PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses
sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan
pencernaan termasuk obstruksi usus dan hernia. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan
yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal.
(Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat
pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional. (Tucker,
1998).Sedangkan hernia adalah prostusi dari organ melalui organ defektif yang didapat/
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.(Barbara Engran,
1998).
B. Tujuan Penulisan
Tulisan ini dibuat berdasarkan tugas mata kuliah KMBI oleh dosen pengampu ibu
Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd.
Kriteria evaluas
1
C. Sistematika Penulisan
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................1
C. Sistematika Penulisan.........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................4
A. Pengertian (definisi)...........................................................................................4
B. Anatomi Fisiologi...............................................................................................5
C. Etiologi...............................................................................................................9
D. Patofisiologoi....................................................................................................10
E. Pato Flow Diagram...........................................................................................11
F. Tanda dan Gejala..................................................................................................11
G. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................12
H. Penatalaksanaan medis.....................................................................................13
I. Komplikasi...........................................................................................................15
J. Konsep dasar keperawatan...................................................................................16
K. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................18
L.Intervensi Keperawatan...........................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................20
KESIMPULAN...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian (definisi)
1. Obstruksi usus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
pada traktus intestinal (Price & Wilson, 2007).
2. Obstruktif usus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus (Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk ).
3. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001).
4. Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(Reeves, 2001).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
3
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (faring)
3. Kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esophagus.
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
4
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam
), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga
5
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
8. Umbai Cacing
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
6
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani
untuk hati, hepar.
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
C. Etiologi
a.Mekanis
7
3) Hernia. Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami strangulasi
dari kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply darah yang cukup.
Bagian tersebut akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
4) Volvulus. Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat
sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera ditangani karena terjadi
gangguan supply darah yang kurang .
5) Intususepsi. Intussusepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari usus ke
dalam lumen usus yang berikutnya.Intussusepsi sering terjadi antara ileum bagian distal
dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam lumen cecum.
1) Ileus paralitik.
Tidak ada gerakan peristaltis bisa diakibatkan :
a) Pembedahan abdominal dimana organ-organ intraabdominal mengalami trauma
sewaktu pembedahan
b) Elektrolit tidak seimbang truma hypokalemia
2) Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf pada
sakral 4, misal pada penderita spina bifida.
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Uremia (Suratun & Lusianah, 2010, hlm 335 – 337).
D. Patofisiologoi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah
8
proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan
elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi
syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian.
9
a. Obstruksi Usus Halus
Keluhan yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas adalah
Nyeri perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus dan tidak
buang air besar.
Setelah beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan berkurang
atau menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan berkurang atau setelah
terjadi strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut menjadi hebat dan terus
menerus.
Pada obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse dengan
distensi yang ringan.
Pada obstruksi intestinal distal, muntahannya jarang dengan isi muntahan feses,
tetapi distensinya lebih hebat.
Meningkatnya lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan dan gas
dalam lumen usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan colon atau pada
paralitik ileus.
Penderita dengan obstruksi usus besar mempunyai keluhan yang hampir sama dengan
obstruksi usus halus seperti nyeri perut, nausea, vomiting, konstipasi dan diare.
Obstruksi usus besar yang disebabkan oleh keganasan disamping keluhan seperti diatas
juga ada keluhan berak darah, penambahan kebiasaan buang air besar.Ada keluhan
sukar buang air besar, tinjanya seperti kotoran kambing kecil-kecil.Berat badan
penderita turun dengan drastis.
G. Pemeriksaan Penunjang
10
a. Pemeriksaan laboratorium
Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas antara air
dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan tangga, terutama pada
obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam dinding usus.
Udara bebas pada foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
c. Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT
scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan pada dinding usus
(obstruksi komplet, abses, keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus
halus.Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
e. Pemeriksaan USG
f. Pemeriksaan MRI
11
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.
g. Pemeriksaan angiografi
H. Penatalaksanaan medis
a. Konservatif
b. Medications
Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic apabila
nyeri. (Medlinux.com).
c. Surgery
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di perhatikan :
12
Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
Apakah ada risiko strangulasi.
Indikasi intervensi bedah :
Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis
obstruksi kolon.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui laparotomi.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang
ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada
24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada
umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus:
13
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
I. Komplikasi
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku/bangsa, alamat, tanggal
masuk RS dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang dengan keluhan; sakit perut yang hebat, kembung, mual,
muntah dan tidak ada defekasi/BAB yang lama.
14
3. Riwayat penyakit sekarang.
a. Perubahan pola BAB sejak kapan? (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi ).
b. Sakit perut,kembung?
c. Mual,muntah,(frekuensi jumlah,warna, bau)
d. Apa ada demam,bisa platus?
e. Apa ada diberi obat sebelum masuk rumah sakit?
4. Riwayat penyakit dahulu.
a. Ada /tidak nyariwayat tumor ganas,polip/peradangan kronik?
b. Riwayat pernah tidak nyaoperasi pada daerah perut.
c. Bagaimana keadaan BAB . Apakah sering merasa sakitperut kembung,sulit
BAB dan keadaan fakes.
d. Apakah ada riwayat hernia?
e. Apakah pernah mengalami cedera Arauma?
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Apakah ada yang pernah sakit seperti klein?
b. Apakah ada yang pernah mengalami penyakit menular atau keturunan?
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Penampilan umum
2) Tanda vital (TD, Pols, resp, temp).
3) TB, BB.
4) Kesadaran .
b. Pemeriksaan fokus
1) Inspeksi
a) Pada keadaan umum klien apakah kelihatan sakit, meringis.
b) Apakah ada muntah; warna coklat bila obstruksi pada usus halus.
c) Klien kelihatan sakit bernafas karena perut kembung.
d) Abdomen tampak kembung.
e) Nampak tonjolan seperti bengkak pada bagian perut.
2) Auskultasi
Peristaltik usus menurun/meningkat.
3) Perkusi
a) Normal bunyi abdomen, tegang, dan kembung.
b) Kulit daerah abdomen terasa hangat, nyeri tekan.
c) Teraba benjolan/masa di daerah abdomen.
15
7. Kebutuhan Biologis
a. Nutrisi:
1) Pola kebiasaan.
2) Jenis makanan/minuman.
b. Eliminasi
1) Pola.
2) Frekuensi.
3) Jumlah, warna, bau, konsistensi (BAB/BAK)
c. Istirahat/tidur
Mempunyai masalah/tidak.
d. Aktifitas
1) Apakah terganggu/terbatas.
2) Faktor yang memperingan atau memperberat.
3) Riwayat pekerjaan.
8. Riwayat Psikososial
Bagaimana pola pemecahan masalah klien terhadap masalahnya, demikian juga
keluarga.
9. Riwayat Sosial
a. Kebiasaan merokok, minuman keras, dan lain-lain.
b. Konsep diri terhadap masalah
K. Diagnosa Keperawatan
L. Intervensi Keperawatan
16
Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
Intervensi :
Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan, yang
berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vitalterus
menerus memerlukan evaluasi lanjut.
Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih ditunda.Tingkatkan privasi dan
gunakan tindakan keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila pasien berupaya
untuk berkemih.Tempatkan pada posisi semi-fowler atau berdiri sesuai kebutuhan.
Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot. Posisi tegak
meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman praktik keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.
Ed. 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth.Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.Jakarta :
EGC.
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care standards : nursing process, diagnosis,
and outcome. Alih bahasa Yasmin asih.Ed. 5.Jakarta : EGC.
Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-surgical nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.
Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.
19
20