Salam sejahtera, dengan rasa hormat yang mendalam, saya ingin mengucapkan salam pembuka
yang penuh kasih sayang kepada semua pembaca. Dalam kesempatan ini, saya dengan rendah
hati ingin mempersembahkan kata pengantar ini sebagai awal dari sebuah perjalanan yang penuh
pengetahuan dan inspirasi. Semoga karya yang akan Anda baca nantinya dapat memberikan
manfaat dan pemahaman yang berharga. Terima kasih atas perhatian dan dukungan Anda.
Selamat membaca!
DAFTAR ISI
HAL 1 : COVER
HAL 2 : KATA PENGANTAR
HAL 4-7 : PENDAHULUAN
HAL 8 : PENGERTIAN BANJIR MENURUT PARA AHLI
HAL 9-12 : KONDISI WILAYAH JAKARTA TERHADAP BENCANA BANJIR
HAL 13-19 : MANAJEMEN BENCANA BANJIR
HAL 20 : KESIMPULAN DAN SARAN
HAL 21 : DAFTAR PUSTAKA
A.Pendahuluan
Manajemen bencana adalah pendekatan terstruktur yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
merencanakan, dan mengelola resiko serta dampak bencana. Dalam konteks penanggulangan
bencana di wilayah Jakarta, manajemen bencana mencakup langkah-langkah berikut:
1. Identifikasi Risiko: Pihak berwenang harus melakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi
jenis-jenis bencana yang mungkin terjadi di Jakarta, seperti banjir, gempa bumi, dan tanah
longsor. Ini memungkinkan untuk merencanakan tindakan yang sesuai.
2. Perencanaan Darurat: Pemerintah harus memiliki rencana darurat yang mencakup prosedur
evakuasi, tempat penampungan, dan logistik. Rencana ini harus diperbarui secara berkala untuk
memastikan kesiapan.
3. Sistem Peringatan Dini: Jakarta perlu memiliki sistem peringatan dini yang efektif untuk
memberi tahu penduduk tentang ancaman bencana. Ini bisa termasuk peringatan tsunami,
peringatan banjir, dan sebagainya.
4. Evakuasi dan Perlindungan Masyarakat: Ketika bencana terjadi, evakuasi yang terorganisir
dan perlindungan masyarakat adalah kunci. Ini termasuk menyediakan tempat-tempat aman dan
bantuan medis.
5. Rehabilitasi dan Pemulihan: Setelah bencana, Jakarta harus memiliki rencana pemulihan
jangka panjang. Ini termasuk memperbaiki infrastruktur, menyediakan bantuan kepada korban,
dan mendukung pemulihan ekonomi.
7. Kerja Sama Antar Lembaga: Kerja sama antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan
lembaga internasional adalah kunci. Ini memungkinkan untuk mengkoordinasikan upaya
penanggulangan bencana dengan efektif.
Dengan implementasi manajemen bencana yang baik, Jakarta dapat lebih siap dan mampu
mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi di wilayah tersebut.
Saat ini, kondisi masyarakat yang terdampak banjir di wilayah Jakarta dapat bervariasi
tergantung pada intensitas dan frekuensi banjir, serta upaya penanggulangan yang telah
dilakukan. Beberapa faktor umum yang dapat memengaruhi kondisi masyarakat yang terdampak
banjir di Jakarta meliputi:
1. Evakuasi: Sebagian besar masyarakat yang terdampak banjir harus menghadapi tantangan
evakuasi yang sulit. Mereka mungkin kehilangan tempat tinggal dan barang-barang berharga.
Pemerintah setempat mungkin menyediakan tempat penampungan sementara, tetapi kebutuhan
akan akomodasi jangka panjang adalah prioritas.
2. Kesehatan: Banjir dapat meningkatkan risiko penyakit yang terkait dengan air, seperti diare
dan infeksi saluran pernapasan. Pelayanan kesehatan dan bantuan medis sangat penting untuk
mencegah penyebaran penyakit.
