Anda di halaman 1dari 13

Definisi Gizi Buruk

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat

badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight

(gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi

buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari -3

SD (Kemenkes, 2011). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu

istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan

kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun (Wiku A, 2005).

2.2 Faktor penyebab gizi buruk

WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi

buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk,
infeksi berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu.

Diet yang tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar

umum hidup, kondisi lingkungan, kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan dan perawatan kesehatan

(WHO, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,

diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang

pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) (Kusriadi, 2010).

a. Konsumsi zat gizi

Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan

otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan

tubuh terhadap penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu faktor


kurangnya asupan makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan, nafsu makan anak,gangguan sistem
pencernaan serta penyakit infeksi

yang diderita (Proverawati A, 2009).

b. Penyakit infeksi

Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi

pada anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan

fungsi kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan

atau kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen seluler dari

sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi (RodriquesL, 2011)

c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam

mengelola makan keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi balita

merupakan segala bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai


zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh balita dan kemampuan ibu

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Mulyaningsih F,

2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan

berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam

kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya

gangguan gizi (Notoadmodjo S, 2003). Pemilihan bahan makanan,

tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman

makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang

makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan

kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita (Nainggolan

J dan Zuraida R, 2010).

d. Pendidikan ibu

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin


mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin

mudah untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku

khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Ihsan M.Hiswani, Jemadi,

2012). Pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap

dan tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada anak

balitanya (Oktavianis, 2016).

e. Pola asuh anak

Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang

diterapkan kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan (Siti M,

2015). Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang

diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan

situasi makanPola asuh yang baik dari ibu akan memberikan


kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita

sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi dan begitu

sebaliknya (Istiany,dkk, 2007).

f. Sanitasi

Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya

bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan

sanitasi buruk (Suharjo, 2010). Upaya penurunan angka kejadian

penyakit bayi dan balita dapat diusahakan dengan menciptakan

sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan memperbaiki

status gizinya (Hidayat T, dan Fuada N, 2011).

g. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang


mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013). Keluarga

dengan status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan konsumsi

pangan dan gizi terutama pada balita rendah dan hal ini

mempengaruhi status gizi pada anak balita ( Supariasa IDN, 2012).

Balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang

memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita status gizi kurang

dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat

pendapatan cukup (Persulessy V, 2013).

h. Ketersediaan pangan

Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak

langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk (Roehadi S, 2013).

Masalah gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah


kekurangan pangan, salah satunya timbul akibat masalah ketahanan

pangan ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan rumahtangga

memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Sobila ET, 2009).

i. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang.

Anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap

kurang gizi. apabila anggota keluarga bertambah maka pangan untuk

setiap anak berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat

merupakan salah satu penyebab langsung karena dapat menimbulkan

manifestasi berupa penurunan berat badan atau terhambat

pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak merupakan faktor

yang turut menentukan status gizi balita (Faradevi R, 2017).

j. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang

akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya

serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut

dikonsumsi. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah gizi

buruk (Arifn Z, 2015).

Ciri-Ciri Anak Kurang Gizi

Ketika anak kekurangan gizi maka dapat dilihat dari penampakan tubuhnya, berikut ini ciri-ciri jika anak
mengalami masalah gizi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

1. Badan kurus (Wasting)

Anak yang kekurangan gizi akan mempunyai berat badan yang tidak normal jika diukur menggunakan
Indikator Berat Badan.

Pengukuran massa berat badan tubuh anak dapat menggunakan rumus Berat Badan dibagi Tinggi Badan
(BB/TB). Jika angka yang didapatkan <-2 sampai -3 standar deviasi (SD) maka anak dapat dikatakan kurus
atau wasting.

Anak-anak yang tidak mendapatkan kebutuhan gizi yang baik dan telah mempunyai berat badan yang
kurus maka berisiko lebih tinggi terjangkit penyakit seperti diare hingga gizi buruk.
2. Badan pendek (stunting)

Tinggi badan anak dipengaruhi oleh kebutuhan gizi anak usia dini, jika hal tersebut tidak terpenuhi maka
berisiko mengalami stunting atau gangguan pertumbuhan.

Gangguan pertumbuhan anak atau stunting dapat terjadi jika sang anak tidak mendapatkan pemenuhan
gizi yang cukup selama masa pertumbuhannya, dalam kata lain bahwa stunting membutuhkan waktu
yang cukup lama.

Masalah gizi pada balita atau bayi yang baru berusia 3 bulan telah berisiko mengalami stunting lebih
tinggi hingga anak telah berusia 3 tahun.

Mengindentifikasi anak mengalami stunting dapat menggunakan indikator Tinggi Badan anak dibagi Usia
anak (TB/U). Jika didapatkan nilai yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) maka anak dikategorikan
mengalami stunting.

3. Mudah lelah dan lemah

Anak yang kekurangan gizi akan sangat mudah lelah padahal tidak banyak melakukan aktivitas, begitu
pula ketika anak melakukan aktivitas yang cukup berat maka anak akan kesulitan untuk melakukannya.

Hal tersebut diakibatkan karena anak kekurangan nutrisi seperti vitamin A, zat besi dan yodium atau
mineral.

Memberikan makanan yang dianjurkan untuk anak gizi kurang yang berfokus kepada pemenuhan
nutrisi-nutrisi tersebut dapat membantu pertumbuhan anak.

Gajala anak kekurangan gizi


Secara umum gejala-gejala berikut ini akan dialami oleh anak ketika mempunyai masalah gizi:

Hilangnya nafsu makan anak.

Gangguan pertumbuhan fisik anak seperti tidak mempunyai berat badan dan tinggi badan yang ideal.

Mudah lesu dan lemah karena tidak mempunyai kekuatan otot tubuh yang cukup.

Kulit kering dan rambut mudah rontok.

Pipi dan mata anak akan terlihat cekung.

Jika mempunyai luka maka penyembuhannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Mudah mengalami sakit akibat terserang penyakit atau virus.

Memiliki risiko terkena komplikasi

Selain itu, masalah emosional dan gangguan intelektual anak akan terganggu. Anak akan mudah marah
dan sedih berlebihan tanpa sebab.

Selain itu dalam hal belajar anak akan mengalami kesulitan dan lambat dalam menangkap pelajaran.

Mencegah anak kurang gizi

Agar anak tidak mengalami kurang gizi maka orang tua harus berusaha keras untuk memenuhi nutrisi
yang seimbang. Masa pertumbuhan anak sangat bergantung kepada apa yang ia makan.

Lebih baik mencegah daripada mengobati, oleh sebab itu berikanlah makanan kepada anak yang
mempunyai gizi seimbang, yaitu:

Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.

Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat, seperti kentang, roti, nasi dan sereal.
Memberikan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging, telur, ikan dan kacang-
kacangan.

Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya.

Selain memberikan makanan yang sehat dan bergizi tak lupa anak harus banyak melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga atau aktivitas di luar ruangan.

Berikan juga imunisasi atau vaksin sesuai jadwal atau rekomendasi yang diberikan oleh kementerian
kesehatan atau provinsi setempat agar anak tidak mudah terserang penyakit infeksi.

Mengatasi anak kurang gizi

Dalam menangani anak yang kekurangan gizi maka dapat disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Dokter anak atau ahli gizi akan memberikan rekomendasi yang tepat untuk anak yang mengalami
malnutrisi.

Jika anak masih dalam tahap kekurangan gizi yang ringan maka dapat melakukan hal-hal di bawah ini:

1. Periksakan anak kepada dokter

Dokter akan melakukan analisis terhadap kondisi anak dan memberikan rekomendasi yang tepat agar
anak kembali pulih dan tidak mengalami gangguan perkembangan.

Dokter atau ahli gizi akan melakukan pemeriksaan secara mendalam pada anak, seperti:

Mengukur indeks massa tubuh (BMI) anak

Melakukan pemeriksaan penyebab anak mengalami kurang gizi

Melakukan tes darah

Melakukan tes berdasarkan riwayat medis sang anak


Jika dokter menemukan hasil pemeriksaan yang mengarah ke anak mengalami kurang gizi maka akan
diberikan obat atau vitamin untuk anak kurang gizi demi meningkatkan nafsu makan sang anak.

2. Menerapkan pola makan yang baik pada anak

Penanganan anak yang mengalami kekurangan gizi haruslah dengan perhatian khusus mengingat
tumbuh kembang anak yang terganggu.

Memberikan banyak makanan yang mengandung cukup tinggi kalori, serat, mineral, protein dan vitamin
dapat membantu anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya.

Selain itu mengatur pola makan yang baik seperti memperbanyak memberikan asupan makanan juga
sangat bagus untuk mengembalikan kondisi anak.

Baca juga: Anak Susah Makan? Lakukan 6 Cara Atasi Anak Susah Makan Berikut Ini

3. Mendampingi perkembangan sang anak

Setelah melakukan pemeriksaan ke dokter dan telah juga memberikan pola makan yang baik untuk anak
maka proses terakhir adalah selalu memantau perkembangan atau mendampingi tumbuh kembang sang
anak secara intensif.

Jika Anda tidak mempunyai waktu yang banyak untuk merawat sang buah hati, maka Anda dapat
menggunakan layanan home care perawat anak yang secara khusus melakukan perawatan dan
pendampingan kepada anak secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai