MEDIKAL BEDAH
“HYPOPARATIROID”
Dosen Pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd.
Disusun oleh :
Febriana Indah Sari
Jessyca Dumanauw
Kevin Yogi Bhaskara
Nelvia Ivanka
Nur Laelly Azizah
Riska Hidayati
Susi Indrieni
Tiara Rizki Fitriani
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
tidak luput dari kesalahan. Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, Saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd. selaku dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah
Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan D-III Keperawatan Kelas Balikpapan.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
Kelompok 5
DAFTAR ISI
Page 1
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................................5
C. Sistematika Penulisan....................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................6
A. ANATOMI FISIOLOGI...............................................................................................6
B. KONSEP DASAR.........................................................................................................7
1. Definisi.................................................................................................................7
2. Etiologi.................................................................................................................8
3. Patofisiologi.........................................................................................................8
4. Patoflowdiagram................................................................................................10
5. Manifestasi Klinis..............................................................................................11
6. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................12
7. Komplikasi.........................................................................................................12
8. Penatalaksanaan Medis......................................................................................12
Page 2
C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN........................................................................13
a. Pengkajian.............................................................................................................13
b. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................14
c. Intevensi Keperawatan..........................................................................................16
d. Evaluasi..................................................................................................................19
BAB III.................................................................................................................................21
PENUTUP............................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................22
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Page 4
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa
yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam
tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan
komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid
ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data
pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit,
sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
Page 5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak
tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan
dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya
dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter,
dan tebalnya 2 millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama
terutama mengandung sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi
yang mencolok plus retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis
dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun
lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam
sitoplasmanya.
Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah
sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia
muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel
ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi
sejumlah hormon Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH),
senyawa yang tersusun atas 84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar
paratiroid berfungsi membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan
phosphorus dalam tubuh. PTH juga berfungi mengatur tingkat kalsium dalam
darah, melepaskan kalsium dari tulang, penyerapan kalsium dalam usus, dan
ekskresi kalsium dalam urin.
Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor
membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan
sekresi dari PTH, dan ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah,
Page 6
kelenjar paratiroid akan meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk
mengatur kembali kalsium dalam darah agar tetap normal.
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus
ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus
keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus
ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar
paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar
tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid
kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid.
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone,
PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium
dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat
sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan
absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan
melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran
utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus.
(R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
B. KONSEP DASAR
1. Definisi
Hipoparatiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan
fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroid adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan
syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi
phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)
Page 7
Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai
gejala utama (Haznam).
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat
mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon
paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).
2. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
3. Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan
fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum
meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).
Page 8
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama
adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar
paratiroid.Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua
berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah
yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal
ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme
tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat
dua bentuk : (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital
aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
Page 9
4. Patoflowdiagram
HIPOPARATYROID
DEFISIENSI PTH
5.
↑ Eksresi Ca oleh ↓ Absorbsi Ca ↓ Absorbsi Ca dalam
↑ Reabsorbsi Fosfat
Ginjal dalam Tulang Usus
↓ Kadar Fosfat
Hipokalemia
Dalam Darah
Potential Mebrane Potensial Membran Eksistasi Impuls Potential Membran Potensial Membran
Ca Banyak Terbuang
Terganggu Tergangu Syaraf ↑ Terganggu terganggu
Resiko
Potential Aksi Mudah Potemsial Aksi Kejang & Kehilangan Ketidakseimbangan Potential Aksi Potensial Aksi
Terjadi Mudah Terjadi Kesadaran Elektrolit (SDKI Mudah Terganggu Mudah Terganggu
D0037)
Kontraksi
Bronkospasme & Resiko Cedera (SDKI Kontraksi Tetanik
OtotJantung Disfagia
Spasme Laring D0136) Otot
Meningkat
Intake Nutrisi
Sesak Nafas Aritmia Jantung Kejang Tetani
Kurang
Intoleransi Aktifitas
Keram Otot & Kesemutan
(SDKI D0056)
Page 10
5. Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh
kalsium serum yang rendah. Keluhan penderita ± 70 % adalah tetani.
Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.
Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal, dispagia,
potophobia, cardiac disritmia.
Gejala lain:
Page 11
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Komplikasi
serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah
meninggi
8. Penatalaksanaan Medis
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian
intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau
dalam infus. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-
200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan
medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor.
Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud
Page 12
untuk menghambat absorbsi fosfor di usus. Di samping itu diberikan pula
ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan
dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.
a. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama : Biasanya klien merasa ada kelainan bentuk tulang ,
pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dan klien
merasa lemas / lemah .
Riwayatkesehatan :
Page 13
papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan
dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku
buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada
kelainan bentuk tulang
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Kalsium serum rendah.
- Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
- Fosfatase alkali normal atau rendah.
b. Diagnostik
- Foto Rontgen
- Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak.
- Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid.
- Density dari tulang bisa bertambah.
- EKG: biasanya QT-interval lebih panjang
b. Diagnosa Keperawatan
Page 14
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : tidak ada
2) Objektif :
a) obstruksi di jalan napas)
b) mengi, wheezing dan ronkhi kering
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) dispnea
2) Objektif :
a) Gelisah
b) Bunyi napas menurun
c) Pola napas berubah
d) Sianosis
Page 15
2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) dispnea saat/setelah aktivitas
c) merasa lemah
2) Objektif :
a) tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) sianosis
c. Intevensi Keperawatan
Bersihan jalan Dalam waktu 1x24 a. Siapkan peralatan a.Supaya memudahkan
penghisap dan jalan karena serangan bisa
1 nafas jam setelah
nafas oral di dekat secara tiba-tiba.
