PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Beberapa faktor yang diketahui terkait hipertensi pada orang dewasa juga
terkait dengan tingkat tekanan darah yang lebih tinggi pada anak-anak dan remaja.
Hubungan langsung antara berat badan dan tekanan darah telah dicatat selama 5
tahun baru-baru ini dan hubungan ini lebih menonjol dalam dua dekade terakhir.
Ketinggian dikaitkan dengan tekanan darah di segala usia. Jenis kelamin dan etnis
tidak mempengaruhi tekanan darah pada anak-anak juga pada orang dewasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan hipertensi pada anak-anak dan
remaja mulai dari fase prenatal sampai natal. Dalam prakteknya, dokter gigi harus
mengetahui kondisi umum termasuk tanda-tanda hipertensi. Oleh karena itu,
dokter gigi sudah sadar dalam merawat pasien dengan kemungkinan hipertensi
II. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari hipertensi ?
b. Apa saja manifestasi oral pasien hipertensi ?
c. Bagaimana manifestasi oral pasien hipertensi?
d. Bagaiman solusi pasien dengan manifestasi oral pada penderita
hipertensi ?
III. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami definisi dari hipertensi.
b. Mengetahui dan memahami apas saja manifestasi oral pasien
hipertensi.
c. Mengetahui dan memahami manifestasi oral pasien hipertensi.
d. Mengatahui dan memahami solusi pasin dengan manifestasi oral
pada penderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Hipertensi
Dalam suatu data statistika di Amerika serikat pada populasi penderita dengan
risiko hipertensi dan penyakit jantung koroner, lebih banyak dialami oleh pria dari
pada wanita saat masih muda tetapi pada umur 45 sampai 54 tahun, prevalensi
hipertensi menjadi lebih meningkat pada wanita. Secara keseluruhan pada
penderita wanita prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya usia, hanya sekitar 3% sampai 4 % wanita pada umur 35 tahun
yang menderita hipertensi, sementara >75% wanita menderita hipertensi pada
umur ≥ 75 tahun.
Hipertensi dibagi menjadi dua kategori utama: hipertensi esensial dan primer
hipertensi sekunder.6,7 Kurangnya faktor penyebab yang dapat diidentifikasi
untuk tekanan darah tinggi dikenal sebagai hipertensi esensial atau primer,
yang membentuk ∼ 90% –95% dari semua kasus hipertensi. Hipertensi
sekunder, di mana ada penyebab yang dapat diidentifikasi, mempengaruhi 5%
-10% orang dewasa AS yang didiagnosis dengan hipertensi.6 Gangguan yang
terkait dengan hipertensi sekunder termasuk penyakit vaskular seperti
koarktasio aorta dan penyakit sistemik seperti Sindrom Cushing; apnea tidur
obstruktif; disfungsi medula adrenal; dan disfungsi hormonal, yaitu,
hiperaldosteronisme primer, pheochromocytoma, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, dan hipotiroidisme. Faktor-faktor lain yang berkontribusi
terhadap hipertensi termasuk penyalahgunaan zat, konsumsi alkohol,
penggunaan kontrasepsi, dan penyakit ginjal kronis.
IV. Obat Anti Hipertensi
Tabel 4 Kelas obat antihipertensi umum, efek samping gigi, dan interaksi obat-
obat
Epinephrine,11 NSAIDs11
Beta-blocker
Beta-blocker adalah obat yang mengikat beta-adrenoceptors, mengurangi tingkat
dan kontraktilitas jantung 9 dan akhirnya mempengaruhi cardiac output.8 Beta-
blocker dibagi lagi menjadi dua subkelompok, beta-blocker kardioselektif dan non
selektif. Cardioselective beta-blocker bertindak pada reseptor beta-1, menghindari
reseptor beta-2 dari paru-paru dan sel otot polos pembuluh darah. Contohnya
termasuk metoprolol, atenolol, nebivolol, 8 dan bisoprolol. 11 Beta-blocker non-
selektif meliputi carvedilol, propranolol, nadolol, 8 dan sotalol. 11 Efek samping
yang umum termasuk bradikardia, hipotensi, pusing, sesak napas, dan kelelahan. 8
interaksi obat-obat dengan NSAID dapat menyebabkan penurunan efek anti
hipertensi. 11 Interaksi dengan anestesi lokal dapat menyebabkan penurunan laju
metabolisme amida ketika diambil bersamaan dengan beta-blocker.
