Anda di halaman 1dari 11

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

(WASTING)

Di susun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Ahmad Dani M.20.02.005


2. Anggi Yuspa M.20.02.010
3. Gea elyani M.20.02.017
4. ika puspita sari M.20.02.021
5. muthmainnah usman M.20.02.030
6. Nurpadillah M.20.02.037
7. Nurul S M.20.02.042
8. Nurwildayani M.20.02.044
9. Safira M.20.02.050

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Wasting (kurus) masih menjadi perhatian di dunia karena
memiliki prevalensi yang masih tinggi khususnya di negara pendapatan
menengah kebawah. Dua pertiga anak wasting berada di Benua Asia
(Bangladesh, Bhutan, Cambodia, Georgia, India, Indonesia, Kyrgztan,
Mongolia, Myanmar, Pakistan, Philipinnes, sri lanka, State of palestina,
Timor-laste, Uzbekistan, Vietnam), dan satu perempat berada di benua
Afrika (Angola, Cameroon, Congo, Cote d’lvoire, djibouti, Egypt,
Eswatini, Ghana, Kenya, Mauritania,Marocco,Nigeria, Sudan, Tunisa,
Zambia). Pada tahun 2018 sebanyak51 juta anak balita di dunia
mengalami Wasted (Kurus) dan 16 juta anak balita engalami severely
wasted (sangat kurus) (unicef,2019).
Di Indonesia pada tahun 2018 angka kejadian wasting sebanyak
10,2 % mengalami kenaikan dari tahun 2017 (9,5 %). Angka ini masih
diatas target nasional yaitu 9,5 % (Riskesdas,2018). dari tahun 2017 ke
tahun 2018, di Indonesia terdapat 5 provinsi yang mengalami kenaikan
angka kejadian wasting tertinggi diantaranya Nusa Tenggara Barat (5,8
%), Sumatera Selatan (2,9 %) ,Kalimantan tengah (3,3 %), Kalimantan
Selatan (2,9 %) dan Jawa Timur (2,3 %). Menurut hasil riset Kemenkes
tahun 2018 prevalensi wasting di Jawa Timur (9,2 %) mengalami kenaikan
dari tahun 2017 (7,9 %). Angka ini masih berada diatas target di jawa
Timur yaitu 9,14 %.
Wasting yang terjadi pada anak balita dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Prawesti
(2018) faktor penyebab wasting dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor
langsung, tidak langsung, dan poko. Faktor langsung yaitu asupan nutrisi
dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung diantaranya ketahanan
pangan dalam keluarga, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lingkungan.
Penyebab pokok yang tingkat ekonomi, karakteristik keluarga, dan

2
sosiodemografi. Sedangkan pada penelitian Afriyani (2016) mengatakan
penyebab masalah wasting adalah ketahanan pangan yang tidak memadai,
pola asuh, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, pemberian ASI,
berat badan lahir Rendah (BBLR), kunjungan ANC, status pekerjaan ibu,
dan tingkat pendidikan ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Wasting?
2. Apa Penyebab wasting?
3. Apa dampak wasting pada anak?
4. Apa saja Gejala wasting pada anak?
5. Kapan anak dikatakan mengalami Wasting?
6. Bagaimana cara Mengatasi Wasting pada anak?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Wasting
2. Untuk mengetahui penyebab wasting
3. Untuk mengetahui dampak wasting pada anak
4. Untuk mengetahui gejala wasting pada anak
5. Untuk mengetahui anak mengalami wasting
6. Untuk mengetahui mengatasi wasting pada anak

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wasting
Balita kurus (Wasting) adalah suatu kondisi dimana balita
menderita gangguan gizi dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan
penilaian tinggi badan per berat badan (Hasyim, 2017). Wasting
merupakan suatu kondisi kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak
sesuai dengan TB atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standart Deviasi)
(Afriyani, 2016). Anak kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut,
sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
seperti kekurangan asupan makanan (Rochmawati, 2016).
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat
kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal. Anak yang
mengalami kondisi ini umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang
ideal. Pasalnya, kondisi ini membuat berat badan tidak sepadan (kurus)
dengan tinggi badan untuk anak di usia tertentu. Wasting merupakan
gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus (severe wasted)
yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan
ambang batas (Z-score) <-2 SD.
WHO selaku badan kesehatan dunia, menyatakan bawa wasting
adalah salah satu masalah kesehatan utama. Sebab kondisi ini
berhubungan langsung dengan angka kejadian suatu penyakit (morbiditas).
Itulah mengapa wasting pada anak adalah hal yang tidak boleh disepelekan
sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan sesegera mungkin.
Perlu diingat jika kondisi ini biasanya terjadi karena penurunan berat
badan drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi harian anak.
Tidak hanya itu saja, memiliki satu atau beberapa penyakit bisa
berujung pada turunnya berat badan. Sebagai contoh, gangguan