berhubungan diberikan tempat tidur sepanjang b.Untuk memudahkan
waktu. dalam tindakan apabila
dengan spasme intervensi, pola
b. Siapkan tali terjadi sumbatan jalan
laring ditandai nafas klien kembali tracheostomi, oksigen, nafas.
dan peralatan resusitasi c.Untuk mengetahui suara
dengan obstruksi efektif.
manual siap pakai dan keadaan jalan nafas.
nafa Kreteria hasil : sepanjang waktu. d.Adanya stridor suatu
Edema laring: tanda adanya oedema
a. Frekuensi, irama,
c. Kaji upaya laring.
dan kedalaman
pernafasan dan kualitas e.Kolaborasi dengan
pernafasan normal.
suara setiap 2 jam. dokter untuk
b. Auskultasi paru
d. Auskultasi untuk mempertahankan jalan
menunjukan bunyi
mendengarkan stridor nafas tetap terbuka karena
yang bersih.
laring setiap 4 jam. perawat terbatas akan hak
e. Laporkan gejala dini dan wewenang.
pada dokter dan f.Agar perawat bisa siap-
kolaborasi untuk siap untuk melakukan
mempertahankan jalan suatu tindakan.
nafas tetap terbuka. g.Untuk mencegah
f. Intruksikan pasien penekanan jalan
agar menginformasikan nafas/mempertahankan
pada perawat atau jalan nafas untuk tetap
Page 16
dokter saat pertama terbuka.
terjadi tanda kekakuan h.Bila terjadi kejang
pada tenggorok atau otomatis O2 ke otak
sesak nafas. menurun sehingga bisa
g. Baringkan pasien berakibat fatal ke seluruh
untuk mengoptimalkan jaringan tubuh termasuk
bersihan jalan nafas, pernafasan.
pertahankan kepala i. Kolaborasi dengan
dalam posisi kepala dokter dalam hal tindakan
dalam posisi alamiah, wewenang dokter
garis tengah. (pengobatan dan
Kejang: tindakan).
h. Bila terjadi kejang: j. Untuk mencegah
pertahankan jalan terjadinya serangan
nafas, penghisapan berulang.
orofaring sesuai
indikasi, berikan O2
sesuai pesanan, pantau
tensi, nadi, pernafasan
dan tanda-tanda
neurologis, periksa
setelah terjadi kejang,
catat frekwensi, waktu,
tingkat kesadaran,
bagian tubuh yang
terlibat dan lamanya
aktivitas kejang.
i. Siapkan untuk
berkolaborasi dengan
dokter dalam mengatasi
status efileptikus
misalnya: intubasi,
pengobatan.
j. Lanjutkan perawatan
untuk kejang.
Resiko cidera Agar klien tidak a. Pantau tanda-tanda a. Untuk mengetahui
vital dan reflek tiap 2 kelainan sedini mungkin.
2 berhubungan mengalami cedera.
jam sampai 4 jam. b. Untuk mengetahui
dengan resiko Kreteria hasil : b. Pantau fungsi abnormalitas dari
jantung secara terus gambaran EKG.
kejang atau Reflek normal,
menerus/gambaran c. Untuk mencegah
tetani yang tanda vital stabil, EKG. terjadinya injuri/jatuh.
c. Bila pasien dalam d. Untuk menghindari
diakibatkan oleh makan diet dan
tirah baring berikan cedera yang terjadi akibat
Page 17
hipokalsemia. minum obat seperti bantalan pagar tempat benda yang terdapat di
tidur dan pertahakan lingkungan sekitar klien
yang dianjurkan,
tempat tidur dalam dan mencegah kerusakan
kadar kalsium posisi rendah. lebih berat akibat kejang.
d. Bila aktivitas kejang e. Antisifasi terhadap
serum normal.
terjadi ketika pasien hipokalsemia dengan cara
bangun dari tempat penanganan medis.
tidur, bantu pasien f. Pemberian kalsium
untuk berjalan, yang terlalu cepat akan
singkirkan benda- mengakibatkan
benda yang tromboflebitis hipotensi.
membahayaka, bantu g. Untuk membantu
pasien dalam memenuhi kekurangan
menangani kejang dan kalsium dalam tubuh.
reorientasikan bila h. Untuk mengontrol
perlu. kadar kalsium serum.
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
menangani gejala dini
dengan memberikan
dan memantau
efektifitas cairan
parenteral dan kalsium.
f. Pemberian kalsium
dengan hati-hati.
g. Berikan suplemen
vitamin D dan kalsium
sesuai program.
h. Kaji ulang
pemeriksaan kadar
kalsium.
Page 18
tekanan darah. kegiatan kecil sesuai mempermudah suatu
b. Melakukan dengan peningkatan keberhasilan karena
aktivitas tanpa toleransi, ajarkan datangnya kemauan dari
bersusah payah. pasien untuk memantau klien.
respon terhadap e.Untuk mengatasi
aktivitas dan untuk kelelahan akibat latihan.
mengurangi, f.Untuk menghemat
menghentikan atau penggunaan energi klien.
meminta bantuan
ketika terjadi
perubahan.
d.Rencanakan
perawatan bersama
pasien untuk
menentukan aktivitas
yang ingin pasien
selesaikan: Jadwalkan
bantuan dengan orang
lain.
e.Seimbangkan antara
waktu aktivitas dengan
waktu istirahat.
f.Simpan benda-benda
dan barang lainnya
dalam jangkauan yang
mudah bagi pasien.
d. Evaluasi
Page 19
b. Mentaati program medikasi.
3. Klien tidak mengalami cedera apa bila ada kejang berulang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Page 20
DAFTAR PUSTAKA
https://aassusilawati.wordpress.com/2016/05/16/makalah-hipoparatiroid/
https://adhehikma29.wordpress.com/2013/12/03/hipoparatiroid/
https://dokumen.tips/documents/pathway-hipoparatiroid.html
http://asuhanx.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
Page 21