PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia,
mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan
yang sehat untuk tetap sehat. Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Salah satu indeks pembangunan manusia (IPM) adalah upaya kesehatan yang
merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas
hidup manusia (masyarakat/penduduk). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Memperoleh kesehatan yang optimal baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
sebagaimana dimaksud di atas merupakan modal utama manusia untuk hidup produktif dalam
memenuhi segala kebutuhan hidup baik secara pribadi maupun keluarga. Kesehatan yang
optimal menjadi investasi masa depan manusia dimana manusia dapat menjalankan
aktivitasnya tanpa adanya gangguan kesehatan yang menjadi penghambat manusia
menjalankan aktivitasnya. Manusia yang sehat memperoleh upah dari pekerjaan dan
disimpan untuk keperluan hidup pribadi maupun keluarga untuk memenuhi kebutuhan primer
dan sekunder dalam kehidupan baik sekarang maupun masa mendatang dan bukan digunakan
untuk perawatan kesehatan yang terganggu.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu faktor utama
dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang
biasa dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan
Beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar
adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan
terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
serta diabetes mellitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases
seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, chikunguya, Severe Acute Respiratory
Syndrom (SARS). Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi sehingga Indonesia
menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens). Terjadinya beban
ganda yang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur umur
penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di
masa datang.
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah. Faktor utama penyebab tingginya angka
kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat
terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya
kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi
campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) tuberkulosis paru.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat. Perilaku
hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung
peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat
dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya
prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita, serta kecenderungan meningkatnya
jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif
(NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan.
Rendahnya status kesehatan penduduk miskin. Angka kematian bayi pada kelompok
termiskin adalah 61 dibandingkan dengan 17 per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok
terkaya. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak
balita, seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum dan penyulit kelahiran, lebih sering terjadi
pada penduduk miskin. Penyakit lain yang banyak diderita penduduk miskin adalah penyakit
tuberkulosis paru, malaria dan HIV/AIDS. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin
terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala
geografis dan kendala biaya (cost barrier). Walaupun Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) telah ditetapkan, pengalaman managed care di berbagai wilayah
menunjukkan bahwa keterjangkauan penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan belum
cukup terjamin.
Mankiw (2003) menyatakan bahwa peran investasi dalam sumber daya alam dan
sumber daya manusia turut menentukan dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Tabungan dan investasi mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Dalam
perkembangannya, sumber daya manusia dianggap memegang peran yang penting
dibandingkan sumber daya alam. Menurut Schult (dalam Sjafii, 2009) beberapa bentuk
investasi sumber daya manusia dapat berupa pendidikan, kesehatan maupun migrasi.
Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) kualitas SDM di Negara-negara
berkembang dapat ditingkatkan melalui program-program seperti: mengendalikan penyakit
dan meningkatkan kesehatan serta gizi; peningkatan pendidikan menurunkan angka buta
huruf dan melatih tenaga kerja; jangan meremehkan pentingnya sumber daya manusia.
Kesehatan juga terkait langsung dengan pendidikan, sebab semakin sehat individu,
semakin besar kesempatan yang ia miliki untuk menyerap ilmu pengetahuan. Selanjutnya,
semakin sehat seseorang, semakin tinggi juga produktivitasnya. Selain itu, semakin sehat
individu, semakin tinggi pula usia harapan hidup, yang pada gilirannya akan menurunkan gen
sehat tersebut kepada generasi berikutnya
Indonesia sebagai Negara hukum yang menjamin perlindungan hak asasi warga
negaranya juga menjamin kesejahteraan warga negaranya dengan memberikan perlindungan
kesehatan. Pasal 28 H (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Ketentuan dalam UUD 1945
tersebut kemudian dilaksanakan dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
pembangunan nasional.
Sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih belum menganggap kesehatan
sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga di dalam menjalankan pembangunan
sehingga alokasi dana kesehatan hingga kini masih tergolong rendah bila dibandingkan
dengan negara lain.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu faktor utama
dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang
biasa dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.