TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Balita
a. Pengertian Balita
Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012), balita adalah individu atau
sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia
tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan
usia bayi (0-2 tahun), golongan balita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (> 3-
5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan, sumber
lain mengatakan bahwa usia balita adalah 1-5 tahun.
Balita sebagai usia emas atau "golden age" adalah insan yang berusia 0-5 tahun
(UU No. 20 Tahun 2003). Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Uripi, 2004, dalam
Anjani Firna Suwandi 2018).
Menurut karakteristiknya, balita terbagi dalam dua kategori, pertama yaitu anak
usia 0–3 yang disebut konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa bayi tiga tahun (batita) lebih besar dari masa
usia prasekolah (4-5 tahun) sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif banyak.
Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih sedikit dari anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Kedua
yaitu pada usia 4-5 atau biasa disebut usia pra-sekolah, pada usia ini anak menjadi
konsumen aktif, mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya, anak mulai
bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami
beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Berat
badan anak cenderung stagnan/tetap akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak
perempuan relatif lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan
dengan anak laki-laki (Uripi, 2004 dalam Anjani Firna Suwandi 2018).
b. Kebutuhan Gizi Balita
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi
sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energi, protein (terutama
protein hewani), vitamin (Vitamin B kompleks, Vitamin C, Vitamin A), dan
mineral (Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn). Untuk mencegah terjadinya gangguan gizi
dan masalah psikososial, diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang
tua, ibu atau pengasuh dalam keluarganya untuk selalu memberikan makanan
dengan gizi seimbang kepada balitanya dan makanan yang diberikan kepada anak
harus bisa meningkatkan selera makan anak. Yang dimaksud dengan gizi
seimbang adalah makanan yang yang dikonsumsi balita dalam suatu hari yang
beraneka ragam dan mengandung zat tenaga (Karbohidrat dan lemak), zat
pembangun (protein), dan zat pengatur (Vitamin dan mineral) sesuai dengan
kebutuhan tubuhnya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Untuk mendukung pertumbuhan fisik balita, perlu petunjuk praktis
makanan dengan gizi seimbang sebagai berikut:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi.
5. Gunakan garam beryodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan.
8. Biasakan sarapan pagi.
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11. Hindari minum minuman berakohol.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Menurut Soetjiningsih (2004 , dalam Anjani Firna Suwandi 2018 ), pengukuran
status gizi balita di Indonesia pada umumnya menggunakan antropometri, yaitu dengan
cara mengukur tinggi badan ataupun menimbang berat badan. Berat badan merupakan
hasil peningkatan seluruh jaringan, tulang, otot, lemak dan cairan tubuh. Ukuran
antropometri berat badan yang baik untuk status gizi balita yaitu dalam keadaan tumbuh
kembang pada waktu sekarang, sedangkan tinggi badan bertambah sesuai dengan
kecepatan pertumbuhan balita (karena tinggi badan dapat digunakan sebagai petunjuk
keadaan gizi balita dalam jangka waktu yang lampau).
Menurut Gabriel (2008) ada beberapa kondisi dan anggapan orang tua
dan masyarakat yang justru merugikan penyediaan makanan bagi kelompok
balita ini:
1. Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan
orang dewasa, sehingga masih memerlukan adaptasi.
2. Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi
keluarga, baik tenaga maupun kesanggupan kerja penambah keuangan.
Anak sudah tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering
diserahkan kepada saudara yang lebih tua, tetapi sering belum cukup umur
untuk mempunyai pengalaman dan keterampilan untuk mengurus anak
dengan baik.
3. Ibu sering sudah mempunyai anak lagi atau sudah bekerja penuh, sehingga
balita kurang mendapat perhatian dari sang ibu.
4. Anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik dan belum
dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk
makanan. Apabila makan bersama dalam keluarga, anak balita masih
diberi jatah makanan dan jika tidak mencukupi sering tidak diberi
kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya
5. Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi
yang menyebabkan terkena infeksi atau penyakit lain, padahal tubuhnya
belum cukup mempunyai imunitas atau daya tahan untuk melawan
penyakit atau menghindarkan kondisi lain yang memberikan bahaya
kepada dirinya.
c. Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Balita gizi kurang adalah balita yang mengalami gangguan kesehatan
akibat keadaan kurang zat gizi sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan
energi dan protein dalam waktu cukup lama (Depkes RI, 2006). Yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) yang berada pada -3 SD sampai dengan <-2SD baku Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes, 2010). Balita gizi buruk
adalah balita yang mengalami gangguan kesehatan akibat keadaan kurang zat gizi
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya asupan energi dan protein dalam
waktu cukup lama (Depkes RI, 2006). Yang ditandai dengan berat badan menurut
umur (BB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang berada pada
<-3 SD baku Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes, 2010).
4. Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur
jaringan.
e. Penilaian Status Gizi
Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 menyatakan bahwa, status gizi anak
balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB), dan tinggi badan (TB)
dimana variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks
antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB yang dapat mengetahui apakah
status gizi balita mengalami status gizi buruk, baik, kurang atau lebih.
Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara
langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah
makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita
balita. Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian
timbulnya kurang gizi tidak hanya kurang makan tetapi juga karena penyakit.
Terutama diare dan ISPA. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik
tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi.
Sebaliknya anak yang daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, dalam
keadaan demikian anak mudah diserang infeksi dan akhirnya berat badan anak
menurun. Secara bersamaan merupakan penyebab kurang gizi ( Soekirman,
2000)
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian
yaitu:
Antropometri
Pengertian Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
(Supariasa, 2002)
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Dan pengertian antropometri adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal
lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).
Indeks Antropometri
(a) Berat Badan Menurut Umur ( BB/U )
1) Pengertian Indeks (BB/U)
Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai
salah satu cara pengukuran status gizi. Berat badan menurut
umur tidak sensitif untuk mengetahui apakah seseorang
mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat
badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu
maupun masa kini (Anggraeni, 2012).
Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Berdasarkan karakteristik berat badan anak usia 3 tahun memiki
berat badan 1,8-2,7 kg dengan rata-rata 14,5 kg dan rata-rata
tinggi badan 95 cm. Pertumbuhan anak usia 3 sampai 4 tahun
dimana rata-rata berat badan 16,5 kg dan rata-rata tingginya 103
cm. Anak usia 5 tahun mulai mengalami peningkatan dengan
rat-rata berat badan 18,5 kg dan tinggi rata-rata 110 cm
(Hockenberry, et al.,2016).
Kategori Z-Score
Kategori Z-Score
Gemuk >2SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Kurus -3 SD s/d < -2SD
Sangat Kurus < -3SD
Kurus <-2SD
(e) Z-score
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara
internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang
diekspresikan sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan. Untuk
pengukuran z-score pada populasi yang distribusinya normal. Umumnya
digunakan pada indicator panjang atau tinggi badan anak. Dengan rumus
sebagai berikut :
(𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛)
𝑍 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝑍 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑆𝐷)
Untuk Populasi yang distribusinya tidak normal
(𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 ∶ 𝑀)𝐿 − 1
𝑍 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝐿𝑋𝑆
Rumus diatas M, L, dan S adalah nilai dari populasi referensi.
Rumus ini juga disebut rumus LMS, biasanya untuk menghitung Z-score
BB/U, BB/PB, BB/TB, dan IMT/U.
Keterangan :
M =Nilai angka median referensi yang diperoleh dariestimasi rata-rata
populasi.
L=Nilai angka yang diperlukan untuk menstransformasikandata dalam
rangka untuk mengurangi kemencengan kurva.
S = Koefisien variansi
Atau
Jika nilai individu subjek < Nilai Median
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
Z-Score indeks …= 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(−1𝑆𝐷)
Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri
adalah:(Supariasa, 2002)
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar
lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat
dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan
objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran
lingkar lengan atas pada anak balita, maka dapat dilakukan
pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit. Berbeda
dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia, apabila
terjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terebih
dahulu yang relatif mahal dan rumit.
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
profesional, juga oleh tenaga lain setelah di latih untuk itu.
d. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak
memerlukan bahan-bahan lainnya.
e. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut
off point) dan baku rujukan yang sudah pasti.
f. Secara ilmiyah di akui kebenarannya. Hampir semua negara
menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status
gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi.
Hal ini dikarenakanantropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.
Memperhatikan faktor di atas, maka dibawah ini akan di uraikan
keunggulan antropometri gizi sebagai berikut:(Supariasa, 2002)
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah
sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan
pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang
ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan
kegiatannya secara rutin.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus
diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja
seperti “skin fold caliper” untuk mengukur tebal lemak dibawah kulit.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dilakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambar riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi
buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikunya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan terhadap gizi.
Kelemahan Antropometri
Di samping keunggulan metode penentuan status gizi secara
antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan yaitu : (Supariasa,
2002)
a. Tidak sensitive
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti zink dan fe.
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
posisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d. Kesalahan ini terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi
jaringan
3. Analisis dan asumsi yang keliru
e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1. Latihan petugas yang tidak cukup
2. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
3. Kesulitan pengukuran
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui
tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
(sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit(Susilowati, 2008).
Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi
yang spesifik. (Susilowati, 2008).
Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. (Supariasa, 2002).
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 penilaian
yaitu:
Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei
ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. (Supariasa,
2002).
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. (Supariasa,
2002)
Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
(Susilowati, 2008).
f. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuh Kembang Balita dibagi dalam beberapa Jenis tumbuh
kembang balita menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012) dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Tumbuh kembang fisik yang meliputi perubahan dalam bentuk dasar dan
fungsi organisme atau individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi
dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik,
seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca.
3. Tumbuh kembang sosial emosional bergantung pada kemampuan bayi
untuk membentuk ikatan batin, berkasih sayang, menangani kegelisahan
akibat suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.
Balita pada usia kurang dari enam bulan perkembangan otak bayi
mengalami masa yang kritis, sehingga sangat diperlukan adanya perlakuan-
perlakuan khusus untuk perkembangan otak secara maksimal. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ASI eksklusif mulai
dari awal kelahiran sampai usia enam bulan, yang bertujuan untuk
menghindari terjadinya infeksi dan sakit. Pemberian ASI tidak hanya sampai
usia enam bulan saja, tetapi sampai usia dua tahun. Setelah bayi berusia lebih
dari enam bulan, maka diberikan Makan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk
menambah asupan gizi yang tidak terpenuhi oleh ASI saja mengingat
kebutuhan zat gizi balita meningkat di setiap pertumbuhannya (usianya).
Perlakuan terhadap anak paling baik dilakukan sampai balita berusia lima
tahun, karena masa ini merupakan masa yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangannya kelak (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui kematangan dan belajar.Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Tinggi badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan
sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan mengalami
penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya.pada akhir
tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir.
Pada masa bermain penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12 cm
sedangkan penambahan tahun ketiga rata-rata 4-6 cm. Pada masa pra sekolah,
khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-rata 2 kali lipat dari
tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunya kurang
lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah akan mengalami penambahan setiap
tahunnya.setelah usia 6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 5 cm,
kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi rata-rata 3 kali lipat dari
tinggi badan waktu lahir(Supariasa, 2002).
Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Karena umur turut menetukan kebutuhan gizi anak.
Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar
6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. Pada usia-usai selanjutnya pertumbuhan
lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami
pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami
pertumbuhan kurang lebih 49cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai
dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan
usia remaja. (Supariasa, 2002).
Lingkungan Pascanatal
Gizi ibu pada saat hamil
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan
selama kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Di
samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan
sebagainya.
Kondisi anakyang lahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam
lingkungan yang miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan
mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya di tandai dengan
berat dan tinggi badan kurang optimal.
Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan
ketuban yang kurang. Demikian pula posisi janin yang tidak normal dapat
menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan dapat
menyebabkan pertumbuhannya terhambat.
Toksin/zat kimia
Pada ibu hamil yang menderita keracunan logam berat, seperti makan
ikan yang terkontaminasi merkuri (air raksa) dapat menyebabkan
mikrosefali. Keracunan logam berat biasanya terjadi di daerah dimana air
laut tercemar oleh air limbah dari pusat-pusat industri.
Endokrin
Jenis hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida
lain dengan aktivitas mirip insulin. Di daerah endemik gondok, pada
umumnya penduduk menderita pertumbuhan terhambat. Bentuk fisik tubuh
biasanya pendek dan cebol. Kondisi ini disebabkan oleh asupan yodium
penduduk di daerah endemik sangat rendah. Yodium ini adalah salah satu
mineral yang sangat berperan terhadap pembentukan hormon tiroksin. Jenis
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid ini termasuk hormon
pertumbuhan (growth hormon), oleh karena itu apabila terjadi kelainan
pada kelenjar ini, produksi hormon akan terganggu yang mengakibatkan
pertumbuhan terhambat.
Radiasi
Pengaruh radiasi pada bayi sebelum berumur 18 minggu dapat
mengakibatkan kematian, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan
lainnya. Efek dari radiasi ini dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anak.
Infeksi
Cacat bawaan bisa juga disebabkan oleh infeksi intrauterin, dan jenis
infeksi lain menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria,
HIV, virus hepatitis dan virus influenza.
Stres
Ketenangan kejiwaan yang di dukung oleh lingkungan keluarga, akan
menghasilkan janin yang baik, apabila ibu hamil mengalami stres, akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin yaitu berupa cacat bawaan dan
kelainan kejiwaan.
Anoksia embrio
Menurutnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat, dapat menyebabkan berat badan lahir rendah.
Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi
keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
(Suliha, 2001)
Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan
uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan
makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk
menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan
gizi.
Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga :
a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan
meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
b) Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis
membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk
keluarga (Khomsan,2003).
Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang
baik. (Suliha, 2001)
Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik
kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah
laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya
mempunyai masukan dan keluaran.
Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik
yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah
tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan
institusi yang bersangkutan. (Madanijah, 2004)
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang demi
kelangsungan hidupnya atau untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
hidupnya. setiap orang melakukan pekerjaan salah satunya untuk memenuhi
kebutuhan pokok, karena kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi. (Satriana,2017)
Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan. (Soetjiningsih, 1998)
Faktor Internal
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstretik dan ras atau suku bangsa.
Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan
optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan
pertumbuhan dinegara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di
negara yang sedang berkembang, Gangguan pertumbuhan selain disebabkan
oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak mungkin
seseorang tumbuh secara optimal. Kematian anak balita di neagara yang
sedang berkembang di pengaruhi oleh kedua faktor ini (Supriasa, Bakri, Fajar,
2002).
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001)
Kondisi Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang memfungsikan organ-
organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik.kemampuan fisik sangat
penting untuk mendukung mengembangkan aktifitas psikomotor. Bayi
dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena
pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan
cepat dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan
pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk (Sugiyanto
1996 :221)
a) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Suhardjo, et,
al, 1986)
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik.
Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang
paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada
katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya
terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.
i. Kebutuhan Gizi Balita
Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
panganyang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia
memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan
kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi
panga
n Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
harus BB TB Energi Protein Vit A
menc (kg) (cm) (Kkal) (gr) (IU)
ukupi
kebut
uhan
tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan
pertumbuhan, serta untuk aktivitas (Supariasa et al. 2002).
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun
bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan
yangdikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan
konsumen aktifartinya anak dapat memilih makanan yang disukainya.
Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian
konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap
kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk
menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein.
Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan
kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging,
telur dan susu. (Supariasa et al. 2002) Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat
digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG
adalah kebutuhan (Estimated Average Requirement). Untuk mengetahui
kecukupan gizi anak balitadigunakan AKG tahun 2013, yang disajikan pada tabel.
Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak
balita setiap harinya.
Anak 1-3 tahun 13 91 1125 26 400
Anak 4-6 tahun 19 112 1600 35 450
GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency
Disorder (IDD) merupakan segala gangguan yang timbul pada suatu populasi
di mana semua gangguan tersebut akan tercegah dengan asupan yodium yang
cukup pada penduduknya. Defisiensi yodium akan terjadi jika asupan yodium
tidak adekuat sesuai dengan rekomendasi asupan yodium harian.
Penanggulangan masalah GAKY dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang telah dilakukan antara lain, fortifikasi yodium pada garam,
fortifikasi yodium pada air minum, suplement yodium pada hewan, suntikan
minak yodium dan suplement kapsul yodium. Penggunaan masing-masing
metode sangat tergantung dari tingkat masalah yang ada. Pada daerah dengan
masalah GAKY ringan, iodisasi garam dan perbaikan ekonomi sudah
mencukupi. Sementara itu, pada wilayah dengan masalah GAKY berat maka
harus dilakukan suplementasi kapsul yodium.
ISPA
Pneumonia adalah penyakit infeksi pada bagian saluran pernafasan
(paru- paru) yang disebakan oleh bakteri atau virus tanda-tanda nya adalah
batuk, pilek, napas cepat, dan kesulitan bernapas (Dina Agoes dan Maria
Poppy H, 2001 dalam Ninik,2005). Faktor-faktor yang meningkatkan resiko
kematian akibat pneumonia yaitu: umur dibawah dua tahun, tingkat social
ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan
ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan rendah, kepadatan tempat tinggal,
imunisasi yang tidak memadai, dan menderita penyakir kronis.
Pemeliharaan gizi anak harus diperhatikan sebagai upaya pencegahan
terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit seperti
tuberkulosa, campak, polio dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu. Disamping
itu pemeliharaan hygiene dan sanitasi lingkungan sangat.
Penyakit Kronis
Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Jaringan tubuh pada bayi dan balita belum sempurnadalam upaya membentuk
pertahanan tubuh seperti orang dewasa. Anak balita bias terserang penyakit
akut maupun kronis.
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh
kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stress
yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya (Soetjiningsih, 1998 dalam
Ninik,2005)
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh
kembangnya. Kebersihan baik kebersihan perorangan maupun lingkungan
memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan
yang kurang maka anak akan sering sakit misalnya diare, kecacingan, tifus,
hepatitis, malaria, demam berdarah dan sebagainya.
Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap
kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka
kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Kalau anak sering
menderita sakit maka tumbuh kembangnya terganggu (Soetjiningsih, 1998
dalam Ninik 2005)
Pelayanan Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu
fisik yang rendah (Arianton Aritonang, 2003 dalam Ninik,2005).
Peran pelayanan telah lama diadakan untuk memperbaiki status gizi.
Pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama
masalah gizi. Pelayanan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan
sangat membantu dalam meningkatkan derajad kesehatan. Dengan pelayanan
kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat akan
terpenuhi. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu kegiatan posyandu
yang dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita dengan
penimbangan berat badan (BB) secara rutin setiap bulan.
Asam Folat
Folat adalah vitamin B9 yang bersifat larut air. Tubuh manusia tidak
dapat mensintesis struktur folat. Folat didapatkan secara alami dalam makanan
tertentu sebagai poliglutamat (Tennant, 2014).
Folat terdapat pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan, terutama
sebagai poliglutamat dalam bentuk metil atau formil tereduksi. Sifatnya yang
termolabil dan larut dalam air membuat folat mudah rusak karena proses
memasak (Ganesh et al, 2014).
Proses memasak dapat merusak 50-90% folat yang terkandung
didalamnya. Menurut rekomendasi AKG 2013, asam folat dibutuhkan sekitar
400 μg untuk wanita tidak hamil, tambahan 200μg selama kehamilan serta
tambahan 100μg untuk wanita menyusui. Hasil uji acak membuktikan
pengurangan NTD sebesar 60-100% pada wanita hamil yang mengkonsumsi
0,4-0,8 mg selama beberapa bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan
(Fathonah, 2016).
Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna
pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan
membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika
janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat
perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir
dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala),
mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda (kondisi dimana tulang
belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan,
beras merah dan sayuran hijau (Sulistyawati, 2009).
Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan
pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi
efektivitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan
elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi (Sulistyawati,
2009).
Kalsium
Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang
janin.Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat
terhindar dari penyakit osteoporosis.Kenapa hal ini bisa terjadi?karena jika ibu
hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium
akan diambil dari tulang ibunya. Susu dan produk olahan lainnya merupakan
sumber kalsium yang baik, selain kalsium, susu memiliki kandungan vitamin
lain yang dibutuhkan ibu hamil, seperti vitamin A, Vitamin D, Vitamin B2
vitamin B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacang-kacangan dan sayuran
hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga (Sulistyawati, 2009).
Kalsium yang dikonsumsi ibu hamil, 99% akan digunakan untuk
pembentukan tulang dan gigi janin. Kalsium digunakan janin untuk
pembentukan senyawa neurotransmitter (senyawa pengahntar rangsang/pesan
dari atau ke otak), sejalan dengan tahap perkembangan sistem saraf pusat dan
otaknya. Kalsium ini termasuk makropineral oleh sebab itu kebutuhan di
waktu kehamilan meningkat lumayan tinggi daari 800 mg/hari menjadi 950
mg/hari. Contoh bahan makanan sumber kalsium adalah tempe , kacang merah
segar , teri kering , teri segar , kerang keju , yoghurt , dan susu. (Dewi,
Pujiastiti, Fajar, 2013).
