Anda di halaman 1dari 30

Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pemberian vitamin

10.08 |

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 125 juta Balita di dunia mengalami kekurangan vitamin A subklinis,

sementara 1,3 juta dari itu telah menampakkan xeroftalmia (menurut WHO 1997). Itu

berarti bahwa mereka yang terjangkit penyakit ini meningkat sebesar 20 kali

(Depkes, 2003).

Jumlah anak yang mengalami kekurangan vitamin A belum mengungkapkan

masalah yang di hadapi. Berdasarkan survey yang dilakukan WHO di afrika dan di

India masalah yang tidak diketahui besarnya ini disebabkan oleh beberapa hal

yaitu: pencatatan yang dilakukan oleh Negara berkembang biasanya sering tidak

lengkap, survey yang dilakukan di afrika dan India biasanya tidak mencatat anak

yang berada di panti cacat, beberapa masalah kebutaan tentu berkaitan dengan

angka kematian yang tinggi, anak yang menderita kecacatan majemuk termasuk

buta sering tidak dicatat sebagai buta, setidaknya belum dicatat sampai mereka

berusia dewasa (Depkes, 2005).

Di Indonesia, hal pemenuhan kebutuhan nutrisi masih dihadapkan pada empat


masalah gizi kurang yaitu: Kekurangan Kalori Protein (KKP), Kekurangan Vitamin A
(KVA) yang dapat berakibat kebutaan, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI),
dan Anemia Defisiensi Besi (ADB). Masalah ini banyak terdapat pada bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan masyarakat berpenghasilan rendah (Purjanto,
2007).
Masalah konsumsi pangan sangat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah

lainnya baik pada tingkat propinsu maupun tingkat kabupaten, sehingga sangat

penting untuk memeperoleh informasi tentang ketersediaan kecukupan konsumsi

pangan sampai dengan tingkat rumah tangga. Defisiensi terhadap zat gizi mikro

terutama vitamin A, iodium dan zat besi sudah diketahui diderita banyak pendududk

di indonesia. Analisis pemantauan konsumsi gizi (PKG) 1995 sampai dengan 1998

menemukan konsumsi kalsium sangat kurang hampir diseluruh wilayah di indonesia.

Penduduk yang tidak cukup mengkonsumsi pangan atau mungkin konsumsi pangan

sudah mencukupu akan tetapi jika pada konsumsi sehari-hari tidak seimbang akan

menimbulkan masalah pada penduduk (Depkes, 2000).

Berdasarkan survey awal yang di lakukan peneliti di posyandu Cermai desa

intan jaya, terdapat 30 ibu yang memiliki balita. Dan ibu yang memiliki balita yang

telah mengetahui tentang vitamin A sebanyak 18 (38%) Dengan adanya data

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini yang berjudul, Pengetahuan

ibu yang memiliki balita tentang pemberian vitamin A di posyandu Cermai Desa

Intan Jaya Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Jaya Tahun 2011.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Gambaran pengetahuan ibu

yang memiliki balita tentang pemberian vitamin A di Cermai Desa Intan Jaya

Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011?.


C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang

manfaat pemberian vitamin A di Posyandu Cermai Desa Intan Jaya Kecamatan

Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini adalah sebagai aplikasi yang telah didapat selama perkuliahan. Dan

untuk mendapatkan pengalaman serta mengembangkan ilmu pengetahuan bagi

peneliti.

2. Bagi Responden

Penelitian ini adalah sebagai masukan bagi para ibu untuk meningkatkan

pengetahuan tentang pemberian vitamin A.

3. Bagi Pembaca

Untuk menambah wawasan sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan bagi

pembaca khususnya mengetahui manfaat vitamin A bagi balita.

4. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi tambahan di perpustakaan untuk program DIII kebidanan

Universitas Prima Medan, serta sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya

datang dari pengindraan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2003).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya,

pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman

orang lain. Menurut Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1. Awarenes (kesadaran), dimana responden menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus.

2. Interest (merasa tertarik) dimana responden mulai tertarik dengan stimulus atau

objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul .

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial (mencoba), dimana responden mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption (beradaptasi), dimana responden sudah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

( Notoatmodjo, 2003 ).

2. Pengetahuan mempunyai tingkatan menurut Notoatmodjo tahun 2003 yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi kan materi tersebut

secara benar

c) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi riil (sebenarnya).

d) Analisis (Analilysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih

ada kaitannya antara satu dengan lainnya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang sudah ada.

3. Proses adopsi prilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelumnya sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan , hal

ini dikemukakan oleh Notoatmdjo , 2003 yaitu :


a. Awareness atau kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus objek terlebih dahulu.

b. Interes yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus.

c. Evalution yaitu menimbang-nimbang baik atau buruknya stimulus tersebut terhadap

dirinya..

d. Adoption yaitu subjek telah berperilaku yang sama denganm pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

4. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat

alat tes/ kuisioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya

dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan

diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.

B. Balita

Balita adalah anak usia 1-5 tahun. Usia balita adalah usia penting dalam

terhadap berbagai jenis pertumbuhan, baik jasmani maupun rohani. Salah satu

faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya.

Pada usia, kondisi pertumbuhan anak sangat pesat sehingga membutuhkan gizi

yang relative lebih tinggi dari orang dewasa. Disisi lain, alat-alat pencernaannya

belum sempurna. Oleh karena itu, pengaturan makan dan perencanaan menu harus

dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan gizi dan keadaan

kesehatannya (Hurlock, 2006).

C. Vitamin A
1. Pengertian Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat

diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat

dengan baik). dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk

melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain) (Depkes, 2005).

Vitamin A berperan dalam penglihatan membuat kita bisa melihat dalam

cahaya redup. Vitamin A juga memberi kekebalan tubuh, dan dengan alas an ini,

vitamin A sering diberikan kepada anak-anak sebagai suplemen di Negara

berkembang yang beresiko terkena penyakit infeksi (Oetomo, 2006).

2. Jenis kapsul vitamin A

Jenis kapsul vitamin A serta dosisnya ada 2

Gambar 2.1
Jenis kapsul vitamin A

a. Kapsul vitamin A warna biru dengan dosis 100.000 IU hanya diberikan untuk bayi

usia 6-11 bulan.

b. Kapsul vitamin A berwama merah dengan dosis 200.000 IU diberikan untuk balita

dan ibu nifas.

(sediaoetama, 2008).

3. Manfaat Vitamin A

Dr. W arih AP mengatakan bahwa vitamin A berguna untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah anak dari kematian. Vitamin A


memegang peranan penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari

penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi, membantu melindungi

tubuh terhadap kanker (Astawan, 2009).

Manfaat vitamin A dalam tubuh mencakup 3 golongan besar yaitu:

a). Fungsi dalam penglihatan

Vitamin A berperan sebagai retina (Retinene) yang merupakan komponen

dari zat penglihatan Rhodopsin (zat yang dapat menerima rangsangan cahaya dan

merubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang penglihatan)

(Paath, 2005).

b). Fungsi dalam metabolisme umum berkaitan dengan metobolisme protein.

1.) Integritas Epitel

Pada defisisensi vitamin A terjadi gangguan struktur maupun fungsi epithelium,

terutama yang berasal dari ektoderm. Epitel kulit menebal dan tedadi hyperkeratosis.

2). Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada defisiensi vitamin A tedadi hambatan pertumbuhan. Dasar hambatan

pertumbuhan ini karena sintesa proein. Adanya hambatan absorbsi vitamin A dan

karotin tedadi karena hidangan rata-rata rakyat Indonesia mengandung rendah

lemak dan protein yang diperlukan oleh tubuh dan metabolisme vitamin A. Balita

yang kekurangan vitamin A pertumbuhannya akan terganggu, balita terlihat kerdil

dan kurus, juga mudah terserang penyakit seperti diare, campak, dan lain-lain.

3). Permeabilitas membran

Vitamin A berperan dalam mengatur permeabilitas membran maupun membran dari

sub organik selular. Melalui pengaturan permeabilitas membrane sel vitamin

A konsentrasi zat-zat gizi dalam sel yang dipergunakan untuk metabolisme sel.
4). Pertumbuhan gigi.

Amenoblas yang membentuk email gigi sangat dipengaruhi oleh vitamin A. Pada

kondisi kekurangan vitamin A ketika bakal gigi sedang dibentuk.

5). Produksi hormone steroid.

Pada defisiensi vitamin A terjadi hambatan pada sintesa hormon-hormon steroid

(sediaoetama, 2008).

c). Fungsi dalam proses reproduksi

Pada percobaan defisiensi vitamin A mengakibatkan kemandulan, pada percobaan

in vitro dengan pemeliharaan jaringan ovaria dan testis terjadi hambatan

perkembangan sel reproduksi (sediaoetama, 2008).

Sel ootid tidak padat berkembang menjadi sel ovum dan sel spermatid juga

berkembang lebih jauh menjadi spermatozoa, sel tersebut berhenti berkembang dan

menunjukkan degenerasi, kemudian diresorpsi. Wanita yang kekurangan vitamin

A mampu hamil, tetapi dengan resiko mudah terjadi keguguran dan kesulitan

dalam melahirkan (Sediaoetama, 2008).

4. Akibat kekurangan vitamin A

Kurang vitamin A atau disebut juga dengan Xeroftalmia adalah kelainan pada

mata akibat Kurang Vitamin A. Kata Xeroftalmia ini diartikan sebagai mata kering

karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan. kalau diperhatikan

dengan teliti (bisa dilakukan oleh seorang ibu balita), terlihat terjadi kekeringan pada

selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata (Situmorang,, 2009).
Untuk mengenal mata yang kering (xeroftalmia), akan lebih jelas bila terlebih

dahulu dikenal mata yang sehat, dapat dilihat dari bagian-bagian organ mata

sebagai berikut

a. Kornea (selaput bening) benar-benar jernih

b. Bagian putih mata benar-benar putih

c. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar hitam

d. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik

e. Bulu mata teratur dan mengarah keluar. (Situmorang, 2009).

Setelah ditahu mata yang sehat, maka selanjutnya dengan muda dapat dilihat

mata yang tidak sehat atau akibat dari mata yang mengalami kekurangan vitamin A.

Terjadinya akibat atau kerusakan mata karena kekurngan vitamian A akan terjadi

secara bertahap sebagaimana diuraikan oleh Depkes RI 2004, dalam program

Pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A yaitu akibat kekurangan

vitamin A dapat dimulai atau diklasifikasikan XN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B dan XS

dapat di jabarkan sebagai berikut :

a). PERTAMA: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina, yang sulit beradaptasi

diruang yang remang setelah terang, ini sangat jelas terlihat ketika sore hari, dimana

penglihatan menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah menabrak

barang yang ada dihadapannya. Istilah ini biasa disebut dengan buta senja atau

dalam bahasa Mandar buta rarang. Masyarakat diwilayah pedesaan dan

pegunungan Kabupaten Polewali Mandar istilah buta rarang sangat dikenal.

Ironisnya cakupan pemberian vitamin A diwilayah pedesaan terutama wilayah

pegunungan terlapor cakupan tinggi, namun kejadian-kejadiaan buta rarang masih


sering terungkap pada masyarakat. Buta Senja atau buta rarang secara

internasional diistilakan dengan XN (Xeropthalmia Nigth)

Gambar 2.2

b). KEDUA ; Bila buta senja terus terjadi dan konsumsi vitamin A sangat rendah

bahkan tidak ada dalam makanan sehari-hari atau pada bulan februari dan agustus

tidak mendapatkan vitamin A (200.000 IU), maka tahap selanjutnya akan terjadi

bagian putih mata akan kering, kusam, tak bersinar (Xerosis Konjungtiva-X1A). Ibu

balita bisa melihat dengan jelas ketika mencoba membuka sedikit mata anaknya dan

melihat bagian putihnya akan terlihat dengan jelas bagian putihnya kering, kusam

dan tak bersinar serta sedikit kotor.

Gambar 2.3
Xerosis Konjungtiva-X1A

c). KETIGA : Setelah bagian putih mata kering,kusam dan tak bersinar, bila

konsumsi vitamin A dari makanan rendah dan tidak mendapatkan kapsul vitamin A

rutin, selanjutnya akan terjadi penimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan

keratin (Bercak Bitot= X1B) maka petugas yang menemukannya harus merujuk ke
klinik mata, kalau tidak ditangani segera dan dirujuk ke klinik mata atau dokter mata

akan merambat pada bagian hitam mata terlihat kering, kusam dan tak bersinar

(Xerosis Kornea-X2). Dan ini merupakan tahapan pertama terjadi kebutaan bila tidak

ditemukan atau tidak tercakup dalam pemberian vitamin A, kalau tidak ada penyakit

lain yang menyertai mungkin masih bisa tertolong secara medik. Secara

keseluruhan Anak dengan gejala Buta senja (XN), Xerosis Konjungtiva hingga

Xerosis Kornea(X2) sepetrti terlihat pada gambar dibwah, masih dapat disembuhkan

dengan pemberian.

Gambar 2.4
Xerosis Kornea(X2)

d). KEEMPAT : Namun tahapan-tahapn selanjutnya adalah Keratomalasia (X3A)

dari sebagian hitam mata melunak seperti bubur. Dan selanjutnya seluruh bagian

hitam mata melunak seperti bubur (ulserasi Kornea -X3B) akan sangat sulit untuk

menghindar dari kebutaan

Gambar 2.5
Keratomalasia (X3A)
e). KELIMA : Akhirnya bola mata mengecil-mengempis (Xeroptalmia Scar- XS)

terjadi BUTA YANG PERMANEN.

r 2.6
optalmia Scar- XS

(Polewali, 2009).

5. Efek Samping

Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam

waktu yang lama dapat menjadi racun (toksik) bagi tubuh. Hipertaminosis A

banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar

tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal (Sudeo utama, 2008).

Pemberian vitamin A yang berlebihan untuk waktu yang lama dapat

menyebabkan gejala pusing, rasa mual, kulit mengelupas atu kasar, dan badan

menjadi kurus (Depkes, 2005).

6. Jadwal pemberian kapsul vitamin A

Jadwal pemberian kapsul vitamin A menurut WHO tahun 1995 :

Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan kepada

bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada

bulan Februari atau Agustus, dan untuk anak balita enam bulan sekali, dan secara

serentak dalam bulan Februari dan Agustus. untuk ibu nifas dapat diberikan segera

setelah melahirkan, paling lambat 30 hari setelah melahirkan.


7. Pencegahan dan Pengobatan, Xeroftalmia dengan Pemberian Vitamin A Dosis

Tinggi

a). Pencegahan

Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah


menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu, perbaikan kesehatan
secara umum turut pula memegang peranan.
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh

kebijaksanaan sebagai berikut:

Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan

a. Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan

sasaran secara luas (fortifikasi)

b. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala (Plus, 2009).

b). Pengobatan

Bila ditemukan seseorang dengan salah satu tanda xerophthalmia seperti: buta

senja, bercak putih (bercak bitot), mata keruh atau kering:

a. Saat ditemukan:

Segera diberi 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI

b. Hari berikutnya:

1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI

c. Empat minggu berikutnya:

1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI,

(Situmorang, 2009).

D. Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konseppenelitian tentang Gambaran Pengetahuan

Ibu Yang Memiliki Baliata Tentang Manfaat Vitamin A di posyandu Cermai Desa

Intan Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Jaya Tahun 2011.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui Ibu Yang Memiliki Baliata Tentang Manfaat Vitamin A di Posyandu

Cermai Desa Intan Jaya Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu

Tahun 2011.

B. Lokasi dan waktu Penelitian


1 .Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Cermai Desa Intan Jaya Kecamatan

Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu.

2. Waktu

Waktu penelitian ini dilakukana pada bulan April 2011.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah objek penelitian. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang memiliki balita di Posyandu Cermai Desa Intan jaya Kecamatan
Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 30 balita.
20

2. Sampel
Penentuan besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rum

usan menurut Arikunto (2002) yaitu bila jumlahpopulasi kurang dari 100 maka jumlah

sampel yang diambil adalah total sampel yaitu suatu cara pengambilan sampel
dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian sejumlah 30

orang.

D.

Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita

Tentang Manfaat Vitamin A Di Posyandu Cermai Desa Intan Jaya Kecamatan

Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011.

Varabel Defenisi Parameter Alat Skal Skor


Operasional Ukur a
Independen keseluruhan Pengertian Kuisio Ordi Baik bila responden
vitamin A ner nal mampu menjawab 16-
20 soal (80-100%)
kode 1
Pengetahuan Pemikiran Jenis kapsul
dan Vitamin A
pemahama
n
ibu yang memiliki balita yang dimiliki Manfaat Cukup bila responden
tentang Vitamin A mampu menjawab 10-
manfaat 15 soal (50-75%)
Vitamin A kode 2
Akibat
Kekurangan
Vitamin A
Efek samping Kurang bila
responden mampu
menjawab 0-9 soal
(0-45%) kode 3
Jadwal
pemberian
Vitamin A
Pencegahan
dan
pengobatan

E. Aspek Pengukuran

Sebelum menentukan gambaran pengetahuan kategori baik,cukup, kurang

terlebih dahulu ditentukan yang menjadi tolak ukur penilaian. Jumlah pertanyaan

sebanyak 20 pertanyaan (setiap aspek jawaban yang benar dikali 1 ), skor minimal 0
(setiap aspek jawaban yang benar dikali 10) adapun penjelasan dari setiap

pengukuran variabel sebagai berikut:

a. Baik, jika ibu dapat menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 pertanyaan (80-

100%)

b. Cukup, jika ibu dapat menjawab pertanyaan dengan benar 10-15 pertanyaan (50-

75%)

c. Kurang, jika ibu dapat menjawab pertanyaan dengan benar 0-9 pertanyaan (0-45%)

(Notoatmodjo, 2005)

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis pengumpulan data


Jalannya penelitian data adalah menggunaakan data primer dengan
memperoleh data-data dari hasil jawaban terhadap kuisioner yang di berikan pada
ibu yang memiliki balita.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan alat tulis kuisioner
yang telah dibuat dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari beberapa
pertanyaan. Dimana kuisioner tersebut disebarkan kepada ibu yang memiliki balita.
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

a) Memeriksa (Editing)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuisioner,

apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisten.

b) Pengkodean (Coding)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka / bilangan.

c) Proses (processing)
Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng entry data dari kuisioner ke paket

program komputer.

d) Pembersihan Data (cleaning)

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan

atau tidak (Dewanto, 2007).

2. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang
terkumpul dan disajikan dalm tabel distribusi frekuensi kemudian dilanjutkan
membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan perpustakaan yang ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil pengumpulan data dari responden dengan melakukan penelitian dalam

bentuk kuisioner pada ibu-ibu yang memiliki balita di posyandu Cermai Desa Intan

Kecamatan Kunto Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011 dapatkan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang
Pemberian Vitamin A di Posyandu Cermai Desa Intan Jaya Kecamatan Kunto
Darusalam Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011.

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengetahuan ibu
Baik 6 20
Cukup 21 70
Kurang 3 10
Total
30 100
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 30 responden mayoritas Pengetahuan Ibu Yang

Memiliki Balita berpengetahuan Cukup yaitu 20 orang (70%) dan minoritas

sebanyak 3 orang (10%) memiliki pengetahuan kurang tentang pemberian vitamin A.

24
BAB V
PEMBAHASAN

Vitamin A berperan dalam penglihatan membuat kita bisa melihat dalam

cahaya redup. Vitamin A juga memberi kekebalan tubuh, dan dengan alas an ini,

vitamin A sering diberikan kepada anak-anak sebagai suplemen di Negara

berkembang yang beresiko terkena penyakit infeksi (Oetomo, 2006).

Dari hasil penelitian yang merupakan keadaan nyata pada gambaran

pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang manfaat pemberian vitamin A

Posyandu Cermai Desa Intan Jaya Tahun 2011 maka didapat pembahasan yaitu :

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diperoleh bahwa mayoritas ibu yang

memiliki balita adalah Cukup terhadap Pemberian Vitamin A dan masih adanya ibu

yang memiliki balita berpengetahuan kurang.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya

datang dari pengindraan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan


manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2003).

25

Peneliti berasumsi pengetahuan ibu yang memiliki balita terhadap manfaat vitamin A
mayoritas berpengetahuan cukup dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.
Pengetahuan tersebut dapat terbentuk apabila individu tersebut memiliki keinginan
yang cukup besar yntuk menambah pengetahuannya mengenai vitamin A dalm
tubuh dengan rajin membaca dan mendengar penyuluhan dari tenaga kesehatan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian pembahasan yang tentang gambaran

pengetahuan ibu yang meiliki balita tentang pemberian vitamin A di Posyandu

Cermai Desa Intan jaya April-Mei 2011terhadap 30 reponden yang dilakukan pada

bulan April 2011 dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas berpengetahuan Cukup,

yaitu sebanyak 21 orang (70%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Cermai Desa Intan

Jaya Tahun 2011, maka di sarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai aplikasi yang telah didapat selama perkuliahan. Dan untuk

mendapatkan pengalaman serta mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peneliti.

2. Bagi Responden

Diharapkan bagi ibu yang memiliki balita agar dapat meningkatkan pengetahuannya

dan terus berusaha menambah pengetahuannya tentang pentingnya vitamin A bagi

balita.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


27
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya
agar lebih dapat melakukan penelitian yang mendalamm tentang vitamn A secara

lebih lanjut tentang manvaat Vitamin A secara lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astawan, M. 2009. Ensiklopedia Gizi Pangan. Jakarta: PT Dian Rakyat

Polewali., 2009. http://www.Pemberian kapsul Vitamin. Indonesian.blogspot.com, Tanggal 25

April 2010 .

Depkes, RI. 2005. http://www.Pemberian kapsul Vitamin A, Indonesian.blogspot. co.id

diakses tanggal 13 September 2010.

Depkes, RI. 2000. Panduan Konsumsi gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.

Paath, EF, Dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Plus, R. 2009. 252 Tips Seputar Kesehatan. Jakarta : Penebar Plus.

Sediaoetama, R. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta : PT Dian Rakyat.

Situmorang, N. 2008. Standar Pelayanan Media Puskesmas Di Kabupaten Rokan Hulu

Edisi 2. Pasir Pengaraian: Dinas Kesehatan

, 2001. Pedoman pengobatan Dasar Di Puskesmas Berdasarkan Gejala. Jakarta

: Depkes RI.
KUISIONER

PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA TENTANG


PEMBERIAN VITAMIN A DI POSYANDU CERMAI DESA INTAN JAYA
KECAMATAN KUNTO DARUSALAM KABUPATEN ROKAN HULU
TAHUN 2010

Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan dengan seksama, kemudian pilihlah salah satu jawaban yang
benar dengan memberi tanda (x) pada jawaban yang dipilih.
2. Jika ingin memperbaiki jawaban, beri tanda sama dengan (=) dan beri tanda silang
lagi pada jawaban yang di anggap benar.
3. Setiap jawaban akan kami jaga kerahasiaannya

1. Identitas responden
Nama Ibu :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Kuisioner pengetahuan
No Pertanyaan B S
1. Vitamin A adalah Salah satu zat gizi dari golongan
vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk kesehatan mata dan untuk kesehatan
tubuh.
2. Warna suplemen vitamin A ada 2 warna
3. Warna kapsul vitamin A Biru dan merah
4 Warna kapsul vitamin A untuk ibu nifas Kapsul warna
biru dan merah
5. Warna vitamin A untuk bayi usia balita Kapsul warna
merah
6. Bentuk vitamin A adalah Kapsul
7. Kapsul vitamin A berdosis tinggi

8. Vitamin A dapat mencegah kebutaan


9. Vitamin A berguna untuk sebagai daya tahan tubuh,
dan dapat menjaga kesehatan mata
10. Vitamin A membantu pertumbuhan balita
11. Vitamin A mampu mencegah penyakit-penyakit pada
mata balita
12. Bahaya dan akan mengakibatkan gangguan mata
bahkan xerofthalmia jika didalam tubuh balita
kekurangan vitamin A
13. Pemberian suplemen vitamin A yang berlebihan tidak
akan mengakibatkan efek samping karena akan
menambahkan kekebalan tubuh
14. Gajala awal yang terjadi akibat kekuranagn vitamin A
yaitu mata juling
15. Rabun senja ialah Ketidakmampuan penglihatan
menyesuaikan penglihatan dari tempat yang terang
ketempat yang samara-samar.
16 Cara mencegah rabun senja Mengkonsumsi suplemen
vitamin A dan makanan yang mengandung vitamin A
17. Akibat bila rabun senja tidak di obati tidak akan terjadi
apa-apa
18 Pemberian kapsul vitamin A setiap 9 bulan sekali
19 Pelaksanaan program pamberian kapsul vitamin A
Februari dan agustus
20 Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi
masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang
cukup untuk tubuh. Selain itu, perbaikan kesehatan
secara umum.

Jawaban

1. B
2. B
3. B
4. B
5. S
6. B
7. B
8. B
9. B
10. B
11. B
12. B
13. S
14. S
15. B
16. B
17. S
18. S
19. B
20. B

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar

SEJUTA (Setia, Jujur & Taqwa)

Dias Diari
Lihat profil lengkapku

Blog Archive
2014 (52)

2013 (95)
o Desember (1)
o November (14)
o Oktober (5)
o September (24)
o Juni (1)
o Mei (3)
o April (47)
Apr 10 (33)
DRAMA SI PITUNG
DRAMA MELAYU HANG TUAH
DIALOG BAHASA INGGRIS
DAMPAK NEGATIF DARI TEKNOLOGI
POTRET KEMISKINAN
Cara Mengatasi Konflik Dalam Perusahaan
Cara Mengangkat Orang Pingsan
Cara membuat parfum sendiri
Penelitian Terhadap Perkembangan Cabe Merah.
Berbalas Pantun Melayu
SINOPSIS BELENGGU
Belajar Sambil Bermain
BASA KUAT
Barisan dan Deret Bilangan
Karakteristik Sastra Angkatan 20 Balai Pustaka
Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tent...
MAKALAH DAYA OTOT TUNGKAI
Bagaimana pengetahuan siswa tentang reproduksi rem...
ASAM KUAT
ASAM CUKA
Asal mula pekanbaru
ASAL MULA LUBUK BENDAHARA
ASAL MULA KOTA CIANJUR
ASAL MULA DUA BELAS SHIO BINATANG
ASAL MULA DAERAH PASIR PENGARAIAN
ASAL MULA DAERAH KABUN
Asal Mula burung Punai
ASAL MULA BERAS PULUT
ASAL MULA NAMA UJUNG BATU
ARTI PERSAHABATAN
CONTOH PERJANJIAN KERJASAMA
BIOGRAFI WILLIAM SEALY GOSSET
Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado
Apr 01 (14)

Popular Posts
Cara Mengatasi Konflik Dalam Perusahaan

Cara Mengatasi Konflik Dalam Perusahaan Didalam hubungan komunikasi di suatu


lingkungan kerja atau perusahaan konflik antar individu...

BIOLOGI BIOTIK DAN ABIOTIK

BIOLOGI A. Komponen Biotik dan Abiotik Saling Mempengaruhi Dalam


pembahasan kali ini akan diuraikan pengaruh komponen biotik t...

CONTOH LEMBAR REFLEKSI


LEMBAR REFLEKSI SETELAH MELAKUKAN PERBAIKAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN Nama : ROSLIANA NIM ...

Kebijakan dalam Perdagangan Internasional

E. Kebijakan dalam Perdagangan Internasional Setiap negara akan melindungi


perekonomian di dalam negerinya dan pengaruh pelaksanaan ...

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA Tidak seperti


biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilaimatematika yang ...

Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado

Peristiwa Merah-Putih 14 Februari 1946 di Manado Kutipan: Puluhan pembom B-


29 Angkatan Udara Sekutu memusnahkan Kota Manado sampai menjad...

Karakteristik Sastra Angkatan 20 Balai Pustaka

Karakteristik Sastra Angkatan 20 Balai Pustaka BAB I PENDAHULUAN 1.


Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sua...

SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI

Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah jenis sumber daya alam yang jika
persediaanya telah berkurang atau habis, akan dapat...

Cara membuat parfum sendiri

Cara membuat parfum sendiri dan mengawasi apakah jadi atau tidak. 1.
Resep dasar parfum adalah 15-30% minyak essential/...

MAKALAH DAYA OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan arah kebijakan


pembangunan nasional pasca reformasi yang memberikan dominasi pa...

Anda mungkin juga menyukai