Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Siswa usia sekolah dasar merupakan kelompok usia yang rentan akan permasalahan
gizi. Hal ini disebabkan karena jadwal sekolah yang padat serta perkembangan anak yang
begitu cepat. (Nugroho & Anggraheni, 2019). Untuk mengoptimalisasi tumbuh kembang
anak usia sekolah dasar membutuhkan gizi yang cukup dari sudut pandang kualitas dan
kuantitas karena proses pertumbuhan anak usia sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh nutrisi
baik yang diterima. Hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan
serta meningkatkan daya intelektual anak sehingga dapat mendukung tumbuh kembang pada
masa usia sekolah (Sulistiawati, 2019). Nutrisi yang dikosumsi pada unak sia sekolah dasar
cenderung kurang optimal karena banyaknya faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dari anak itu sendiri serta orang tua
juga pendidik. Akibatnya anak tidak memperoleh nutrisi yang tepat. (Kurniasari &
Rahmatunisa, 2019). Rendahnya tingkat pengetahuan tentang zat gizi juga dapat
menurunkan tingkat kemampuan anak untuk mengaplikasikan pengetahuan terkait gizi
dalam kehidupannya sehari-hari (Pramono, Puruhita dan Muis, 2014).
Edukasi gizi seimbang merupakan program promotif yang cukup baik dalam
mengubah pola hidup menjadi sehat. Permasalahan gizi di Indonesia saat ini semakin
mengkhawatirkan hal ini dilihat dari data RISKESDAS tahun 2018 yang menjelaskan
tingginya obesitas, wasting, stunting, dan kondisi penyakit degenerative dan infeksi
(Kementerian Kesehatan RI 2018). Gizi seimbang menjadi salah satu kunci dalam
pemenuhan pola hidup sehat (Akbar dan Aidha, 2020). Gizi seimbang mempunyai peranan
penting yang berpengaruh dalam menopang kesehatan tubuh manusia, mempertahankan
kekebalan tubuh, dan meningkatkan kinerja otak (Sambo, Ciuantasari, dan Maria 2020).
Sehingga tumbuh kembang anak usia sekolah dasar menjadi optimal. Kesehatan individu
juga perlu dikembangkan mulai dari usia dini bagi anak-anak khususnya pada usia sekolah
dasar (Sulastri et al., 2022)
Menurut Healthy People (2010), Pendidikan gizi akan meningkatkan pengetahuan
gizi anak dan akan membantu sikap anak yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam
memilih makanan yang bergizi. Pengaruh pendidikan gizi terhadap kesehatan akan lebih
efektif jika targetnya adalah langsung pada anak usia sekolah (Healty People, 2010). Salah
satu upaya efektif untuk memperbaiki pengetahuan anak usia sekolah yaitu dapat
diadakannya penyuluhan mengenai gizi seiimbang, hal tersebut merupakan bentuk dari
pendidikan gizi yang disertai dengan media, karena pesan yang diberikan dapat
menimbulkan minat dalam belajar dan anak lebih mudah dalam memahami isi materi
(Selviyanti et al., 2019). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nurmaningtyas, dkk (2019) yang menunjukan bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar
siswa sekolah dasar sebesar 90% dengan pengetahuan yang rendah dan tidak ada siswa
dengan pengetahuan yang baik. Namun setelah diberikan penyuluhan menunjukan
terjadinya peningkatan nilai mengenai pengetahuan yang rendah dan tingkat pengetahuan
yang baik yang awalnya tidak ada sama sekali atau 0% hingga menjadi 46,7%, sedangkan
tingkat pengetahuan dalam kategori cukup sebesar 10% menjadi 53,3% serta tidak ada
siswa yang berpengetahuan kurang. Akhirnya didapatkan rata-rata pengetahun siswa
sebelum penyuluhan yaitu sebesar 53,33% dan sesudah penyuluhan sebesar 77,17%. Hal
tersebut membuktikan bahwa penyuluhan tentang gizi sanat berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan anak usia sekolah dasar tentang gizi seimbang.
Pendidikan gizi seimbangy ang diberikan pada anak usia sekolah dasar diharapkan
dapat menciptakan memori jangka panjang. Memori jangka panjang (long- term memory)
merupakan jenis memori yang cenderung bersifat permanen dan tidak terbatas. Memori
tersebut akan terus berkembang pada usia anak-anak menengah dan akhir. Peningkatan
memori mencerminkan peningkatan pengetahuan anak-anak dan peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh penggunaan strategi dalam memperoleh informasi. Namun, sampai saat ini
anak usia sekolah dasar jarang bahkan tidak pernah diberikan edukasi tentang gizi seimbang.
Berdasarkan observasi dan wawancara awal oleh peneliti, hal ini juga terjadi pada salah satu
sekolah dasar di Kabupaten Aceh Barat yaitu di SD Negeri 24 MEULABOH. Sekolah ini
terletak di pinggiran kota Meulaboh dan tidak terlalu dikenal masyarakat karena jaraknya
yang cukup jauh dari area pusat pendidikan lainnya. Siswa di sekolah ini sebagian besar
berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi kurang mampu. Sehingga informasi mengenai
pendidikan gizi yang didapatkan sangatlah minim. Untuk itu perlu dilakukan pemberian
informasi pendidikan gizi seimbang kepada siswa di sekolah tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan mereka tentang gizi seimbang.
Penggunaan metode dan media dalam pemberian pendidikan gizi harus disesuaikan
dengan karakteristik sasaran, salah satunya adalah anak usia sekolah. Karakteristik sosisal
anak sekolah yaitu suka bermain dan beraktifitas saat belajar. Salah satu metode pendidikan
gizi yang dapat digunakan pada anak usia sekolah dasar yaitu dengan menggunakan
permainan. Dengan permainan, siswa secara aktif mengalami keseluruhan proses belajar.
Dalam metode tersebut, siswa bukanlah penonton melainkan siswa merupakan pelaku
belajar, sehingga melibatkan siswa secara aktif dalam permainan akan membentuk ingatan
atau memori jangka panjang . Hal ini didasarkan asumsi bahwa memori jangka panjang akan
terus berkembang jika anak terlibat dalam aktivitas yang aktif. Media yang digunakan dalam
penelitian ini adalah “piring makanku’’ yaitu paduan sekali makan yang dikeluarkan oleh
pemerintah sebagai alat promosi edukasi kesehatan gizi. Piring makanku merupakan salah
satu media sosialisasi gizi seimbang pada anak sekolah yang dapat dijadikan alat bermain
karena bentuknya yang penuh warna dan mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar. Telah
dilakukan sebuah penelitian mengenai efektifitasn media “Piring Makanku” oleh Pratama et
al., (2018) didapatkan hasil uji statistik yang dilakukan pada kelompok perlakuan dan pada
kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney dengan α=0,05 menunjukkan bahwa
nilai posttest dari kedua perlakuan diketahui hasil nilai Asymp. Sig. (1-tailed) sebesar
0,000. Karena nilai p< α (α=0,05), maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak atau
hipotesis penelitian diterima, artinya media promosi “Piring Makanku” efektif untuk
meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang dalam sekali makan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Gizi Seimbang dengan Media Piring
Makanku terhadap Pengetahuan Gizi Siswa di SD Negeri 24 MEULABOH”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: “Apakah penyuluhan gizi seimbang dengan media piring makanku
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentng gizi pada siswa Sekolah Dasar?”