Alpha-blocker
Alpha-blocker atau antagonis alfa-adrenergik bekerja pada saraf otonom simpatis
yang menginervasi pembuluh darah dengan cara mengikat reseptor alfa-
adrenergik yang terletak pada sel otot polos pembuluh darah, sehingga
menurunkan resistensi vaskular perifer.8 Alpha-blocker dikategorikan sebagai
alpha yang tidak kompetitif dan kompetitif. -adrenoceptor blockers.8 Antagonis
non-selektif biasanya disediakan untuk digunakan dalam hipertensi emergensi
yang disebabkan oleh pheochromocytoma. Obat-obatan yang paling umum
diresepkan untuk pheochromocytoma adalah phenoxybenzamine dan
phentolamine.23 Selective alpha-blockers termasuk prazosin, terazosin, dan
doxazosin.8 Obat-obat ini paling sering digunakan dalam kombinasi dengan obat
lain karena hasil terapi yang lemah terkait dengan monoterapi.8 Obat-obat ini
sering hadir dengan berbagai efek samping, termasuk hipotensi ortostatik, pusing,
mual, muntah, dan hipertensi refleks.
V. Anatomi
Rongga Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri
atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu ruang di antara
gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut
yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di
sebelah belakang bersambung dengan awal farinx. Rongga mulut terbentang
mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap mulut dibentuk oleh
palatum durum dan mole. Di bagian posterior palatum mole berakhir pada
uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari rongga
mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior.
Rongga Mulut
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari
2 bagian, yaitu:
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya
terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat
kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh
selaput lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan
tulang maksilaris.
Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian
anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz,
1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior
palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup
nasofaring selama menelan.
c. Gingiva.
Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga
mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi,
ia menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang
disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang
terikat erat pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis
gepeng dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini
berkeratin, tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum
granulosum dan sel-sel gepeng lapis superfisialnya tetap berinti piknotik.
d. Ligamentum Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk
membrane periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan
tulang alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari
sementum ke tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang
tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan
masih memungkinkan sedikit gerak.
e. Pulpa.
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk
papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa
melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas
dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil
yang letaknya lebih ke pusat pulpa.
f. Lidah.
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2
kelompok, yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan
otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar
lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot
intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini
penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan
lidah diatur oleh saraf otak ke-12. Permukaan belakang lidah yang terlihat pada
saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai
tonjolan-tonjolan (papilla). Pada papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud)
untuk mengenal rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal
lidah). Di samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang
dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah
satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi
umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf
otak ke-5.
Apabila lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat
terlihat di bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan
dasar mulut.
LAPORAN KASUS
BAB IV
KESIMPULAN
REFERENSI
1. Louis F. Rose, Brian mealey, Laura minsk, Walter cohen. Oral care for patients with
cardiovascular disease and stroke. JADA 2002;133:37s-44s.(9)
2. Topel LA, Kragelund C, Reibel J, Nauntofte B, oral adverse Drug Reactions To
cardiovascular drugs. Crit Rev Oral Biol Med 2004;15(1):28-46.(1).
3. Daniel E. Becker. Cardiovascular Drugs: Implications for Dental Practice:Part2-
Antihyperlipidemics and Antithrombotics. Anesth Prog 2008; 55:49-56.(6)
4. Izzo, J.L. dan Henry R. B. Hypertension primer. 3rd ed. Texas: American Health
Association. 2003. P.258-9.
5. Akpunonu BE, Mulrow PJ, Hoffman EA. Secondary hypertension: evaluation and
treatment. Dis Mon. 1996;42(10):609–722.
6. Whalen K, Finkle R, Panavelil TA. Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology.
6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
7. Whalen K, Finkle R, Panavelil TA. Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology.
6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015
8. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, et al. American Heart Association Statistics
Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Heart disease and stroke statistics –
2015 update: a report from the American Heart Association. Circulation.
2015;131(4):e29–e322.
9. Kasper DL, Harrison TR. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York:
McGraw-Hill, Medical Pub. Division; 2005.
10. Li YR. Cardiovascular Diseases: From Molecular Pharmacology to Evidence-Based
Therapeutics. Hoboken: John Wiley and Sons, Inc.; 2015.
11. Brunton LL, Parker K, Blumenthal D, Buston L. Goodman and Gilman’s Manual of
Pharmacology and Therapeutics. 2nd ed. New York: McGrawHill; 2008.
12. Barreras A, Gurk-Turner C. Angiotensin II receptor blockers. Proc (Bayl Univ Med
Cent). 2003;16(1):123–126.