Anda di halaman 1dari 22

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) merupakan hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebelum orang menghadapi perilaku baru,

didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni : Awareness (kesadaran)

dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya.

Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2.1.2 Pengertian Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Pengetahuan ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang pertumbuhan balita,

perawatan dan pemberian makan anak balita, pemilihan dan pengolahan makanan

balita. Supaya dapat gizi yang baik dan seimbang (http://eprints.uns.ac.id, 2014).
8

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya: umur,

intelegensi, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman.

2.1.3.1 Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun, sebagai contoh daya

ingat seseorang itu sangat dipengaruhi oleh umur.

2.1.3.2 Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara

terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.

2.1.3.3 Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga yang buruk.

2.1.3.4 Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh

pengetahuan.
9

2.1.3.5 Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun

seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi

yang baik dari berbagai media, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang.

2.1.3.6 Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

2.1.4 Kategori Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga

tingkat, yaitu: Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%, Tingkat

pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%, Tingkat pengetahuan kurang bila

skor atau nilai <55% (Machfoedz, 2009,hal:128).

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan.


10

Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang secara ilmiah dan mendasari

dalam mengambil keputusan rasional dan efektif dalam menerima prilaku baru yang

akan menghasilkan persepsi yang positif dan negatif. Dengan pengetahuan yang baik

tentang pemeriksaan kehamilan maka ibu hamil akan termotivasi untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan sesuai standart.

2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara Tradisional

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode penemuan secara sistematik dan

logis.

2. Cara Coba-Salah (Trial and error)

Metode ini telah digunakan orang dalam waktu cukup lama untuk

memecahkan berbagai masalah. Terutama mereka yang melum atau belum

mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

3. Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modren. Kebiasaan seperti ini seolah-olah

diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru, demikianlah bunyi pepatah. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.


11

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecah permasalahan yang terjadi dihadapi pada masa lalu.

5. Melalui Jalan pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

2.1.7 Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan dalam dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmia. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau logis

populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Fracis

Bacon (1561-1626) (Notoadmodjo, 2005 ).

2.1.7.1 Metode Ilmiah

Metode penelitian sebagai suatu cara memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan masalah. Pada dasarnya menggunakan metode ilmiah.

Metode ilmiah yang pertama kali dikenalkan oleh Jhon Dewey adalah perpaduan

proses berfikir deduktif-induktif guna pemecahan masalah, adapun langkah-langkah

pemecahan suatu masalah yang di antaranya adalah

1. Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau kesulitan ini

mendorong perlunya pemecahan.


12

2. Merumuskan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut, di dalam hal ini

diperlukan observasi untuk mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan

masalah ini.

3. Mencoba mengajukan pemecahan masalah/ kesulitan tersebut dalam bentuk

hipotesis-hipotesis.

4. Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara

deduktif.

5. Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan berdasarkan fakta-fakta yang

dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian.(Notoadmodjo, 2005).

2.2 Ibu

2.2.1 Defenisi

Ibu adalah orang yang ingin melihat, menyentuh, dan merawat anaknya

(jones, 2005). Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang

ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik (Nurul, 2004).

Menurut (Asfryati,2004) ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai

orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. oleh sebab itu ibu

mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak,

terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.


13

peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan

menjaga anak-anaknya dari usia bayi hingga dewasa, karena anak tidak jauh dari

pengamatan orang tua terutama ibunya.

2.2.2 Peranan Ibu

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini.

Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga

dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah

dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (Zulkifli,

2004, hal:9)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ibu adalah wanita yang

mempunyai balita.

2.3 Gizi

2.3.1 Defenisi Gizi

Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara

normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbs, transportasi,

penyimpanan,metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta

menghasilkan energi. (Proverawati,2011,hal:1)

Tubuh manusia (termasuk bayi dan balita) memerlukan zat-zat yang berasal

dari makanan, yang disebut zat-zat gizi. Sementara itu istilah “Gizi” berasal dari kata
14

“Gizawi” ( bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan

jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat.

(Maryunani,2010,hal:257)

2.3.2 Cara Pengelolaan Makanan Balita

Syarat makanan yang diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan

tidak merangsang ( tidak pedas atau terlalu asam ).

2.3.2.1 Makanan Anak 1 sampai 3 Tahun

Pada usia 1 sampai 3 tahun anak bersifat konsumen pasif. Teknik makannya

tergantung pada apa yang disediakan dan diberikan ibu. Gigi geligi susu telah

tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras.

Anak sebaiknya mengikuti pola makan orang dewasa.

