Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GANGGUAN KESEHATAN YANG RENTAN DIALAMI ANAK

USIA DINI DAN PENYAKIT GIZI

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Gizi dan Kesehatan Anak

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Isti Rusdiyani, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Rusniawati ( 2287190006 )
2. Supinah ( 2287190007 )
3. Novita Elsa Damayanti ( 2287190018 )
4.Rohimatul Jannah ( 2287190023 )
5. Sonya Mutiara Sarah Runtu ( 2287190029 )

PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Gizi
dan Kesehatan di Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang alhamdulillah tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan kami
dalam penyusunan makalah ini dirasakan masih jauh dari sempurna, maka untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Serang , 09 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Gangguan Kesehatan Yang Rentan Dialami Anak Usia Dini


B. Penyakit-Penyakit Gizi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Pada


tahun 2005 jumlah anak 0-6 tahun adalah 27, 6 juta anak atau sekitar 12, 79
persen dari total penduduk Indonesia. Hanya 25 persen yang terakses program
peningkatan kesehatan, gizi dan PAUD. Selain cakupan yang masih rendah,
program yang diselenggarakan itu masih terfragmentasi sehingga tidak
menyentuh kebutuhan tumbuh kembang anak secara holistic. Rendahnya cakupan
dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini
mengekibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukan
dengan rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan.
Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukan dari prevelensi yang
berkaitan dengan kurang energi dan protein (gizi makro) dan gizi mikro (terutama
kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun 2000, keadaan
gizi masyarakat menunjukan kemajuan yang cukup berarti, terlihat dari
menurunnya secara prevelensi penderita masalah gizi utama (protein, karbohidrat)
pada berbagai kelompok umur. Prevelensi anak balita kurang gizi pada tahun
1989-2000 menurun dari 37,5 persen menjdi 24,6 persen. Akan tetapi sejak tahun
2000 sampai dengan 2005 prevelensi kuang gizi anak pada balita meningkat
kembali menjadi 28 persen yang sekitar 8,8 persen diantarannya menderita gizi
buruk.

Rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan pada anak usia dini lebih
banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang
tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social
dasar yang tidak memadai. Children in proverty face elevated risk for many theats
for health (Flores dkk, 2005 dalam Santrock, 2007).
Memberikan pelayanan kesehatan tidak cukup untuk memperbaiki
kesehatan mereka, tapi yang paling penting adalah memperbaiki kondisi
keluarganya. Program perbaikan yang bisa dilakukan harus menyeluruh. Misalnya
program yang di lakukan di Hawai, Amerika Serikat, yang menggulirkan The
Hawaii Family Support/Health Start Program yang dimuali tahun 1998. Para staf
dapam program ini mendatangi setiap keluarga yang diindekasikan di bawah garis
kemiskinan, mereka menjadi konsultan keluarga dan membantu permasalahan
mereka termasuk pengangguran yang kebanyakan merupakan penyebab utama
permasalahan kesehatan. Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun adalah
kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh
mereka belum terbangun sempurna. Sebagian besar penyakit anak tidak
berbahaya dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara. Beberapa jenis
lainnya sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa. Penyakit anak yang hanya
menimbulkan ketidaknyaman sementara antara lain adalah sebagian besar ISPA
(infeksi saluran pernapasan atas), rhinitis alergi, infeksi telinga tengah, radang
tenggorokan, cacar air dan masalah kulit. Penanganan gangguan-gangguan
kesehatan itu umumnya cukup dengan mengelola gejala-gejalanya. Penyakit anak
yang berbahaya antara lain adalah tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio dan
campak. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah
bahkan secara nasional memiliki program imunisasi wajib untuk penyakit-
penyakit tersebut. Selain itu, ada penyakit berbahaya lain seperti Hepatitis A/B,
MMR, meningitis, pneumonia, dan tifoid yang juga dapat dicegah dengan
vaksinasi.
Pada anak-anak, penyakit yang sering menjadi serius atau parah dalam
waktu yang sangat cepat. Suatu penyakit yang memerlukan beberapa hari atau
beberapa minggu untuk membuat orang dewasa menderita parah, mungkin dapat
membunuh anak-anak hanya dalam beberapa jam saja. Jadi, sangat penting untuk
memperhatikan tanda-tanda awal penyakit dan segera menangani anak-anak jika
diketahui gejala awal sakit.

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kesehatan ?


2. Apa saja gangguan kesehatan yang rentan dialami anak usia dini ?
3. Apa saja penyakit gizi ?

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian gangguan kesehatan.


2. Mengetahui gangguan kesehatan yang rentan dialami anak usia dini.
3. Mengetahui penyakit gizi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan Kesehatan Yang Rentan Dialami Anak Usia Dini

Gangguan adalah usaha atau kegiatan yang berasal dari luar diri yang sifat atau
tujuannya adalah untuk menghalangi atau melemahkan. Suatu keinginan ataupun
kemajuan yang hendak dicapai. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Jadi, gangguan kesehatan adalah usaha yang berasal dari luar yang sifatnya
melemahkan keadaan tubuh seseorang sehingga orang tersebut terhambat secara sosial
dan ekonomis.

Anak usia dini adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena
sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Sebagian besar penyakit
anak tidak berbahaya dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara. Beberapa
jenis lainnya sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa.

Beberapa penyakit umum yang sering menimpa anak-anak diantaranya: kurang gizi
(malnutrisi), diare dan disentri, demam, kejang, meningitis, anemia, cacing dan parasit
lain, masalah kulit, pink eye (conjunctivitis), pilek dan batuk, dan sakit telinga dan
infeksi telinga.

1. Kurang gizi (malnutrisi)

Anak kekurangan gizi karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan. Atau
jika mereka hanya mendapatkan makanan yang kurang kandungan gizinya,
misalnya makanan dengan banyak air dan serat didalamnya, seperti ubi kayu,
talas akar, bubur jagung, makanan jenis ini hanya membuat anak-anak menjadi
kenyang dan tidak memenuhi kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhannya.
Biasanya pada anak-anak ditemukan kekurangan zat gizi tertentu seperti
kekurangan vitamin A, yodium, dan lain-lain.
Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak, termasuk:
Dalam kasus ringan:
 Pertumbuhan lambat
 Perut bengkak
 Tubuh kurus
 Kehilangan nafsu makan
 Kehilangan energi
 Pucat (anemia)
 Luka di sudut-sudut mulut
 Sering pilek dan infeksi lainnya
 Rabun ayam

Dalam kasus yang lebih serius:

 Berat badan tidak bertambah


 Pembengkakan kaki (kadang-kadang muka juga)
 Bintik hitam dan kulit mengelupas
 Rambut menipis atau bahkan rontok
 Kurangnya keinginan untuk tertawa atau bermain
 Luka dalam mulut
 Kecerdasan tidak berkembang
 Mata kering (xeroftalmia)
 Kebutaan

Mencegah dan mengobati masalah kekurangan gizi pada anak-anak sebenarnya


cukup mudah, yaitu dengan memberikan makanan bergizi secara cukup, atau
cobalah untuk memberinya lebih banyak / sering makan. Selain itu penambahan
(fortifikasi) zat-zat nutrisi esensial misalnya zat besi, kalsium, vitamin, protein dll
pada makanan juga sangat baik untuk memenuhi kekurangan zat tersebut.
Usahakan selalu berpedoman pada pola 4 sehat 5 sempurna dalam memenuhi
makan anak-anak.

2. Diare dan Disentri

Diare pada anak dapat ditandai dengan frekwensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Bahaya terbesar bagi anak-anak
dengan diare adalah dehidrasi, atau kehilangan terlalu banyak cairan dari tubuh.
Hal ini akan bertambah bahaya jika disertai muntah-muntah.

Bayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat
dengan jumlah memadai merupakan modal utama mencegah dehidrasi. Cairan
harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin. Oralit
merupakan rumus manjur untuk mengatasi diare pada anak.

Jika anak dalam masa pemberian ASI, lanjutkan pemberian ASI, tetapi juga
perlu ditambahkan cairan / minum agar tidak mengalami dehidrasi. Bahaya besar
kedua untuk anak-anak yang terkena diare adalah kekurangan gizi. Berikan anak
makanan bergizi.
3. Demam

Anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya melebihi dari 37,5°C waktu diukur
dengan termometer. Pada anak-anak kecil, demam tinggi (lebih dari 39°C) dapat
dengan mudah menyebabkan kejang atau kerusakan otak.

Untuk menurunkan demam, dapat dilakukan beberapa hal:

- Kompres Dengan Air Hangat

Si anak dapat dikompres dengan handuk yang dibasahi dengan dibasahi air
hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat
air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus”
dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan
terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan
demikian, perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda.
Jika air kompres terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak.
Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar. Anak jadi semakin menggigil untuk
mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.

- Berikan obat pereda demam

Perawatan paling efektif untuk demam adalah menggunakan obat penurun panas
seperti parasetamol atau ibuprofen. Terdapat berbagai macam sediaan di pasaran
seperti: tablet, drops, sirup, dan suppositoria. Pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC. Sedangkan Aspirin
tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun karena dapat menyebabkan
efek samping penyakit serius yang disebut sindrom Reye, meskipun angka kejadian
penyakit ini jarang.

- Berikan banyak cairan

Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi (kekurangan


cairan). Tanda dehidrasi paling mudah adalah berkurangnya kencing dan air
kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya. Maka dari itu, orang tua
sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam jumlah yang memadai.
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak
untuk makan. Cairan seperti susu (ASI atau sapi atau formula) dan air harus tetap
diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau
buah-buahan yang banyak mengandung air. Bila anak tidak mampu atau tidak mau
minum dalam beberapa jam, orang tua sebaiknya diperiksakan ke dokter.

- Istirahat yang cukup

Demam  menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya
mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk
tidur atau istirahat atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali
ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.
4. Kejang

Penyebab dari kejang pada anak-anak antara lain demam tinggi, dehidrasi, epilepsi,
dan meningitis. Jika anak mengalami demam tinggi, segera redakan agar tidak kejang.
Periksa tanda-tanda dehidrasi dan meningitis. Kejang yang datang tiba-tiba tanpa demam
atau tanda lainnya mungkin epilepsi, terutama jika anak tampak biasa-biasa saja tanpa
menunjukkan ada gejala yang aneh. Kejang yang dimulai pada rahang dan kemudian
seluruh tubuh menjadi kaku mungkin akibat tetanus.

Tanda-tanda kejang pada anak, di antaranya:

 kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-
kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas.
 gigi terkatup
 muntah
 tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
 pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
 pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang
juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

5.Meningitis

Penyakit berbahaya ini bisa datang sebagai komplikasi dari campak, gondok, atau yang
lain yang serius penyakit. Anak-anak dari ibu yang memiliki TB mungkin mendapatkan
meningitis TBC. Seorang anak yang sangat sakit yang terletak dengan cara kepala miring
kembali, yang leher terlalu kaku untuk membungkuk ke depan, dan yang tubuhnya
membuat gerakan aneh (kejang) mungkin memiliki meningitis. Gejala yang khas dan
umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit
kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2
hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya
terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering
tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.

Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui,
namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah
dan enggan menyusui. Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui
batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan
merokok bergantian dalam satu batangnya. Mencuci tangan yang bersih sebelum makan
dan setelah ke toilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan)
tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik
menghindari berbagai macam penyakit. Pemberian imunisasi vaksin meningitis
merupakan tindakan yang tepat terutama di daerah yang diketahui rentan terkena wabah
meningitis.
6.Anemia

Tanda-tanda umum pada anak-anak, antara lain:

 pucat, terutama di dalam kelopak mata, gusi, dan kuku


 lemah dan cepat lelah
 tampak seperti malnutrisi
 glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit)
 diare dan kehilangan nafsu makan

Penyebabnya antara lain:

 kurang zat besi


 infeksi usus kronis
 cacing tambang
 malaria

Pencegahan dan Pengobatan:

 Makanlah makanan yang kaya zat besi seperti daging dan telur. Kacang, lentil,
kacang tanah (kacang tanah), dan gelap hijau sayuran juga memiliki beberapa besi.
 Seringkali dijumpai adanya cacing tambang pada anak anemia.
 Jika anda mencurigai adanya cacing tambang, periksakan feses anak di
laboratorium. Jika ditemukan telur cacing tambang, segera lakukan pengobatan untuk
mengusir cacing tambang ini.
 Jika perlu, berikan garam besi dengan mulut (ferro sulfat).

Perhatian: Jangan memberikan zat besi dalam bentuk tablet untuk bayi atau anak kecil
karena bisa menyebabkan keracunan. Sebaiknya berikanlah zat besi berupa cairan. Atau
menghancurkan tablet tersebut menjadi bubuk dan mencampurnya dengan makanan.

7. Cacing dan Parasit lain

Jika salah satu anak dalam keluarga diketahui menderita cacingan, semua anak dalam
keluarga harus dirawat atau diobati untuk memastikan hilangnya cacing. Untuk
mencegah infeksi cacing, anak-anak harus:

 Jagalah kebersihan
 Gunakan jamban.
 Jangan bertelanjang kaki.
 Jangan makan daging mentah atau ikan mentah atau yang setengah matang.
 Minum hanya air rebus atau murni.
8. Masalah kulit

Masalah kulit yang paling umum dijumpai pada anak-anak antara lain:

 kudis
 terinfeksi luka dan impetigo
 kurap dan infeksi jamur lainnya

Untuk mencegah masalah kulit dapat dilakukan cara-cara berikut:

 Yang paling utama: jagalah kebersihan


 Mandikan anak sesering mungkin yang bersih
 Pengendalian kutu busuk, kutu, dan kudis.
 Jangan biarkan anak-anak yang menderita kudis, kutu, kurap, atau luka yang
terinfeksi bermain atau tidur bersama dengan anak-anak sehat.

9. Pink Eye (Conjunctivitis)

Pinkeye atau disebut juga konjungtivitis adalah selaput membran jernih yang radang dan
kemerahan yang meliputi bagian putih pada mata dan membran pada bagian dalam
kelopak mata. Pinkeye paling umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri,
meskipun alergi, bahan beracun dan penyakit yang mendasarinya mungkin juga berperan.

Bersihkan kelopak mata dengan kain basah yang bersih beberapa kali sehari. Gunakan
salep mata antibiotik di dalam kelopak mata 4 kali sehari. Jangan biarkan anak dengan
mata merah muda bermain atau tidur dengan orang lain. Jika dia tidak tidak sembuh
dalam beberapa hari, hubungi dokter atau petugas kesehatan.
Hindari menyentuh daerah mata, dan cucilah tangan anda sesering mungkin, terutama
setelah menggunakan obat-obatan untuk area tersebut. Jangan pernah berbagi handuk
atau saputangan, dan buanglah tisu-tisu segera setelah digunakan. Ganti seprai dan
handuk setiap hari. Gunakan pembasmi hama pada semua permukaan, termasuk
permukaan konter, bak cuci dan tombol pintu. Buanglah semua alat rias yang digunakan
saatterinfeksi.

10. Pilek dan 'Flu'

Flu biasa, dengan hidung meler, demam ringan, batuk, sering sakit tenggorokan, dan
kadang-kadang diare adalah sering tapi bukan masalah serius pada anak. Berikan banyak
cairan pada anak. Biarkan anak banyak istirahat atau tidur. Berikan makanan bergizi dan
buah-buahan agar anak-anak terhindar pilek dan cepat sembuh. Jika seorang anak yang
menderita flu menjadi sangat sakit, demam tinggi, pernapasan cepat, mungkin si anak
menderita pneumonia, segera hubungi dokter.

11. Sakit telinga dan Infeksi Telinga


Infeksi telinga adalah umum pada anak-anak kecil. Demam akan meningkat, dan anak
sering menangis atau menggosok bagian samping kepalanya. Kadang-kadang nanah bisa
dilihat di telinga. Pada anak-anak kecil infeksi telinga kadang-kadang dapat
menyebabkan muntah atau diare. Jadi, ketika seorang anak mengalami diare dan demam
pastikan untuk memeriksa telinganya.
Pengobatan:

 Adalah penting untuk mengobati infeksi telinga segera mungkin. Berikan


antibiotik penisilin seperti atau kotrimoksazol. Pada anak-anak di bawah 3 tahun,
ampisilin sering bekerja lebih baik. Berikan acetaminophen untuk meredakan rasa
sakit. Aspirin juga bekerja tetapi tidak aman bagi anak-anak.
 Bersihkan nanah yang keluar dari telinga dengan kapas secara hati-hati.
 Anak-anak yang menderita telinga bernanah harus mandi secara teratur,
hindarkan berenang atau menyelam minimal 2 minggu setelah kesembuhannya.
 Untuk mencegah infeksi pada telinga, bersihkan telinga si anak secara rutin dan
hati-hati.

12. Gondok
Disebabkan karena kekurangan yodium dalam makanan. Gejala khasnya adalah
pembengkakan kelenjar tiroid. Gejala lainnya adalah lesu, lemah, tingkat
metabolisme yang rendah, peningkatan kerentanan terhadap dingin, dan lain-lain.

Defisiensi Vitamin

 Vitamin A. Dapat mengakibatkan rabun senja, kebutaan permanen serta sangat


rentan terhadap infeksi, gangguan nafsu makan, kulit kering dan kasar, kerusakan
rambut, kesulitan dalam penyembuhan luka, dan lain-lain.

 Vitamin B1. Penderitanya akan mengalami badan lesu, menurunnya nafsu


makan, dan depresi mental. Penyakit karena defisiensi tiamin yaitu beri-beri.
Penyakit ini disebabkan akibat makanan yang kaya akan karbohidrat tetapi rendah
tiamin.

 Vitamin B2. Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin biasanya sangat


berhubungan dengan penyakit kurang protein dan energi. Gejala defisiensi
riboflavin termasuk sakit tenggorokan dengan pembengkakan dan kemerahan dari
mulut, cheilosis, stomatitis, glositis, dermatitis, dan lain-lain.

 Vitamin B12. Ditandai dengan gejala seperti kesemutan pada lidah, anemia,


bintik-bintik putih pada kulit, luka pada mulut, sesak napas, sakit kepala yang
mirip serangan migrain, dan lain-lain.

 Vitamin C. Kekurangan vitamin C menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai


penyakit kudis. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti gusi berdarah,
penyembuhan luka yang sangat lama, bintik-bintik pada kulit, dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.

 Vitamin D. Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena kurangnya asupan


kalsium dan paparan sinar matahari. Gejala kekurangan vitamin D menyebabkan
pembentukan tulang terganggu, sehingga tulang menjadi sangat lunak seperti
pada osteomalacia maupun osteoporosis.
13. Campak

Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi virus.
Campak merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius,
terutama pada bayi dan anak-anak. Campak disebabkan oleh virus, yang menular
melalui percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.
Penularan juga bisa terjadi bila seseorang menyentuh hidung atau mulut, setelah
memegang benda yang terpercik air liur penderita. Seseorang lebih berisiko
tertular campak bila belum mendapatkan imunisasi campak, bepergian ke wilayah
yang sedang mengalami wabah campak, atau kekurangan asupan vitamin A.
Penderita campak awalnya mengalami gejala berupa batuk, pilek, dan demam.
Kemudian sering kali muncul bercak keputihan di mulut, diikuti timbulnya ruam
kemerahan di wajah. Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa
pengobatan khusus, dan hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus. Seiring
waktu, ruam bisa menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh. Campak bisa
dicegah dengan pemberian vaksin campak dan dilanjutkan dengan vaksin
gabungan untuk campak, gondongan, dan rubella (vaksin MMR). Pemberian
vaksinasi harus sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter. Selain imunisasi,
penderita campak disarankan tetap di rumah sampai gejala mereda, guna
mencegah penularan penyakit.
14. Cacar Air
Cacar air disebabkan oleh virus, yang mudah menular melalui percikan ludah,
serta kontak langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih
rentan menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Selain itu, ada beberapa
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko cacar air, di antaranya:

 Belum pernah mendapat imunisasi cacar air.


 Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil.
 Bekerja di tempat umum, seperti di sekolah atau rumah sakit.

Gejala cacar air adalah ruam merah di perut atau punggung.


Selain itu, cacar air juga ditandai dengan beberapa gejala lain seperti:

 Demam
 Pusing
 Lemas
 Nyeri tenggorokan

Ada beberapa pengobatan mandiri yang bisa dilakukan untuk meringankan


gejala,yaitu:

 Perbanyak minum dan mengonsumsi makanan yang lembut.


 Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air.
 Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan
B. Penyakit-Penyakit Gizi

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi, dibagi beberapa golongan:

a. Penyakit Gizi Lebih (Obesitas)

Biasanya penyakit ini bersangkutan dengan kelebihan energi di dalam hidangan yang
dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya (energi expenditure).Ada tiga
zat makanan penghasil energi utama, ialah karbohidrat, lemak dan protein. Kelebihan
energi di dalam tubuh, diubah menjadi lemak dan ditimbun pad tempat-tempat tertentu.
Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang relatif inaktif, tidak langsung berperan serta
dalam kegiatan kerja tubuh.

Orang yang kelebihan berat badan, biasanya karena kelebihan jaringan lemak yang tidak
aktif tersebut. Ada ahli gizi yang membandingkan kelebihan jaringan lemak pada orang
yang kegemukan ini sebagai karung beras yang harus dipikul ke mana-mana, tanpa
mendapat manfaat dari padanya. Ini akan meningkatkan beban kerja dari organ-organ
tubuh, terutama kerja jantung. Pada penyakit gizi lebih, susunan hidangan mungkin
seimbang, tetapi kuantum yang dikonsumsi secara keseluruhan melebihi apa yang
diperlukan oleh tubuh.

b. Penyakit Gizi Kurang (malnutrition, undernutrition)

Penyakit gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk gizikurang, yang


mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya
yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala subyektif yang terutama diderita ialah
perasaan lapar, sehingga gizi salah disini disebut juga keadaan gizi lapar
(undernutrition). Penyakit gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang
tumbuh sangat pesat, ialah yang disebut kelompok anak BALITA (dibawah lima tahun).
Yang menonjol kurang pada kondisi ini, ialah kurang kalori dan kurang protein (KKP).
Nama asingnya ialah Protein Calorie Malnutrition (PCM) atau akhir-akhir ini disebut
Protein Energy Malnutrition (PEM). Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan
oedema sebagai gejala yang menonjol, sehingga penyakitnya disebut Honger Oedema
(HO).

c. Penyakit Metabolik Bawaan (Inborn Erros Of Metabolism)

Penyakit metabolisme bawaan adalah penyakit yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya secara genetik melalui genes dan bermanifestasi sebagai kelainan
matabolisme zat gizi yang tertentu.
Metabolisme zat gizi diatur oleh sistim enzim dan enzim termasuk kelompok protein
yang disentesa di dalam sel tubuh. Mekanisme untuk sintese protein dikuasai oleh genes
yang mengandung kodon bagi jenis protein enzim yang akan disentasenya. Kadang-
kadang terjadi gangguan pada aparat sintesa protein ini, sehingga terbentuk enzim yang
berlainan dengan yang biasa. Akibatnya terjadi proses metabolisme yang berbeda pada
zat gizi tertentu. Perubahan metabolisme ini menyebabkan gejala-gejala biokimiawi
maupun klinis (fungsional) Penyakit-penyakit yang telah dikenal tergolong dalam jenis
ini ialah cicle cell anemia, lactose intolerance, phenylketonuria, dan sebagainya.
Meskipun telah dikenal dasar pathogenesis dari berbagai penyakit ini, tidak selalu dapat
diusahakan pengobatannya yang memuaskan, karena pengobatan tidak causel
memperbaiki kesalahan yang dapat pada gene tersebut. Tetapi untuk beberapa di
antaranya, pendekatan pengobatan dietetik sudah memberikan hasil yang cukup
memuaskan, meskipun pengobatan ini harus dilakukan seumur hidupnya.

d.Penyakit Keracunan Makanan

Keracunan karena konsumsi makanan masih sering terjadi di Indonesia. Harus


dibedakan antara keracunan makanan dan penyakit infeksi yang ditularkan oleh
makanan. Pada keracunan makanan, gejala-gejala timbul dengan   segera setelah
mengkonsumsi makanan tersebut, atau tidak lama setelah itu, dalam waktu beberapa jam
saja. Pada umumnya gejala-gejala yang terjadi mengenai saluran pencernaan seperti
mulas, rasa sakit di perut, mual dan muntah, serta diarrahoea. Sering pula terjadi gejala-
gejala yang berhubungan dengan syaraf, karena banyak racun makanan berpengaruh
merangsang (kejang-kejang) atau melumpuhkan syaraf. Pada infeksi melalui bahan
makanan, terdapat pathogenesis yang sesuai dengan penyakit yang bersangkutan.
Biasanya terapat suatu perioda inkubasi yang agak panjang, lebih dari 24 jam serta
terdapat demam dan gejala-gejala prodromal, diusul oleh gejala-gejala khas infeksi yang
bersangkutan.
kadang-kadang agak sulit untuk membedakan dengan segera penyakit keracunan
makanan  dari penyakit infeksi melalui makanan. Keracunan makanan terjadi karena ada
ahan beracun yang ikut tertelan bersama dengan makanan tersebut. Racun yang terdapat
didalam makann dapat berupa racun yang secara alamiah sudah terdapat  di dalam bahan
makanan tersebut, seperti keracunan singkong, keracunan jengkol, dan keracunan sejenis
ikan laut. Racun dapat pula berupa pencemaran yang datang dari luar makanan tersebut.
Pencemaran ini dapat disengaja (kriminal) atau tidak sengaja (keteledoran, kurang
hygienes  dalam membuat makanan). Pada pencemaran yang tidak disengaja, yang
mencemari itu dapat sudah berbentuk racun, seperti racun tikus, DDT dan sebagainya;
dapat pula yang mencemari itu mikroba yang kemudian menghasilkan bahan beracun
seperti pada keracunan tempe bongkrek dan keracunan Aflatoksin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak usia dini adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena
sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Sebagian besar penyakit
anak tidak berbahaya dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara. Beberapa
jenis lainnya sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa. Penyakit anak yang hanya
menimbulkan ketidaknyaman sementara antara lain adalah sebagian besar ISPA (infeksi
saluran pernapasan atas), rhinitis alergi, infeksi telinga tengah, radang tenggorokan, cacar
air dan masalah kulit. Penanganan gangguan-gangguan kesehatan itu umumnya cukup
dengan mengelola gejala-gejalanya. Penyakit anak yang berbahaya antara lain adalah
tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak. Penyakit-penyakit tersebut
dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah bahkan secara nasional memiliki program
imunisasi wajib untuk penyakit-penyakit tersebut. Selain itu, ada penyakit berbahaya lain
seperti Hepatitis A/B, MMR, meningitis, pneumonia, dan tifoid yang juga dapat dicegah
dengan vaksinasi.

Pada anak usia dini penyakit yang sering menjadi serius atau parah dalam waktu
yang sangat cepat. Suatu penyakit yang memerlukan beberapa hari atau beberapa minggu
untuk membuat orang dewasa menderita parah, mungkin dapat membunuh anak-anak
hanya dalam beberapa jam saja. Jadi, sangat penting untuk memperhatikan tanda-tanda
awal penyakit dan segera menangani anak-anak jika diketahui gejala awal sakit

B. Saran

  Rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan pada anak usia dini lebih banyak
terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah
pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai.
Memberikan pelayanan kesehatan tidak cukup untuk memperbaiki kesehatan mereka,
tapi yang paling penting adalah memperbaiki kondisi keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Uknown, 2013. Gangguan kesehatan pada anak.


https://rizaladriene.blogspot.com/2013/04/makalah-gangguan-kesehatan-pada-anak-
html. (di akses pada jumat, 18 oktober 2019 ).

Willy, Tjin. 2018. Cacar Air. https://www.alodokter.com/cacar-air ( diakses pada


kamis,17 Oktober 2019).

Sumber: Komoditas Pertanian Sebagai Sumber Gizi, DepDiknas. Gangguan Kesehatan


Akibat Kurang Gizi. http://smallcrab.com/anak-anak/530-gangguan-kesehatan-
akibat-kurang-gizi (diakses pada Rabu, 17 Okteber 2019).

Willy, Tjin. 2019. Campak. https://www.alodokter.com/campak (diakses pada Kamis, 17


Okteber 2019).

Anda mungkin juga menyukai