Anda di halaman 1dari 101

PROPOSAL KEGIATAN

RAPAT KOORDINASI
DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. (202003017) Yudha Putra K. (202003037)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yulia Dinda L. (202003083)
Umi Maslaha (202003021) Yunis Dwi K. (202003064)
Wahyulan M. (202003022) Alfin Kurniawan
Wawan Setyo W. U. (202003094) Alif Nur Meiriska
Weny Sengshiu S. (202003019) Djuer Djies
Whynne Insan S. (202003038) Doby O. A. W.
Widiyawati Nengse (202003079) Friskawati Sokoi
Wisnu Aji Nugroho (202003049) Khusnul Khotimah
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 RAKOR (Rapat Koordinasi)


1.1.1 Latar Belakang
Rakor adalah rapat koordinasi yang dihadiri oleh ketua organisasi
atau ketua bagian serta seluruh staf organisasi yang terlibat untuk
mendiskusikan suatu program yang akan dijalankan. Tujuan dari
kegiatan rakor adalah terbentuknya tim pokjakes yang solid,
teridentifikasi tugas tiap anggota pokjakes, teridentifikasi POA dari
pokjakes, teridentifikasi perencanaan Wiensield Survey, saling
menginformasikan, mengkoordinasikan antar bidang serta antar
pengurus yang terkait dengan rencana jangka pendek sehingga
keputusan diharapkan tepat guna.
Rapat koordinasi merupakan pertemuan semua pengurus organisasi
termasuk kepala bidang atau hanya 2 pengurus atau bagian yang
diadakan kapanpun dan selambat-lambatnya 1 bulan sekali.
Susunan acara rakor yaitu diawali dengan pembukaan, pemilihan
ketua kelompok pokjakes, pembentukan anggota kelompok pokjakes,
diskusi dan pemantapan tugas anggota pokjakes, pembuatan POA
(sesuai target tiap minggu) dan perencanaan Wiensield Survey.
1.1.2 Pemetaan Target Rakor

KEGIATAN TARGET KETERANGAN


RAKOR Tim Pokjakes 1. Ketua
2. Bendahara
3. Sekretaris
4. Ketua unit Pokja (KIA,
Remaja, lansia, Kesling)
Pembagian Tugas utama
Kesepakatan
Tugas
Perencanaan Minggu 1 Pembukaan. MMD 1,
(POA) Pengkajian Analisa Data,
Daftar rencana kegiatan tiap
pokja
Minggu 2 Konsultasi rekap data,
lembar saran, MMD 2
Minggu 3 Evaluasi kegiatan tiap pokja
Minggu 4 Analisis keluarga binaan
Minggu 5 Pengkajian keluarga binaan
Minggu 6 Penyuluhan keluarga binaan
Minggu 7 Peyuluhan keluarga binaan
Minggu 8 MMD 3, Evaluasi
komunitas
Winshinld What Target:
Survey 1. Tempat tinggal
2. Rencana pembukaan
3. Rencana MMD 1
4. Masalah tiap pokja
Who Target 1 dan 2: ketua
kelompok dan sekretaris

Target 3: ketua unit pokja


When 2 hari sebelum praktik
Where Rumah lurah, kepala dusun,
bidan
Why Klarifikasi target
Keterangan Untuk Wiensield Survey

Target untuk Pokja :

1. Masalah kesehatan yang terjadi pada Lansia, KIA, Remaja

2. Masalah kesling

3. Masalah kesling melihat komponen dibawah ini


Komponen yang dinilai ketika Wiensield Survey (dilakukan secara sekilas
dilakukan sebelum praktik dimulai, data diperoleh dengan menugaskan anggota
kelompok untuk survey lapangan)

ELEMEN KOMPONEN YANG DIKAJI

Perumahan Bangunan : Luas, bahan, arsitek, bersatu/pisah

Lingkungan / Halaman : Depan, samping, belakang


Daerah

Lingkungan Luas / sempit, kualitas : ada / tidak ada rumput,


terbuka bersih / kotor, pribadi / umum

Batas Apa batas daerah : jalan, sungai, got

Kondisi : bersih / kotor

Kebiasaan Tempat berkumpul : siapa, dimana, jam berapa

Cara datang dan pergi, situasi jalan dan jenis

Transportasi Alat transportasi

Pusat pelayanan Klinik, tempat rekreasi, sekolah, praktek pelayanan


keperawatan / ibadah, dipakai / tidak

Toko / warung Jenis, siapa pemilik

Pusat Bagaimana mencapainya, jenis


perbelanjaan

Orang di jalan Siapa yang dijumpai : ibu, bayi, anak, lansia,


pemuda, penjual makanan / barang, anak sekolah,
pekerja, dll.

Suku / etnis Lokasi, cara komunikasi, kebiasaan

Tempat ibadah Masjid, gereja, wihara, pura

Kesehatan Adakah yang sakit akut / kronis, jarak ke pelayanan


kesehatan

Politik Kampanye, poster


Media TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman, dll.

1.1.3 Bagan Struktur Organisasi

KETUA

YUDHA PUTRA
KUSUMA

WAKIL KETUA

WAHYULAN
MASRUROH
BENDAHARA SEKRETARIS

SOVIA FITRIA TITA KARTIKA P.R.


TUNIZAN

POKJA POKJA POKJA POKJA


KIA REMAJA LANSIA KESLING

WAWAN WISNU YEHEZIK ALFIN


SETYO AJI EL DWI KURNIAW

DOKUMENTASI

1. DOBY OKTOVIAN

2. DJUER DJIES

3. YUNIS DWI KURNIASARI

1.1.4 Tugas Pokjakes Kelompok

1. Ketua Kelompok

a. Membuat POA

b. Membentuk tugas Pokja

c. Bertanggungjawab terhadap kerja tim

d. Merencanakan Wiensield Survey : Waktu, pelaksanaan


e. Bertanggungjawab keberhasilan MMD 1, 2, 3

f. Koordinasi dengan ketua Pokja terkait (Hasil survey, hasil


MMD, pelaksanaan kegiatan)

g. Koordinasi dengan dokumentasi dan sekretaris atas pelaporan


askep komunitas yang diselesaikan 2 hari menjelang
penutupan.

h. Monitoring pokja

i. Monitoring kerja

j. Bertanggungjawab pembentukan pokja masyarakat

k. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dilakukan di


masyarakat.

2. Sekretaris

a. Mencatat POA, mendokumentasikan dan mempublikasikan


POA

b. Mencatat setiap kegiatan (Untuk dilaporkan di MMD 3)

c. Koordinasi dengan ketua Pokja untuk kegiatan yang


dilaksanakan

d. Menerima dokumen kegiatan dari ketua Pokja (SAP, Leaflet,


laporan kegiatan Pokja)

e. Koordinasi dengan dokumentasi atas laporan kelompok

f. Bekerjasama dengan ketua Pokja

3. Bendahara

a. Menetapkan anggaran praktik


b. Mencatat pengeluaran dan denda

4. Dokumentasi

a. Mendokumentasikan laporan kelompok

b. Mengumpulkan lampiran

c. Bertanggungjawab atas terselesaikannya asuhan keperawatan

5. Tugas ketua pokja dan sekretaris pokja

a. Menganalisa masalah dari Wiensield Survey dan MMD 1


untuk merencanakan membuat format pengkajian bersama
ketua, sekretaris, dan bagian dokumentasi)

b. Menganalisa lembar pengkajian hasil survey terkait untuk


mencari masalah sesuai pokja

c. Menganalisa masalah dari data sesuai pokja

d. Koordinasi dengan sekretaris untuk menyerahkan hasil analisis


masalah dari survey sebagai bahan untuk MMD 2

e. Membuat SAP, leaflet, laporan pertanggungjawaban kegiatan


termasuk absensi kegiatan

f. Memberikan hasil kegiatan kepada sekretaris

1.1.5 Instrumen Pengkajian

1) Data Inti

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru).


Tanyakan pada orang-orang yang kompeten atau yang
mengetahui sejarah area atau daerah tersebut.
b. Data Demografi

Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki


maupun perempuan, jenis kelamin masyarakat di desa tersebut,
usia, status perkawinan. Data diperoleh melalui Puskesmas atau
kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah
kunjungan pasien yang berobat.
c. Statistik Vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka
kesakitan dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan
kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder
baik dari Puskesmas atau Kelurahan. Kelahiran, kematian,
kesakitan dan penyebab utama kematian atau kesakitan.
d. Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan
keagamaan di masyarakat, kegiatan masyarakat yang
mencerminkan nilai – nilai kesehatan.
2) Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang,
area hijau, binatang, orang sekitar, bangunan buatan manusia,
keindahan alam, air dan iklim.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan
yang praktik, layanan kesehatan publik, pusat emergency,
rumah perawatan, atau panti werdha.
c. Ekonomi
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat untuk
bekerja, adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa
besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga,
karakteristik pekerjaan.
d. Keamanan dan transportasi
Jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana cara orang-orang berpergian,
apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada
transportasi yang memungkinkan untuk orang cacat, jenis
layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya :
pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara
di monitor, apa saja jenis kegiatan yang biasa dilakukan,
apakah masyarakat merasa aman.
e. Politik dan pemerintahan
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh
partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah
terdapat komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa,
walikota, dewan kota), apakah orang-orang terlibat dalam
pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan local mereka.
f. Komunikasi
Catat apakah orang-orang memiliki tv dan radio, apa saja
sarana komunikasi formal dan informal yang terdapat di
wilayah komunitas, apakah terdapat surat kabar yang terlibat di
stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan
untuk berkumpul.
g. Pendidikan
Catat sekolah yang ada dalam area komunitas serta kondisinya,
pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop out, aktivitas-aktivitas
ekstrakulikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat
pendidikan masyarakat.
h. Rekreasi
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi
yang utama, siapa saja yang berpartisipasi, fasilitas untuk
rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan waktu
senggang.
3) Persepsi
a. Persepsi masyarakat
Kaji tiap tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan masyarakat
tentang kehidupan bermasyarakat yang rasakan di lingkungan
tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok
yang berbeda (misal : lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu
rumah tangga, dll)
b. Persepsi perawat
Tanyakan tentang kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial masalah
yang dapat di identifikasi.
1.1.6 Perencanaan Kegiatan Kelompok

No Kegiatan Oktober November


1 2 3 4 1 2 3 4
.
1. Rakor √
2. MMD 1 √
3 Penyebaran √ √
angket
4. MMD 2 √
5. Intervensi √ √ √ √
a. KIA
b. Remaja
c. Lansia
d. Kesling
6. MMD 3 √

1.1.7 Pengorganisasian
Leader : Yudha Putra Kusuma
Co-Leader : Wahyulan Masruroh
Observer : - Tita Kartika Putri Rohayani
- Yunis Dwi Kurniasari
Fasilatator : - Friskawati Sokoi
- Widiyawati Nengse
1.1.8 Rincian Tugas

1. Leader

a. Memimpin jalannya kegiatan

b. Memperkenalkan anggota kelompok dalam kegiatan

c. Kontrak waktu

d. Menetapkan jalannya tata tertib kegiatan

e. Menjelaskan tujuan dari kegiatan

f. Menjelaskan materi sesuai dengan topik kegiatan

g. Menyimpulkan hasil kegiatan

h. Menutup acara

2. Co-Leader

a. Mendampingi leader jika terjadi bloking

b. Menyiapkan alat untuk leader

c. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

d. Bersama leader memecahkan masalah penyelesaian masalah

3. Observer

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b. Mencatat verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung


c. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi
kegiatan

4. Fasilitator

a. Menyiapkan segala kebutuhan dalam kegiatan

b. Mengatur teknik acara sebelum kegiatan

c. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai kegiatan

d. Memotivasi audient untuk memperhatikan dengan seksama

e. Memotivasi audient untuk mengajukan pertanyaan saat leader


memberikan kesempatan bertanya

f. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta

1.1.9 Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

a. Undangan

Undangan disebarkan pada tanggal 20 Oktober 2020 kepada


masyarakat Desa Ngoro RT 1, 2, 3 dan RW 1, 2, 3 Mojokerto.

b. Media

Leaflet, PPT

c. Tempat

Balai Desa Ngoro Mojokerto

d. Alat

LCD, Meja, Kursi

e. Pemateri
Yudha Putra Kusuma

2. Tahap Pelaksanaan

No KEGIATAN PEMATERI KEGIATAN AUDIENS Waktu


1. Pembukaan : a. Menjawab salam 5 menit
a. Memberikan salam b. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan Memberikan respon
Menyampaikan kontrak waktu
2. Penyajian : a. Mendengarkan dan 20 menit
a. Mengkaji tingkat memperhatikan
pengetahuan audiens terhadap Memberikan respon
materi yang akan
disampaikan
b. Menjelaskan definisi diare.
c. Menjelaskan etiologi diare.
d. Menjelaskan manifestasi
klinik diare.
e. Menjelaskan komplikasi
diare.
f. Menjelaskan cara pengobatan
diare.
Menjelaskan pencegahan diare
3. Evaluasi : a. Audiens bertanya 10 menit
a. Mengevaluasi penerimaan kepada narasumber
informasi b. Menjawab pertanyaan
b. Memberikan pertanyaan yang diberikan
kepada audiens secara lisan narasumber
Menyimpulkan hasil kegiatan Menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari
4. Penutup : Menjawab salam 5 menit
Mengucapkan salam
3. Tahap Terminasi
Audiens mampu mengerti 80% dari apa yang telah
disampaikan narasumber dengan kriteria mampu menjawab
pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan oleh
pemateri.
1.1.10 Hasil Whinshield Survey Di Desa Ngoro Mojokerto

A. Lingkungan Terbuka

Pembuangan limbah rumah tangga (got) mampet dan berbau tidak


sedap, banyak sampah dan banyak genangan air dibeberapa gang.

B. Sumber Daya Masyarakat

Tingkat pendidikan masyarakat terbanyak adalah sekolah dasar


(SD) yaitu sebanyak 54%. Pekerjaan terbanyak adalah pedagang
yakni sebanyak 40%, penghasilan rata – rata perbulan terbanyak
antara 500.000- 700.000 perbulan.

C. Suku / Etnis

Sebagian besar warga adalah suku Jawa yaitu sebanyak 80% dan
beragama Islam sebanyak 89%.

D. Health

Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, masalah


kesehatan yang ada yaitu :

1. Pada balita adalah Diare (43%), ISPA (40%), dan gizi buruk
(5%), AUS: ISPA (30%), diare (20%), kebiasaan kurang ber-
PHBS antara lain tidak cuci tangan sebelum makan, jajan tidak
sehat, makan sayur tertentu saja dan jarang makan buah.

2. Pada remaja : remaja merokok (50%), berpengetahuan baik


tentang HIV-AIDS (60%), berpacaran (40%), kebiasaan
nongkrong di malam hari (20%).

3. Pada Lansia : tidak ada wadah untuk menangani masalah


lansia, belum ada kader lansia. Lansia menderita hipertensi
(30%), reumatik (32%), stroke (15%), dan kencing manis
(17%).

4. Pada ibu hamil tidak ada masalah.

5. Dewasa: darah tinggi.

6. Lansia: rematik dan darah tinggi.

7. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di desa Ngoro adalah


terdapat 1 puskesmas, 3 klinik swasta dan 2 praktik dokter.
PROPOSAL KEGIATAN
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) I
DI DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. (202003017) Yudha Putra K. (202003037)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yulia Dinda L. (202003083)
Umi Maslaha (202003021) Yunis Dwi K. (202003064)
Wahyulan M. (202003022) Alfin Kurniawan
Wawan Setyo W. U. (202003094) Alif Nur Meiriska
Weny Sengshiu S. (202003019) Djuer Djies
Whynne Insan S. (202003038) Doby O. A. W.
Widiyawati Nengse (202003079) Friskawati Sokoi
Wisnu Aji Nugroho (202003049) Khusnul Khotimah
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MUSYAWARAHMASYARAKATDESA (MMD) I
DSN. SENGON KAB. MOJOKERTO

A. Latar Belakang
Praktek klinik keperawatan komunitas merupakan salah satu
bentuk praktek klinik keperawatan yang mengambil lahan praktek
dimasyarakat. Mahasiswa melakukan pengkajian data dan bersama-sama
masyarakat menentukan dan menyusun rencana tindakan dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam masyarakat. Mengingat
pentingnya kerjasama antar mahasiswa dan masyarakat maka diadakan
kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I, untuk perkenalan
sekaligus membina hubungan saling percaya dengan masyarakat. Kegiatan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I akan diikuti para tokoh masyakat
yang merupakan sektor utama dalam melakukan pendekatan kepada warga
Dusun Prayan melalui program-progam yang nantinya dijalankan. Dengan
acara Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)I tersebut diharapkan terjadi
interaksi yang memberikan kesan pertama dan selanjutnya saling
menyadari bahwa diantara kedua belah pihak perlu mengadakan kerjasama
dalam mencapai tujuan.
B. Tujuan MMD
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari acara Musyawarah Masyarakat Desa (MMD
I) adalah untuk saling memberikan informasi dan membina hubungan
saling percaya dalam proses selanjutnya dari kegiatan praktek klinik
keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a) Saling mengenal antara mahasiswa dengan tokoh masyarakat.
b) Menghindari kesalah pahaman tentang tujuan utama praktek
klinikkeperawatan komunitas.
c) Memberikan informasi tentang gambaran umum kegiatan selama
praktek.
d) Mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan secara umum
yang terjadi di desa.
e) Pembentukan Pokjakes dalam masyarakat.
C. Rancangan Kegiatan Inti
Topik : Musyawarah Masyarakat Desa 1
Tempat : Balai Desa Sengon
Waktu : Tanggal 15 Oktober 2020 Jam 19:00 (Ba’daIsya)WIB s/d
selesai
Sasaran : RT
Metode :
1. Presentasi
2. Ceramah
3. Diskusi
Media dan Alat
1. Microphone
2. Spidol
3. Kertas manila
4. LCD / Proyektor
5. Laptop
Pengorganisasian :
1. Pelindung : Kepala Desa Watesumpak
2. Penanggung Jawab : Pembimbing Akademik
3. Ketua : Yudha Putra Kusuma
4. Sekretaris : Tita Kartika
5. Bendahara : Sovia Fitria Tunizan
6. Sie Acara : Umi Maslaha
7. Sie Perlengkapan : Alfin Kurniawan
8. Sie Humas : Djuer Djies
9. Sie Konsumsi : Whynne Insan
10. Sie Dokumentasi : Doby Oktavian A.W
Susunan
1. Leader : Yudha Putra
2. Co Leader : Yulia Dinda Lestari
3. Fasilitator : Yehezkiel D.A.W
4. Observer : Alif Nur Meiriska
Susunan acara
N Acara Metode Waktu
o
1 Pembukaan
. a. Sambutan Ketua Kelompok Ceramah 3 menit
b. Sambutan dari Institusi Pendidikan Ceramah 3 menit
sekaligus perkenalan mahasiswa Ceramah 3 menit
c. Sambutan Kepala Desa Watesumpak Ceramah 3 menit
d. Sambutan Kepala Dusun Pryayan Ceramah 3 menit
e. Sambutan Kepala Puskesmas
Tawangsari
Musyawarah masyarakat desa :
2 a. Penyampaian hasil windshield survey Diskusi 10 menit
. b. Pembentukan Pokjakes Diskusi 10 menit
c. Diskusi bersama Diskusi 10 menit
Pembacaan Kesimpulan Diskusi 10 menit
Penutup (Doa) Ceramah 3 menit
3
.
4

Rencana Diskusi dari pokja masyarakat :

Masalah kesehatan

NO Keluhan Dusun Sengon


Lansia RT 10 RT 11 RT 12 RT 13
1. Darah Tinggi

2. Asam Urat
3. Kencing Manis (DM)

4. TBC
5. Katarak

6. Pendengaran Kurang
Kesling

1. Sampah
2. BAB di sungai

3. Demam Berdarah
4. Mencuci baju disungai

KIA
1. Batuk Pilek

2. Diare
3. Kurang gizi
Berat Badan Bayi lahir
4. rendah
Tidak mau datang ke
5. posyandu
Remaja

1. Alkohol
2. Rokok

3. Narkoba
D. Pengorganisasian
E. Denah

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Peralatan sudah lengkap, undangan sudah lengkap, tempat sudah siap
2. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik, berjalan kondusif,dan
tamu undangan hadir semua dan berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan musyawarah masyarakat desa 1
3. Evaluasi Hasil
Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai
G. Penutup
Demikian proposal kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) I. Bila ada suatu hal yang tidak sesuai, akan dilakukan perubahan
sebagai mana mestinya.

Dengan rencana kegiatan yang telah kami buat, kami mengharap


kerjasama dari segala pihak secara moril demi suksesnya kegiatan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya, kami mengucapkan terima kasih.

Mojokerto, 3April2018
Ketua MMD I

Mengetahui,
Kepala Dusun Sengon Pembimbing Akademik

Munip Dr. Faisal Ibnu, S.kep.Ns.,M.kes)

Kepala Desa Sengon


PROPOSAL KEGIATAN
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) II
DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. (202003017) Yudha Putra K. (202003037)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yulia Dinda L. (202003083)
Umi Maslaha (202003021) Yunis Dwi K. (202003064)
Wahyulan M. (202003022) Alfin Kurniawan
Wawan Setyo W. U. (202003094) Alif Nur Meiriska
Weny Sengshiu S. (202003019) Djuer Djies
Whynne Insan S. (202003038) Doby O. A. W.
Widiyawati Nengse (202003079) Friskawati Sokoi
Wisnu Aji Nugroho (202003049) Khusnul Khotimah
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020
HASIL WHINSHIELD SURVEY (PENYEBARAN ANGKET)

DI SUATU WILAYAH

1. Lingkungan terbuka
Pembuangan limbah Rumah Tangga atau got mampet dan berbau
tidak sedap, banyak sampah dan genangan air di beberapa gang.

2. Sumber Daya Masyarakat

Tingkat pendidikan masyarakat terbanyak adalah sekolah dasar (SD)


yaitu sebanyak 54%. Pekerjaan terbanyak adalah pedagang yakni sebanyak
40%, dan penghasilan rata – rata perbulan terbanyak antara 500.000-
700.000 perbulan.

3. Suku / Etnisitas
Sebagian besar warga adalah suku jawa yaitu sebanyak 80% dan
beragama islam sebanyak 89%.

4. Health

Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, masalah kesehatan


yang ada yaitu: pada balita adalah ISPA (43%), diare (40%), dan gizi buruk
(5%), AUS: ISPA (30%), diare (20%), kebiasaan kurang ber-PHBS antara
lain tidak cuci tangan sebelum makan, jajan tidak sehat, makan sayur
tertentu saja dan jarang makan buah, Remaja : remaja merokok (50%),
berpengetahuan baik tentang HIV-AIDS (60%), berpacaran (40%),
kebiasaan nongkrong di malam hari (20%). Pada Lansia : tidak ada wadah
untuk menangani masalah lansia, belum ada kader lansia. Lansia menderita
hipertensi (30%), reumatik (32%), stroke (15%), dan kencing manis (17%).
Untuk ibu hamil dan dewasa tidak ada masalah.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah tersebut adalah


terdapat 1 puskesmas, 3 klinik swasta dan 2 praktik dokter.
Hasil Pendataan masalah kesehatan yang muncul di desa Sengon:

1. Kelompok Balita

Jadi hasil perolehan data dari angket yang sudah kita sebarkan
untuk masalah masyarakat pada kelompok balita di desa balongmojo yang
terbanyak yaitu menderita ISPA sebanyak 43%.
2. Kelompok Anak Usia Sekolah

Jadi hasil perolehan data dari angket yang sudah kita sebarkan
untuk masalah masyarakat pada kelompok anak usia sekolah di desa
balongmojo yang terbanyak yaitu menderita ISPA sebanyak 30%.
3. Kelompok Remaja

Jadi hasil perolehan data dari angket yang sudah kita sebarkan
untuk masalah masyarakat pada kelompok remaja di desa balongmojo
yang terbanyak yaitu merokok sebanyak 50%.
4. Kelompok Lansia

Jadi hasil perolehan data dari angket yang sudah kita sebarkan
untuk masalah masyarakat pada kelompok lansia di desa balongmojo yang
terbanyak menderita reumatik sebanyak 32%.
Latar Belakang

Kegiatan praktek komunitas di masyarakat merupakan bentuk


pembelajaran bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu keperawatan
komunitas secara komprehensif yang merupakan cermin kegiatan pengabdian
pada masyarakat. Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub
sistem keluarga dan sistem sosial yang saling berinteraksi. Keluarga sebagai
suatu sub sistem komunitas merupakan sistem terbuka dimana keluarga
merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat atau komunitas.
Perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan gabungan ilmu
keperawatan, ilmu masyarakat dan sosial yang ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah permasalahan
kesehatan. Dalam mengaplikasikan praktek kesehatan masyarakat diperlukan
pengetahuan serta penelitian- penelitian yang berkaitan dengan pendidikan
kesehatan masyarakat dalam menemukan suatu masalah kesehatan.
Musyawarah masyarakat desa (MMD) merupakan bentuk dari wadah
memecahkan suatu masalah kesehatan yang di temukan dalam masyarakat
melalui pengkajian. Dalam upaya mengaplikasikan teori ilmu keperawatan
komunitas yang telah dibekalkan kepada mahasiswa di bangku kuliah, serta
sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang profesional
dan potensi keperawatan secara mandiri, maka mahasiswa STIKES Bina
Sehat PPNI Mojokerto melaksanakan praktek keperawatan komunitas di
wilayah Desa Sengon. Setelah data di peroleh, dalam kegiatan MMDII
mahasiswa dan masyarakat bersama-sama mencari pemecahan masalah yang
ada dengan timpokjakes.
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat wilayah binaan serta mampu menanggulangi masalah
kesehatan tersebut bersama masyarakat dengan memanfaatkan
sumberdaya dan potensi yang terdapat di masyarakat
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan musyawarah masyarakat desa (MMD II)
mahasiswa mampu:
a. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan
masyaratat.
b. Mendiskusikan permasalahan kesehatan yang ditemukan bersama-
sama dengan warga.
c. Memotivasi masyarakat dalam upaya mengenali dan mengetasi
masalah kesehatan.
d. Menentukan masalah yang menjadi prioritas bersama-sama dengan
warga.
e. Bersama masyarakat menyusun perencanaan kegiatan dalam
menanggulangi masalah kesehatn yang terdapat pada masyarakat.
f. Membentuk pokjakes yang terdiri dari mahasiswadan perangkat desa
dengan tujuan memecahkan masalah yang telah ditemukan dalam
proses MMD II
g. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan yang di hadapi

B. Rencana Kegiatan
a. Topik
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD II)
b. Sasaran
Sasaran dalam acara temu kenal antara lain:
1. Kepala Desa Sengon
2. Kepala Dusun Sengon
3. Bidan Desa Sengon
4. Ketua RW
5. Ketua RT
6. Kader 
7. Ketua PKK 
8. Ketua Kader Posyandu masing-masing RT
9. Pembimbing praktek dari pendidikan
c. Hari & Tanggal
Hari : Senin
Tanggal : 26 Oktober 2020
Pukul : 120 menit (19.00 - 20.00)
d. Tempat : Balai Desa Sengon
e. Media dan alat
1. Mikrophone
2. Spidol
3. LCD / Proyektor
4. Laptop
f. Metode
1. Presentasi
2. Ceramah
3. Diskusi
g. Susunan Acara
Serangkaian acara dalam MMD II :
a. Pembukaan
b. Acarainti, sambutan dari mahasiswa:
 Menjelaskantujuankegiatan
 Mepresentasikanhasilpendataan (angket, wawancaraatau data
lampiranterkait)
 Memprioritaskanmasalah (scoring) bersamawarga.
 Masing-masingpokjadisepakatidenganwarga 1
masalahkesehatan yang menjadiprioritas
 Menyusun rencana kegiatan bersama warga (POA)
c. Sambutan dan masukan :
 Kepala Desa
 Kepala Puskesmas
 Dosen Pembimbing Akademik
d. Kesimpulan (notulen)
e. Penutup (doa)
h. Setting

Papan Tulis Proyektor

Co leader Meja
Opera
tor
Leader

obs.