Vitamin A
Vitamin A memegang peranan penting dalam reproduksi, penglihatan,
sistem imun dan diferensiasi sel. Kekurangan Vitamin A masih banyak
terdapat di Indonesia, walaupun sejak tahun 1992 telah dinyatakan tidak
menjadi masalah lagi secara nasional. Kebutuhan Vitamin A meningkat
selama kehamilan, yaitu sebanayk 300 RE untuk tiap triwulan (60%) sehingga
menjadi 800 RE. Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa hati,
lemak hewan, susu, mentega, dan kuning telur, serta dalam makanan nabati
dalam bentuk pro vitamin A (Karoten) berupa sayuran bewarna hijau dan
jingga seperti bayam, daun singkong, wortel dan tomat serta buah-buahan
berwarna kuning jingga, seperti pepaya dan mangga, serta minyak kelapa
sawit
Vitamin A bermanfaat untuk pertumbuhan janin, pergantian sel baru
pada semua jaringan tubuh dan sel saraf, pembentukan tulang dan gigi ,
mencegah terjadinya kelainan bawaan pada bayi , serta meningkatkan daya
tahan tubuh ibu hamil. Adapun kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin , sel – sel dalam tubuh kurang optimal ,
kebutuhan vitamin A meningkat kurang lebih 300 RE dari kebutuhan wanita
tidak hamil. Contoh makanan sumber vitamin A yaitu hati sapi, daging sapi ,
daging ayam , telur ayam , jagung kuning , wortel , bayam , daun singkong ,
mangga , pepaya , semangka , dan tomat matang (Dewi, Pujiastiti, Fajar,
2013).
Vitamin B
Tabel 2.5 Peningkatan Kebutuhan Vitamin B Selama Kehamilan
Vitamin Penyebab peningkatan Fungsi Sumber bahan makanan
kebutuhan vitamin selama
kehamilan
Vitamin B1 Pembentukan koenzim untuk Membantu pertumbuhan Kacang panjang , buncis ,
(Tianin) metabolisme energy janin kacang kapri.
Vitamin B2 Pembentukan koenzim untuk Membantu pertumbuhan Sayuran berwarna hijau
(Riboaflavin) metabolisme energy dan janin dan membantu seperti bayam , brokoli ,
protein. metabolisme ko-enzim sawi hijau , susu , keju ,
di dalam pembentukan daging.
energi
Vitamin B3 Pembentukn koenzim untuk Mengurangi kelelahan , Kacang – kacangan ,
(Niasin) metabolisme energy dan mencegah anemia , kurma , alpukat , hati ,
protein membantu sintesis daging , telur , ikan.
hormon, dan membantu
metabolisme ko-enzim
di dalam pembentukan
energi.
Vitamin B6 Pertumbuhn janin dan Sebagai antioksidan , Daging , hati , nasi ,
(Pridoksin) pembentukan ko-enzim membantu asam amino , gandum , kacang , ikan
untuk metabolisme protein. pembentukan sel darah dan telur ayam , ikan tuna
merah , pembentuakan , ikan salmon.
saraf otak dan otot-otot
tubuh janin
Vitamin B9 Produksi heme untuk Mengurangi NTD Jeruk , kol, brokoli ,
(Asam folat) hemoglobin , pembentukan (Neutral Tubes Defects) wortel , lobak , kentang,
DNA pada proses attau kelainan susunan bayam, asparagus , hati.
pembentukan sel-sel darah saraf pusat,
merah dan metabolisme pembentukan DNA pada
tubuh. proses pembentukan sel
darah merah , mencegah
anemia megaloblastik
(kekurangan jumlah sel-
sel darah merah
berukuran besar)
Vitamin B12 Pembentukan sel darah Membantu pertumbuhan Telur , susu , daging ,
(Kobalamin) merah dan pembentukan ko- janin dan pematangan ayam , keju.
enzim untujkk metabolisme sel darah merah.
asam nukleat dan protein.
Vitamin E
Kebutuhan Vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin
E dimasa-masa kehamilan adalah untuk menjaga struktur dan fungsi
komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin. Contoh bahan makanan sumber
vitamin E antara lain brokoli , alpukat , tomat , kecambah , bayam ,sawi hijau ,
asparagus , minyak kedelai , minyak jagung , minyak kelapa sawit dan
telur(Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013).
Vitamin C
Kebutuhan vitamin C sedikit meningkat selama kehamilan, yaitu
sebanyak 10 mg untuk tiap triwulan (13,3%). Vitamin C merupakan
antioksidan yang diperlukan untuk mencegah infeksi, kanker dan jantung
koroner.Sumber vitamin C adalah sayuran hijau, kol, tomat, serta buah-buahan
seperti jeruk, nenas, jambu biji, dan mangga. Vitamin C yang membantu
menyerap zat besi yang dapat membantu mencegah anemia pada ibu hamil.
Vitamin c yang membantu menyerap zat besi mencegah anemia pada ibu
hamil. Memperkuat pembuluh darah, mengurangi resiko infeksi setelah
melahirkan, pembentukan tulang dan persendian janin, mengaktifkan kerja
sel–sel darah putih serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Diwaktu hamil
ibu dianjurkan mengkonsumsi asupan vitamin C nya sebanyak 10 mg per hari
dan memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran hijau(Dewi,
Pujiastiti, Fajar, 2013).
Serat
Karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida yang terdiri atas lebih dari
dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida
nonpati.Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang pada polisakarida
dinding sel.