3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi seimbang dengan media piring makanku terhadap
pengetahuan siswa tentang gizi di SD Negeri 24 MEULABOH.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas
penggunaan media piring makanku sebagai media pendidikan gizi.
2) Bagi Siswa
Siswa termotivasi untuk mengetahui, mempelajari, dan kemudian mempraktikkan gizi
seimbang dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3) Bagi Sekolah
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya dapat menjadi masukan bagi sekolah
dalam melakukan inovasi terhadap media pendidikan gizi atau pemilihan media yang
tepat untuk pendidikan kesehatan sesuai dengan target pendidikan.
4) Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
dijadikan literatur untuk penelitian selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2010).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Maryam (2014) pengetahuan dicakup dalam 6 tingkat yaitu:


a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, pada tingkatan
ini reccal ( mengingat kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang
dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama
lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu komponen kemampuan untuk meletakkan ata menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu
kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan anak mengenai pola
konsumsi sayur dan buah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
pula dalam menerima informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin
bertambah.
b. Media pembelajaran
Selain informasi, media pembelajaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan anak dalam mengkonsumsi sayur dan buah. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media pembelajaran seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, serta mempunyai
pengaruh besar terhadap pola konsumsi sayur dan buah pada anak usia sekolah.
c. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan anak mengenai pola
konsumsi sayur dan buah. Kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk dapat mempengaruhi pengetahuan mengenai
pola konsumsi sayur dan buah.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan mengenai pola
konsumsi sayur dan buah ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu mengenali hal-hal yang umum dan khusus, mengenali
kembali metode dan proses, mengenali kembali pada struktur dan perangkat. Pengukuran
pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang
diketahui dengan bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun tulis. Pertanyaan atau tes dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan.

2.2 Gizi Saeimbang

2.2.1 Pengertian Gizi Seimbang

Gizi seimbang adalah makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi menu makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi seimbang di indonesia
divisualisasikan dengan Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang berdasarkan budaya indonesia. TGS
dirancang untuk membantu seseorang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai
dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), serta sesuai
dengan keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, dan sakit) (Kemenkes RI 2014).

