Anda di halaman 1dari 24

C.

Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran
organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner, Freeman, dan Gilbert, 1996).
Manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan
terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
secara efisien dan efektif (Robbins, dan Coulter, 2010). Manajemen adalah
suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang ke arah tujuantujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah
managing (pengelolaan). George Terry merumuskan fungsi manajemen yang
terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC), fungsi
manajemen ini kemudian diadopsi juga oleh Kementerian Kesehatan RI
(Munijaya, 2012). Fungsi manajemen tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut.
- Planning (perencanaan), adalah proses perumusan tujuan organisasi sampai
penetapan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Tanpa fungsi
perencanaan, tidak akan ada kejelasan urutan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi. Melalui fungsi perencanaan, ditetapkan tugas pokok staf
yang kemudian digunakan oleh pimpinan untuk melakukan supervisi, dan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan staf untuk menjalankan
tugasnya.
- Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun dan mengatur semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi. Actuating(Pelaksanaan) Actuating atau fungsi
penggerakan pelaksanaan meliputi, directing, commanding, motivating,
staffing, coordinating.
- Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan, adalah proses bimbingan
kepada staf agar mereka menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki (quality of care) dan dukungan sumber daya
yang tersedia (quality of service). Kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi, dan penerapan kepemimpinan yang efektif akan sangat membantu
suksesnya manajer melaksanaan fungsi manajemen ini.
- Controlling (Monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal),
adalah proses untuk mengawasi secara terus menerus kegiatan staf dalam
melaksanakan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
jika terjadi penyimpangan.peran jembatan antar pribadi (interpersonal role),
peran penyambung informasi (information transfer role), dan peran
pengambil keputusan (decision-making role).
1. Perencanaan
a. Kajian Teori (Teori perencanaan, tugas kepala ruangan dalam
perencanaan)
Teori perencanaan banyak berkembang dan hingga saat ini masih
terus dikembangkan agar menjadi lebih baik. Diantara banyaknya teori
perencanaan, kali ini akan saya bahas salah satunya yaitu teori
perencanaan menurut Hudson.
1) Teori Sinoptik
Teori menggunakan model berfikir system dalam
perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu
kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang di sebut visi. Langkah-
langkah dalam perencanaan ini meliputi, identifikasi masalah,
memprediksikan ruang lingkup masalah, mengklasifikasi
kemungkinan penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi
alternative, mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
2) Teori Incemental
Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si
perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga
pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
3) Teori Transactive
Teori ini menitikberatkan pada harkat individu yang
menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi,
suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu
ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya
juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan
mengadakan perencanaan.
4) Teori Advocacy
Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan
individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak
bertitik tolak dari  pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar
argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy =
mempertahankan dengan argumentasi).
Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara
nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional,
toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas,
menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh
pemerintah/ atau badan pusat.
5) Teori Radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau
organisasi lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan
maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya
tepat dengan kebutuhan. Perencanaan ini bersifat desentralisasi
dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari
pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang
perencanaan yang benar.
Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama
antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar
lembaga pendidikan dapat mandiri menangani lembaga-nya. Begitu
pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani pendidikannya.
6) Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut
juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan
kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini
memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat
perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS
yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational.
Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori
yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan
dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori diatas
mempunyai persamaan dan pebedaannya persamaannya:
a) Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
b) Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan
lingkungan sekitarnya.
c) Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan
mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya
terdapat perbedaan penitikberatan.
d) Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada
dalam pencapaian tujuan
7) Perbedaan Teori-Teori Di Atas
a) Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif
dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain,
dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan
sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional.
Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan
perencanaan yang lain.
b) Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran
lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan perencanaan
advokasi yang cenderung anti kemapanan dan perencanaan
radikal yang juga cenderung revolusioner.
c) Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor
perseorangan/individu melalui proses tatap muka dalamsalah satu
metode yang digunakan, perencanaan ini kurang komprehensif
dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan perencanaan
Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.
d) Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan
hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah
golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan
lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social.
e) Perencanaan Radikal seakan - akan tanpa metode dalam
memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan
hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan
sinoptik yang memepertimbangkan aturan-aturan yang ada baik
akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
8) Tugas Kepala Ruangan dalam Perencanaan
a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan.
c) Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Kajian Data (Kajian Planning meliputi: jadual dinas, koordinasi dengan
perawat ruangan, perencanaan bulanan)
Jadwal Dinas
Gambar 2.3 Jadwal dinas perawat ruang Flamboyan C RSUD. Dr.
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan
c. Analisa Data
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan Flamboyan C
adalah: Penyusunan jadwal dinas yang dilakukan berdasarkan SOP
penyususnan jadawal dinas yang mempertimbangkan shift kerja dan
agenda ataupun perencanaan dari setiap perawat ruangan yang ada
dengan tetap mempertimbangkan prinsip keadilan.