Serat dalam makanan (dietary fiber) merupakan bahan bahan tanaman
yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan manusia (Beck,
2000).
Serat (disebut juga bahan kasar dari makanan) adalah komponen dari
tumbuhan yang tidak bisa dicerna.Efek serat sudah muncul dan diketahui sejak
lama tetapi baru-baru ini para ilmuwan mulai mengetahui pentingnya serat
dikonsumsi setiap hari sebagai pencegahan penyakit dan memelihara
kesehatan. Meskipun serat bukan sesuatu yang ajaib yang dapat mencegah atau
mengobati semua dari kanker, yang tidak bisa dicerna, penelitian
membuktikan bahwa tipe dari konsumsi makanan rendah serat di negara barat
dapat menyumbangkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner,
diabetes, dan penyakit di saluran cerna termasuk kanker (Johnson, 2006).
Manfaat serat antara lain membantu mencegah konstipasi, mengurangi
gejala divertikulosis dan hemoroid, membantu mengurangi resiko
kankerkolon, serat larut air berperan dalam mengurangi kolesterol darah,
berguna untuk mengontrol berat badan (Johnson, 2006).
Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat dan yang dapat larut
dalam air.Serat yang tidak larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa dan
lignin.Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan, dan
algal.
Serat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni serat makanan (dietary
fiber) dan serat kasar (crude fiber). Serat makanan adalah semua jenis serat
yang setelah proses pencernaan tetap berada di dalam usus besar (kolon), baik
yang larut maupun yang tidak larut dalam air. Sementara itu, serat kasar adalah
serat tumbuhan yang tidak dapat larut dalam air. Serat makanan yang tersisa di
dalam usus besar tidak membahayakan organ usus, tetapi juga berpengaruh
positif terhadap proses di dalam saluran pencernaan dan metabolisme zat gizi
asalkan jumlahnya tidak berlebihan. Jika jumlah serat makanan berlebihan,
dapat menyebabkan kembung, mengganggu penyerapan kalsium, dan
membatasi asupan kalori (Bangun, 2005).
Dalam perjalanan pada saluran pencernaan, serat seperti karet, menyerap
beberapa waktu dalam air.Hasilnya menjadi lembut dan besar dan dapat
melewati saluran cerna lebih cepat dan lebih mudah, sehingga mengurangi
terjadinya konstipasi (Johnson, 2006).
Salah satu keluhan ibu hamil adalah sulit buang air besar (sembelit). Ini
disebabkan karena hormon progesteron di saat hamil, diamana sistem kerja
pencernaan di usus berjalan lambat sehingga makanan dan air sulit di serap.
Jika ini berlanjut terus maka akan menyebabkan pendarahan di anus. Untuk
mengatasi hal ini sebaiknya ibu memperbanyak minum air putih dan
perbanyaklah konsumsi serat yang dapat di peroleh dari buah, sayur, beras,
dan kacang-kacangan karena serat di butuhkan untuk membentuk bulk
(volume) dalam usus. Banyaknya serat pada waktu hamil adalah sebesar 20
gr/hari(Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013).
Yodium
Yodium sangat dibutuhkan di masa hamil karena ini merupakan bahan
dasar ujntuk hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan
mendorong perkembangan otak bayi. Bagi ibu hamil di anjurkan untuk
menambah asupan yodiumnya yaitu udang lobster, kerang, tiram, iakan sarden,
susu, telur, minyak ikan cod, ganggang laut kering, dan garam
beryodium(Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013).
Seng
Kebutuhan seng meningkat 50% selama kehamilan terutama di trimester
ketiga karena mineral ini di butuhkan ujntuk mengembangkan jaringan tisu di
otak agar perkembangan otak berjalan optimal. Adapun kekurangan seng di
saat hamil akan berpengaruh pada daya pengecap dan pembau si ibu,dan tidak
menutup kemungkinan akan terjadi kasus cebol (kretin) pada bayi yang
dilahirkan. Contoh bahan makanan sumber seng yaitu tiram , daging sapi ,
gandum, wijen , kuning telur , keju , daging ayam , dan tepung terigu(Dewi,
Pujiastiti, Fajar, 2013).
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan
kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal
(narkoba).
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan
deteksiuntuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam
populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau
ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan
yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia
atau tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis
atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.Pada pencegahan
sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya adalah :
1) Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus
diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus
dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap trimester.24 Skrining
dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu
hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia
ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap
tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan
anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia berat (
Hb< 9 g/dl) dan Hct <27%) harus dirujuk kepada dokter ahli yang
berpengalaman untuk mendapat pertolongan medis.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau
ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini
pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang
cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang
lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi
penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh
pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
1) Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin.
2) Mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat.
3) Pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap
mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan.
3. Usia lanjut
a. Pengertian Usia Lanjut
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan
adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi
organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi
dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living
(Fatmah, 2010).
b. Karakteristik Usila
Kategori usila di setiap negara berbeda-beda. Di negara maju, seseorang
keatas. Keadaan ini kemungkinan disebabkan pemeliharaan kesehatan dilakukan
secara baik sejak dini. Sementara di negara berkembang proses penuaan lebih
cepat menyerang seseorang. (Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan seseorang
menjadi tua, antara lain : (Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013)
Faktor Genetika
Faktor genetika merupakan faktor bawaan atau keturunan yang
berbeda pada individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek
menua pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Orang
yang tadinya gagah, akan menjadi lemah tak berdaya ketika sudah
menginjak masa lansia.
Faktor Intelegensia
Faktor intelegensia juga mempengaruhi proses penuaan. Orang
yang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang
lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola hidup sehat dan selalu
melatih kemapuan intelektualnya melalui berbagai aktivitas seperti
membaca dan menulis. Dengan demikian, penurunan fungsi otak dapat
diperlambat, kesehatan fisik dan mental juga akan selalu terjaga.
Faktor Endogernik
Faktor endogernik berkaitan dengan proses penuaan yaitu
perusakan sel yang seiring dengan penambahan usia. Terjadi perubahan
struktural penurunan fungsional dan penurunan kemampuan. Beberapa
faktor pemicu proses penuaan akan banyak berpengaruh terhadap
timbulnya berbagai penyakit dan perubahan aspek gizi pada lansia.
Perubahan Mental
Ketika seseorang memasuki masa lansia akan mempengaruhi kesehatan
badannya. Sikap hidup, perasaan, dan emosi akan mempengaruhi perubahan
mental lansia. Perubahan mental seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian
orang tersebut. Seseorang yang kepribadiannya ambisius dan selalu berambisi
untuk lebih maju ketika memasuki masa lansia akan cenderung gelisah, mudah
stres, merasa diremehkan, dan tidak siap tinggal di rumah. Sebaiknya jika
kepribadian seseorang itu tenang dan mencapai sesuatu dengan usaha yang tidak
terburu-buru, orang tersebut tidak menunjukan perubahan mental yang negatif.
Bahkan mereka selalu mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupannya (Dewi, Pujiastiti, Fajar, 2013).
Kebutuhan gizi dan nutrisi yang harus dipenuhi oleh lansia akan dijelaskan di bawah ini :
(Istiany,Rusilanti,2013)
Kalori
Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan
untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan,
maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul
obesitas. Sebaiknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan
digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
Protein
Secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram
per kg berat badan. Pada lansia, masssa ototnya berkurang. Tetapi ternyata
kebutuhan tubuhnya terhadap protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi
dari pada orang dewasa, karena pada lansia efesiensi penggunaan senyawa
nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan
penyerapan kurang efesien).
Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis penyumabatan
pembuluh darah ke jantung). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak
jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
Karbohidrat dan Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah “b-a-b”) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat
yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar, dan biji-bijian utuh.
Lansia tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara
komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak.
Vitamin dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, vitamin D,
dan vitamin E. Secara umum, kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral
yang paling banyak di derita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk
membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat.
Air
Cairan berbentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti cairan yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja
ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usila
Pedoman pola diet lansia adalah sebagai berikut:
(Istiany, Rusilanti,2013)
1) Penerapan pola makan beragam dan bergizi seimbang.
2) Membatasi asupan energi dan lemak untuk mencegah penimbunan kalori dalam
tubuh sehingga terhindar dari obesitas.
3) Memperhatikan konsumsi komponen gizi yang penting unutk menunjang
kebugaran di usia lanjut, seperti : B-karoten, vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12
(sianokobalamin), asam folat, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E (B-tokoferol),
kalsium (Ca), besi (Fe), Seng (Zn), selenium (Se), magnesium (Mg), mangan
(Mn), kromium (Cr) dan Kalium (K).
4) Membiasakan mengkonsumsi cukup serat dan cairan setiap hari.
g. Penilaian Status Gizi Usila
Penilaian Status Gizi Mengunakan Tinggi Lutut dan Panjang Depa
Tinggi Lutut
Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan
sehingga sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan
lekukan spinal atau tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan caliper berisi
mistar pengukuran dengan mata pisau menempel pada sudut 900. Alat yang
digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu.Subyek yang diukur
dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri
subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 900.Alat
ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela.
Pembacaan skala dilakukan pada alatukur dengan ketelitian 0,1 cm Hasil
pengukuran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus
Chumlea :
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm
cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)
(Chumlea WC, Roche AF, Mukherjee D,1984)
selain rumus chumlea, ada salah satu rumus yang juga sering digunakan yaitu:
TB pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64,19
TB wanita = (1,83 x tinggi lutut (cm) – (0,24 x umur (tahun) + 84,88 (Gibson,
RS; 1993)
Panjang Depa
Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukan pengukuran panjang depa bagi
subyek dengan alat mistar panjang 2 meter. Panjang depa biasanya
menggambarkan hasil pengukuran yang sama dengan tinggi badan normal dan
dapat digunakan untuk menggantikan pengukuran TB. Subyek yang diukur harus
memiliki kedua tangan yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi
lurus lateral dan tidak dikepal. Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan
karena sakit atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat
dilakukan.Subyek berdiri dengan kaki dan bahu menempel melawan tembok
sepanjang pita pengukuran ditempel di tembok. Pembacaannya dilakukan dengan
skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari
tengah tangan kiri.
3. Asam urat
Asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang
kita konsumsi. Ini juga merupakan efek samping dari pemecahan sel dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal
dari tubuh mahluk hidup. Dengan kata lain dalam tubuh mahluk hidup terdapat
zat purin ini,lalu karena kita memakan mahluk hidup tersebut maka zat purin
tersebut berpindah kedalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga
terdapat purin (Istiany,Rusilanti, 2013).
Gizi Kurang
Gizi kurang seiring disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan
karena gangguan penyakit. Apabila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan, maka dapat menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila
hal ini diserati dengan kekurangan protein, maka dapat menyebabkan kerusakan-
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya terjadilah kerontokan rambut.
Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan berkurang, ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan, maka akibatnya nafsu makan
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
Kekurangan Vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, juga kurang mengkonsumsi
vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu, dan produk olahan
lainnya.
4. Sosial Ekonomi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering
disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa
adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai
hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang
berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka
secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen
rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang
mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan
(seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan).
Menurut Mulyanto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) berpendapat
tinjauan sosio ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya dan aspek
desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi
desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa.
Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila
pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan
pengembangaan usaha usahanya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial
ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan.
Berikut klasifikasi status sosial ekonomi menurut Coleman dan Cressey dalam
Sumardi (2004) adalah :
1. Status Sosial Ekonomi Atas
Sitorus (2000) menyatakan bahwa status sosial ekonomi atas yaitu status atau
kedudukan seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan pergolongan
menurut harta kekayaan, dimana harta yang dimiliki di atas rata-rata masyarakat
pada umumnya dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
2. Status Sosial Ekonomi Bawah
Sitorus (2000) menyatakan bahwa status sosial ekonomi bawah yaitu status
atau kedudukan seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan
pergolongan menurut harta kekayaan, dimana harta yang dimiliki kurang jika
dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya serta tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.
b. Jenis Pendapatan
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:66) membedakan
pendapatan menjadi dua yaitu : (Ninik,2005)
1) Pendapatan yang berupa uang
Pendapatan yang berupa uang yaitu segala penghasilan yang berupa uang yang
sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra
prestasi, sumber-sumber utama adalah:
1) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja
lemburan, dan kerja kadang-kadang.
2) Dari usaha sendiri yang meliputi: hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
dan penjualan dari karajinan rumah.
3) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah.
4) Keuntungan sosial, yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
c) Indikator Kemiskinan
Untuk mewujudkan hak-hak dasar seseorang atau sekelompok
orang miskin Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara
lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan
pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human
capability approach) dan pendekatan objective and subjective. Pendekatan
kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack
of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan
kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi (Rustanti,2015).
Indikator-indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang
konkrit yang dibuat oleh BAPPENAS yaitu; terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan
kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.
Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya
mengkonsumsi 1.571 kkal per hari. Kekurangan asupan kalori, yaitu
kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60 persen penduduk
berpenghasilan terendah. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa salah satu indikator utama kemiskinan adalah terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan (Rustanti,2015).
6. Pengetahuan
Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman
tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan.
Pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi status gizi
secara tidak langsung dan merupakan landasan dalam menentukan konsumsi makanan
( Dinah Soraya, Dadang Sukandar, Tiurma Sinaga 2017 ).
Pengetahuan gizi ibu juga terbukti berhubungan dengan status gizi dalam
penelitian Gabriel (2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk
menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang
baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk
dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka akan semakin
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi
(Sediaoetama, A.D, 2008). Semakin bertambah pengetahuan gizi ibu maka seorang ibu
akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota
keluarganya termasuk pada anak balitanya.
Pengetahuan ibu tentang gizi, cara pemberian makan pada balita, dan jadwal
pemberian makan anak balita sangat berperan dalam menentukan status gizi anak
(Dahlia dan Ruslianti, dalam Aulidina Dwi Mustafyani, Trias Mahmudiono
2017).Pengetahuan ibutentang gizi adalah yang diketahui ibu tentang pangansehat,
pangan sehat untuk golongan usia tertentu dancara ibu memilih, mengolah dan
menyiapkan pangandengan benar. Pengetahuan ibu rumah tangga tentangbahanpangan
akan mempengaruhi perilaku pemilihanpangan dan ketidaktahuan dapat
menyebabkankesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan.Pengetahuan
tentang gizi dan pangan yang harusdikonsumsi agar tetap sehat,
merupakan faktorpenentu kesehatan seseorang, tingkat pengetahuanibu tentang gizi
juga berperan dalam besaran masalahgizi di Indonesia (Daratul Laila,Asnia
Zainuddin,Junaid 2018).
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan
persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi,
penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan dan
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
(Suhardjo, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah
tingkat pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai gizi
akan berpengaruh terhadap perilaku dan sikap dalam memilih makanan yang memenuhi
angka kecukupan gizi (Robby Tri Mardiyanto, Noor Latifah , Ayu Arsalina Putri
2019).
7. KADARZI
a. Pengertian KADARZI
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah keluarga yang semua anggota
keluarganya mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan dan
gizi bagi setiap anggota keluarganya (Depkes, 2007). Sasaran dari program
KADARZI adalah seluruh anggota keluarga karena pengambilan keputusan dalam
bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga,
sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, masalah gizi seperti gizi kurang, gizi buruk, dan sebagainya
yang terjadi di tingkat keluarga sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga,
tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan.
Kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat unuk
memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagaimana hasil
dari penelitian Sugimah (2009), Zahraini (2009), Karolina, dkk. (2012) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat Keluarga Sadar Gizi dengan
status gizi balita. Secara umum tujuan Keluarga Sadar Gizi adalah tercapainya
keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga, yaitu dengan
meningkatnya pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi
masalah gizi, meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menanggulangi
masalah gizi keluarga ,meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam
memberdayakan masyarakat/keluarga dalam mencegah dan mengatasi masalah
gizi (Hesti, 2008 dalam Sugimah, 2009).