Gizi yang seimbang sangat diperlukan untuk tubuh, terutama pada makanan yang dimakan
setiap harinya. Makanan yang terkandung banyak zat gizi dapat menghasilkan energi untuk tubuh,
seperti pada zat gizi yang memiliki klasifikasi atas enam kelompok, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air.

Dari beberapa pendapat mengenai gizi dapat disimpulkan bahwa gizi adalah beragam bentuk
bahan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk
menghasilkan energi, mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga.

2.2.2 Manfaat Gizi Seimbang

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006: 5-6) makanan bergizi sebagai sumber energi, bahan
pembangun, pelindung tubuh, dan pengatur tubuh. Menurut Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang, makanan adalah sesuatu yang dikonsumsi melalui mulut untuk kebutuhan
tubuh agar tumbuh sehat. Tri guna makanan:
1) Memberi tenaga agar dapat belajar dengan baik dan melakukan aktifitas lain seperti olahraga
kerja dan lain-lain secara optimal.
2) Membangun agar anak tumbuh bertambah besar, tinggi lincah dan pintar.
3) Mengatur dan melindungi badan agar tidak mudah sakit.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, manfaat gizi adalah untuk pertumbuhan
badan, pembangun dan pelindung tubuh, serta digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.Agar tubuh terpenuhi akan kebutuhan zat gizi, maka makanan yang dimakan setiap hari harus
bergizi dan seimbang.

2.2.3 Makanan Bergizi

Makanan bergizi yaitu makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh. Menurut
Djoko Pekik Irianto (2006: 7) secara umum ada 3 kegunaan makanan bagi tubuh (triguna
makanan), yakni sumber tenaga (karbohidrat, lemak dan protein), sumber zat pembangun (protein,
air) dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral).

1) Karbohidrat

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) karbohidrat adalah satu atau beberapa senyawa kimia termasuk
gula, pati dan serat yang mengandung atom C, H, dan O dengan rumus kimia Cn(H2O)n.
Karbohidrat merupakan senyawa sumber energi utama bagi tubuh. Kira-kira 80% kalori yang di
dapat tubuh berasal dari karbohidrat.Selanjutnya, zat tepung yang terbentuk dibawa ke buah, akar,
dan umbi untuk disimpan. Makanan sumber karbohidrat terdapat dalam tumbuhan seperti beras,
jagung, gandum, umbi-umbian.

2) Lemak

Lemak yang digunakan sebagai sumber energi bagi proses katabolisme aerobik adalah lemak
endogen yaitu lemak yang dibentuk tubuh dalam keadaan energi dari makanan melebihi kebutuhan
(Rusli Lutan, 2000). Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) lemak adalah garam yang berbentuk dari
penyatuan asam lemak dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserit. Kelebihan
makanan dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak terutama pada jaringan bawah kulit,
sekitar otot, jantung, paru-paru, ginjal dan organ tubuh lainnya (Djoko Pekik Irianto, 2007). Lemak
dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh sekitar 20-25% dari total energi yang dibutuhkan.
Lemak dapat diperoleh dari tumbuhan maupun hewan, seperti lemak yang berasal dari tumbuhan
buah, minyak, kelapa, jagung. Sedangkan lemak yang berasal dari hewan seperti susu, keju, kuning
telur, mentega.

3) Protein

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino
tersusun atas atom-atom C, H, O, dan N. protein disebut juga zat putih telur karena protein pertama
kali ditemukan pada putih telur (eiwit). Protein merupakan bahan utama pembentuk sel tumbuhan,
hewan, dan manusia, kurang lebih ¾ zat padat tubuh adalah protein. Oleh karena itulah protein
disebut juga sebagai zat pembangun.
4) Vitamin

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) vitamin adalah merupakan senyawa organik yang diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengatur tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal,
memelihara kesehatan dan reproduksi. Menurut Sunita Almatsier (2003) vitamin adalah zat-zat
organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat
dibentuk oleh tubuh. Vitamin merupakan sumber zat pengatur untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan. Vitamin dalam tubuh bekerja sebagai biokatalisator yang berperan untuk
memperlancar reaksi dalam tubuh (Djoko Pekik Irianto, 2006). Sumber vitamin banyak terdapat
dalam nabati maupun hewani, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, wortel, umbi-umbian,
daging, keju, susu, ikan, buah-buahan. Dianjurkan bagi siswa memperbanyak konsumsi makanan
yang mengandung vitamin, baik makanan berasal dari hewani maupun nabati/tumbuhan Vitamin
tidak dapat dihasilkan oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari bahan makanan.Vitamin
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:

a) Vitamin larut dalam air

Vitamin yang termasuk kelompok larut dalam air adalah vitamin B dan C. Jenis vitamin ini tak
dapat disimpan dalam tubuh. Kelebihan vitamin ini akan dibuang lewat urine sehingga kekurangan
(defisiensi) vitamin B dan C lebih mudah terjadi.

b) Vitamin larut dalam lemak

Vitamin yang termasuk dalam kelompok ini adalah vitamin A, D, E, dan K. Jenis vitamin ini dapat
disimpan dalam tubuh dengan jumlah cukup besar, terutama dalam hati.