2. Pengorganisasian
a. Kajian Teori (teori MPKP)
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam
suatu sistem orang, modal, dan peralatan dalam kegiatan menuju
pencapaian tujuan. Keinginan seorang Perawat Kepala adalah
memasukkan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu sistem
yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka
sedemikian rupa sehingga kelompok dapat bekerja bersama kearah
pencapaian tujuan (Monica, 1998).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah (Nursalam, 2002):
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan
- Merumuskan tujuan metode penugasan
- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
- Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
- Mengatur dan mengendalikan logistik unit
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
- Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada
ketua tim
- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien
- Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
- Identifikasi masalah dan cara penanganan
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa
model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) terdiri dari 9 elemen subsistem (Hoffart and Woods,
1996) yaitu:
- Nilai-nilai Profesional
- Pendekatan manajemen
- Metode pemberian askep
- Hubungan profesional
- Sistim kompensasi dan penghargaan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) yaitu:
- Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana
seorang pasien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti di ruang rawat
intensif. Kelebihan dari metode ini adalah: Sederhana dan langsung;
Garis Pertanggung jawaban jelas; Kebutuhan pasien cepat terpenuhi;
Memudahkan perencanaan tugas.
Kekurangan dari metode ini adalah Belum dapat diidentifikasi
perawat penanggung jawab; perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama; tidak dapat dilakukan oleh
perawat baru atau kurang pengalaman; mahal, perawat profesional
termasuk melakukan tugas non profesional.
- Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh
perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap
tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka.
Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih
mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan pasien diserahkan kepada perawat
yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi
tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terfragmentasi menurut
tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi
membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini
baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak
berdasar pada masalah pasien Keuntungan dari metode ini adalah
o Lebih sedikit membutuhkan perawat
o Efisien
o Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
o Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
o Tugas cepat selesai
o Kerugian dari metode ini adalah:
o Tidak efektif
o Fragmentasi pelayanan
o Membosankan
o Komunikasi minimal
o Tidak holistik
o Tidak professional
o Tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
- Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua pasien
yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai perencanaan yang telah
dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang
tersedia. Keuntungan dari metode ini adalah:
o Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien
o Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
o Komprehensif dan holistic
o Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
o Kerugian dari metode ini adalah:
o Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
o Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
o Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
o Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
professional
- Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan yang
profesional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan
tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai
keluar dari Rumah Sakit, mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab dilaksanakan
oleh perawat primer (primary nurse/PP). Setiap PP merawat 4-6 pasien
dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari pasien
masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai beberapa AN
dan perawatan dilanjutkan oleh AN. Kelebihan dari model primer ini
adalah model ini bersifat kontinu dan komprehensif dalam melakukan
proseskeperawatan kepada pasien dan perawat primer mendapatkan
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Kelemahan
dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan
keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu
bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Diagram
model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
1998):
- Metode manajemen kasus (nursing case management)
Pada metode ini ada seorang perawat yang menjalankan
sekumpulan aktivitas, mengerahkan, memantau dan mengevaluasi
semua sumber yang digunakan oleh pasien secara total selama sakit.
Empat hal penting dalam manajemen kasus:
o Pencapaian berdasar waktu yang ditentukan tim yang terlibat
o Yang bertindak sebagai case manager adalah orang yang memberi
pelayanan langsung
o Seorang perawat/dokter yang terlibat bisa melampaui unit
o Perlu partisipasi aktif pasien dan keluarga untuk menyusun
evaluasi pelaksanaan kegiatan

b. Kajian Data ( Penerapan MPKP di ruangan)


- Evaluasi Tugas Kepala Ruangan
Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesioner kepada
perawat ruangan Flamboyan C tentang penilaian kepala ruangan
adalah pada fungsi planning didapatkan sebanyak 100% mengatakan
kepala ruangan memiliki visi dan telah mensosialisasikan visi
ruangan.
Pada fungsi organizing didapatkan bahwa sebanyak 100%
kepala ruangan mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang
dibantu oleh perawat pelaksana, kepala ruangan menghitung jumlah
perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat
ketergantungan pasien dibantu oleh CCM/Katim serta kepala ruangan
juga merencanakan dan membuat stratei pelaksanaan keperawatan.
Namun sebanyak 87% menyatakan kepala ruangan tidak mengikuti
kunjungan dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan terhadap klien.
Pada fungsi staffing sebanyak 100% menyatakan bahwa kepala
ruangan mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan seperti
pembimbingan pelaksanaan, penerapan dan mengadakan diskusi
tentang pemecahan masalah terhadap klien. Sebanyak 100%
menyatakan kepala ruangan membantu mengembangkan niat
Pendidikan dan pelatihan diri pada perawat. Sebanyak 69%
menyatakan kepala ruangan membantu bimbingan terhadap peserta
didik keperawatan dan sebanyak 100% menyatakan kepala ruangan
merumuskan metode penugasan yang digunakan, merumuskan tujuan
metode penugasan, dan kepala ruangan membuat rencana tugas
perawat primer dan perawat pelaksanan secara jelas.
Pada fungsi directing sebanyak 100% menyatakan bahwa kepala
ruangan membuat rencana kendali yang membawahi dua perawata
primeer. Perawat primer membawahi 2 pelaksana, serta mengatur dan
mengendalikan logistic ruangan Sebanyak 75% menyatakan bahwa
kepala ruangan mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik.
Sebanyak 100% menyatakan kepala ruangan mendelegasikan tugas
saat tidak berada ditempat kepada perawat primer. Sebanyak 75%
menyatakan kepala ruangan mengetahui kondisi klien, menilai tingkat
kebutuhan pasien. Sebanyak 100% menyatakan kepala ruangan
memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat pelaksana.
Kepala ruangan memberi motivasi dalam peningkatan, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, kepala ruangan menginformasikan hal-hal
yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep klien, serta
kepala ruangan membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dan
melaksanakan tugasnya.
Pada fungsi controlling sebanyak 75% menyatakan kepala
ruangan meningkatkan kolaborasi. Sebanyak 100% mengatakan
kepala ruangan mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien, dan kepala ruangan melalui supervise melakukan inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang terjadi, selain
itu kepala ruangan melakukan pengawasan secara tidak langsung
seperti mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan
dari perawat primer, serta kepala ruangan mengevaluasi upaya
pelaksana dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama.
- Evaluasi Tugas Primary Nurses (PN)
Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesoner kepada
perawat ruangan Flamboyan C tentang penilaian Primary Nurses (PN)
adalah sebanyak 100% menyatakan PN melaksanakan supervise klinik
secara terjadwal untuk membantu meningkatkan pengetahuan klinik
perawat pelaksana, PN membantu mempelajari keterampilan
keperawatan yang baru, memfasilitasi perawat pelaksana melakukan
tindakan keperawatan yang baru dengan baik. Sebanyak 75%
menyatakan PN memberikan kesempatan kepada peawat pelaksana
untuk bekerja mandiri. Sebanyak 100% menyatakan PN memberi
perawat pelaksana kesempatan untuk memutuskan tindakan
keperawatan yang tepat untuk pasien dan PN memotivasi perawat
pelaksana untuk mengembangkan kemampuan klinik yang
dimilikinya. Sebanyak 81% menyatakan PN melakukan suvervisi
klinik tidak hanya kepada karyawan baru. Sebanyak 100%
menyatakan bahwa perawat pelaksana mendapat kesempatan bekerja
bersama PN untuk meningkatkan kemampuan klinik yang dimiliki,
perawat pelaksana mendapat bimbingan dan PN dalam pemberian
pelayanan kepada pasien, PN membantu perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai posedur keselamatan kerja,
dan PN memberi kesempatan kepada perawat pelaksana untuk
mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan, serta PN membantu
meningkatkan pemahaman perawat pelaksana tentang Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien setelah pelaksanaan
supervise klinik.

- Evaluasi tugas Katim


Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesioner tentang
evaluasi tugas katim adalah sebanyak 100 % ketua tim telah
memberikan instruksi kepada perawat pelaksana dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat, selain itu
ketua tim bertanggung jawab atas hasil kerja perawat pelaksana, dan
ketua tim melaksanakan pengawasan yang tepat terhadap pekerjaann
yang sedang perawat pelaksana laksanakan, serta ketua tim
mendiskusikan masalah yang ada diruangan bersama anggotanya dan
memotivasi perawat pelaksana untuk bekerjasama sebagai tim.
Sebanyak 80%, ketua tim secara terus-menerus menekankan
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada perawat
pelaksana.

- Evaluasi Tugas Perawat Pelaksana


Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesoner tentang
evaluasi perawat pelaksana adalah pada fungsi planning sebanyak
100% menyatakan perawat pelaksana telah melaksanakan tugas,
perawat pelaksana menyesuaikan dengan visi dan misi rumah sakit
dan telah melaksankan asuhan keperawatan perawat pelaksana
berpendoman pada standar asuhan keperawatan (SAK), dan perawat
pelaksana dalam melaksanakan prosedur keperawatan berpepdoman
pada standar operasionall prosedur (SOP).
Pada fungsi organizing perawat pelaksana sebanyak 94%
menyatakan bahwa perawat pelaksana telah berkomunikasi antar
pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab dilakukan di
depan pasien dan perawat pelaksana menyebutkan identitas, diagnosa
medis, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaan. Sebanyak 100% menyatakan perawat pelaksana
mnginformasikan jenis dan waktu Tindakan keperawatan yang belum
dilakukan, menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift,
menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila
ada).
Pada fungsi staffing sebanyak 100% menyatakan perawat telah
melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelumnya dan
kepada tugas jaga berikutnya dan perawat pelaksana telah melakukan
dokumentasi askep terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. Selain itu, perawat pelaksana telah melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di catatan keperawatan.
Pada fungsi directing sebanyak 100% perawat pelaksana telah
melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di catatan
keperawatan. Sebanyak 94% menyatakan perawat pelaksana
melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada ketua
TIM. Sebanyak 100% menyataka perawat pelaksana membimbing
dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di catatan keperawatan. Selain itu,
perawat pelaksana melengkapi catatan asuhan keperawatan pada
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Pada fungsi controling perawat pelaksana telah melakukan
evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan Perawat Pelaksana memahami pekerjaannya
sebagai perawat pelaksana, karena sebelum dinas ada pre-confrence
dari kepala TIM untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan.
- Pelaksanaan Operan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama 3 hari dari
tanggal 21 – 23 September 2020 didapatkan kegiatan operan
dilakukan setiap pergantian shift, yaitu pagi jam 07.30 WITA, saat
sore 14.30 WITA dan malam 21.30 WITA. Timbang terima dilakukan
di setiap ruangan pasien untuk membahas kondisi klien.
Pelaksanaan operan mencakup nama pasien, kondisi pasien,
rencana tindakan dan observasi pada pasien. Operan pasien yang telah
dilakukan di ruang Flamboyan C diadakan setiap shift yaitu dari
malam ke pagi, dari pagi ke sore dan sore ke malam. Dalam
pelaksanaan operan dari sore ke malam tanpa dihadiri kepala ruangan.
Alur operan dari malam ke pagi, pagi ke siang dan sore ke malam
sudah sesuai dengan standar yang ada yaitu dimulai di nurse station,
lalu validasi ke pasien dan kembali ke nurse station.
Pelaksanaan operan dilakukan secara lisan dan tertulis, namun
untuk informasi mengenai intervensi yang belum dilaksanakan
maupun intervensi yang sudah dilaksanakan hanya ditulis secara
lengkap oleh shift pagi saja, sedangkan untuk shift sore dan malam
hanya menuliskan terapi tetap atau lain-lain. Sedangkan untuk kolom
tanda tangan serah terima lembar timbang terima hanya
ditandatangani oleh ketua tim yang bertugas. Kesimpulan yang
didapatkan yaitu ruang Flamboyan C sudah dilakukan operan, dan
lebih baiknya ditingkatkan lagi.
- Pelaksanaan Pre Conference
Pelaksanaan pre conference di lakukan saat pergantian shif
dimana katim pagi melakukan serah terima status ,menjelaskan
kondisi pasien, serta implementasi yang sudah di lakukan, dan yg
belum dilakukan, dalam pelaksanaan conference di evaluasi oleh
kepala ruangan. Untuk serah terima pada pagi hari di lakukan oleh
masing-masing katim kepada shif sore. Dan juga untuk dari dinas sore
dengan dinas malam di lakukan oleh pj saat dinas tersebut ke perawat
yang shif malam.
- Pelaksanaan Post Conference
Setelah di lakukan serah terima status dan aplusan di pasien
terkait kondisi pasien, kemudian perawat melakukan doa bersama.

- Pelaksanaan Informasi Pasien Baru


Untuk penerimaan pasien baru proses nya sudah berjalan
dengan menginformasikan kepada shif selanjutnya untuk pasien baru
terkait apa yang sudah di lakukan kepada pasien dari proses
pengkajian sampai dengan evaluasi dan menginformasikan jika
terdapat rencana pasien baru dari poliklinik dan IGD.
- Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
Flamboyan C, kegiatan pelaksanaan ronde keperawatan belum
terlaksana secara maksimal, dimana belum melibatkan disiplin ilmu
lain. Dan ruang Flamboyan C belum memiliki time table untuk
kegiatan ronde keperawatan.
c. Analisis Data (Gunakan table Hasil rekapitulasi evaluasi penerapan
MPKP)
1) Hasil Rekapitulasi evaluasi tugas kepala ruangan
Tabel 2.28 Evaluasi tugas kepala ruangan Flamboyan C RSKD
Balikpapan

Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
Planning
1 Ruangan memiliki misi 100% 0%
2 Kepala ruangan mensosialisasikan misi ruangan kepada
100% 0%
perawat ruangan
3 Kepala ruangan memberikan amanah dan menunjuk perawat
100% 0%
pelaksana untuk mengerjakan pekerjaan nya secara langsung
4 Kepala ruangan mengikuti serah terima pasien di shift
100% 0%
kerjanya
Organizing
5 Kepala ruangan mengidentifikasi tingkat kertergantungan
100% 0%
klien yang dibantu oleh perawat pelaksana
6 Kepala ruangan menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien 100% 0%
dibantu oleh CCM/KATIM
7 Kepala ruangan merencanakan dan membuat strategi
100% 0%
pelaksanaan keperawatan
8 Kepala ruangan mengikuti kunjungan dokter untuk
mengetahui kondisi,patofisiologi,tindakan medis yang 13% 87%
dilakukan terhadap klien
Staffing
9 Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan asuhan
keperawatan seperti pembimbingan pelaksanaan, penerapan,
100% 0%
dan mengadakan diskusi tentang pemecahan masalah pada
klien
10 Kepala ruangan membantu mengembangkan niat pendidikan
100% 0%
dan pelatihan diri perawat
11 Kepala ruangan membantu bimbingan terhadap peserta didik
69% 31%
keperawatan
12 Kepala ruangan merumuskan metode penugasan yang
100% 0%
digunakan
13 Kepala ruangan merumuskan tujuan metode penugasan 100% 0%
14 Kepala ruangan membuat rencana tugas perawat primer dan
100% 0%
perawat pelaksana secara jelas

2) Hasil Rekapitulasi Evaluasi Tugas Primary Nurses (PN)


Tabel 2.29 Evaluasi tugas PN ruang Flamboyan C RSKD Balikpapan

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah PN melaksanakan supervisi klinik secara
terjadwal untuk membantu meningkatkan pengetahuan 100% 0%
klinik ?
2 Apakah PN membantu perawat pelaksana mempelajari
100% 0%
keterampilan keperawatan yang baru ?
No Pernyataan Ya Tidak
3 Apakah PN menfasilitasi perawat pelaksana melakukan
100% 0%
tindakan keperawatan yang baru dengan baik ?
4 Apakah PN tidak memberikan perawat pelaksana
75% 25%
kesempatan untuk bekerja mandiri ?
5 Apakah PN memberi perawat pelaksana kesempatan untuk
memutuskan tindakan keperawatan yang tepat untuk 100% 0%
pasien?
6 Apakah perawat pelaksana mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat kepada PN tentang masalah yang 100% 0%
dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan ?
7 Apakah PN memotivasi perawat pelaksana untuk
100% 0%
mengembangkan kemampuan klinik yang saya miliki ?
8 Apakah PN melakukan supervisi klinik hanya kepada
19% 81%
karyawan baru ?
9 Apakah perawat pelaksana mendapat kesempatan bekerja
bersama PN untuk meningkatkan Kemampuan Klinik yang 100% 0%
dimiliki ?
10 Apakah perawat pelaksana mendapat bimbingan dari PN
100% 0%
dalam pemberian pelayanan kepada pasien ?
11 Apakah PN membantu perawat pelaksana dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai prosedur 100% 0%
keselamatan kerja ?
12 Apakah PN membahas kasus pasien yang sulit dalam
100% 0%
TIM?
13 Apakah PN memfasilitasi diskusi kasus pasien untuk
100% 0%
menjelaskan tentang peyakit, prognosis, dan pengobatan ?
14 Apakah PN memberi kesempatan kepada perawat
pelaksana untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah 100% 0%
dilakukan bersama-sama dengan PN ?
15 Apakah PN memberikan masukan atas hasil pekerjaan
yang telah saya lakukan setelah pelaksanaan supervisi 100% 0%
klinik ?
16 Apakah PN membantu meningkatkan pemahaman perawat
pelaksana tentang tindakan keperawatan yang perawat
100% 0%
pelaksana berikan kepada pasien setelah pelaksanaan
supervisi klinik ?

3) Hasil Rekapitulasi Evaluasi Tugas Katim


Tabel 2.29 Evaluasi tugas katim ruang RSKD Balikpapan

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ketua TIM memberikan intruksi kepada perawat
pelaksana dalam m enyelesaikan suatu pekerjaan terlebih 100% 0%
dahulu berdiskusi dengan perawat ?
2. Apakah ketua TIM bertanggung jawab atas hasil kerja
100% 0%
perawat pelaksana ?
3. Apakah ketua TIM melaksanakan pengawasan yang tepat
terhadap pekerjaan yang sedang perawat pelaksana 100% 0%
laksanakan?
4. Apakah ketua TIM mendiskusikan masalah yang ada
diruangan b√√ersama anggotanya dan memotivasi perawat 100% 0%
pelaksana untuk bekerjasama sebagai TIM ?
5. Apakah ketua TIM secara terus menerus menekankan
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada 80% 20%
perawat pelaksana
6. Apakah ketua TIM menciptakan situasi yang kondusif dalam
berkomunikasi dengan perawat pelaksana yang bersahabat 100% 0%
dalam bekerja ?
No Pertanyaan Ya Tidak
7. Apakah ketua TIM mengikut sertakan seluruh perawat
pelaksana dalam menyusun rencana kegiatan asuhan 100% 0%
keperawatan diruangan ?
8. Apakah ketua TIM mengajak perawat pelaksana untuk
berdiskusi dan meminta pendapat perawat pelaksana tentang
93% 7%
penerapan metode baru dalam pemberian asuhan
keperwatan ?
9. Apakah ketua TIM menerima masukan positif, saran dan ide-
ide dari perawat pelaksana dan mempertimbangkan nya
100% 0%
dalam upaya meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
menjadi lebih baik?
10. Apakah ketua TIM mendelegasikan tugas kepemimpinan
100% 0%
kepada perawat pelaksana yang berkompeten ?
11. Apakah ketua TIM memberikan bimbingan, pelatihan,
otoritas dan memberikan kepercayaan kepada perawat 93% 7%
pelaksana dalam mengambil keputusan secara mandiri?
12. Apakah ketua TIM memfasilitasi perawat pelaksana untuk
bekerja sama dengan dokter dan TIM Kesehatan lainnya 100% 0%
dalam pemberian pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit?
13. Apakah ketua TIM sebagai tempat berkonsultasi dalam
93% 7%
menyelesaikan suatu masalah pekerjaan?
14. Apakah ketua TIM memberikan pujian atau penguatan pada
93% 0%
perawat pelaksana terhadap keberhasilan mereka?
15. Apakah katim mengoperkan diagnosa kepada katim
100% 0%
berikutnya pada saat pre/post conference ?
16. Apakah ketua TIM mengoperkan tindakan yang sudah
dicapai kepada Katim berikutnya pada saat pre/post 100% 0%
conference ?
17. Apakah ketua TIM mengoperkan hasil/ evaluasi asuhan
keperawatan kepada Katim berikutnya pada saat pre/post 100% 0%
conference ?
18. Apakah ketua TIM mengoperkan tindak lanjut kepada Katim
100% 0%
berikutnya pada saat pre/post conference ?
19. Apakah ketua TIM berikutnyan mengklarifikasi operan dari
100% 0%
Katim berikutnya pada saat pre/post conference ?
20. Apakah ketua TIM memimpin timbang terima keperawatan ? 100% 0%