4
pencernaan seperti diare, juga bisa mengakibatkan kondisi ini.Kejadian
berat badan yang menurun pada anak juga dapat berdampak besar terhadap
kondisi kesehatannya sekarang atau di kemudian hari. Umumnya, ia jadi
lebih mudah terserang penyakit, bahkan berisiko sampai berakibat
fatal.Selain dari segi kesehatan, kondisi ini juga turut memengaruhi
kemampuan intelektual anak di masa pertumbuhannya.
B. Penyebab wasting
Faktor penyebab wasting dikelompokkan 3 kategori yaitu
berdasarkan faktor ibu, anak, dan keluarga. Faktor ibu yaitu ASI eksklusif,
pola asuh, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan status
pekerjaan . Faktor anak yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit
infeksi, dan BBLR. Faktor keluarga yaitu ketahanan pangan keluarga,
tingkat ekonomi dan jumlah anggota keluarga (Prawesti, 2018).
Penyebab wasting adalah asupan gizi yang kurang atau terjadinya
penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan wasting, yaitu
infeksi pencernaan dan infeksi saluran pernapasan. Selain itu, infeksi pada
mulut dan gigi, gangguan fungsi usus, hiperaktivitas, perubahan
metabolisme, gangguan nafsu makan, atau efek samping obat tertentu,
juga bisa memengaruhi wasting pada anak. Beberapa faktor risiko wasting
pada anak yang harus orangtua perhatikan, yaitu:
1. Asupan makanan tidak bergizi
Anak yang sering diberi makanan tidak bergizi memiliki risiko
yang lebih tinggi mengalami wasting. Sebab, asupan makanan
yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisnya.
Pemberian ASI atau susu formula yang tidak memadai juga
bisa menjadi penyebab bayi kurus.
2. Makanan terbatas dan pilihannya tidak beragam
Wasting juga bisa terjadi apabila jumlah makanan yang ada
terbatas atau tidak banyak pilihan makanan. Hal ini
menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan asupan gizi yang
mencukupi sehingga berat badannya bisa semakin menurun.

5
3. Kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi anak
Ketika orangtua kurang memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai nutrisi anak, hal tersebut dapat berpengaruh pada
kebiasaan ibu dalam memberi makan anaknya. Ibu mungkin
sering memberi makanan yang tidak bergizi sehingga
kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi.
4. Kebersihan lingkungan yang buruk
Kebersihan lingkungan yang buruk, terutama sulit
mendapatkan air bersih, dapat menjadi penyebab balita
wasting. Jika air yang tercemar digunakan untuk minum,
memasak, atau mencuci sayur dan buah, maka anak lebih
berisiko terkena infeksi yang memicu wasting.
5. Kurangnya akses ke pelayanan kesehatan.
Akses ke pelayanan kesehatan yang tidak memadai juga dapat
menyebabkan wasting pada anak tidak terdeteksi atau
tertangani dengan baik.
C. Dampak wasting pada anak
Wasting pada anak tidak boleh disepelekan. Berat badan yang tidak
proporsional jika dibandingkan dengan tinggi badan dapat menyebabkan
sejumlah dampak, yaitu:
 Anemia
 Trombositopenia
 Berkurangnya volume jantung yang berakibat gangguan jantung
 Hilangnya kekuatan otot-otot pernapasan
 Penumpukan lemak dalam hati
 Mudah terserang infeksi TBC, bronkitis, dan pneumonia
 Sering menangis
 Cenderung menjadi apatis
 Gangguan kognitif
 Menurunnya prestasi belajar

6
 Kurang bergaul dengan sesama anak
 Gangguan tingkah laku
 Meningkatnya risiko kematian.
Berdasarkan data WHO, secara global, wasting menyumbang sekitar 4,7
persen dari seluruh kematian anak berusia di bawah 5 tahun. Untuk
menghindarinya, sejumlah cara dapat Anda lakukan.
D. Gejala wasting pada anak
Secara umum, kondisi ini ditandai dengan penurunan berat badan
drastis sehingga membuat bobot tubuh anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Itulah mengapa kondisi ini, biasanya membuat tubuhnya
tampak sangat kurus. Bahkan tak jarang, sampai membuat tulang-tulang di
tubuh menonjol seperti hanya dibalut langsung oleh kulit.Anak yang
mengalami kondisi ini juga kerap merasa sangat lemas, yang membuatnya
sulit untuk beraktivitas normal seperti anak seusianya. Namun, ketika
kondisi berat badan kurang pada anak ini tidak segera diobati, otomatis
bisa berkembang lebih parah hingga mengakibatkan wasting akut. Jika
tingkat keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul
beberapa gejala seperti berikut:
 Indikator BB/TB menunjukkan angka kurang dari -3 SD
 Memiliki pembengkakan karena cairan (edema) di beberapa bagian
tubuh
 Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5
cm
Apabila tidak mendapatkan perawatan secepatnya, kondisi berat badan
menurun pada tingkat yang parah ini bisa berkembang semakin buruk. Tidak
menutup kemungkinan, nantinya akan mengakibatkan terjadi gizi buruk pada
anak.
E. Anak dikatakan mengalami wasting
Menurut WHO, indikator untuk menilai kemungkinan kondisi ini
pada anak yakni berat badan menurun dengan cepat sedangkan tinggi
badan (BB/TB) tetap bertambah.Anak dikatakan mengalami kondisi ini

7
ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai dengan di
bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak juga bisa mengalami
wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indikator BB/TB
menunjukkan angka di bawah -3 SD. Bisa dikatakan, wasting akut adalah
kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang kondisi
yang biasa. Wasting umumnya lebih banyak dialami oleh anak di
kelompok usia balita. Setelah lewat dari usia tersebut, risiko wasting pada
anak berangsur-angsur akan menurun.
F. Mengatasi wasting pada anak
Karena wasting merupakan masalah gizi pada balita yang cukup serius,
penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk mengatasinya. Berikut
adalah langkah-langkah penanganan wasting yang bisa Anda lakukan.
 Memberi anak makanan padat energi untuk membantu
meningkatkan berat badannya, seperti kacang-kacangan dan
produk yang berasal dari hewan
 Memberi makanan bergizi seimbang yang terdiri dari makanan
pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan
 Memberi formula ready to use therapeutic food (RUTF), yaitu
makanan padat bentuk pasta yang diperkaya dengan zat gizi berupa
vitamin dan mineral untuk memulihkan balita wasting
 Memberi suplemen penambah berat badan jika diperlukan
 Berkonsultasi pada layanan konseling gizi
 Mengobati penyakit yang mendasari wasting pada anak
 Pantau berat badan anak menggunakan Kartu Menuju Sehat. Kartu
ini digunakan untuk mencatat perkembangan anak.
Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi wasting pada
anak agar pertumbuhannya berjalan lebih optimal.
Berikut beberapa cara mencegah wasting pada anak yang bisa
dilakukan:
 Memberikan ASI eksklusif jika anak berusia di bawah 6 bulan

8
 Mencukupi kebutuhan gizi anak dengan memberinya makanan
bergizi
 Mencuci sayur dan buah menggunakan air bersih sebelum dimasak
 Melakukan imunisasi rutin sesuai jadwal
 Meningkatkan sanitasi dan kebersihan lingkungan
 Jauhkan anak dari paparan asap rokok
 Membawa anak ke pelayanan kesehatan ketika sakit.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
....Menurut Depkes RI (2005) wasting disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor penyebab langsung adalah konsumsi makanan yang tidak
memenuhi jumlah dan infeksi. Faktor penyebab tidak langsung adalah
pengetahuan. Putri dan Miko Wahyono (2013) mengemukakan bahwa
faktor langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian
wasting di Indonesia adalah kurangnya asupan energi, karbohidrat, dan
lemak, pola pemberian ASI yang tidak baik, infeksi yang dapat
menurunkan nafsu makan pada balita, kurangnya pendidikan ibu mengenai
gizi dan pangan, pola asuh ibu yang kurang baik, banyaknya jumlah balita
dalam satu keluarga, tingkat ketahanan pangan yang buruk, dan
penghasilan rumah tangga yang sedikit.
B. Saran
.......Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar paper ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswi kesehatan masyarakat,
karna dalam makalah ini terdapat banyak tambahan untuk belajar mata
kuliah kesehatan masyarakat. Penulis berharap pembaca bisa memberikan
penilaian lebih lanjut trhadap makalah sederhana ini

10
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.umm.ac.id/69654/56/BAB%20I.pdf

https://eprints.umm.ac.id/69654/57/BAB%20II.pdf

http://scholar.unand.ac.id/39843/1/Bab%201%20Pendahuluan.pdf

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/wasting-adalah-masalah-
gizi-anak/?amp=1

https://www.sehatq.com/artikel/kenali-penyebab-wasting-pada-anak-dan-
cara-mengatasinya/amp

11

Anda mungkin juga menyukai