E-ISSN: 2720-9717
Volume 1, Nomor 2, 2020
ECOTAS
http://journals.ecotas.org/index.php/ems
Abstrak
Kata Kunci: Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pernah dilanda tsunami. Tsunami
kearifan lokal, terjadi akibat dari fenomena alam seperti aktivitas gempa bumi, letusan
mitigasi, tsunami gunung berapi, dan longsor bawah laut. Peringatan dini bencana alam,
khususnya tsunami penting untuk meminimalisir korban dan kerugian yang
ditimbulkan. Kearifan lokal masyarakat setempat atau wilayah berdampak
merupakan salah satu cara mitigasi tsunami. Mitigasi tsunami tidak selalu
hanya berkaitan dengan teknologi, melainkan ada sudut pandang sosial dan
budaya yang juga memiliki peran penting. Dengan latar belakang tersebut,
tujuan disusunya artikel ini adalah untuk memahami permasalahan
penerapan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia serta melihat dampak
dari kearifan lokal masyarakat setempat sebagai salah satu bentuk mitigasi
tsunami melalui studi literatur.
Abstract
Keywords: Nangroe Aceh Darussalam Province was hit by a tsunami. Tsunamis occur
local wisdom, as a result of natural phenomena such as earthquake activity, volcanic
mitigation, tsunami eruptions, and underwater landslides. Early warning of natural disasters,
especially tsunamis is important to minimize casualties and losses caused.
Lokal wisdom of local communities or impact areas is one way of tsunami
mitigation. Tsunami mitigation is not always related to technology, but
there are social and cultural perspectives that also have an important role.
With this background, the purpose of this article is to understand the
problem of implementing a tsunami early warning system in Indonesia and
to see the impact of local wisdom of the local community as a form of
tsunami mitigation through literature studies.
*
Penulis koresponden: WitaRamadhiantyKusuma_1304617071@mhs.unj.ac.id
38
Kearifan Lokal Wita R. Kusuma, Achmad S. Ramadhan, Qurrota ‘Aini, Ade Suryanda
untuk meminimalisir korban dan kerugian yang pusat gempa, sebagian disebabkan oleh hutan
disebabkan oleh tsunami. bakau di sekitarnya dan kearifan lokal mereka.
Tsunami berasal dari Bahasa Jepang Dari keseluruhan populasi pulau tersebut hanya
dimana tsu adalah pelabuhan dan name adalah 7 orang yang meninggal akibat tsunami pada
gelombang, jadi tsunami adalah gelombang Desember 2004 (McAdoo et al, 2006).
tinggi yang menghantam pantai. Tsunami Masyarakat Pulau Simeulue mengenal tsunami
sering disebabkan oleh gempa tektonik besar dengan istilah “smong” yang merupakan
karena pergerakan patahan atau fraktur meluas kearifan lokal yang dipercaya oleh masyarakat
secara vertikal sehingga air laut tersedot ke sekitar (Kurniasih et al, 2020).
dalam fraktur dan kemudian dibuang kembali Smong ini biasa diceritakan secara turun
setelah fraktur mencapai kondisi keseimbangan temurun dengan berbagai cara, misalnya
(Baeda et al, 2015). Dalam kasus perambatan melalui cerita daerah, melalui lagu pengantar
tsunami, kecepatan air bisa mencapai ratusan tidur, dan melalui senandung. Masyarakat
kilometer per jam. Antara gempa dan tsunami Pulau Simeulue memahami smong sebagai
ada jeda waktu yang bisa digunakan untuk gelombang besar yang terjadi setelah gempa.
memberikan peringatan dini kepada publik. Sebelum datangnya smong, ada pertanda yang
Mitigasi Tsunami perlu diberikan peringatan dapat diketahui seperti surutnya air laut setelah
dini sebelum bencana (Baeda et al, 2015). gempa besar dan adanya suara gemuruh. Jika
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk pertanda ini muncul, maka masyarakat Pulau
mengurangi risiko bencana, baik melalui Simeulue ini diajarkan untuk menyelamatkan
pembangunan fisik maupun penyadaran dan diri dengan cara tidak mendekati daerah pesisir
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman dan segera menuju ke tempat yang lebih tinggi
bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 seperti puncak bukit.