3. Pangan dan Air Bersih: Akses ke pasokan pangan dan air bersih bisa terganggu. Pemerintah
dan lembaga kemanusiaan harus menyediakan bantuan makanan dan air bersih kepada
masyarakat terdampak.
4. Kehilangan Mata Pencaharian: Banjir sering kali mengganggu mata pencaharian, terutama
bagi mereka yang bekerja di sektor informal atau sektor pertanian. Program pemulihan ekonomi
dapat membantu masyarakat yang terdampak untuk mendapatkan kembali sumber penghasilan
mereka.
Sumber : detik.com
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menangani bencana banjir di
Jakarta, beberapa di antaranya mencakup:
1. Pembangunan Waduk dan Tanggul: Pemerintah telah membangun waduk seperti Waduk Pluit
dan Waduk Rawa Kuno, serta memperkuat dan memperpanjang tanggul di sekitar wilayah
Jakarta untuk mengendalikan aliran air.
4. Sistem Peringatan Dini: Menerapkan sistem peringatan dini banjir untuk memberi masyarakat
waktu yang lebih baik untuk mengambil tindakan pencegahan.
5. Pengelolaan Sampah: Pemberian perhatian pada manajemen sampah yang baik dan program
pengurangan sampah.
7. Rencana Tata Ruang dan Zonasi: Pemerintah Jakarta sedang mengembangkan rencana tata
ruang yang lebih baik dan zonasi wilayah untuk mengendalikan pembangunan yang tidak
terkendali.
Penting untuk diingat bahwa menangani banjir di Jakarta adalah tugas yang kompleks dan
memerlukan upaya berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat.
B.Pengertian bencana banjir menurut para ahli
Bencana banjir adalah peristiwa alam yang sering terjadi dan memiliki dampak yang signifikan
pada manusia dan lingkungan. Berikut adalah empat pengertian bencana banjir menurut para
ahli:
C.
1. Ancaman Kehidupan: Banjir dapat mengancam nyawa penduduk, terutama jika air meluap
secara tiba-tiba dan mencapai tingkat yang berbahaya. Orang dapat terjebak di dalam rumah
mereka atau terbawa arus banjir.
2. Kerusakan Properti: Air banjir dapat merusak rumah, bangunan, dan barang berharga lainnya.
Ini dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
3. Gangguan Transportasi: Banjir seringkali menyebabkan gangguan pada sistem transportasi.
Jalan raya, rel kereta, dan bandara dapat terendam air, mengganggu perjalanan dan distribusi
barang.
4. Gangguan Listrik: Banjir dapat merusak fasilitas listrik, menyebabkan pemadaman listrik yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk dan pelayanan penting seperti rumah sakit dan
pompa air.
5. Penyebaran Penyakit: Air banjir yang tercemar dapat menyebabkan penyebaran penyakit
seperti infeksi perut, demam tifoid, dan penyakit kulit.
6. Kerugian Ekonomi: Banjir dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Bisnis
terganggu, produksi terhenti, dan infrastruktur rusak, yang semuanya berdampak pada
pertumbuhan ekonomi.
7. Kerusakan Lingkungan: Banjir dapat merusak ekosistem sungai dan lautan, mengganggu
kehidupan laut, serta mengakibatkan kerusakan lingkungan jangka panjang.
8. Krisis Kemanusiaan: Banjir dapat menciptakan krisis kemanusiaan dengan ribuan orang yang
kehilangan tempat tinggal dan memerlukan bantuan dalam bentuk makanan, air bersih, dan
perawatan medis.