4) Hasil Rekapitulasi Evaluasi Tugas Perawat Pelaksana


Tabel 2.31 Evaluasi tugas perawat pelaksana ruang Flamboyan C
RSKD Balikpapan
No Pertanyaan Ya Tidak
Planning
1 Apakah dalam melaksanakan tugas, perawat pelaksana
100% 0%
menyesuaikan dengan visi dan misi rumah sakit ?
2 Apakah dalam melaksankan asuhan keperawatan perawat
pelaksana berpendoman pada standar asuhan keperawatan 100% 0%
(SAK) ?
3 Apakah dalam melaksanakan prosedur keperawatan perawat
pelaksana berpendoman pada standar operasional prosedur 100% 0%
(SOP)
Organizing
4 Apakah perawat pelaksana berkomunikasi antar pemberi tanggung
94% 6%
jawab dan penerima tanggung jawab dilakukan di depan pasien ?
5 Apakah Perawat Pelaksana menyebutkan identitas, diagnosa
medis, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta 94% 6%
waktu pelaksanaan ?
6 Apakah perawat pelaksana mengimpormasikan jenis dan waktu
100% 0%
tindakan keperawatan yang belum dilakukan ?
No Pertanyaan Ya Tidak
7 Apakah Perawat pelaksana menyebutkan perkembangan pasien
100% 0%
yang ada selama shift ?
8 Apakah Perawat Pelaksana mengimpormasikan pendidikan
100% 0%
kesehatan yang telah dilakukan (bila ada) ?
Staffing
9 Apakah perawat melaksanakan serah terima tugas jaga dari
100% 0%
jaga sebelumnya dan kepada tugas jaga berikutnya ?
10 Apakah perawat pelaksana melakukan dokumentasi askep
100% 0%
terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan ?
11 Apakah perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti 100% 0%
di catatan keperawatan ?
Directing
12 Apakah Perawat Pelaksana melakukan monitoring respon
100% 0%
pasien dan ada bukti di catatan keperawatan ?
13 Apakah perawat pelaksana melakukan konsultasi tentang
94% 6%
masalah pasien/ keluarga kepada ketua TIM ?
14 Apakah perawat pelaksana membimbing dan melakukan
pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung 100% 0%
jawabnya dan ada bukti di catatan keperawatan ?
15 Apakah perawat pelaksana menerima keluhan pasien /Keluarga
100% 0%
dan berusaha untuk mengatasinya ?
`16 Apakah perawat pelaksana melengkapi catatan asuhan
keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung 100% 0%
jawabnya ?
17 Apakah Jumlah tenaga keperawatan yangada diruangan telah
81% 9%
sesuai dengan beban kerja perawat ?
18 Apakah perawat Pelaksana menikmati kerja karena diruangan
ada program manajemen konflik sehingga jika ada konflik 81% 9%
diselesaikan dengan cara yang baik ?
19 Apakah perawat pelaksana melaksanakan operan antara shift
75% 25%
yang jelas ?
Controling
20 Apakah perawat pelaksana melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung 94% 6%
jawabnya ?
21 Apakah Perawat Pelaksana memahami pekerjaannya sebagai
perawat pelaksana, karena sebelum dinas ada pre-confrence
100% 0%
dari kepala TIM untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita
lakukan ?
22 Apakah Perawat mengetahui pekerjaannya dengan baik karena
setiap hari ada program post-confrence dari kepala TIM untuk 100% 0%
menjelaskan evaluasi pekerjaan yang kita lakukan ?

3. Actuiting atau menggerakkan


a. Kajian Teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
untuk bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema
(1994) menjelaskan beberapa cara manajer merangsang bawahannya agar
pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan motivasi. Motivasi atau
memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer merangsang
bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai sasaran organosatoris.
Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting
untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu
tugas manajer meng-upgrade, mengadakan training, kursus dan
sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya. Tugas
kepala ruangan dalam actuating pengorganisasian, meliputi:
- Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di
ruang rawat
- Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
- Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
- Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
- Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
- Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan yang telah ditentukan kepada semua staf’
- Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan yang
tersedia untuk kelancaran pelayanan
- Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan
- Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah dan
mendapatkancara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan
baik
- Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf
baru/mahasiswa praktek di ruangan
- Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses ilmiah
tenaga yang menjadi tanggung jawabnya
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi
- Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer dan
perawatan asosiet (PN & AN)
- Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk
mencapai kinerja yang optimal
- Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer (PN)

b. Kajian Data
Tabel 2.28 Kajian Actuiting kepala ruangan Flamboyan C RSKD
Balikpapan

Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
Actuiting
1. Kepala ruangan membuat rencana kendali yang membawahi
dua perawat primer. Perawat primer membawahi dua 100% 0%
pelaksana
2. Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan logistik
100% 0%
ruangan
3. Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan situasi lahan
75% 25%
peraktik
4. Kepala ruangan mendelegasikan tugas saat tidak berada
100% 0%
ditempat kepada perawat primer
5 Kepala ruangan mengetahui kondisi klien, menilai tingkat
75% 25%
kebutuhan pasien
6. Kepala ruangan mengembangkan kemampuan anggota 100% 0%
7. Kepala ruangan memberi pengarahan tentang penugasan
100% 0%
kepada perawat pelaksana
8. Kepala ruangan memberi motivasi dalam peningkatan,
100% 0%
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
9. Kepala ruangan menginformasikan hal-hal yang dianggap
100% 0%
penting dan berhubungan dengan askep klien
10. Kepala ruangan membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya 100% 0%

4. Controlling atau pengawasan


a. Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi
dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui
supervisi:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat.
- Selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
- Audit keperawatan Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan
fungsi terakhir dari proses manajemen. Ada 3 macam pengawasan
yaitu:
1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan
pada permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-
penyimpangan dari bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan
keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat maupun dana.
2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan
berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.
3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap
hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada
penyimpangan akan merupakan pelajaran untuk aktifitas yang
sama di masa akan datang.
b. Kajian Data
Tabel 2.28 Kajian Controling kepala ruangan Flamboyan C RSKD
Balikpapan

Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
Controling
1 Kepala ruangan meningkatkan kolaborasi 75% 25%
2 Kepala ruangan mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang 100% 0%
diberikan kepada klien
3 Kepala ruangan melalui supervise melakukan inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan secara lisan dan
100% 0%
memperbaiki / mengawasi kelemahan – kelemahan yang
tejadi
4 Kepala ruangan melakukan pengawasan secara tidak 100% 0%
langsung seperti mengecek daftar hadir , membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengan laporan dari perawat primer
5 Kepala ruangan mengevaluasi upaya pelaksana dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah 100% 0%
disusun bersama

c. Analisa Data
Pelaksanaan fungsi controling di ruang Flamboyan C berjalan baik
sebesar 100%.

Anda mungkin juga menyukai