C. Strategi Pelaksanaan
No. Acara Metode Waktu
1. Pembukaan Ceramah 2 menit
2. Acara inti : Sambutan dari mahasiswa
Musyawarah Masyarakat DesaII:
a. Menjelaskan Tujuan kegiatan Ceramah 5 menit
b. Presentasi hasil pendataan (angket, Ceramah 5 menit
wawancara atau data lain terkait)
c. Memprioritaskan masalah (scoring) Diskusi 20 menit
bersama warga. Masing2 pokja disepakati
dengan warga 1 masalah kes yang menjadi
prioritas
d. Menyusun rencana kegiatan bersama Diskusi 20 menit
warga (POA)
Diskusi bersama Diskusi 30 menit
3. Sambutan dan masuka Kepala Desa Sengon Ceramah 10 menit
4. Sambutan dan masukan dari Petugas Ceramah 10 menit
KesehatanDesa Sengon
5. Sambutan dan masukan dosen pembimbing Ceramah 10 menit
Akademik
6. Doa penutup 5 menit

D. Kepanitiaan
Pelindung : Kepala Desa Sengon
Penanggung Jawab :
 PJMK Keperawatan Komunitas
 Kepala Desa Sengon
Pembimbing : Pembimbing Akademik Kep. Komunitas
Ketua : Yehezkiel Dwi Arif W
Penyaji : Masing – masing ketua pokja masyarakat
Notulen : Widyawaty nengse
Moderator : Weny Sengshiu Sabono
Operator : Wisnu Aji Nugroho
Seksi – seksi
 Dokumentasi : Yehezkiel Dwi Arif W
 Perlengkapan : Whinne Insan S
 Konsumsi : Widyawati Nengse
 Acara : Weny Sengshiu Sabono

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 90 % peserta yang menghadiri undangan penyuluhan.
 Acara berlangsung sesuai dengan rencana.
 Mahasiswa dapat menyiapkan materi, alat-alat dan media sesuai
dengan yang diperlukan.
2. Evaluasi Proses
 20 % dari peserta penyuluhan yang hadir berperan serta secara aktif
dalam diskusi.
 Selama acara musyawarah berlangsung, tidak ada penyimpangan
dari tujuan yang telah di tetapkan.
 Selama acara berlangsung, tidak ada peserta yang meninggalkan
acara  pertemuan.
3. Evaluasi Hasil
 Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desayang Kedua terlaksana
dengan baik.
 Masyarakat mengerti dan memahami masalah yang terjadi di desa
sengon.
 Masyarakat mampu mendiskusikan dan memprioritaskan masalah
yang terjadi dan menyusun rencana tindakan yang akan
dilaksanakan.
4. Hasil terlampir.

Demikian proposal kegiatan pertemuan pembahasan masalah dan


penyelesaian masalah yang terjadi di Desa Sengon antara mahasiswa dengan
masyarakat Desa Sengon, semoga mendapatkan persetujuan dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mojokerto, 26Oktober 2020


Ketua

( )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Kepala Desa Sengon

(Dr. Faisal Ibnu, S.kep.Ns.,M.kes) ( )


Scoring permasalahan Kesehatan di Desa Sengon

Resiko
Resiko Potensial Minat Sesuai Prog. Kemungkinan Tempa Fasilita
Terjad Dana Waktu Petugas
Masalah Kesehatan Parah u/ Penkes Masy. Pemerintah diatasi t s Total Nilai Prioritas
i
A B C D E F G H I J K
BALITA :
+++ +++ ++ +++ ++++ +++ +++ ++ +++ +++ +++
ISPA pada balita 104976 1
(3) (3) (2) (3) (4) (3) (3) (2) (3) (3) (3)
Diare pada balita +++ ++ +++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ +++
10368 2
(3) (2) (3) (2) (2) (3) (2) (2) (2) (2) (3)
Gizi buruk pada +++ ++ +++ ++ ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++
6912 3
balita (3) (2) (3) (2) (2) (3) (2) (2) (2) (2) (2)
KESLING
Pembuangan limbah
RT (got) mampet ,
+++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
berbau tidak sedap, 3072 4
(3) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2)
banyak sampah dan
genangan air di
beberapa gang
AUS : +++ + +++ ++ ++ ++ + + + + + 72 16
Kebiasaan jajan tidak (3) (1) (3) (2) (2) (2) (1) (1) (1) (1) (1)
sehat
Kurang konsumsi
++ + ++ ++ ++ ++ + + + ++ +
buah pada AUS
(2) (1) (2) (2) (2) (2) (1) (1) (1) (2) (1) 64 17

Tidak mencuci
+++ ++ +++ ++ ++ +++ + ++ ++ ++ ++
tangan dengan sabun 432 7
(3) (2) (3) (2) (2) (3) (1) (1) (1) (1) (2)
sebelum makan.
Tidaksukasayurpada
+++ ++ ++ ++ ++ + + + ++ ++ +
AUS. 192 11
(3) (2) (2) (2) (2) (1) (1) (1) (2) (2) (1)

Diare
+++ + ++ ++ ++ ++ + + + + ++
168 12
(3) (1) (2) (2) (2) (2) (1) (1) (1) (1) (2)

ISPA
++ ++ ++ ++ ++ + ++ ++ ++ ++ +
512 6
(2) (2) (2) (2) (2) (1) (2) (2) (2) (2) (1)

LANSIA :
+++ ++ +++ ++ ++ + ++ + ++ + +
Reumatik pada 576 5
(3) (2) (3) (2) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
lansia.
Hipertensi pada
++ ++ ++ + ++ + ++ ++ ++ ++ +
lansia. 256 10
(2) (2) (2) (1) (2) (1) (2) (2) (2) (2) (1)
Stroke pada lansia. +++ ++ +++ ++ + + + ++ ++ ++ +
288 8
(3) (2) (3) (2) (1) (1) (1) (2) (2) (2) (1)
DM pada lansia ++ ++ ++ ++ ++ + + ++ + ++ +
128 14
(2) (2) (2) (2) (2) (1) (1) (2) (1) (2) (1)
REMAJA :
Berpacaran
++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ + ++ +
kelompok remaja. 264 9
(2) (2) (2) (2) (2) (2) (1) (2) (1) (2) (1)

Remaja merokok +++ ++ +++ ++ + + + ++ + ++ +


144 13
(3) (2) (3) (2) (1) (1) (1) (2) (1) (2) (1)
FASKES
Analisa Data

Data Penyebab Masalah


DS : Sebagian ibu mengatakan bayi dan Kurangnya pengetahuan ibu di Desa Sengon Cakupan program pengurangan gizi
balita mereka susah untuk makan dan tentang makanan yang bergizi bagi balita dan kurang dan buruk pada bayi dan
tidak mau makan bayi balita di Desa Sengon tidak
DO : memenuhi target Desa Sengon
5 % balita gizi buruk
54 % berpendidikan SD
DS : Sebagian masyarakat lansia Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Kurangnya fasilitas kesehatan dan
mengeluh nyeri sendi gejala rheumatic (nyeri sendi) belum adanya pelatihan kader lansia
DO :32 % masyarakat Lansia menderita di Desa Sengon
Reumatic
DS : Sebagian masyarakat yang Kurangnya pengetahuan dan penerapan Kurangnya minat masyarakat untuk
mempunyai AUS mengatakan anak masyarakat terutama AUS tentang pencegahan mengamati pola kebiasaan anak
mereka sering terkena ISPA ISPA melalui PHBS dalam berperilaku hidup bersih dan
DO :30% AUS menderita ISPA sehat
DS : Masyarakat yang memiliki anak Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Kurangnya minat masyarakat dalam
remaja mengeluh, anak mereka sering masyarakat terutama remaja tentang bahaya penerapan hidup sehat pada remaja
mempunyai kebiasaan buruk yaitu merokok
merokok
DO :50% remaja merokok
DS : Masyarakat mengatakan pembuangan Kurangnya kesadaran masyarakat dalam Kurangnya penerapan PHBS dalam
sampah di belakang rumah dan sering juga melakukan PHBS kehidupan sehari- hari
di got
DO :
Kondisi pembuangan limbah rumah
tangga (got) mampet dan berbau tidak
sedap, banyak sampah dan banyak
genangan air di beberapa gang
(berdasarkan Winshield Survey)
Masalah
No Tujuan Kegiatan Tempat Waktu Dana Penanggu
Kesehatan
1 Cakupan program Angka persentase Memberikan Tempat Setiap kegiatan Dana dari desa Pokja
pengurangan angka gizi buruk pada bayi pendidikan kegiatan posyandu berlangsung dan mahasiswa
gizi kurang dan dan balita 0% kesehatan pada kader Posyandu Stikes Bina Sehat
buruk pada bayi dan dari kader Bayi dan PPNI Mojookerto
dan balita di Desa kepada masyarakat balita
Sengon tidak
memenuhi target

2 Kurangnya fasilitas Mengurangi angka Mengadakan Balai Desa Setiap hari jum’at pagi Dana sukarela Pokja L
kesehatan dan peningkatan pelatihan kader Saengon dari tiap KK dan
belum adanya penderita rematic untuk mengatasi mahasiswa bina
pelatihan kader masalah lansia, sehat ppni
lansia di Desa pembentukan mojokerto
Sengon posyandu lansia, dan
mengadakan
relaksasi dan
penyuluhan
3 Kurangnya Meningkatkan Pengadaan kegiatan Lingkungan Setiap satu minggu - Pokja KE
penerapan PHBS pelaksanaan PHBS kerja bakti setiap sekitar sekali (hari minggu
dalam kehidupan dalam kehidupan minggu sekali rumah dan pagi)
sehari- hari masyarakat sehari- lingkungan
hari tiap RT
4 Kurangnya minat Meningkatkan Pengadaan Sekolah Setiap Jumat - PokjaKe
masyarakat untuk pelaksanaan PHBS penyuluhantentang dasar Desa
mengamati pola dalam kehidupan di ISPA dan chekup Sengon
kebiasaan anak Sekolah kesehatan
dalam berperilaku
hidup bersih dan
sehat

5 Kurangnya minat Meningkatkanpelaks Pengadaanpenyuluha Balai Desa Setiap Sabtu Malam - PokjaKe
masyarakat dalam anaanpenerapanhidu ntentangbahayaroko Sengon pada saat pertemuan
penerapan hidup psehatpadaremaja kdanpencegahanmer karang taruna
sehat pada remaja okok

Plan Of Action (POA)


PROPOSAL KEGIATAN

PROSES KELOMPOK

DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. (202003017) Yudha Putra K. (202003037)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yulia Dinda L. (202003083)
Umi Maslaha (202003021) Yunis Dwi K. (202003064)
Wahyulan M. (202003022) Alfin Kurniawan
Wawan Setyo W. U. (202003094) Alif Nur Meiriska
Weny Sengshiu S. (202003019) Djuer Djies
Whynne Insan S. (202003038) Doby O. A. W.
Widiyawati Nengse (202003079) Friskawati Sokoi
Wisnu Aji Nugroho (202003049) Khusnul Khotimah
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020

LAPORAN PENDUHULUAN SUPPORT GROUP


A. Latar Belakang
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut
pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama
serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang
satu dengan yang lainnya, sedangkan Saunders (1991) mendefenisikan
komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sistem sosial.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti sekelompok
individu yang tinggal pada wilayah tertentu, yang memiliki nilai-nilai
keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan.
Dalam suatu komunitas pasti kita temui masalah, sehingga dalam
komunitas sering kita temui kelompok-kelompok tertentu yang dibuat
berdasarkan kesamaan yang ada pada mereka dan saling membantu untuk
menyelesaikan masalah atau dengan kata lain, kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah
keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite
yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok
Dengan demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan
teknologi tepat guna, tumbuh kembang pada balita di wilayah binaannya,
seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana yang tersedia di
wilayah tersebut.Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan,
ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan
untuk mendirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat
(Locality Development) merupakan bentukpengorganisasian yang tepat
digunakan.
B. Pengertian
Pengertiansupportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang
berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan
tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup
ini didirikan adalah memberikan support dan menyelesaikan masalah (Grant-
Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).
Supportif group hampir mirip dengan self help group, pada support
group fasilitator kelompok merupakan orang professional yang terlatih
dalam pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat
memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok.
Sedangkan self help group bisanya berawal dan didirikan oleh orang-orang
yang mempunyai masalah yang sama, memberikan dukungan antar
masing-masing anggota dengan lingkungan yang saling mengerti dan
aman.
Tabel 1. Perbedaan antara self help group dan support group serta orientasi
proses dalam kelompok (Striegel-Moore & Steiner-Adair, 1998 dalam
Hunt, 2004).
Self help group Support group Orientasi proses
dalam kelompok

Self help group merupakan Suatu organisasi atau orang Keanggotaan


kumpulan satu atau lebih profesional yang memulai kelompok merupakan
orang dengan satu masalah group dan berespon faktor yang penting
utama yang sama (contoh: terhadap kenginan yang dalam perubahan
eating disorder) yang dibutuhkan teraupuetik
membuat suatu kelompok

Fasilitator atau pemimpin Orang yang memfasilitasi / Anggota berhati-hati


dalam group berrotasi dan memimpin merupakan dalam menjaga
berbagi dengan anggota profesional yang telah kekohesivan dari
group yang lain. terlatih kelompok

Semua anggota grup Fasilitator diluar dari Fokus penting adalah


mempertimbangkan pertemuan hubungan dan
kesamaan interaksi antara
anggota kelompok

Topik diputuskan oleh Fasilitator memutuskan Tujuan untuk


kelompok. topik dan kegiatan memulihkan isue
kelompok untuk yang teeridentifikasi
anggotanya pada individu
anggota kelompok

Anggota kelompok Aturan pemimpin adalah


mengidentifikasi memfasilitasi anggota
pengalaman yang biasa dan untuk berbagi,
melindungi keamanan dan mengidentifikasi
kontinuitasnya dalam pengalaman, melindungi
kelompok.. dan menjaga kontinuitas
kelompok

Rotasi ledaer/fasilitator Leader menggunakan


menunjukkan bahwa dirinya secara terang-
semua anggota kelompok terangan untuk menarik
sama perhatian dari anggota
kelompok

Kelompok terbuka,
keanggotaan dapat tidak
stabil dan kehadiran
sukarela..

Anggota mempunyai
keragaman keinginan,
hidup dan sejarahnya
Fokus utama adalah sejarah
hidup dan pengalaman
pribadi partisipan

Tujuannya untuk
memberikan support,
validasi dan informasi

C. Tujuan
Maksud didirikannya supporift group adalah untuk memberikan support,
focus untuk pemulihan, aksi social termasuk kebijakan organisasi. Tujuan dan
harapan dalam group adalah pengalaman kelompok yang positif. Tujuan
penting adalah resolusi permasalahan dengan segera, memberikan motivasi dan
perubahan prilaku individu.

D. Indikasi
Memberikan dukungan pada pasien dengan :
Mental health, weight loss, addiction related recovery, bereavement,
diabetes, caregiver, elderly people, cancer dan chronic illness (Kyrouz &
Humphreys, 2008). Dukungan dapat juga diberikan pada pasien dengan:
1. Potensial pertumbuhan dan perkembangan
2. Masalah keperawatan resiko
3. Masalah kesehatan fisik dan psikologis
E. Jumlah peserta
Grup kecil 5-8 anggota untuk grup yang berpengalaman
F. Waktu
Lama waktu yang digunakan dalam terapi disesuaikan dengan kesepakatan
anggota kelompok
G. Kegiatan
Kegiatan dipimpin oleh perawat, dapat terstruktur atau tidak struktur
bervariasi sesuai kebutuhan, seperti alternatif meeting dimana waktu dibagi
menjadi kegiatan yang terstruktur dan tidak terstuktur, atau semua pertemuan
memiliki alokasi waktu untuk sharing cerita atau setengah pertemuan untuk
pembicara tamu atau kegiatan lain.
Kegiatan dapat berupa:
1. Reading dalam tentang topic masalah kesehatan
2. Art dan drawing
3. Game dan latihan
4. Menulis
5. Mendatangkan pembicara / tamu yang berkompeten untuk memberikan
materi yang sesuai dengan topik yang disepakati
6. Role Play
7. Imaginatif tehnik
8. Sharing stories personal dan pengalaman
H. Aktivitas
Menurut Dombec & Moran (2000), aktivitas yang dapat dilakukan adalah
Sesi 1-4 analisa masalah
a. Memahami masalah, tiap anggota harus memahami isu, gejala atau
masalah yang dialami, langkah pertama ke self help, selanjutnya
memahami issue dan sifat masalah. Perhatikan kecenderungan yang
mungkin terjadi terhadap masalah. Pertanggungjawaban ketika membuat
atau mempertahankan suatu masalah

b. Memecahkan masalah kedalam bagian-bagian kecil ketika sudah


memahami masalah, kemungkinan masalah dirasakan terlalu besar untuk
digambarkan yang dapat dilakukan adalah mencoba menangkap semua
masalah, membagi kedalam bagian-bagian selanjutnya buat rencana
bagaimana memperbaiki bagian demi bagian
c. Menentukan tujuan, pada sesi ini setiap masalah sudah dibagi menjadi
bagian-bagian kecil, selanjutnya membuat tujuan, dimana, berapa lama
akan diselesaikan
d. Menentukan bagaimana mengukur pencapaian tujuan. Beberapa cara
untuk mengukur pencapaian tujuan adalah apa permasalahan utama yang
terlihat, berapa lama waktu untuk mencapai tujuan, apa yang telah
dilakukan untuk mencapai tujuan
Sesi 5-7 merencanakan suatu solusi
a. Membuat pendidikan tentang pemecahan masalah dengan belajar metode-
metode yang tersedia untuk mengelola issue-issue dan permasalahan
sehingga kita akan tahu apa yang akan dilakukan dalam memecahkan
masalah yang dialami. Bicarakan dengan anggota yang lain bagaimana tiap
anggota atau yang pernah mengalami permasalahan
b. Memilih solusi yang terbaik. Setelah mempelajari sebanyak mungkin
tentang cara memecahkan maslah. Pilih cara yang akan dipakai
berdasarkan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada
c. Menulis rencana
Hal ini dilakukan setelah mengerti:
1. Apa permasalahan yang ingin diubah
2. Bagaimana cara merubahnya
3. Apa tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. bagaimana cara mengukur kemajuan
5. Pemecahan masalah apa yang akan dipilih
6. Metode dan pilihan upaya yang terbaik sesuai dengan situasi dan
kondisi. Tulis rencana kedalam kertas, pilih metode, pendekatan dan
tehnik yang akan digunakan untuk menyelesaikan rencana dan batas
waktu
d. Melakukan tindakan sesuai rencana
Aktivitas pada sesi ini melakukan rencana yang disusun dan
komitmen untuk tetap berpegang pada rencana. Tanamkan dalam diri
bahwa masalah yang sedang diselesaikan akan membantu mengatasi
masalah yang lebih besar, tindakan yang dilakukan saat ini agar
masalah tidak bertambah buruk
e. Setia kepada rencana
Hindari kekambuhan (relaps). Bagian akhir dari supprt group
adalah tetap berpedoman pada rencana bila terjadi kekambuhan. Relaps
terjadi ketika seseorang gagal untuk melakukan sesuai rencana

PERTEMUAN PERTAMA

Tujuan Umum: Memahami tentang Supportif group


Tujuan Khusus:
1. Memahami konsep Supportif group
2. Memahami langkah-langkah kegiatan Supportif group
Setting:
Terapis dan peserta duduk bersama setengah lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
Alat:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Metode:
Diskusi dan tanya jawab
Role Play

Langkah-langkah:
A. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini
3. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
B. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat
beberapa kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 7 langkah kegiatan
1) Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2) Mengetahui cara penyelesaian masalah
3) Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4) Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5) Memilih pemecahan masalah
6) Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7) Melakukan tindakan sesuai rencana
C.Terminasi
1) Express feeling dan evaluasi pemahaman tentang permasalahan
2) Kontrak
3) Doa
4) Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi


Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku
kerja masing-masing anggota
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA

Tujuan umum: Peserta melakukan 7 langkah supportif group


Tujuan khusus:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana

Setting:
Terapis dan peserta duduk bersama setengah lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

Alat / bahan:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Spidol

Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play

Langkah-langkah:
A. Orientasi
1. Salam
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut
pertemuan sebelumnya
3. Menyepakati topic ( permasalahan ), tujuan, waktu dan tempat

B. Kerja
Melakukan role play:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana
C. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang topik yang
diangkat
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak
4. Doa
5. Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi


Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku
kerja masing-masing anggota
1. Definisi Gizi Buruk
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight(gizi
kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi buruk
apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari -3 SD
(Kemenkes, 2011). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Wiku A, 2005).
2. Faktor penyebab gizi buruk
WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk,
yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk, infeksi
berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu. Diet yang
tidak memadai, dan penyakit infeksi terkait erat dengan standar umum hidup,
kondisi lingkungan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, perumahan dan perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status sosial
ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak,
dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).
1. Konsumsi zat gizi
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat
pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010). Selain itu factor kurangnya
asupan makanan disebabkan oleh ketersediaan pangan, nafsu makan
anak,gangguan sistem pencernaan serta penyakit infeksi yang diderita
(Proverawati A, 2009).
2. Penyakit infeksi
Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada anak-
anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi
kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau
kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen seluler dari sistem
kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi (RodriquesL, 2011)
3. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan dalam mengelola
makan keluarga. pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan segala
bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang
dibutuhkan bagi tubuh balita dan kemampuan ibuuntuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari (Mulyaningsih F, 2008). Kurangnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoadmodjo
S, 2003). Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang
cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat
menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita
(Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).
4. Pendidikan ibu
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah
diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin mudah
untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi (Ihsan M.Hiswani, Jemadi, 2012).
Pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap dan
tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya
(Oktavianis, 2016).
5. Pola asuh anak
Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang diterapkan kepada
anak balita dan pemeliharaan kesehatan (Siti M, 2015). Pola asuh makan
adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak
balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makanPola asuh yang baik
dari ibu akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan
perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka kejadian
gangguan gizi dan begitu sebaliknya (Istiany,dkk, 2007).
6. Sanitasi
Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi
status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya bermula dari
kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk
(Suharjo, 2010). Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan
balita dapat diusahakan dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang
sehat, yang pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya (Hidayat T,
dan Fuada N, 2011).
7. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013). Keluarga dengan
status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan konsumsi pangan
dan gizi terutama pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi
pada anak balita ( Supariasa IDN, 2012).
Balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang
memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita status gizi kurang dibanding
dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup
(Persulessy V, 2013).
8. Ketersediaan pangan
Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak langsung
terjadinya status gizi kurang atau buruk (Roehadi S, 2013). Masalah gizi
yang muncul sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, salah
satunya timbul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumahtangga,
yaitu kemampuan rumahtangga memperoleh makanan untuk semua
anggotanya (Sobila ET, 2009).
9. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang. Anak
yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi.
apabila anggota keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak
berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu
penyebab langsung karena dapat menimbulkan manifestasi berupa
penurunan berat badan atau terhambat pertumbuhan pada anak, oleh
sebab itu jumlah anak merupakan faktor yang turut menentukan status
gizi balita (Faradevi R, 2017).
10. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan
dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta
untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi.
Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah gizi buruk (Arifn Z,
2015).
D. Ciri-Ciri Anak Kurang Gizi
Ketika anak kekurangan gizi maka dapat dilihat dari penampakan tubuhnya,
berikut ini ciri-ciri jika anak mengalami masalah gizi menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).
1. Badan kurus (Wasting)
Anak yang kekurangan gizi akan mempunyai berat badan yang tidak
normal jika diukur menggunakan Indikator Berat Badan. Pengukuran
massa berat badan tubuh anak dapat menggunakan rumus Berat Badan
dibagi Tinggi Badan (BB/TB). Jika angka yang didapatkan <-2 sampai -3
standar deviasi (SD) maka anak dapat dikatakan kurus atau wasting.
Anak-anak yang tidak mendapatkan kebutuhan gizi yang baik dan telah
mempunyai berat badan yang kurus maka berisiko lebih tinggi terjangkit
penyakit seperti diare hingga gizi buruk.
2. Badan pendek (stunting)
Tinggi badan anak dipengaruhi oleh kebutuhan gizi anak usia dini, jika
hal tersebut tidak terpenuhi maka berisiko mengalami stunting atau
gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan anak atau stunting dapat
terjadi jika sang anak tidak mendapatkan pemenuhan gizi yang cukup
selama masa pertumbuhannya, dalam kata lain bahwa stunting
membutuhkan waktu yang cukup lama. Masalah gizi pada balita atau
bayi yang baru berusia 3 bulan telah berisiko mengalami stunting lebih
tinggi hingga anak telah berusia 3 tahun. Mengindentifikasi anak
mengalami stunting dapat menggunakan indikator Tinggi Badan anak
dibagi Usia anak (TB/U). Jika didapatkan nilai yang kurang dari -2
Standar Deviasi (SD) maka anak dikategorikan mengalami stunting.
3. Mudah lelah dan lemah
Anak yang kekurangan gizi akan sangat mudah lelah padahal tidak
banyak melakukan aktivitas, begitu pula ketika anak melakukan aktivitas
yang cukup berat maka anak akan kesulitan untuk melakukannya. Hal
tersebut diakibatkan karena anak kekurangan nutrisi seperti vitamin A,
zat besi dan yodium atau mineral. Memberikan makanan yang dianjurkan
untuk anak gizi kurang yang berfokus kepada pemenuhan nutrisi-nutrisi
tersebut dapat membantu pertumbuhan anak.
E. Gajala anak kekurangan gizi
Secara umum gejala-gejala berikut ini akan dialami oleh anak ketika
mempunyai masalah gizi:

1. Hilangnya nafsu makan anak

Gangguan pertumbuhan fisik anak seperti tidak mempunyai berat badan


dan tinggi badan yang ideal.

2. Mudah lesu dan lemah karena tidak mempunyai kekuatan otot tubuh yang
cukup.

3. Kulit kering dan rambut mudah rontok.

4. Pipi dan mata anak akan terlihat cekung.

5. Jika mempunyai luka maka penyembuhannya membutuhkan waktu yang


tidak sebentar.

6. Mudah mengalami sakit akibat terserang penyakit atau virus.

7. Memiliki risiko terkena komplikasi


Selain itu, masalah emosional dan gangguan intelektual anak akan terganggu.
Anak akan mudah marah dan sedih berlebihan tanpa sebab. Selain itu dalam
hal belajar anak akan mengalami kesulitan dan lambat dalam menangkap
pelajaran.

F. Mencegah anak kurang gizi


Agar anak tidak mengalami kurang gizi maka orang tua harus berusaha keras
untuk memenuhi nutrisi yang seimbang. Masa pertumbuhan anak sangat
bergantung kepada apa yang ia makan. Lebih baik mencegah daripada
mengobati, oleh sebab itu berikanlah makanan kepada anak yang mempunyai
gizi seimbang, yaitu:

1. Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.

2. Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat, seperti


kentang, roti, nasi dan sereal.

3. Memberikan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging,


telur, ikan dan kacang-kacangan.

4. Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya.

5. Selain memberikan makanan yang sehat dan bergizi tak lupa anak harus
banyak melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau aktivitas di luar
ruangan.

6. Berikan juga imunisasi atau vaksin sesuai jadwal atau rekomendasi yang
diberikan oleh kementerian kesehatan atau provinsi setempat agar anak
tidak mudah terserang penyakit infeksi.

G. Mengatasi anak kurang gizi


Dalam menangani anak yang kekurangan gizi maka dapat disesuaikan dengan
tingkat keparahannya. Dokter anak atau ahli gizi akan memberikan
rekomendasi yang tepat untuk anak yang mengalami malnutrisi. Jika anak
masih dalam tahap kekurangan gizi yang ringan maka dapat melakukan hal-
hal di bawah ini:

1. Periksakan anak kepada dokter

Dokter akan melakukan analisis terhadap kondisi anak dan memberikan


rekomendasi yang tepat agar anak kembali pulih dan tidak mengalami
gangguan perkembangan. Dokter atau ahli gizi akan melakukan
pemeriksaan secara mendalam pada anak, seperti:

1) Mengukur indeks massa tubuh (BMI) anak

2) Melakukan pemeriksaan penyebab anak mengalami kurang gizi

3) Melakukan tes darah

4) Melakukan tes berdasarkan riwayat medis sang anak

Jika dokter menemukan hasil pemeriksaan yang mengarah ke anak


mengalami kurang gizi maka akan diberikan obat atau vitamin untuk anak
kurang gizi demi meningkatkan nafsu makan sang anak.

2. Menerapkan pola makan yang baik pada anak

Penanganan anak yang mengalami kekurangan gizi haruslah dengan


perhatian khusus mengingat tumbuh kembang anak yang terganggu.
Memberikan banyak makanan yang mengandung cukup tinggi kalori,
serat, mineral, protein dan vitamin dapat membantu anak mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkannya. Selain itu mengatur pola makan yang baik
seperti memperbanyak memberikan asupan makanan juga sangat bagus
untuk mengembalikan kondisi anak.