5) Mineral.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) mineral merupakan zat pengatur tubuh.Mineral diperlukan
tubuh dalam jumlah sedikit. Walaupun tubuh

hanya membutuhkan sedikit, kita harus tetap memenuhinya. Jika tubuh kekurangan mineral,
kesehatan akan terganggu. Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan (Sunita, 2003). Dalam tubuh manusia mineral terdapat sekitar kurang lebih 4%.
Mineral paling banyak dalam tubuh manusia adalah kalsium yang terdapat lebih dari 99%,
sedangkan mineral paling banyak kedua dalam tubuh manusia setelah kalsium adalah fosfor sekitar
85%. Kedua mineral dalam tubuh ini banyak terdapat dalam tulang.

6) Air

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh
manusia. Kurang lebih 60–70% berat badan manusia dewasa berupa air sehingga air sangat
diperlukan oleh tubuh terutama bagi mereka yang melakukan olahraga atau kegiatan berat.

2.2.4 Pengertian Gizi Seimbang

Definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang (Balanced Diet) telah dinyatakan oleh
berbagai institusi atau kelompok ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang mengandung
komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas,
mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk
tumbuh (padaanak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan aktivitas dan fungsi
kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk
mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan
(Kemenkes, 2014).

2.2.5 Prinsip Gizi Seimbang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah
dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman tersebut diyakini bahwa
masalah gizi beban ganda dapat teratasi. Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang
pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Adapun 4 pilar tersebut adalah
sebagai berikut (Kemenkes,2014).
2.2.6 Visual “Piring Makanku”

Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementerian Kesehatan (2014)


Gambar 1. Visual “Piring Makanku” Panduan Sekali Makan

Media ”piring makanku” merupakan bagian dalam visualisasi pedoman gizi seimbang akan
tetapi belum cukup familiar di masyarakat, Piring makanku merupakan alat kebijakan sekaligus
media promosi pedoman gizi seimbang sebagai panduan sekali makan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini, media ”piring makanku” tidak hanya digunakan dalam bentuk media cetak seperti
poster sebagai media promosi pedoman gizi seimbang (PGS), tetapi penelitian ini memfasilitasi
langsung ”piring makanku” dalam kehidupan sehari-hari.

”piring makanku” dapat mempengaruhi konsumsi makanan sebab model piring makanku
menampakkan perlunya tersedia beragam makanan di dalam piring setiap kali makan, demikian pula
terkait porsi/jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan menurut kelompok pangan berdasarkan
anjuran model piring makanku. Penelitian yang dilakukan Yurni dan Sinaga (2018) menunjukkan
bahwa intervensi pengetahuan gizi selama 2 minggu mempengaruhi praktik membawa bekal menu
seimbang (sesuai porsi piring makanku) pada anak usia Sekolah Dasar. Penelitian lain oleh Wansink
et al., (2005) menunjukkan efek ukuran mangkuk saji terhadap konsumsi makanan secara statistik
signifikan pada laki-laki tetapi tidak pada perempuan. Ukuran piring yang digunakan berhubungan
dengan status gizi karena ukuran piring sangat erat kaitannya dengan porsi makanan, bukti dari studi
epidemiologi menunjukkan bahwa untuk bayi dan anak kecil, ukuran porsi yang dikonsumsi
berkorelasi positif dengan status berat badan relatif anak-anak (McConahy et al., 2002; Piernas &
Popkin, 2011).akanku” untuk digunakan sehari-hari.

“Piring Makanku”: Sajian Sekali Makan, dimaksudkan sebagai panduan yang menunjukkan
sajian makanan dan minuman pada setiap kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam).
Visual “Piring Makanku” ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana setengah (50%) dari total
jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan setengah (50%) lagi adalah makanan
pokok dan lauk-pauk. “Piring Makanku” menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus lebih
banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Dalam visual
“Piring Makanku” juga terdapat informasi untuk membatasi penggunaan guka, garam dan minyak.
Berdasarkan Peraturan MenteriKesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap
Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000
mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per hari akan
meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Informasi kandungan gula,
garam dan lemak serta pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan siap saji
harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh konsumen (Kemenkes, 2014).

“Piring Makanku” juga menganjurkan perlu minum setiap kali makan, bisa sebelum, ketika
atau setelah makan. Meskipun gambar gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa
minum dalam satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya
segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah makan. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak
bersih dan aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan dengan prinsip gizi
seimbang makan dalam visual “Piring Makanku” juga dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah makan. Karena “Piring Makanku” adalah panduan setiap kali makan, maka tidak diperlukan
anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan (Kemenkes, 2014).