1. Geografis dan Topografi: Jakarta terletak di dataran rendah dan pesisir, yang membuatnya
sangat rentan terhadap banjir karena mudah tergenang oleh air dari laut dan sungai. (Sumber:
Peta topografi wilayah Jakarta)
2. Urbanisasi dan Pembangunan: Pertumbuhan cepat dan pembangunan tanpa terkendali telah
mengakibatkan peningkatan permukaan beton di Jakarta. Ini mengurangi kemampuan tanah
untuk menyerap air dan meningkatkan aliran air permukaan. (Sumber: Laporan Pembangunan
Kota Jakarta)
3.Drainase Buruk: Sistem drainase di Jakarta seringkali tidak memadai. Saluran air dan sungai
seringkali tersumbat oleh sampah dan limbah, menghambat aliran air. (Sumber: Laporan Kualitas
Lingkungan Jakarta)
4. Perubahan Iklim: Perubahan iklim dan pemanasan global mengakibatkan cuaca ekstrem yang
dapat menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi dan intensitas banjir yang lebih besar.
(Sumber: Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC))
5. Kesadaran Masyarakat: Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya banjir dan pemahaman
tentang tindakan mitigasi seringkali kurang. Ini mengakibatkan ketidaksiapan dalam menghadapi
bencana banjir. (Sumber: Survei Kesadaran Masyarakat Jakarta)
Tingkat kemampuan masyarakat di wilayah Jakarta dalam merespon bencana banjir sangat
bervariasi. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengetahuan, kesadaran,
akses terhadap sumber daya, dan kesiapan. Berikut penjelasan beserta daftar pustaka yang dapat
mendukung pemahaman tentang kemampuan masyarakat dalam merespon banjir di Jakarta:
1. Pengetahuan dan Kesadaran: Kemampuan masyarakat untuk merespon banjir seringkali
tergantung pada pengetahuan mereka tentang bahaya banjir dan tindakan yang harus diambil.
Kesadaran akan bahaya banjir juga penting untuk mengambil tindakan pencegahan dan evakuasi
yang tepat.
- [Sumber 1]: Smith, K. (2013). Environmental Hazards: Assessing Risk and Reducing
Disaster.
- [Sumber 2]: Cutter, S. L., Barnes, L., Berry, M., Burton, C., Evans, E., Tate, E., & Webb, J.
(2008). A place-based model for understanding community resilience to natural disasters.
2. Rencana Tanggap Darurat: Kemampuan masyarakat untuk merespon banjir juga tergantung
pada kesiapan mereka dalam menghadapi bencana. Rencana tanggap darurat pribadi dan
keluarga, serta partisipasi dalam pelatihan bencana, dapat meningkatkan kemampuan ini.
- [Sumber 3]: Federal Emergency Management Agency (FEMA). (2018). Individual and
Community Preparedness.
3. Akses Terhadap Sumber Daya: Masyarakat yang memiliki akses terhadap sumber daya seperti
alat penyelamatan, makanan, dan air bersih lebih mungkin dapat merespon banjir dengan efektif.
- [Sumber 4]: Norris, F. H., Stevens, S. P., Pfefferbaum, B., Wyche, K. F., & Pfefferbaum, R. L.
(2008). Community resilience as a metaphor, theory, set of capacities, and strategy for disaster
readiness. American Journal of Community Psychology.
4. Partisipasi dalam Komunitas: Masyarakat yang aktif dalam komunitas mereka seringkali
memiliki jaringan sosial yang kuat, yang dapat membantu dalam merespon bencana dan
memobilisasi bantuan.
- [Sumber 5]: Aldrich, D. P., & Meyer, M. A. (2015). Social capital and community resilience.
American Behavioral Scientist.
5. Pendidikan dan Kampanye Kesadaran: Pendidikan dan kampanye kesadaran publik dapat
meningkatkan pemahaman dan kesiapan masyarakat terhadap banjir.
- [Sumber 6]: Paton, D., & Johnston, D. (2001). Disasters and communities: Vulnerability,
resilience and preparedness. Disaster Prevention and Management.
6. Pengalaman Sebelumnya: Masyarakat yang pernah menghadapi banjir sebelumnya mungkin
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang membantu mereka merespon dengan lebih baik.
- [Sumber 7]: Lindell, M. K., & Perry, R. W. (2012). The protective action decision model:
Theoretical modifications and additional evidence. Risk Analysis.
7. Peran Pemerintah dan LSM: Bantuan dan panduan dari pemerintah lokal dan lembaga non-
pemerintah dapat berperan penting dalam membantu masyarakat merespon banjir.
- [Sumber 8]: Comfort, L. K., Boin, A., & Demchak, C. C. (2010). Designing resilience:
Preparing for extreme events.
Manajemen kebencanaan (bencana) adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari aspek
perencanaan, penanggulangan, hingga tindakan pascabencana. Kegiatan ini meliputi usaha
pencegahan, tanggap darurat, mitigasi kesiapsiagaan, dan pemulihan.
Tujuan diadakannya manajemen kebencanaan ini adalah untuk mengurangi kerugian dan risiko
yang akan terjadi serta mempercepat proses pemulihan pascabencana.
Pelaksanaan manajemen terdiri dari dua tahap, yakni sebelum terjadi bencana dan sesudah terjadi
bencana. Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana meliputi tanggap
darurat,rekonstruki,dan rehabilitasi
1.Mitigasi
Mitigasi bencana banjir, baik secara struktural maupun non-struktural, harus disesuaikan dengan
karakteristik geografis, sosial, dan ekonomi wilayah tertentu. Berikut adalah contoh penerapan
kedua jenis mitigasi di suatu wilayah:
Mitigasi Struktural:
1. Pembangunan Bendungan dan Tanggul:Jika wilayah itu terletak di dekat sungai yang
seringkali banjir, maka pemerintah dapat membangun bendungan dan tanggul untuk mengatur
aliran sungai dan melindungi permukaaan kota.
Mitigasi Non-Struktural:
3. Peringatan Dini:Pendirian sistem peringatan dini yang efisien untuk memberi tahu warga
secara cepat dan efektif ketika ancaman banjir mendekat.
2.Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan masyarakat Jakarta terhadap bencana banjir dapat dipengaruhi oleh sejumlah
faktor. Beberapa aspek yang dapat memengaruhi kesiapsiagaan masyarakat termasuk:
1. Kesadaran dan Pendidikan: Tingkat kesadaran masyarakat tentang potensi bencana banjir dan
pengetahuan mereka tentang tindakan yang harus diambil saat bencana terjadi dapat
memengaruhi kesiapsiagaan. Program edukasi dan kampanye penyuluhan penting untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat.
2. Infrastruktur: Kualitas sistem drainase, tanggul, dan infrastruktur lainnya dapat memengaruhi
sejauh mana wilayah Jakarta siap menghadapi banjir. Peningkatan infrastruktur dapat membantu
mengurangi risiko banjir.
3. Sistem Peringatan Dini: Ketersediaan sistem peringatan dini yang efektif memungkinkan
masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang potensi banjir dengan cepat. Ini
memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan yang sesuai.
4. Perencanaan Keluarga: Keluarga yang memiliki rencana darurat dan persediaan makanan serta
perlengkapan penting lainnya akan lebih siap menghadapi banjir.
7. Keberlanjutan Lingkungan: Upaya pelestarian lingkungan, seperti hutan dan lahan basah,
dapat membantu mengurangi risiko banjir.
Selain faktor-faktor di atas, pemerintah dan lembaga terkait memiliki peran penting dalam
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap banjir dengan mengimplementasikan
kebijakan yang mendukung mitigasi dan respons bencana.
Kami memahami bahwa wilayah Jakarta saat ini menghadapi situasi darurat akibat banjir yang
parah. Ini adalah saat yang sangat sulit bagi kita semua, dan perlu tindakan cepat dan koordinasi
yang kuat untuk mengatasi masalah ini. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil:
1. Evakuasi Darurat:*Jika Anda atau keluarga Anda berada di wilayah yang terendam banjir,
segera evakuasi ke tempat yang aman. Cari tempat penampungan yang disediakan pemerintah
atau tempat tinggi yang aman.
2. Komunikasi Darurat: Pastikan Anda memiliki akses ke perangkat komunikasi yang berfungsi.
Gunakan telepon genggam untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman.
3. Ikuti Arahan Pemerintah: Ikuti petunjuk dan arahan dari pemerintah setempat. Mereka akan
memberikan informasi penting mengenai pengungsian, sumber daya, dan bantuan medis.
4. Bantuan Kemanusiaan: Organisasi kemanusiaan dan relawan akan bergerak cepat untuk
memberikan bantuan. Cari pusat bantuan yang mungkin tersedia di sekitar Anda.
5. Jaga Kesehatan: Jangan minum air banjir atau memakan makanan yang terkontaminasi.
Pastikan Anda memiliki persediaan air bersih dan makanan yang aman.
6. Berbagi Informasi:Bagikan informasi yang akurat tentang keadaan di wilayah Anda. Ini dapat
membantu petugas dan relawan dalam memberikan bantuan.
7. Komitmen Bersama: Saat kita melewati masa sulit ini, mari kita saling mendukung dan
bekerja sama. Kita akan pulih lebih baik jika kita bersatu.
Rehabilitasi dalam konteks banjir mencakup perbaikan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan
oleh banjir, seperti jalan rusak, bangunan yang terendam, dan infrastruktur yang rusak. Ini juga
termasuk pemulihan sistem air bersih dan sanitasi, serta upaya medis untuk membantu korban
banjir yang terluka.
Rekonstruksi, di sisi lain, melibatkan perencanaan jangka panjang untuk mengurangi risiko
banjir di masa depan. Ini mencakup pembangunan kembali daerah dengan pertimbangan tata
ruang yang lebih baik, seperti pemindahan permukiman yang rawan banjir, serta perencanaan
drainase yang lebih efisien.
Selain itu, pemulihan juga melibatkan dukungan psikologis dan sosial bagi korban banjir,
termasuk layanan kesehatan mental dan dukungan sosial untuk membantu mereka pulih secara
emosional dan mental.
Tujuan utama pemulihan setelah banjir adalah memastikan bahwa komunitas yang terdampak
dapat pulih dengan cepat dan kuat, dengan resiliensi terhadap ancaman banjir di masa depan.
Proses ini melibatkan kerja sama antara pemerintah, organisasi bantuan, dan warga lokal untuk
membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Bencana banjir di wilayah Jakarta merupakan masalah serius yang terjadi secara berulang,
merugikan penduduk dan ekonomi. Faktor-faktor seperti curah hujan ekstrem, penurunan tanah,
dan drainase yang buruk berkontribusi pada seringnya kejadian ini.
Saran:
1. Peningkatan Infrastruktur Drainase: Jakarta harus terus meningkatkan sistem drainase kota
dengan pembersihan sungai, pembangunan saluran air, dan pengelolaan air hujan yang lebih
baik.
2. Pembangunan Tanggul: Pembangunan dan pemeliharaan tanggul yang kuat dapat membantu
melindungi wilayah Jakarta dari banjir. Perlu investasi dalam infrastruktur perlindungan banjir
yang efektif.
3. Sistem Peringatan Dini: Pengembangan sistem peringatan dini banjir yang efektif akan
memberi warga lebih banyak waktu untuk mengambil tindakan pencegahan.
6. Kerja Sama Regional:Jakarta dapat memperkuat kerja sama regional untuk mengatasi masalah
banjir, terutama dengan wilayah-wilayah sekitarnya yang juga terkena dampak banjir.
Dengan tindakan yang koordinat dan berkesinambungan, Jakarta dapat mengurangi dampak
bencana banjir dan melindungi penduduknya.
6.Daftar pustaka
Paripurno, Eko Teguh. "Panduan Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK)." (2014).
Maryono, Agus. Menangani banjir, kekeringan dan lingkungan. Ugm Press, 2020.
Purwani, Annisa, Lara Fridani, and Fahrurrozi Fahrurrozi. "Pengembangan media grafis untuk
meningkatkan siaga bencana banjir." Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 3.1 (2019): 55-67.