PENDAHULUAN
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi
makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar.
Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah
terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya
kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun
senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan.
Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena vitamin
A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare,
dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier, 2009).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang
kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat dan
mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit.
Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan
(immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan
penyakit dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat
lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan xeropthalmia
karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Upaya
perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama pada anak yang menderita
kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2005).
WHO memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia dan 4 diantaranya
berasal dari Asia Tenggara (Siswanto, 2007). Penelitian yang telah dilakukan WHO pada
tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia dari umur enam bulan hingga
lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun
1995 Indonesia merupakan salah satu negara yang pemenuhan vitamin A tergolong rendah
(Siswanto, 2007).
1
Departemen Kesehatan sendiri telah gencar melakukan program penanggulangan
kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Dari catatan Depkes, tahun 1992 bahaya
kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Berdasarkan
studi masalah gizi mikro di 10 propinsi tahun 2006 diketahui cakupan pemberian vitamin
A pada balita mencapai lebih dari 80%. Cakupan pemberian vitamin A kembali menurun
pada tahun 2007 yaitu sebesar 60% (Siswanto, 2007).
Sekitar 10 juta balita di Indonesia berisiko kekurangan Vitamin A (KVA) dari jumlah
target sebesar 20 juta balita. Prevalensia KVA berdasarkan survey vitamin A tahun 1992,
menunjukkan xeraphtalmia sebesar 0,33%, namun secara subklinis prevalensi KVA (kadar
serun retinol dalam darah) pada balita sebesar 50%. Di kalangan anak balita, akibat
kekurangan Vitamin A (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah
terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya
kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-tanda
lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan.
Perbaikan status Vitamin A pada anak-anak yang KVA, disertai upaya pengobatan pada
semua kasus campak dengan pemberian kapsul Vitamin A dapat mengurangi tingkat
kegawatan dari penyakit-penyakit infeksi dan morbiditas di masa anak-anak, sehingga
dapat meningkatkan kesempatan bagi kelangsungan hidup mereka (Depkes RI, 2009).
2
bekerja sama dengan HKI melaksanakan kegiatan capacity Buliding untuk Program
Vitamin A di 20 Kabupaten di 9 provinsi. Disamping itu Depkes juga melakukan
kerjasama dengan Unicef untuk uji coba pemberian 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi pada
ibu nifas di 5 provinsi binaan Unicef. Alasan pemilihan daerah fokus ini dilihat dari
rendahnya asupan vitamin A yang dilihat dari sampel darah (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan kajian berbagai studi ditemukan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi
yang sangat diperlukan bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting agar proses-proses
fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel,
meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan.
Vitamin A juga membantu mencegah perkembangan sel-sel kanker. Pemberian vitamin A
dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas dapat menurunkan angka kematian bayi dan
balita bukan hanya di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya (Azwar,
2009)..
Selain factor pengetahuan hal yang menyebabkan balita tidak di berikan Vitamin A
menurut hasil wawancara penulis pada salah satu ibu yang memiliki balita yaitu karna
factor kurangnya informasi megenai jadwal pemberian vitamin A sehingga hal ini sudah
membudaya.
Berdasarkan data diatas, masih banyak ibu-ibu yang belum memahami pentingnya
vitamin A untuk balita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita di Puskesmas
Lubuk Buaya”.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah: Bagaimana
Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Vitamin A pada Balita di Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang?”
1. Tujuan umum
3
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada
balita di Puskesmas Lubuk Buaya.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya tujuan pemberian vitamin A
b. Diketahuinya manfaat pemberian vitamin A
c. Diketahuinya cara pemberian vitamin A
d. Diketahuinya dampak bila balita tidak diberikan vitamin A
2. Bagi Peneliti
Dapat menjadi salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya.
4. Bagi Institusi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (know)
2) Memahami (comprehension)
5
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (syntesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
C. Sumber-sumber pengetahuan
6
dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk
diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan dan
percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan
cenderung bersifat tetap tetapi kognitif
1) Pendidikan, konsep pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan kearah yang lebih
7
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat.
2) Informasi, dengan memberikan informasi kebiasaan hidup sehat dan cara
mencegah penyakit diharapkan akan terjadi tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku kesehatan individu, kelompok sasaran berdasarkan kesadaran dan
kemauan individu yang bersangkutan.
3) Sosial budaya, manusia mempelajari perilaku dari orang lain dilingkungan
sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dilakukannya bahkan apa yang
dipikirkan berkaitan dengan orang lain dan dipelajari dari lingkungan sosial
budaya.
4) Pengalaman, pengalaman yang disusun secara sistematis oleh otak maka
hasilnya adalah pengetahuan. Semua pengalaman pribadi dapat merupakan
sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman.
5) Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang
dalam mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari
kenyataan, dari melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat
komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio,
menonton film atau televisi.
2.1.2 Balita
A. Pengertian
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer
dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006).
8
Dalam pengertian lain balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita)
dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Pada masa ini perkembangan berbicara dan berjalan balita sudah bertambah
baik, Namun kemampuan yang lain masih terbatas (Sutomo dan Anggraeni, 2010).
Masa Balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Pertumbuhan dan perkembangan dimasa ini menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,
karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo dan Anggraeni,
2010).
Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.
Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi dan
jumlahnya dalam populasi besar (Notoatmodjo, 2007).
1) Perkembangan Fisiologik
Presentasi lemak tubuh mencapai minimum 16% pada perempuan dan 13%
pada laki-laki, peningkatan lemak tubuh pada balita merupakan bagian dari
pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Sulistyoningsih, 2011).
9
Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan
yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya.
Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi (Sediaoetama, 2010).
Menurut Sulistyoningsih (2011), Zat gizi yang dibutuhkan balita per hari antara
lain:
2.1.3 Vitamin
A. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah zat–zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat
kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.
Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan
pengolahan yang salah (Almatsier, 2009).
Vitamin adalah suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah relatif
kecil dan harus didatangkan dari luar. Vitamin tidak dapat disintesa di dalam tubuh,
sehingga harus disediakan dari luar, biasanya dengan mengkonsumsi makanan
(Sediaoetama, 2010).
10
B. Manfaat Vitamin
Manfaat vitamin secara umum sangat berhubungan erat dengan fungsi enzim.
Enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan dan mengatur reaksi–reaksi
biokimiawi di dalam tubuh (Sediaoetama, 2010).Vitamin berperan dalam beberapa
tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada
umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim
terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga
sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti
(Almatsier, 2009).
C. Kebutuhan Vitamin
D. Macam-Macam Vitamin
2.1.4 Vitamin A
A. Pengertian
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam minyak
ikan, keju, kuning telur,sayuran berwarna hijau dan kemerah–kemerahan, seperti
wortel dan tomat. Vitamin A merupakan zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar
(essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).
11
Vitamin A adalah vitamin larut dalam lemak yang pertama kali ditemukan. Secara
luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor atau provitamin A karotenid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
retinol. Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses fisiologis
dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A penting untuk pertumbuhan sel,
meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologi, pertumbuhan badan dan
mencegah pertumbuhan sel–sel kanker (Almatsier, 2009).
B. Manfaat Vitamin A
a) Integritas epitel
b) Pertumbuhan
c) Permeabilitas membran
d) Pertumbuhan gigi
3.) Fungsi dalam reproduksi
12
vitamin A setara dengan kegiatan 0,300 ug retinol atau 0,6 ug all trans
beta karotin atau 1,0 mg karotin total (campuran) di dalam bahan
makanan nabati (Sediaoetama, 2010).
Tabel 2.1
13
4) Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan–
kegiatan yang dapat digunakan untuk mempromosikan vitamin A, termasuk
pemberian vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dapat diperoleh di
posyandu, polindes, puskesmas pembantu, puskesmas induk, praktek swasta
(bidan, rumah bersalin, klinik bersalin dan lain–lain), dan kelompok KIA.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan oleh petugas kesehatan, bidan desa,
tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT/RW, kader, orang tua atau keluarga
(Depkes RI, 2005).
Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ
tubuh, seperti saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan
pada ketiga saluran ini relatif awal terjadi karena kerusakan yang terdeteksi pada
mata. Namun, karena hanya mata yang dapat diamati dan diperiksa, diagnosis klinis
yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata (Arisman, 2004).
14
1) Tanda dan gejala Kekurangan Vitamin A (KVA) menurut Depkes RI (2005),
antara lain:Buta senja, ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang
atau senja hari.
2) Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian
depan dan lengan atas bagian belakang.Pencegahan Kekurangan Vitamin A
Ada dua pendekatan untuk memperbaiki status vitamin A bayi dan balita,
yaitu dengan memberikan vitamin A dosis tinggi pada wanita yang sedang
menyusui atau memberikan satu dari beberapa dosis pada bayi dan balita
(IVACG, 2010).
Tabel 2.3
Wortel 12000
Bayem 6000
15
Daun melinjo 10000
Genjer 3800
Kangkung 6300
Sumber: Daftar
Analisa Bahan Makanan Depkes RI, 1964 (Sediaoetama, 2010) Tabel 2.4
Daging sapi 20
1) Memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan dan ASI hingga
berumur 2 tahun disertai dengan makanan pendamping ASI yang cukup dan
berkualitas.
2) Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu
makanan sehari–hari.
3) Mencegah cacingan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4) Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.
16
G. Pengobatan Kekurangan Vitamin A
17
2.2 Kerangka Teori
18
2.3 Kerangka Konsep
Parameter
1. Baik
Pengetahuan Ibu Balita
2. Cukup
tentang Vitamin A
3. Kurang baik
Faktor penghambat :
Pendidikan
Informasi
Sosial Ekonomi
Pendistribusia
n vitamin A
= Variabel diteliti
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
888
n =1+888(0,15)2
888
n = 1+888(0,0225)
888
n =1+19,98
888
= 20,98
20
= 42 orang
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
Data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden melalui
pengisian kuesioner oleh peneliti. Responden pada penelitian ini adalah
ibu-ibu yang memiliki balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Buaya
21
3.5 Analisa Data
a. Median
n 1
Menentukan posisi median dengan rumus:
2
b. Distribusi frekuensi
f
P x 100%
n
Keterangan :
P : Presentase
n : Jumlah responden
(Sabarguna, 2008)
22
DAFTAR PUSTAKA
23