2.3 Anak Usia Sekolah

2.3.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak dengan usia enam tahun sampai dengan dua belas tahun
(Walansendow, Mulyadi dkk, 2016). WHO (World Health Organization) mengatakan bahwa anak
usia sekolah adalah anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun. Kelompok usia sekolah memiliki karakteristik berbeda di tiap tahapan
perkembangannya, sekitar 23% dari total penduduk atau sekitar 62 juta jiwa merupakan anak pada
usia sekolah dan 80% dari kelompok tersebut berada di sekolah. Anak usia sekolah merupakan aset
dan potensi bangsa di masa depan. Harapan tersebut dapat terwujud ketika negara dan masyarakat
dapat menjamin anak indonesai mampu tumbuh dan berkembang secara positif dan terbebas dari
berbagai permasalahan. Masalah kesehatan pada kelompok usia sekolah cukup beragam salah
satunya adalah masalah gizi, seperti kegemukan dan kurus, rendahnya aktifitas fisik, dan pola
makan yang tidak memenuhi gizi seimbang (Kemenkes, 2019).

Perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah dapat optimal jika jumlah dan kualitas
asupan zat gizi yang diberikan sehat dan bernilai gizi tinggi, sehingga sangat penting memberikan
makanan yang sehat dengan nilai gizi tinggi kepada anak kelompok usia sekolah (Sinaga, 2017).

Anak usia enam hingga dua belas tahun yang sehat memiliki ciriciri seperti lebih sering
menghabiskan waktu bermain di luar rumah, berlari, aktif bergerak, dan melompat. Banyaknya
aktifitas anak pada usia sekolah harus diimbangi dengan asupan gizi yang seimbang jika tidak
diimbangi maka akan menimbulkan beberapa masalah gizi pada anak seperti malnutrisi (kurang
energi dan protein), anemia defesiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium
(Hardiansyah dan Supariasa, 2016).

2.3.2 Kebutuhan Zat Gizi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan zat gizi
yang relatif lebih besar dari anak-anak dibawahnya. Zat gizi pada usia sekolah sangat berfungsi
sebagai zat pembangun bagi tubuh, menyediakan kebutuhan energi yang digunakan untuk
beraktivitas fisik, menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi, virus, kuman dan lainnya. Dengan
menjamin ketersediaan gizi optimal dan menjamin kesehatan tubuh dapat membantu pertumbuhan
dan perkembangan pada usia remaja (Ananda, 2018).

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Anak Usia Sekolah
Umur BB TB Energi Protein Lemak Karbohidrat
(thn) (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g)
7-9 27 130 1850 49 72 10
10-12
34 142 2100 56 70 13
(pria)
10-12
36 145 2000 60 67 20
(wanita)
Sumber : Kemenkes, 2013

Menurut Martianto (2006) rekomendasi kontribusi energi dan zat gizi sarapan sebanyak

25 persen, makan siang 30 persen, makan malam 25 persen dan makan selingan pagi dan sore
masing-masing 10 persen.

2.4 Edukasi Gizi

Edukasi gizi merupakan erangkaian kegiatan penyampaian pesan- pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap
serta perilaku positif pasien atau klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat secara massal
dengan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku sadar gizi dalam kehidupan sehari-hari
(RI, 2014).

2.5 Media

2.5.1 Pengertian media

Media berasal dari bahasa latin, bentuk jamak dari medium yang artinya perantara yang
dapat dikatakan sebagai alat untuk mengirimkan, memfasilitasi, dan menyebarkan informasi (Ramli,
2012). Media juga merupakan alat-alat grafis, photografis, atau eletronik yang digunakan untuk
menghantarkan materi pembelajaran. Menurut Notoadmodjo (2012) Media pembelajaran dapat
diartikan sebagai segala cara atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang diperoleh
komunikator melalui media cetak yaitu kartu, leaflet, booklet, flyer (selebaran), flip chart (lembar
balik), poster dan sebagainya. Serta media eletronik yaitu radio, televisi, komputer dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).

2.5.2 Fungsi Media

a. Sumber Belajar

Media pembelajaran sebagai sumber belajar dimaksudkan sebagai penyalur, penyampai,


penghubung, dan lain – lain. Fungsimedia sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya di

samping fungsi – fungsi lain.

b. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif di dasarkan pada ciri-ciri umum yang dimilikinya. Berdasarkan


karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu
dan mengatasi keterbatasan indrawi.

c. Fungsi Psikologis
1) Fungsi etensi yaitu media dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap sesuatu. Maka media
pembelajaran mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.

2) Fungsi efektif akan menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap sesuatu, dengan adanya media dapat dilihat kesediaan siswa untuk menerima beban dan
untuk itu perhatiannya akan tertuju pada media yang sedang ditayangkan.

3) Fungsi kognitif

Siswa akan memperoleh bentuk reprentasi yang mewakili objek yang dihadapi, baik objek itu
berupa orang, benda dan kejadian atau peristiwa.

d. Fungsi Imajinatif

Dengan media siswa mampu menumbuhkan kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa

mendatang atau mengambil bentuk fantasi khayalan yang di dominasi kuat oleh pikiran – pikiran

autistik.

e. Fungsi Motivasi

Mengaktifkan dan menggerakkan siswa secara sadar untuk secara aktif dalam proses edukasi
sehingga motivasi siswa meningkat

2.5.3. Jenis – Jenis Media

a. Media audio

Media audio yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu

memanipulasi kemampuan suara semata. Jenis – jenis media yang termasuk dalam media ini adalah

program radio dan program media rakam.

b. Media visual

Media visual yaitu media yang hanya melibatkan indera penglihatan, yang termasuk dalam
jenis media ini adalah media cetak verbal, media cetak grafis, dan media visual non cetak.

c. Media audio visual


Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan
sekaligus dalam satu proses, contohnya seperti film, video, televisi dan dapat juga disambungkan
pada alat proyeksi.

2.5.4 Konsep Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV,
radio, komputer, dan lain-lain) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap
kesehatannya.

Dalam upaya penyampaian informasi pemilihan media sangat penting dan perlu
diperhatikan karena pemilihan dan penyampaian yang benar akan memberikan hasil yang maksimal
dalam penyampaian informasi, berikut adalah faktor penting dalam pemilihan media antara lain
(Luthviatin et al., 2012) :

a. Tujuan promosi yang akan dicapai

b. Karakteristik khalayak

c. Kondisi yang ada (ketersediaan peralatan pendukung)

d. Materi promosi/penyuluhan

Menurut Gerlach dan Elly (1971) (dalam Setiawati, 2008) memiliki arti secara garis besar
antar lain manusia, materi, atau kejadian yang membangun peserta didik dalam memperoleh
informasi dalam proses pembelajaran. Menurut Association of Education and Communication
Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dan informasi. Apabila dikaitkan dengan promosi kesehatan maka media dapat diartikan
sebagai alat bantu komunikasi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Kholid).

2.5.5 Jenis Media Promosi Kesehatan

Jenis-jenis media promosi kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu (Luthviatin et al., 2012):

a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan

1) Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan sebagainya.

2) Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan seterusnya.
b.Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:

1) Media cetak (Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat kabar, Lembar balik,Sticker, dan lain-lain).

2) Media elektronika (Televisi, VCD, Film, Radio, Video klip, dan lain-lain).

3) Media luar ruang (Papan Reklame, Spanduk, Pameran, Videotron, Baliho, dan lain-lain).

2.3.5 Tujuan Media Promosi Kesehatan

Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Luthviatin et al., 2012):

a. Memperjelas penyajian pesan dari konsep yang abstrak ke konsep yang lebih konkrit dan
memperlancar komunikasi.

b. Menimbulkan gairah belajar

c.Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

d. Mengatasi sikap khalayak yang pasif

e. Interaksi secara langsung antara penyuluh dengan khalayak.

f. Mengatasi perbedaan dan pengalaman yang berbeda

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh.

3. Kerangka Penelitian

E. Kerangka Teori

Faktor Internal
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pengalaman
4. Usia

Tingkat Pengetahuan
Faktor Eksternal
1. Lingkungan
2. Sosial Budaya
3. Status Ekonomi
4. Sumber
Informasi, berupa
media.
Gambar 2. Kerangka Teori Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sumber : Ariani (2014)

F. Kerangka Konsep

Penggunaan Media Dalam Pengetahuan


Penyuluhan : Gizi
Seimbang
- Piring Makanku siswa

Gambar 3. Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 24 Meulaboh Aceh Barat.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif kuantitatif yang membahas tingkat pemahaman

mengenai makanan bergizi seimbang pada siswa kelas atas SD Negeri 24 Meulaboh di Kabupaten

Aceh Barat. Program penyuluhan dapat digolongkan dalam program yang relatif singkat

waktunya. Oleh karena itu hasil yang dapat diukur adalah menilai dari hasil penyuluhan dari

materi yang diberikan dengan menggunakan tes tertulis sebelum (pre test) dan sesudah

penyuluhan (post test) dengan menggunakan materi yang sama dan dengan media yang berbeda.

Kegiatan akhir penyuluhan tersebut, peserta akan diberikan post test dengan tes tingkat

pengetahuan dan pemahaman yang dilakukan peneliti. Hasil awal/ pre test akan dibandingkan

dengan hasil test akhir/ post test setelah mendapatkan perlakuan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design yaitu

rancangan yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol) tetapi dengan melakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen dan dilakukan post test (Notoatmodjo, 2012). Adapun gambaran
rancangan penelitian sebagai berikut:

Gambar 1.

Rancangan Penelitian:
Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Keterangan:

a. O1 : Pre-test sebelum diberikan perlakuan (intervensi)

b. O2 : Post-test setelah diberikan perlakuan (intervensi)

c. X : Perlakuan (Penyuluhan Gizi Seimban dengan media Piring Makanku)

3.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan hubungannya, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat , karena adanya variabel bebas.

Varibel bebas pada penelitian ini adalah ”pengaruh penyuluhan gizi seimbang dengan media
Piring Makanku”, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah “pengetahuan siswa
tentang gizi seimbang”.

3.4 Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh siswa SD Negeri 24 Meulaboh.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah adalah siswa kelas 4,5 dan 6 SD Negeri 24 Meulaboh.
3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Eksplorasi, yaitu peninjauan lokasi penelitian dan penentuan karakteristik subjek penelitian.

2. Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian, sesuai dengan keadaan
lingkungan sekitar.

3. Mengambil pre test pada kelompok penelitian.

4. Kelompok penelitian mendapatkan pembelajaran dengan media Piring Makanku tentang


makanan bergizi seimbang.

5. Mengambil post test untuk kelompok penelitian.

6. Menganalisis data yang diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari proses
penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan pemberian angket kepada siswa
yang menjadi subjek dalam penelitian. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mencari data siswa kelas 4,5 dan 6 di SD Negeri 24 Meulaboh. Peneliti menentukan
jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian.

b. Peneliti menyebarkan angket kepada responden.

c. Selanjutnya peneliti mengumpulkan angket dan melakukan transkrip atas hasil pengisian
angket.

d. Setelah memperoleh data penelitian peneliti mengambil kesimpulan dan saran.

3.7 Validitas Data

Derajat keserasian antara hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya merupakan definisi dari
validitas penelitian (Kaloka, 2015). Uji validitas instrumen penelitian dilakukan dengan
mengkonsultasikan instrumen kepada Expert Judgement dan dilanjutkan uji coba instrumen.
Peneliti melakukan konsultasi dengan Ibu dan Ibu selaku pembimbing.

3.8 Teknik Analisis Data

1. Teknik pengolahan data


a. Data pengetahuan siswa tentang Gizi Seimbang
Pengolahan data tentang pengetahuan siswa tentang Gizi Seimbang melalui

jawaban kuisioner atau daftar pertanyaan pre-test dan post-test dari sampel dengan

skor jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah skor 0, kemudian

dilakukan perhitungan persentase dengan menggunakan rumus (Aspuah, 2017):

Skor yang dicapai


𝑠𝑘𝑜𝑟 = × 100
Skor maksimal

Berdasarkan presentase hasil yang didapatkan sampel, kemudian

dikategorikan dalam kategori tingkat pengetahuan yaitu (Arikunto, 2010):

1). Baik : 76-100

2). Cukup : 56-75

3). Kurang : <55


2. Analisis Data

Hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen

penelitian, dan kualitas analisis data. Dalam teknik pengambilan data, pemberian kuesioner

dilakukan kepada siswa sebanyak dua kali sebelum penyuluhan pada saat pre test dan

sesudah penerapan penyuluhan dengan media Piring Makanku. Tujuan dilakukan pre test

adalah untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswa tentang gizi seimbang. Sedangkan

pemberian post test untuk mengukur sejauh mana peningkatan pengetahuan siswa mengenai

gizi seimbang, sehingga dapat dilihat perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan.

Kemudian setelah mendapatkan data hasil pre test dan post test siswa, selanjutnya data

dianalisis sehingga didapatkan selisih skor nilai pre test dan post test untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan pengetahuan siswa.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan

analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini, analisis univariat

digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentase dari skor pengetahuan siswa

tentang Gizi Seimbang pada pre test maupun post test pada sampel. Analisis

univariat merupakan analisis deskriptif tiap variabel berupa standar deviasi, rata-

rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel atau

lebih yang diduga berkorelasi (Sugiyono, 2018). Analisis bivariat digunakan untuk

mengetahui pengaruh penyuluhan dengan media Piring Makanku terhadap


pengetahuan siswa tentang gizi seimbang dengan melihat perbedaan pengetahuan

dan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan pada sampel menggunakan analisis

paired t-test (dependent t-test) yang diolah melalui aplikasi SPSS tahun 2018

dengan kriteria ujisebagai berikut :

1). Ho ditolak H1 diterima jika p ≤ α (0,05) yang artinya ada perbedaan

pengetahuan tentang gizi seimbang sebelum dan sesudah penyuluhan dengan

media Piring Makanku pada siswa SD Negeri 24 Meulabo


3.9 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati (Sugiyono, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes multiple
choice atau pilihan ganda. Tes ini dapat mengukur pengetahuan dengan tingkat domain yang
bervariasi mulai dari soal-soal pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, dan evaluasi
(Ngatman, 2017).