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Karena pemahaman yang telah
Bencana). ditanamkan turun temurun dari kakek nenek
Gelombang tsunami dihasilkan oleh mereka, maka masyarakat sekitar telah tahu
beberapa fenomena yang menyebabkan bagaimana tsunami ini akan muncul dan
gangguan besar-besaran dari permukaan laut. bagaimana upaya yang harus dilakukan ketika
Mekanisme tsunami yang paling sering adalah bencana ini muncul. Hal ini secara tidak
karena aktivitas gempa bumi, letusan gunung langsung menjadi suatu upaya tradisional
berapi, dan proses tanah longsor di lingkungan sebagai peringatan dini tsunami dan
bawah laut dan pesisir. Tsunami tidak hanya mengurangi dampak bencana.
menghantam Samudra Pasifik dan India tetapi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
juga seluruh bagian lautan global termasuk menyelidiki mitigasi bencana tsunami dengan
wilayah Eropa dan Mediterania. Pelajaran yang pendekatan kearifal lokal di Indonesia, bahwa
dapat diambil dari tsunami besar tahun 2004 di dalam mempersiapkan diri dari bencana
Samudera Hindia dan tahun 2011 di Jepang khsususnya tsunami tidak hanya mengandalkan
Timur Laut telah secara signifikan teknologi tetapi ada juga sudut pandang sosial
memengaruhi pengembangan studi tsunami dan dan budaya masyarakat.
tindakan mitigasi risiko dalam skala global.
Masalah peringatan dini tsunami adalah topik
2 METODE PENELITIAN
hangat yang berkembang pesat di bidang-
bidang seperti sains, teknologi, perencanaan Metode yang digunakan dalam
darurat, kesadaran, pendidikan, dan manajemen penelitian ini adalah studi literatur dengan cara
krisis semuanya berkontribusi dalam sinergi membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-
untuk melindungi masyarakat pesisir. literatur yang berhubungan dengan bencana
Kearifan lokal ternyata juga memiliki alam, kearifan lokal, tsunami, dan mitigasinya
peran dalam peringatan dini tsunami bagi yang bertujuan untuk menganalisis
masyarakat sekitarnya. Sebelum tsunami Aceh pengetahuan yang dipublikasikan melalui
pada desember 2004 silam, ternyata Aceh ringkasan, klasifikasi, artikel teoritis, serta
khususnya wilayah Pulau Simeulue juga perbandingan studi penelitian sebelumnya.
pernah dilanda gempa bumi yang disusul oleh Sumber pustaka yang digunakan meliputi buku,
tsunami besar pada tahun 1907 (Natawdjaja, jurnal, serta situs-situs internet.
2015). Jumlah kematian yang relatif rendah di
Pulau Simeuleu Indonesia, yang dekat dengan
39
EMS 1-2-2020
40
Kearifan Lokal Wita R. Kusuma, Achmad S. Ramadhan, Qurrota ‘Aini, Ade Suryanda
tsunami yang disebut dengan “smong” di dan menyampaikan berita bohong (Angin,
daerah tersebut melalui cerita rakyat. Cerita 2019).
rakyat yang diajarkan turun termurun cukup
mendidik masyarakat untuk melakukan
4 PENUTUP
mitigasi ketika bencana tsunami datang
menimpa pulau tersebut. Dari hasil penelitian Tsunami terjadi akibat dari patahnya
yang dilakukan oleh McAdoo dkk di tahun lempeng bumi di dasar laut yang menyebabkan
2006, hanya ada 7 orang yang menjadi korban gempa bumi dan mengganggu keseimbangan
jiwa dari tsunami tersebut. Cerita turun air sehingga timbulah gelombang besar.
temurun tersebut berisi tentang tanda-tanda Hampir semua kasus bencana tsunami menelan
kemunculan tsunami, sehingga masyarakat korban yang tidak sedikit begitu juga dengan
dapat mencegah jatuhnya korban jiwa dengan kerugian harta benda. Pemanfaatan teknologi
naik ke tempat yang lebih tinggi. sebagai salah satu upaya mitigasi tsunami
Selain contoh dari mitigasi tsunami di tentunya sudah banyak dilakukan sebagai
masyarakat Pulau Simeulue, masyarakat di peringatan agar penduduk wilayah yang
pesisir pantai di Pariaman, Padang, terdampak dapat menyelamatkan diri secara
menggunakan mitos sebagai upaya mitigasi cepat dan tepat serta mengurangi berbagai
tentang kemunculan suatu bencana alam. dampak yang ditimbulkan dari bencana
Maharani dkk (2019) meneliti tentang upaya tsunami.
mitigasi yang dilakukan di pesisir pantai Dari bencana tsunami yang terjadi di
Pariaman, menurut sumber, mitigasi bencana Aceh pada Desember 2004, kita mengetahui
berupa cerita (mitos) yang disampaikan secara bahwa sistem peringatan dini khususnya di
turun menurun, seperti hewan-hewan seperti Indonesia belum dapat meminimalisir korban
burung di sekitar pantai akan terbang secara jiwa dan kerugian. Kesiapsiagaan masyarakat
acak disertai dengan suara ribut. Hubungan terhadap tsunami mungkin masih tergolong
dengan alam sekitar juga menjadi upaya rendah sehingga ketika tsunami terjadi,
mitigasi ketika ada sesuatu yang janggal, masyarakat tidak dapat menyelamatkan diri. Di
seperti ketika menginjak tanah, tanah terasa sisi lain, Pulau Simeulue yang juga merupakan
kosong, juga bentuk awan berupa garis-garis wilayah terdampak dari bencana tsunami
lurus merupakan tanda sebuah bencana alam tersebut, menelan korban jiwa yang relatif
akan datang yang diajarkan (Maharani, 2019). rendah. Kearifan lokal yang dipercaya turun
Masyarakat di Tana Ai, Nusa Tenggara temurun menyelamatkan mereka. Smong yang
Timur juga menggunakan hal yang sama untuk dipahami masyarakat sekitar sebagai tsunami,
mitigasi bencana gempa bumi tektonik yang telah menambah pemahaman mereka tentang
memicu tsunami. Mereka membuat cerita bagaimana itu terjadi dan apa yang harus
tentang Nepar (kura-kura) sebagai simbol dilakukan jika pertanda bencana itu datang.
magma gunung api dan dua naga raksasa yang Kearifan lokal di daerah lain seperti di
melambangkan tanah dan air. Jika naga yang pesisir Pariaman dan Tana Ai juga menambah
melambangkan tanah menggeliat, maka Nepar pemahaman masyakarat tentang tanda-tanda
akan terguncang dan naga yang melambangkan akan datangnya bencana alam. Belajar dari
air juga ikut bergerak. Gerakan dari naga kearifan lokal di Pulau Simeulue, pesisir
simbol air akan menyebakan gelombang air Pariaman, dan Tana Ai sebagai sistem
yang disebut tsunami (Angin, 2019). peringatan dini tsunami, membuktikan bahwa
Penyampaian mitigasi tsunami yang upaya mitigasi tsunami tidak hanya dengan
dilakukan masyarakat memiliki jalan cerita teknologi, tetapi juga diperlukan pendekatan
yang berbeda, tetapi ada makna yang sama di sosial budaya untuk meningkatkan
setiap penyampaiannya. Cerita yang kewaspadaan masyarakat terhadap tsunami.
disampaikan oleh para leluhur dari masing-
masing daerah memiliki makna bahwa sebelum DAFTAR PUSTAKA
adanya suatu bencana, pasti terdapat tanda-
tanda yang dapat dirasakan oleh indera Alam, Q., & Kusumasari, B. (2012). Local
manusia. Pesan moral yang terkandung dalam Wisdom-Based Disaster Recovery
cerita-cerita tersebut adalah kerjasama yang Model in Indonesia. Disaster
baik antara manusia dengan sesamanya. Tidak Prevention and Management: An
ada sikap saling curiga, saling menjatuhkan,
41
EMS 1-2-2020
42
Kearifan Lokal Wita R. Kusuma, Achmad S. Ramadhan, Qurrota ‘Aini, Ade Suryanda
43