3. Mendampingi perkembangan sang anak

Setelah melakukan pemeriksaan ke dokter dan telah juga memberikan pola


makan yang baik untuk anak maka proses terakhir adalah selalu memantau
perkembangan atau mendampingi tumbuh kembang sang anak secara
intensif.
PROPOSAL KEGIATAN
EMPOWERING
DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. Yudha Putra K. (202003037)
(202003017) Yulia Dinda L. (202003083)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yunis Dwi K. (202003064)
Umi Maslaha (202003021) Alfin Kurniawan
Wahyulan M. (202003022) Alif Nur Meiriska
Wawan Setyo W. U (202003094) Djuer Djies
Weny Sengshiu S. (202003019) Doby O. A. W.
Whynne Insan S. (202003038) Friskawati Sokoi
Widiyawati Nengse (202003079) Khusnul Khotimah
Wisnu Aji Nugroho (202003049)
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996). Muninjaya (1999) menyatakan
bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling). Dalam manajemen keperawatan
kegiatan pengawasan atau controlling sangat diperlukan untuk mengetahui
kinerja staf, evaluasi masalah dan perkembangan suatu organisasi untuk
selanjutnya dilakukan pemecahan masalah. Tujuan pokok dari supervisi
sendiri yaitu menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
Namun dalam pelaksanaannya kegiatan supervisi jarang dilakukan
karena, atau dilakukan namun hanya pada waktu – waktu tertentu. Hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian atasan terhadap bawahan, kurangnya
kompetensi atasan mengenai manajemen keperawatan, serta kurangnya
kesadaran atasan untuk melakukan kegiatan supervisi atau pemantauan. Hal
ini sangat mungkin terjadi pada pemimpin dengan gaya kepemimpinan bebas,
dimana tanggung jawab pekerjaan, kebijakan dan hasilnyadiserahkan kepada
bawahan. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa keperawatan perlu
mengetahui dan memahami apa itu supervisi guna mendukung praktik di
lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan supervisi keperawatan ?
b. Apa saja manfaat dan tujuan supervisi keperawatan ?
c. Siapa saja pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan ?
d. Apa saja model – model supervisi dalam keperawatan ?
e. Bagaimana penerapan supervisi keperawatan ?
f. Bagaimana cara penialaian dalam supervisi keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui definisi supervisi keperawatan.
b. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan supervisi keperawatan.
c. Untuk mengetahui siapa saja pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan.
d. Untuk mengetahui apa saja model –model supervisi keperawatan.
e. Untuk mengetahui bagaimana penerapan supervisi keperawatan.
f. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian dalam supervisi keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Sebagai media informasi bagi pembaca agar lebih mengetahui dan
memahami tentang pentingnya supervisi dan penerapannya dalam
keperawatan baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Supervisi Keperawatan


Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk
kemudian apabila di temukan masalah, segera diberikan petunjuk atau
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (azwar,1996).Supervisi
adalah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan
pengendalian (Muninjaya,1999).
Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer
melalui aktivitas bimbingan,pengarahan,observasi,motivasi dan evaluasi
pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari hari (Arwani,
2006).
Supervisi keperawatan adalah segala bantuan dari pemimpin atau
penanggung jawab kepada perawat yang di tujukan untuk perkembangan
para perawat dan staf lainya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan
para perawat (suyanto,2008).

2.2. Manfaat dan Tujuan Supervisi Keperawatan


Manfaat Supervisi diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli &
Bachtiar, 2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas


kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan
yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Tujuan pokok dari supervisi yaitu menjamin pelaksanaan berbagai
kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti
lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

2.3. Pelaksana Supervisi Keperawatan


Menurut Suyanto 2008, Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh
personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain :
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab melakukan supervisi pelayanan keperawatan
yang di berikan pada pasien diruang perawatan yang di pimpinya,
mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
baik secara langsung maupun tidak langsung di sesuaikan dengan
metode penugasan yang di terapkan di ruang tersebut
Contoh : Ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka
kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung
melalui ketua tim masing-masing ( Suarly dan Bahtiar,2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungsional mempunyai pengawas yang bertanggung jawab
mengawasi jalanya pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manajer keperawatan, kepala bidang keperawatan
bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.
2.4. Sasaran Supervisi Keperawatan
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan,serta bawahan yang melakukan pekerjaan.Sasaran yang harus di
capai dalam pelaksanaan supervisi anatara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang evektif dan ekonomis, sistem dan
prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang,
penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

2.5. Kompetensi Supervisor Keperawatan


Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari hari
harus memiliki kemampuan (Suyanto,2008) :
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat di
mengerti oleh staff dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
perawatan.
c. Memberikan motifasi untuk meningkatkan semangat kerja pada staf dan
pelaksana keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok.
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang di perlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang di berikan lebih
baik.

2.6. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


Pelaksanaan supervisi keperawatan dibedakan menjadi dua teknik
yaitu teknik langsung dan teknik tidak langsung.

a. Teknik Langsung
Supervisi keperawatan dilaksanakan pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan saat
supervise.
Proses Supervisi langsung :
1.) PP melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi supervisor.
2.) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement,
dan petunjuk.
3.) Setelah selesai, supervisor dan PA melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai, dan memperbaiki apa yang
belum/kurang sesuai.

b. Teknik Supervisi Tidak Langsung


Dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat
supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, sehingga
kemungkinan terjadinya kesenjangan fakta.Langkah-langkah supervisi
tidak langsungyaitu :
1.) Lakukan supervisi secara tidak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2.) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3.) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai standart.
4.) Memberi penilaian atas dokumentasi yang di supervisi.
5.) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
atau tidak sesuai standart.

2.7. Prinsip supervisi keperawatan


Prinsip-prinsip yang harus di penuhi anatar lain di dasarkan atas
hubungan profesional, kegiatan harus di rencanakan secara matang,
edukatif, memberi perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu
membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus di
lakukan secara objektif bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi, sifat kreatif dan konstruktif dalam
menembangakan diri serta meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuahan keperawatan (Arwani,2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain:

1) Supervisi
dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi
menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi
diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk,
peraturan urian tugas dan standard.
4) Supervisi
merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5) Supervisi
merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6) Supervisi
menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motivasi.
7) Supervisi
mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.

2.8. Model- Model Supervisi Keperawatan


Beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi
antara lain (Suyanto, 2008) :
1) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam
mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi
negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
2) Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan.
3) Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan
dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat.
Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
4) Model artistic
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal
untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan
supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

2.9. Kegiatan Supervisor


Untuk dapat mengkoordinasikan sistem kerja secara efektif, para
supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan
kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan
supervisor dalam pelaksanaan langsung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang dilkukan orang
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma,
2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
a) Persiapan :
 Menyusun jadwal supervisi.
 Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman
pendokumentasian).
 Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana.

b) Pelaksanaan supervisi :
 Melakukan observasi, wawancara dan memvalidasi hasil observasi
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh supervisor.
 Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-
masing tahap.
 Memberikan bimbingan / arahan tentang tindakan asuhan
keperawatan.
 Mencatat hasil supervisi.
c) Evaluasi :
 Menilai respon perawat.
 Memberikan reinforcement pada perawat.
 Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi.
 Salam Penutup
BAB 3
PROPOSAL
KEGIATAN PELAKSANAAN SUPERVISI

3.1 Latar Belakang


Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen.Seorang
manajer dalam hal ini supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-
fungsi manajemen sebagaimana mestinya agar dapat dicapai tujuan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.Salah satu prinsip
pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan (pelimpahan
wewenang).Kekuasaan atau wewenang merupakan hak seseorang untuk
mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan fungsi-fungsinya dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam mendelegasikan kekuasaan
agar proses delegasi dapat efektif maka pejabat yang mendelegasi
kekuasaan harus membimbing dan mengawasi (supervisi) orang yang
menerima delegasi wewenang.
Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat diberikan
kepeda bawahan sehingga dapat diketahui apakah bawahan dapat
melakukan tugasnya dengan baik.Atas dasar instruksi yang diberikan
kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.Suatu system
pengawasan adalah efektif bilamana system pengawasan itu memenuhi
prinsip fleksibilitas.Titik berat pengawasan (supervisi) sesungguhnya
berkisar pada manusia sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan-
kegiatan dalam organisasi yang bersangkutan.
Dalam proses supervisi ada beberapa fase yang harus diperhatikan oleh
supervisor yaitu, (1) menetepkan alat ukur (standart), (2) mengadakan
penilaian (evaluation) dan (3) mengadakan tindakan perbaikan (corrective
actions).

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran sebagai supervisor di ...
b. Tujuan Khusus
1) Mengevaluasi atau menilai kinerja perawat
2) Mampu mengadakan tindakan perbaikan/konsep solusi
(corrective action)
2. Tempat dan Waktu
Tempat :
Waktu :
Pukul :
3. Sasaran
a. Objek pengawasan :
b. Subjek pengawasan :
4. Materi
5. Metode
a. Diskusi
b. Demonstrasi
6. Alat Bantu
a. Format Instrumen Supervisi
b. Format laporan supervisi keperawatan
7. Cara Mengumpulkan Fakta Guna Pengawasan
a. Personal inspection
b. Oral report (laporan lisan)
8. Panitia Penyelenggara
Agar pelaksanaan aplikasi peran supervisi terselenggara dengan
baik maka struktur organisasinya sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan ( supervisor) :
2) Kepala Tim :
3) Perawat Pelaksana :
4) Kegiatan Supervisi :

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER PENDIDIKAN KESEHATAN RHEMATOID ASTRITIS LANSIA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)
FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH
KADER PENDIDIKAN KESEHATAN ISPA PADA BALITA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:
Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER PENDIDIKAN KESEHATAN MEROKOK PADA REMAJA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tangga : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan


3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER SHG PADA LANSIA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................
Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER SH PADA BALITA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER PEER GROUP PADA REMAJA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER POSYANDU PADA BALITA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

N Unsur Yang dinilai Penilai


o an
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)

FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH


KADER POSYANDU PADA REMAJA

Nama Kader : ................................................


Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)
FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH
KADER POSYANDU PADA LANSIA

Nama Kader : ................................................

Tema : ...............................................

Hari / Tanggal : ...............................................

Penilai
N
Unsur Yang dinilai an
o
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan
penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat
bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
1 Mengevaluasi kemampuan
0 peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

Keterangan:

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan

Klasifikasi nilai:
Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60

Supervisor

(..........................................)
Demikianlah proposal supervisi ini kami susun semoga berguna
dan dapat dipakai sebagai acuan/ pedoman bagi pihak – pihak yang
berkepentingan.

Mengetahui,
Kepala Ruangan
LEMBAR REKOMENDASI/EVALUASI
Supervisor : Tanggal :
Masalah Tujuan Konsep solusi

Mojokerto, ...... Desember


2018
Supervisor
LEMBAR REKOMENDASI/EVALUASI
Supervisor : Tanggal :
Masalah Tujuan Konsep solusi

Mojokerto, ...... Desember


2018
Supervisor
LEMBAR REKOMENDASI/EVALUASI
Supervisor : Tanggal :
Masalah Tujuan Konsep solusi
Mojokerto, ...... Desember
2018
Supervisor

LEMBAR REKOMENDASI/EVALUASI
Supervisor : Tanggal :
Masalah Tujuan Konsep solusi
Mojokerto, ...... Desember
2018
Supervisor

LEMBAR REKOMENDASI/EVALUASI
Supervisor : Tanggal :
Masalah Tujuan Konsep solusi

Mojokerto, ...... Desember


2018
Supervisor
PROPOSAL KEGIATAN
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA III
DESA SENGON KAB. MOJOKERTO

Disusun Oleh :

Sovia Fitria Tunizan (202003018) Youngky Doefa D. (202003005)


Thad Qirotul M. (202003017) Yudha Putra K. (202003037)
Tita Kartika P. H. (202003036) Yulia Dinda L. (202003083)
Umi Maslaha (202003021) Yunis Dwi K. (202003064)
Wahyulan M. (202003022) Alfin Kurniawan
Wawan Setyo W. U (202003094) Alif Nur Meiriska
Weny Sengshiu S. (202003019) Djuer Djies
Whynne Insan S. (202003038) Doby O. A. W.
Widiyawati Nengse (202003079) Friskawati Sokoi
Wisnu Aji Nugroho (202003049) Khusnul Khotimah
Yehezkiel Dwi A. W (202003043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

MMD 3

A.   LATAR BELAKANG

Setelah pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa Kedua ( MMD II )


telah dilaksanakan beberapa kegiatan sesuai perencanaan yang telah disepakati
bersama dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat Dusun Sengon
berupa kegiatan penyuluhan kesehatan tentang gizi buruk kepada masyarakat
Desa Sengon. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan Musyawarah Masyarakat
Desa Ketiga ( MMD III ). Adapun pelaksanaan kegiatan Musyawarah Masyarakat
Desa Ketiga (MMD III ) merupakan evaluasi hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan.
B.   TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukkan pertemuan selama 60 menit bersama ketua
RW, ketua RT, kader PKK, dan warga mengetahui hasil kegiatan yang
telah dilakukan oleh mahasiswa profesi keperawatan Stikes Bina Sehat
PPNI Mojokerto dan membuat rencana tindak lanjut untuk warga agar
meneruskan implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pertemuan selama 60 menit diharapkan :
1. Warga mengetahui dan mengerti cara mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi di Desa Sengon
2. Warga bersama mahasiswa menyepakati rencana tindak lanjut yang
telah dibuat
C.  Proses Pelaksanaan
Acara MMD III dibuka oleh Protokol (Friskawati Sokoi), dilanjutkan
dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran (KhusnulKhotimah), Sepatah kata dari
koordinator dusun ( YuliaDinda Lestari), Pengarahan dari pembimbing profesi
keperawatan komunitas (Dr. Faisal Ibnu, S.Kep.Ns., M.Kes), Pengarahan dari
Kepala Dusun Bibang sekaligus membuka acara Musyawarah Masyarakat Desa
Ketiga (MMD III ) . Pembacaan Evaluasi Hasil Kerja PKL Mahasiswa
AkperStikesbinasehatppni (DobyOktovianAlfariziWibowo), Acara kemudian
diserahkan kepada moderator (DjuerDjies) untuk memimpin acara tanya jawab,
setelah Tanya Jawab acara kembali diserahkan kepada Protokol untuk acara
istirahat dan kemudian menutup acara musyawarah.

D.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Musyawarah Masyarakat Desa Ketiga (MMD III) yang telah dilaksanakan


pada Praktek Kerja Lapang (PKL) Akper Stikesbinasehatppni,berlangsung:
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :

Hari : sabtu

Tanggal : 24 Oktober 2020

Jam : 14.00 WIB s/d Selesai

Tempat : di rumah Kepala Dusun Sengon

E. Metode :
1. Presentasi
2. Ceramah
3. Diskusi
i. Media dan Alat
4. Microphone
5. Spidol
6. Kertas manila
7. LCD / Proyektor
8. Laptop
Pengorganisasian :
1. Pelindung : Kepala Desa Watesumpak
2. Penanggung Jawab : Pembimbing Akademik
3. Ketua : Yudha Putra Kusuma
4. Sekretaris : Tita Kartika
5. Bendahara : Sovia Fitria Tunizan
6. Sie Acara : Umi Maslaha
7. Sie Perlengkapan : Alfin Kurniawan
8. Sie Humas : Djuer Djies
9. Sie Konsumsi : Whynne Insan
10. Sie Dokumentasi : Doby Oktavian A.W
i. Susunan
11. Leader : Yudha Putra
12. Co Leader : Yulia Dinda Lestari
13. Fasilitator : Yehezkiel D.A.W
14. Observer : Alif Nur Meiriska
E.   Masalah yang di Bahas

1. Evaluasi Hasil  Kegiatan Mahasiswa profesi keperawatan kompetensi


komunitas STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO.

a. Pada saat winshield survey didapatkan kondisi pembuangan limbah rumah


tangga (got) mampet dan berbau tidak sedap, banyak sampah dan banyak
genangan air di beberapa gang.
b. Pada hasil survei ke setiap kepala keluarga di dapatkan : tingkat
pendidikan terbanyak SD sebesar 54%, pekerjaan terbanyak pedagang
40%, penghasilan rata-rata perbulan terbanyak antara 500.000,- s.d.
700.000,- per bulan, suku bangsa Jawa 80% dan agama Islam 89%.
c. Kasus penyakit yang prevalensinya tertinggi pada kelompok balita antara
lain: ISPA 43%, diare 40% , dan 5% gizi buruk.
d. Kasus penyakit yang prevalensinya tertinggi pada kelompok anak usia
sekolah (SD) antara lain: ISPA 30%, diare 20%. Kebiasaaan kurang ber-
BPHBS: tidak cuci tangan sebelum makan, jajan tidak sehat, makan sayur
tertentu saja dan jarang makan buah.
e. Pada kelompok remaja di dapatkan 50% remaja merokok, 60%
mempunyai pengetahuan yang baik tentang HIV-AIDS, 40% berpacaran,
20% remaja mempunyai kebiasaan nongkrong di malam hari.
f. Pada kelompok lanjut usia di dapatkan bahwa tidak ada wadah yang
menangani masalah lansia, belum ada pelatihan kader lansia. Lansia
menderita hipertensi 30%, reumatik 32%, stroke 15% dan kencing manis
17%.
g. Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah tersebut antara lain
1 puskesmas, 3 klinik swasta dan 2 praktik dokter.

2.    Masalah kesehatan yang telah teratasi

1) Kurangnya fasilitas kesehatan dan belum adanya pelatihan kader lansia di


Desa Sengon
2) Kurangnya penerapan PHBS dalam kehidupan sehari- hari
3) Kurangnya minat masyarakat untuk mengamati pola kebiasaan anak dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat
4) Kurangnya minat masyarakat dalam penerapan hidup sehat pada remaja

3.    Masalah yang belum teratasi

1) Cakupan program pengurangan angka gizi kurang dan buruk pada bayi
dan balita di Desa Sengon tidak memenuhi target

4.    Usulan dan Tanggapan Peserta MMD III

Adapun usulandan tanggapan peserta MMD III yaitu:

1) Kerja bakti tetap dilaksanakan rutin setiap seminggu sekali


2) Pengadaan penyuluhan tentang ISPA dan check up kesehatan tetap
dilaksanakan
3) Pengadaan pelatihan dan penyuluhan mengenai gizi buruk terus
digalakkan

5. Faktor Penunjang dan Penghambat


1) Faktor Penunjang :
(1) Peran aktif Kepala Dusun Sengon dan Tokoh masyarakat yang
menyempatkan diri untuk menghadiri musyawarah.
(2) Kepala Dusun Sengon bersedia rumahnya dijadikan tempat
musyawarah.
(3) Banyaknya masyarakat yang berminat menghadiri acara musyawarah.
(4) Bersedianya Kepala Puskesmas Kalosi dalam menghadiri pelaksanaan
MMD III

6. Faktor Penghambat :

1) Waktu acara Musawarah Masyarakat Desa Ketiga ( MMD III ) bertepatan


dengan aktifitas sebagian warga Dusun Sengon.
2) Transportasi yang kurang lancar dan lokasi sebagian masyarakat yang
cukup jauh dari tempat musyawarah sehingga masyarakat yang di undang
tidak sepenuhnya hadir.
3) Adanya acara lain yang bertepatan dengan acara Musyawarah Masyarakat
Desa Ketiga (MMDIII).
I. SUSUNAN ACARA
PENANGGUNG
NO WAKTU ACARA KETERANGAN
JAWAB
1. 5 menit Pembukaan - Mengucapkan Tita Kartika
salam
- Membaca basmalah
- Menjelaskan tujuan
pertemuan Yudha Putra
2. 5 menit Sambutan K.
- Sambutan ketua
kelompok
3. 5 menit Sambutan Wenny S.
- Sambutan dari
ketua RW 03
4. 30 menit Diskusi Friska Sokoi
- Pemaparan hasil
implementasi
masalah kesehatan
di RW 03
Kelurahan Utan
Panjang

- Membuat rencana Alfin


5. 5 menit Penutup tindak lanjut Kurniawan

- Doa dan penutup

II. KRITERIA EVALUASI


A. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Laporan pendahuluan tersedia
b. 80%-85% undangan hadir
c. Kontrak waktu sesuai rencana
d. Kelengkapan sarana dan prasarana : LCD, laptop, dan alat tulis
tersedia
2. Evaluasi proses
a. Mahasiswa dapat menyajikan data dengan baik
b. Masyarakat aktif dan kooperatif selama proses
c. Pelaksanaan sesuai dengan waktu yang direncanakan
d. Acara berlangsung tertib dan teratur
3. Evaluasi hasil
a. Hasil implementasi masalah di wilayah RW 03 dapat dimengerti
oleh warga RW 03 kel. Utan Panjang
b. Rencana tindak lanjut telah dibuat dan disepakati bersama

Anda mungkin juga menyukai