Bentuk instrumen untuk memperoleh data mengenai tingkat pemahaman adalah tes. Tes
awal/pre test bentuk soal yang digunakan berupa pertanyaan dengan skala dikotomi (dua
alternatif). Masing-masing pertanyaan dari soal-soal yang diajukan memiliki skor. Apabila
jawaban benar maka akan mendapat skor 1 untuk setiap jawabannya dan sebaliknya setiap
jawaban yang salah tidak mendapat skor atau 0. Test akhir/post test diberikan setelah peserta
penyuluhan mendapat treatmen/perlakuan untuk melihat seberapa tingkat pemahaman mengenai
gizi seimbang pada siswa.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2 Pembahasan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

A. Chusnica, Mitsla. (2019). Pengetahuan, Sikap, Perilaku tentang Konsumsi Sayur

Akbar, Dara Maulidini, dan Zuhrina Aidha. Masyarakat Kota Binjai Pada Masa Pandemi
Covid. Jurnal Menara Medika 3(1): 66±73.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipata.

Aspuah, S. (2017). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Azhari, M. A., & Fayasari, A. (2020). Pengaruh Edukasi Gizi Dengan Media Ceramah Dan

Video Sarapan Serta Konsumsi Sayur Buah. Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2020(5), 55–

61.

dan Buah serta Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa SD Inpres 26 di Kabupaten Sorong.
Sorong: Universitas Papua.

Healthy People (2010) Volume II. Department of Health and Human Services. 2000.
Healthy People 2010. 2nd ed. With Understanding and Improving Health and Objectives for
Improving Health. 2 vols. Washington, DC: U.S.Government Printing Office.

http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013 tentang PTRM.pdf.

Irnani, H., & Sinaga, T. (2017). Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan , praktik

gizi seimbang dan status gizi pada anak sekolah dasar. 6(1), 58–64. Kemenkes RI. (2018). Hasil

Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.

Jukes MCH, Drake LJ dan Bundy DAP (2008). School Health, Nutrition and Education For
All Levelling the Playing Field. USA: CABI Internasional. 3-29.

Kaloka, P. T. (2015). Evaluasi Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas Khusus Bakat Istimewa Olahraga (Bio)
Di Sma Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 11(2).
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. Jurnal Kesehatan (pp. 1–8).

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/factsheet-obesitas-kitinformasi-obesitas

Kementerian Kesehatan RI. 2018. 44 Laporan Nasional Riskesndas 2018 Riskendas 2018.

Kurniasari, R., & Rahmatunisa, R. (2019). Sosialisasi Pedoman Gizi Seimbang


Dengan Metode Nutriedutainment Di Sdn Karawang Wetan 1 Dan Sdn Palumbonsari. Jurnal
Abdimas Kesehatan Tasikmalaya. 2(1), 11–16.

Laswati, D. T. (2019). Masalah Gizi Dan Peran Gizi Seimbang. Agrotech. urnal Ilmiah
Teknologi Pertanian, 2(1), 69–73.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Upaya Perbaikan Gizi, Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta.

Ngatman, (2017). Evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Purwodadi: C.V
Sarnu Untung

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. (2012) Metode Penelitian Kesehatan (Revisi 2). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurmaningtyas, R et.al. (2019). Penyuluhan Pesan Gizi Seimbang dengan Media


Permainan Ular Tangga Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Vidya.
27(1). 23-29.

Pramono, A., Puruhita, N., Muis, S.F. (2014). Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Tentang Gizi Anak Sekolah Dasar. Jurnal Gizi Indonesia.. 3(1). 32–36.

Ramli, M. (2012). Media Teknologi Pembelajaran. IAIN Antasari Press.

RI, K. (2014). Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas.

Riskesdas Bengkulu. (2018). Laporan Provinsi Bengkulu RISKESDAS 2018. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, 123.

Sa’adah, R. H., Herman, R. B., & Sastri, S. 2014. (2014). Hubungan Status Gizi dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 460–465.
Selviyanti, SS et.al. (2019). Penyuluhan Gizi Dengan Media Flashcard Terhadap
Pengetahuan Pesan Umum Gizi Seimbang Pada Siswa Sekolah. Jurnal Riset Kesehatan. Poltekkes
Depkes Bandung. vol.11(2):82.

Sudijono, A. (2015). Pengantar Evaluasi Pendidikan (XIV). PT Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


ALFABET.

Sulastri et al. 2022. “Sosialisasi Kesehatan Diri Pada Anak-Anak Di Sekolah Dasar Negeri
62 Lebong.” Jurnal Dharma Pendidikan Dan Keolahragaan 2(1): 28–34.

Tisa, D., Simanjuntak, B. Y., & Anang, W. (2020). Pengaruh Edukasi Gizi Menggunakan
Media Audio Visual (Video) Terhadap Pengetahuan dan Sikap Gizi Seimbang. Jurnal Kesehatan,

9(2), 280–288.

Anda mungkin juga menyukai