2.3.2.2 Makanan Anak Lebih dari 3 Tahun sampai 5 Tahun

Anak usia 3-5 tahun, disebut konsumen aktif. Dalam hal ini mereka telah

dapat memilih makanan yang disukai. Pada usia ini mulai diajarkan pendidikan gizi

sehat, baik di rumah maupun di sekolah.

Cara mengelola makanan pada balita harus dikuasai benar oleh orang tua, cara

pengelolaannya sebagai berikut:

1. Selalu menyediakan jenis makanan beraneka ragam (bervariasi): makanan pokok,

lauk pauk, sayur dan buah.

2. Tersedia sumber protein hewani ( telur, ikan, daging, susu) di dalam hidangan

sehari-hari anak (di sesuaikan dengan kemampuan).


15

3. Bila tak suka sayur, sementara diganti buah-buahan yang di sukai dan di

sesuaikan kemampuan.

4. Minum air putih yang cukup (5-7 gelas).

5. Makanan dan minuman manis termasuk permen harus dihindari, karena bahan

tersebut termasuk zat gizi kosong, artinya hanya zat tenaga tanpa vitamin dan

mineral.

6. Makanan harus dari bahan-bahan segar dan bebas pengawet dan bahan-bahan

kimia lainnya.

7. Makanan selingan secara berlebihan harus dihindari.

8. Makanan harus menarik untuk dikonsumsi.

9. Kebiasaan anak memilih-milih makanan secara bertahap harus dihindari.

10. Setiap jenis makanan yang dikonsumsi anak harus dijelaskan manfaatnya.

11. Makanan yang tidak disukai jangan dipaksakan untuk di konsumsi.

(Agria, 2012 : 128-130).

2.3.3 Menu Seimbang untuk Balita dan Pengelolaan Gizi Balita

Masa balita adalah periode dan mental yang pesat. Pada masa ini otak balita

telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara lebih

lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Balita

membutuhkan lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat. Menu seimbang untuk

balita yaitu:
16

1. Gula dan garam

Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang

dewasa sehari atau kurang dari 1 gram.

2. Porsi makan

Porsi makan anak balita juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka

membutuhkan makanan sumber energy yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil

namun sering.

3. Kebutuhan Energi dan Nutrisi

Bahan makanan sumber energy seperti karbohidrat, protein, lemak serta

vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari.

4. Susu Pertumbuhan

Susu merupakan salah satu sumber kalsium, sehingga penting juga dikonsumsi

balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml atau 12 ons per hari

(Proverawati,2011,hal:77-78).

2.3.4 Kebutuhan Dasar Gizi/Pangan

Kebutuhan dasar gizi atau pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang

utama untuk keperluan kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan bayi/balita.

Yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi serta peran

gizi pada balita (Maryunani, 2010, hal:269).


17

Gizi yang harus terpenuhi untuk menjaga keseimbangan tubuh balita yaitu:

1. Karbohidrat seperti nasi, roti, sereal, kentang, atau mie. Selain sebagai menu

utama, karbohidrat bisa diolah sebagai makanan selingan atau bekal sekolah

seperti pudding roti atau donat

2. Buah dan sayur seperti pisang, papaya, jeruk, tomat, dan wortel. Jenis sayuran

beragam mengandung zat gizi berbeda. Berikan setiap hari baik dalam bentuk

segar atau diolah menjadi jus

3. Susu dan produk olahan susu. Pastikan balita mendapatkan asupan kalsium yang

cukup dari konsumsi susunya

4. Protein seperti ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan. Tunda pemberiannya

apabila timbul alergi atau dapat diganti dengan sumber protein lain

5. Lemak dan gula seperti yang didapat dalam minyak, santan, dan mentega, roti dan

kue juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.

Pastikan balita mendapatkan kadar lemak esensial dan gula yang cukup bagi

pertumbuhannya. Namun perlu diperhatikan bahwa lemak dan gula tidak

digunakan sebagai pengganti jenis makanan lainnya (seperti karbohidrat)

(Proverawati, 2011, hal:78-79).

Makanan yang harus dihindari:

1. Makanan yang terlalu berminyak, junk food, dan makanan berpengawet

sebaiknya dihindari. Gunakan bahan makanan segar untuk balita

2. Penggunaan garam bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam jumlah

sedikit. Dan pilih garam beryodium yang baik untuk kesehatan.


18

3. Aneka jajanan dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan kandungan

gizinya.

4. Konsumsi telur dan kerang sering kali menimbulkan alergi bahkan keracunan bila

ibu tidak jeli memilih yang segar dan atau salah mengolahnya.

5. Konsumsi kacang-kacangan juga dapat menjadi pencetus alergi. Sehingga

sebaiknya jangan memberikan kacang bila balita belum terampil mengunyah

karena dapat tersedak (Peroverawati, 2011 : 79-80).

Dalam prinsip gizi seimbang, disamping makanan bervariasi seimbang, maka

aspek kebersihan dan kesehatan lingkungan (higiene dan sanitasi) amat penting

diterapkan pula. Semua aspek tersebut harus diajarkan sedini mungki, yakni diusia

balita tersebut. Higiene dan sanitasi berkaitan dengan cara mencuci tangan dengan

sabun, setiap datang dari luar ke dalam rumah, higiene mulut dengan bersikat gigi 4

kali sehari yakni sehabis makan dan hendak tidur, dan kebersihan tempat makan dan

ruangan (Agria, 2012 : 128)

2.4 Status Gizi Balita

2.4.1 Defenisi Status Gizi

Status Gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu ( Supariasa,

2008,hal:18). Status gizi merupakan suatu tampilan keadaan keseimbangan atau

perwujudan nutriture dengan variabel spesifik ( Francin, 2005,hal:117).


19

2.4.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui status

gizi seseorang. Cara penilaian status gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian

langsung atau secara tidak langsung (Supariasa, 2008: 18 ).

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

1. Antropometri 1. Survey Konsumsi


2. Biokimia 2. Statistik Vital
3. Klinis 3. Faktor Ekologi
4. Biofisik

Gambar 1. Metode Penilaian Status Gizi

Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian akan dibahas

secara umum sebagai berikut.

1. Antropometri

Secara antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi.
20

Indeks penilaian status gizi balita ialah untuk menilai Status gizi anak usia di

bawah lima tahun (Balita) digunakan beberapa indeks, yaitu: Berat Badan menurut

Umur (BB/U); Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Panjang Badan (BB/TB atau

BB/PB); Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur (TB/U atau PB/U); dan

indeks yang baru diperkenalkan oleh WHO (2005), yaitu Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U), dalam menggunakan semua indeks tersebut, dianjurkan

menggunakan perhitungan dengan Z-score ( menggunakan nilai median sebagai nilai

normalnya) (Almatsier,2011:103).

Berikut ini tabel 1.1 berdasarkan (sumber; Yayah K. Husaini, antropometri

Sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun XXIII, 1997).

Dalam buku Supariasa 2008 kriteria Status Gizi berdasarkan Indeks Antropometri.

Tabel 1.1

Status Gizi berdasarkan Indeks Antropometri

Status Gizi Indeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik >80 % >90 % >90%

Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % - 90 % 81% - 90%

Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71% - 80%

Gizi Buruk ≤ 60 % ≤70 % ≤70%

(Supariasa, 2008 : 70)


21

1. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

2. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot.

3. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu, Survei

Konsumsi Makanan, Statistik vital, Faktor ekologi.

1. Survei makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi


22

2. Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis

data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,

angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya

yang berhubungan dengan gizi.

3. Bengoa mengungkapakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kondisi balita baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut antara

lain:

2.4.3.1 Tingkat Pendidikan Ibu

Salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak yaitu

pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan yang ditempuh ibu balita akan

mempengaruhi penerimaan pesan dan informasi gizi serta kesehatan anak. Ibu dengan

tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan mengenai gizi dan

kesehatan anak (Rahmawati, 2006). Tingkat pendidikan terdiri dari SD, SMP, SMA,

dan Perguruan Tinggi.

Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan

mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan, sehingga kurangnya pengetahuan


23

tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan

informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab

terjadinya gangguan gizi (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferdous, et al (2013), yang

tercantum dalam penelitian Dyah Retno,salah satu faktor yang signifikan

berhubungan dengan malnutrisi yaitu tingkat pendidikan ibu

(http://keperawatan.unsoed.ac.id, 2014).

2.4.3.2 Pekerjaan Ibu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji

korelasi, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan

ibu dengan status gizi balita. Ibu yang tidak bekerja secara otomatis tidak akan

mendapatkan penghasilan sehingga ada kemungkinan kurang mencukupi kebutuhan

gizi balita sehari-hari. Hasil penelitian Devi (2010) dengan menggunakan uji regresi

logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan status

gizi adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu (Dyah, 2014).

2.4.3.3 Pengetahuan ibu tentang gizi

Menurut Sajogjo et al (1994) dalam Rahmawati (2006), pengetahuan ibu

tentang gizi secara tidak langsung akan mempengaruhi status gizi anak sehingga

gizinya dapat terjamin. Dengan pengetahuan yang dimiliki tersebut, maka ibu dapat

mengasuh dan memenuhi zat gizi balitanya.


24

Menurut Permana (2011), jika pengetahuan ibu tentang gizi kurang, maka ibu

kurang memperhatikan asupan makanan yang baik sehingga status gizi balita menjadi

kurang.

Menurut penelitian Laily Zainur terdapat hubungan antara pengetahuan ibu

tentang gizi dengan status gizi Balita dengan hasil uji SPSS spearman’s rho nilai

koefisien korelasi Spearman (rs)=0, 376 dan nilai sig 2 tailed (p) 0,002, sehingga p <

0,05 (Dyah, 2014).

2.4.3.4 Penyakit infeksi

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang

buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi, sehingga penyakit infeksi

dengan keadaan gizi merupakan suatu hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat

disebabkan oleh faktor agent (penyebab infeksi), host (induk semang), dan route of

transmission (jalannya penularan). Faktor agen penyebab penyakit infeksi antara lain

virus, bakteri, jamur, riketsia, dan protozoa. Berbagai agen infeksi tersebut akan

menyebabkan seseorang mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti influenza,

cacar, typhus, disentri, malaria, dan penyakit kulit seperti panu. Suatu penyakit

infeksi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu

sendiri, tergantung dari kekebalan atau resistensi orang yang bersangkutan. Penyakit

infeksi ini merupakan penyakit yang menular dan penularan dapat terjadi secara

langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).


25

2.4.3.5 Asupan nutrisi

Salah satu penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu asupan

nutrisi yang kurang. Makanan yang dikonsumsi tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-

zat gizi dalam tubuh seperti energi dan protein. Energi dapat diperoleh dari

kandungan bahan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Energi tersebut

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses

pertumbuhan serta untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Kekurangan protein dalam

tubuh juga dapat menyebabkan status gizi menurun sampai pada gizi buruk apabila

terjadi dalam jangka lama. Hal ini dikarenakan fungsi protein itu sendiri sebagai

pembangun, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, mekanisme pertahanan tubuh, dan

mengatur metabolisme tubuh (Faradevi, 2011).

2.4.4 Pengaruh Status Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Sediaoetama (1987) dalam buku Agria (2012) Status gizi pada usia

balita harus dijaga dan diperhatikan secara serius dari orang tua, karena terjadi

malnutrisi pada masa ini akan bisa menyebabkan kerusakan yang irreversibel.

Sangat mungkin ukuran tubuh pendek adalah salah satu indikator atau

petunjuk kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang

lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak (Agria, 2012: 131).
26

2.5 Balita

2.5.1 Defenisi Balita

Istilah balita singkatan dari bawah lima tahun. Tentu saja termasuk bawah 1

tahun. Beberapa ilmuwan membedakan anak usia bawah 1 tahun dengan di atasnya,

karena fisiologi atau faal bayi di bawah usia 1 tahun berbeda dari di atasnya.

Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan

umumnya anak usia lebih dari 1 tahun mulai menerima makanan padat seperti orang

dewasa. (Agria, 2011 :126).

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru

lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun,11 bulan, 29 hari). Pada

umumnya di tulis dengan notasi 0-4 tahun. (Maryunani, 2010 : 6)

balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun

sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun,

karena faal(kerja alat tubuh semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan

anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Anak usia 1-5

tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan

prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,

faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara

pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.(Proverawati, 2011 : 62).

Status gizi balita merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena

masa balita merupakan periode perkembangan yang rentan dengan gizi. Sehingga
27

tingkat pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh dalam pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan serta gizi anak balitanya. Karena seorang ibu sebagai

pengelola makanan untuk balitanya dan mempunyai peranan yang besar dalam

peningkatan status gizinya.

2.6 Kerangka Konsep

2.6.1 Defenisi

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.(Setiadi,2007)

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas (variabel

independent) atau variabel X dan satu variabel terikat (Variabel Dependent) atau

variabel Y. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang gizi,

sedangkan variabel terikat adalah status gizi balita. Dimana tanda panah menjelaskan

hubungan antara bagaimana pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah lihat pada Gambar 2:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita


Gizi

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan

Status Gizi Balita


28

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah pertanyaan sementara yang perlu diuji kebenaran. Untuk

menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian

hipotesis atau pengetesan hipotesis (Usman, 2006)

Berdasarkan Tinjauan teoretis dan kerangka berfikir sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya maka penulis merumuskan hipotesis penelitiannya yaitu:

Ada hubungan positif pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di

desa Helvetia Dusun IX tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai