridor nafas tetap terbuka karena
yang bersih.
laring setiap 4 jam. perawat terbatas akan hak
e.  Laporkan gejala dini dan wewenang.
pada dokter dan f.Agar perawat bisa siap-
kolaborasi untuk siap untuk melakukan
mempertahankan jalan suatu tindakan.
nafas tetap terbuka. g.Untuk mencegah
f.   Intruksikan pasien penekanan jalan
agar menginformasikan nafas/mempertahankan
pada perawat atau jalan nafas untuk tetap

Page 16
dokter saat pertama terbuka.
terjadi tanda kekakuan h.Bila terjadi kejang
pada tenggorok atau otomatis O2 ke otak
sesak nafas. menurun sehingga bisa
g.  Baringkan pasien berakibat fatal ke seluruh
untuk mengoptimalkan jaringan tubuh termasuk
bersihan jalan nafas, pernafasan.
pertahankan kepala i.  Kolaborasi dengan
dalam posisi kepala dokter dalam hal tindakan
dalam posisi alamiah, wewenang dokter
garis tengah. (pengobatan dan
Kejang: tindakan).
h.  Bila terjadi kejang: j.  Untuk mencegah
pertahankan jalan terjadinya serangan
nafas, penghisapan berulang.
orofaring sesuai
indikasi, berikan O2
sesuai pesanan, pantau
tensi, nadi, pernafasan
dan tanda-tanda
neurologis, periksa
setelah terjadi kejang,
catat frekwensi, waktu,
tingkat kesadaran,
bagian tubuh yang
terlibat dan lamanya
aktivitas kejang.
i.   Siapkan untuk
berkolaborasi dengan
dokter dalam mengatasi
status efileptikus
misalnya: intubasi,
pengobatan.
j.   Lanjutkan perawatan
untuk kejang.

Resiko cidera Agar klien tidak a.   Pantau tanda-tanda a.  Untuk mengetahui
vital dan reflek tiap 2 kelainan sedini mungkin.
2 berhubungan mengalami cedera.
jam sampai 4 jam. b.  Untuk mengetahui
dengan resiko Kreteria hasil : b.   Pantau fungsi abnormalitas dari
jantung secara terus gambaran EKG.
kejang atau Reflek normal,
menerus/gambaran c.  Untuk mencegah
tetani yang tanda vital stabil, EKG. terjadinya injuri/jatuh.
c.   Bila pasien dalam d.  Untuk menghindari
diakibatkan oleh makan diet dan
tirah baring berikan cedera yang terjadi akibat

Page 17
hipokalsemia. minum obat seperti bantalan pagar tempat benda yang terdapat di
tidur dan pertahakan lingkungan sekitar klien
yang dianjurkan,
tempat tidur dalam dan mencegah kerusakan
kadar kalsium posisi rendah. lebih berat akibat kejang.
d.   Bila aktivitas kejang e.  Antisifasi terhadap
serum normal.
terjadi ketika pasien hipokalsemia dengan cara
bangun dari tempat penanganan medis.
tidur, bantu pasien f.   Pemberian kalsium
untuk berjalan, yang terlalu cepat akan
singkirkan benda- mengakibatkan
benda yang tromboflebitis hipotensi.
membahayaka, bantu g.  Untuk membantu
pasien dalam memenuhi kekurangan
menangani kejang dan kalsium dalam tubuh.
reorientasikan bila h.  Untuk mengontrol
perlu. kadar kalsium serum.
e.   Kolaborasi dengan
dokter dalam
menangani gejala dini
dengan memberikan
dan memantau
efektifitas cairan
parenteral dan kalsium.
f.    Pemberian kalsium
dengan hati-hati.
g.   Berikan suplemen
vitamin D dan kalsium
sesuai program.
h.   Kaji ulang
pemeriksaan kadar
kalsium.

Intoleransi Dalam perawatan a.Kaji pola aktivitas Untuk membandingkan


yang lalu. aktivitas sebelum sakit dan
3 aktivitas 2x24 jam
b.Kaji terhadap yang akan diharapkan
berhubungan diharapkan klien perubahan dalam gejala setelah perawatan.
muskuloskeletal setiap b.Untuk memantau
dengan dapat memenuhi
8 jam. keberhasilan perawatan.
penurunan curah kebutuhan aktivitas. c.Kaji respon terhadap c.Untuk melihat suatu
aktivitas: Catat perkembangan perawatan
jantung ditandai Kreteria hasil :
perubahan tensi, nadi, terhadap aktivitas secara
dengan a.   Tingkat aktivitas pernafasan, hentikan bertahap.
meningkat tanpa aktivitas bila terjadi d.Dengan merencanakan
kelemahan fisik.
dispnoe, tachicardi perubahan, tingkatkan perawatan, perawat
atau peningkatan keikutsertaan dalam dengan klien dapat

Page 18
tekanan darah. kegiatan kecil sesuai mempermudah suatu
b.   Melakukan dengan peningkatan keberhasilan karena
aktivitas tanpa toleransi, ajarkan datangnya kemauan dari
bersusah payah. pasien untuk memantau klien.
respon terhadap e.Untuk mengatasi
aktivitas dan untuk kelelahan akibat latihan.
mengurangi, f.Untuk menghemat
menghentikan atau penggunaan energi klien.
meminta bantuan
ketika terjadi
perubahan.
d.Rencanakan
perawatan bersama
pasien untuk
menentukan aktivitas
yang ingin pasien
selesaikan: Jadwalkan
bantuan dengan orang
lain.
e.Seimbangkan antara
waktu aktivitas dengan
waktu istirahat.
f.Simpan benda-benda
dan barang lainnya
dalam jangkauan yang
mudah bagi pasien.

d. Evaluasi

1. Mencapai fungsi pernapasan adekuat


a.     Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan normal, dan
kekuatan otot normal.
b.     Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.
c.      Mentaati program medikasi yang telah ditetapkan.
d.      Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat
memperberat gejala.
2.   Mengalami pemulihan krisis Hipoparatiroidisme
a.      Menyebutkan tanda dan gejala.

Page 19
b.      Mentaati program medikasi.
3.   Klien tidak mengalami cedera apa bila ada kejang berulang.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat


mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup.(Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada kelenjar
paratiroid yang di sertai penurunan kadar kalcium dalam serum hingga
menyebabkan tetani. Hipoparatiroid juga merupakan gabungan dari gejala produksi
hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid
hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi
dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.

Page 20
DAFTAR PUSTAKA

https://aassusilawati.wordpress.com/2016/05/16/makalah-hipoparatiroid/

https://adhehikma29.wordpress.com/2013/12/03/hipoparatiroid/

https://dokumen.tips/documents/pathway-hipoparatiroid.html

http://asuhanx.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Page 21

Anda mungkin juga menyukai