Anda di halaman 1dari 26

CABANG

FILSAFAT
EPISTIMOLOGI

ESTETIKA

ETIKA

AGAMA

METAFISIKA
ILMU
FILSAFAT ILMU ALAM
ILMU
PENDIDIKAN SOSIAL
HUKUM

MATEMATIKA

POLITIK

SEJARAH
PENGANTAR
FILSAFAT
BAHAN DISKUSI KITA

A. PENGERTIAN FILSAFAT

B. OBJEK MATERI DAN OBJEK FORMAL


FILSAFAT

C. CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT


A.PENGERTIAN FILSAFAT
Arti Etimologi
Filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang bersasal dari
kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan.

Philosophis (Yunani), berasal dari kata kerja :

Philein yang berarti mencintai


Philia yang berarti cinta
sophia yang berarti kearifan

Kemudian lahir kata inggris philosophy, yang biasa


diterjemahkan sebagai “Cinta Kearifan”
Arti kata di atas belum memperlihatkan makna yang
sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai”
belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk
memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu.

Menurut pengertian yang lazim berlaku di timur (tiongkok


dan India), seorang disebut filosof bila dia telah
mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan.

Sedangkan menurut pengerian yang lazim di barat, Kata


“mincintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu
yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai
pengertian yang berbeda dengan pengertian di timur.
KONSEP PLATO

Memberikan istilah dengan dialetika yang berarti seni


berdiskusi.

Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlangsung


sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai
pendapat yang berlaku.

Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat


proses pemeriksaan secara kritis ataupu berdiskusi.

Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat


dasar yang penghabisan dari kenyataan.

Karena seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan


asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.
KONSEP CICERO

Menyebutkan sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of


all the arts) . Juga sebagai arts vitae yaitu fisafat sebagai
seni kehidupan.

KONSEP AL-FARABI

Menurut Al-farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki


hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bil-
maujudat bi ma hiya al-maujudat)

KONSEP RENE DESCARTES

Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, di mana


Tuhan, Alam dan Manusia menjadi pokok penyelidikan.
KONSEP FRANCIS BACON

Menurut Francis bacon, filsafat merupakan induk agung


dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan
sebagai bidangnya.

KONSEP JOHN DEWEY

Sebagai tokoh pragmatisme, john dewey berpendapat


bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu
pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus
menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai
tradisi yang membentuk manusia terhadap kecenderungan-
kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan
yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.

Tegasnya filsafat sebagai suatu alat untuk membuat


penyesuaian-penyesuaian di atara yang lama dan yang baru
dalam suatu kebudayaan.
FILSAFAT SEBAGA ILMU

Karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat


pertanyaan ilmiah yaitu :

PERTANYAAN BAGAIMANA, menanyakan sifat-sifat yang


dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau
pengetahuan yang diperoleh bersifat deskriptif (penggabaran).

PERTANYAAN MENGAPA, menanyakan tentang sebab (asal


usul) suatu objek. Jawabannya atau pengetahuan yang
diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).

PERTANYAAN KE MANA, mananyakan apa yang terjadi di


masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis :
pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu
berulang-ulang (kebiasaan),
kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung
dalam adat istiadat kebiasaan yang berlaku di masyarakat,
ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai
(hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
PERTANYAAN APAKAH, menanyakan hakikat atau inti
mutlak dari suatu hal.

hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi


bersifat empiris sehingga hanya dimengerti oleh akal.
Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya kita akan
dapat mengetahui hal-hal yang bersifat sangat umum,
universal, abstrak.

Dengan demikian, kalau ilmu ilmu lain (selain filsafat),


bergerak dari tidak tahun ke tahu, sedangkan filsafat
bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat.

Untuk memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah


dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal
untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara
kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksidensia),
sehingga akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada
(mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat
diperoleh.
b. Harus Konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide
(gambar) atau gambaran yang melekat pada akal
pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran
tersebut mempunyai bentuk tanggapan sesuai dengan
riilnya.

Sehingga maksud dari konsepsional tersebut sebagai


upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi
(jelas). Karena berpikir secara filsafat sebenarnya
berpikir tentang hal dan prosesnya

c. Harus Koheren
Koheren atau runut adalah unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu
sama lain. Koheren atau runut didalamnya memuat
suatu kebenaran logis. Sebaliknya apabila suatu uraian
yang didalamnya tidak memuat kebenaran logis, uraian
dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren/runut.
FILASAFAT SEBAGAI CARA BERPIKIR

Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang


sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara
global/menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai
sudat pandang pemikiran atau sudaut pandang ilmu
pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya
untuk dapat berpikir secara tepat dan benar erta dapat
dipertanggungjawabkan.

Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus Sistematis
Dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan
yang rasional. Sitematis adalah masing-masing unsur
saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur
dalam suatu keseluruhan. Sistematika pemikiran
seorang filosof banya dipengaruhi oleh keadaan
dirinya, lingkungan, zamanya, pendidikan dan sistem
pemikiran yang mempengaruhi.
d. Harus Rasional
Rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara
logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam
bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang
mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika).

e. Harus Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-
hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara
integral.

f. Harus Mengarah Kepada Pandangan Dunia


Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya
untuk memahami semua realitas kehidupan dengan
jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia,
termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan
semua hal yang berada di dalamnya (dunia)
FILSAFAT SEBAGAI PANDANGAN HIDUP

Diartikan sebagai pandangan hidup, karena filsafat pada


hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia
(sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk
Tuhan).

Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan


manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat
manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara
kodrat terdiri dari jiwa dan raga).

Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya


memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-
macam filsafat sebagai berikut :

a. Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan


filsafat biologi.
b. Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan
filsafat keindahan (estetika)
c. Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan
jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat
antropologi.
d. Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk
Tuhan dpat melahirkan filsafat keTuhanan.
e. Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial
dapat melahirkan filsafat sosial
f. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat
melahirkan filsafat berpikir (logika)
g. Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik
dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika)
h. Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan
filsafat psikologi
i. Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat
melahirkan filsafat nilai (aksiologi)
j. Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat
melahirkan filsafat negara.
k. Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap
supernatural dapat melahirkan filsafat agama.
Filsafat sebaga pandangan hidup (weltsanschaung)
merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar
setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari, juga dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan-
persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.

pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap


hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan
muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri
secara total.
B.OBJEK MATERI DAN OBJEK
FORMA FILSAFAT
Semua ilmu pengetahuan pasti punya objek materi dan objek
yang disebut objek materi adalah hal atau bahan yang diselidiki
(hal yang dijadikan sasaran penyelidikan).

Sedangkan objek forma adalah sudut pandang (point fo view)


dari mana hal atau bahan tersebut dipandang.

Misalnya,

 Ilmu alam objek formanya perubahan dan bangun benda.


 Ilmu kimia objek formanya susunan benda.
 Ilmu gaya objek formanya kekuatan dan gerak benda.

Sehingga ketiga ilmu tersebut di atas mempunyai objek forma


yang berbeda, akan tetapi ketiga ilmu tersebut mempunyai objek
materi yang sama yaitu benda.
Bagaimana dengan objek materi dan objek formanya filsafat ?

Objek materi filsafat adalah : segala sesuatu yang ada. “Ada” di sini
mempunyai tiga pengertian :

 Ada dalam kenyataan


 Ada dalam pikiran
 Ada dalam kemungkinan

Sedangkan objek forma filsafat adalah menyeluruh secara umum.


Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandang dapat
mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun yang berada di
luar jangkauan pembahasan filsafat.

Umum di sini berarti bahwa dalam hal tertentu, hal tersebut dianggap
benar selama tidak merugikan kedudukan filsafat sebagai ilmu

Menurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan yang
mungkin ada.
Objek materi filsafat tersebut sama dengan objek materi dari ilmu
seluruhnya.

Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainnya


adalah objek formanya, sehingga, kalau ilmu membantasi diri dan
berhenti berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi
diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya, inilah
objek forma filsafat.
C.CIRI CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa
filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.

Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai


kegiatan/problema kehidupan manusia.

Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut


dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan
atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat
pemikiran filsafat adalah sebagai berikut :

1. Sangat Umum atau Universal


Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan
tingkat keumumannya sangat tinggi (the question tend to be very of
general problem of the highest degree of generality), karena
pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus,
akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya
umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, kebebasan, dll.

2. Tidak Faktual
Kata lain tidak faktualadalah spekulatif, yang arti filsafatnya
membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu
dengan tidak berdasarkan pada bukti.
Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-
fakta pengetahuan ilmiah.
Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga
spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak
ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup
kewenangan khusus.

3. Bersangkutan dengan Nilai


C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk
mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian.
Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik buruk,
yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha
untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem
nilai, sehingga lahirlah apa yang disebut sebagai nilai sosial, nilai
keagamaan, nilai budaya, dllnya. Selanjutnya Ducasse menyatakan
bahwa tugas filsafat dewasa ini memberikan patokan-patokan dan
membicarakan persoalan-persoalan moral yang disajikan kepada
manusia oleh lingkungan sosialnya.
4. Berkaitan dengan arti
Di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan
dicari. Sesuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dengan arti.
Agar para filsof dalam mengungkapkan ide-idenya sarat dengan
arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang
logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), semua itu berguna untuk
menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy)

5. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis). Dari implikasi tersebut diharapkan akan
mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses
pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis,
dan seterusnya.... Sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran
yang implikatif (diaktis) akan dapat menyuburkan intelektual.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai