BAB 1
PENDAHULUAN
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan santri tentang penyakit Tinea
Cruris terhadap angka kejadian penyakit tinea kruris di Pondok Pesantren Darul
Ulum Rejoso Jombang Jawa Timur ?
2. Bagi peneliti
3. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan cara
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
2.2 Sikap
2.2.1 Definisi
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan denganya 11
2.3.5 Etiologi
Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Dermatofita
adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini
mempunyai sifat mencernakan keratin. 1
dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus,
yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.1
2.3.6 Patogenesa
Jika kulit pejamu diinokulasi pada kondisi yang sesuai, timbul beberapa
tingkatan dimana infeksi berlanjut yaitu periode inkubasi, periode refrakter dan
periode involusi, . selama fase awal (inkubasi) , terdapat organisme tetapi secara
klinis tenang , dimana periode inkubasi berlangsung 1 – 3 minggu. 16
Infeksi diawali dengan adanya kolonisasi hifa atau cabang cabangnya
didalamjaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
kemudian berdifusi ke epidermis dan akhirnya menimbulkan reaksi inflamasi akibat
kerusakan keratinosit. Pertumbuhsn jamur dengan pola radial dalam stratum korneum
mengakibatkan timbulnya lesi sirsinar dengan memberikan batas yang jelas dan
meninggi, yang disebut ringworm. Reaksi kulit semula berupa bercak atau papil
bersisik yang berkembang menjadi suatu 14,15,16,18,19
2.3.8 Diagnosa
Untuk menegakkan Tinea kruris, dibutuhkan penilaian asosiasi gambaran klinis
dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Bahan yang
diperiksa berupa kerokan kulit. Bahan harus diperoleh sesteril mungkin untuk
menghindari pencemaran jamur lain. Kemudian bahan dapat dilakukan
pemeriksaan secara langsung maupun secara biakan 1.
Menurut Goedadi (2001) dan Nasution M.A. (2005), untuk mengetahui suatu
ruam yang disebabkan oleh infeksi jamur, biasanya kita lakukan pemeriksaan
kerokan dari tepi lesi yang meninggi atau aktif tersebut. Spesimen dari hasil
kerokan tersebut kita letakkan di atas deck glass dan ditetesi dengan larutan KOH
10-20 %. Kemudian kita tutup dengan object glass kemudian dipanaskan dengan
lampu Bunsen sebentar untuk memfiksasi, kemudian dilihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran 40 kali. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung
menunjukkan hifa yang bercabang atau artospora yang khas pada infeksi
dermatofita. Sedangkan untuk mengetahui golongan ataupun spesies daripada
jamur dilakukan pembiakan dengan media yang standar yaitu Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). Kadang-kadang kita perlukan juga mikobiotik. Setelah
kurang lebih dua minggu koloni daripada jamur mulai dapat kita baca secara
makroskopis.
2.3.9 Diagnosa Banding
Tinea kruris perlu dibedakan antara lain dengan intertrigo, eritrasma, dermatitis
seboroik, psoriasis, kandidiasis (Goedadi, 2001).
2.3.10 Penatalaksanaan
Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit.
Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan
lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur, dan sebagainya. Obat-obat
topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena sedikit, tetapi bila infeksi jamur
meluas maka lebih baik menggunakan obat oral sistemik (Graham-Brown, 2002)
2.3.12 Pencegahan
Menurut Brooks (2001) dan Graham-Brown (2002), infeksi berulang pada
Tinea kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi reservoir lain yang mungkin
ada di tangan dan kaki (Tinea pedis, Tinea unguium). Jamur diduga berpindah ke sela
paha melalui kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk sela paha setelah
menggaruk kaki atau melalui handuk. Untuk mencegah infeksi berulang, daerah yang
terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber-sumber infeksi serta
mencegah pemakaian peralatan mandi bersama-sama (Brooks, 2001).
2.3.13 Prognosa
Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu
dijaga (Siregar, 2004).
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Tingkat
Pengetahuan
Sikap
Angka Kejadian
Tinea Cruris
Iklim
Higiene
Sumber
Obat
METODA PENELITIAN
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh santri laki laki di Pondok Pesantren
Darul Ulum Rejoso Jombang th 2014 yang memenuhi kriteria.
1. Kriteria inklusi
Syarat responden yang diambil dalam penilitian ini adalah :
2. Kriteria eksklusi
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan santri tentang
penyakit tinea cruris terhadap angka kejadian penyakit tinea cruris di Pondok
Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang th 2014.
4.3.2 Variabel tergantung
STS = 4
Keterangan:
- SS = Sangat
Setuju
- S = Setuju
- TS = Tidak
Setuju
- STS = Sangat
Tidak Setuju
Kebiasaan santri Adalah Menggunakan Kriteria Kebiasaan Ordinal
seringnya kuisioner yaitu santri :
responden setiap pertanyaan
dalam sehari. terdapat pilihan - ringan: <10
Penelitian ini jawaban. - sedang: 10-20
dilakukan - berat: >20
dikelompok - Tidak menderita :
pesantren. remaja laki-laki
Maka pada yang tidak pernah
penelitian ini menderita.
diasumsikan
pada
penderita.
4.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis dan
panduan wawancara dalam bentuk kuisioner.
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Data dalam penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel. Sedangkan tehnik
analisa data primer dari penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman.