Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN ANTARA ANGKA KEJADIAN SCABIES TERHADAP TINGKAT

KEBERSIHAN SANTRI PONDOK TINGGI DI PONDOK PESANTREN


DARULULUM JOMBANG

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah


menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau
(1,2)
(kutu atau mite) Sarcoptes scabiei . Penyakit skabies disebut juga penyakit
masyarakat karena mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama di
tempat yang padat penduduk (3). Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak
kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan
seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dan selimut (4).

Skabies sering dikaitkan sebagai penyakit yang terjadi pada penghuni pondok
pesantren alasannya karena anak pesantren suka atau gemar bertukar, pinjam
meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada
(5)
sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren .
Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar,
tidak membolehkan pakaian santri putri dijemur di bawah terik matahari, dan saling
(6)
bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk . Faktanya, sebagian
pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor,
(7)
lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk . Oleh karena itu insiden penyakit
skabies di pesantren tinggi cukup tinggi.

Menurut DepKes RI dalam Kuspriyanto, 2002 prevalensi skabies di


puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.Prevalensi penyakit scabies
disebuah pondok pesantren di jakarta mencapai 78,70% dikabupaten Pasuruan sebesar
66,70% prevalensi penyakit skabies jauh lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi
penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-27% atau prevalensi penyakit
skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja (8).

Pencegahan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk


membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara
terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama, dll). Untuk itu
kita harus selalu waspada dengan penyakit ini karena penularannya sangat cepat.
Apabila ada salah seorang anggota keluarga yang terkena penyakit ini, maka harus
segera dihindarkan dari anggota keluarga lain yang masih dalam keadaan sehat (9).

Dari uraian diatas, maka permasalahan yang berkaitan dengan kejadian


skabies dipondok pesantren adalah sebagai berikut: (1) penyakit skabies adalah
penyakit kulit yang banyak diderita oleh santri. (2) kasus banyak terjadi pada daerah
padat penghuni seperti pesantren .

Sehubungan hal tersebut, peneliti merasa tertarik dan perlu untuk melakukan
penelitian ini karena tingkat insiden skabies masih cukup tinggi terutama di pesantren.
Peneliti ingin mengetahui hubungan antara angka kejadian skabies terhadap tingkat
kebersihan santri di pondok pesantren .

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara angka kejadian skabies terhadap tingkat kebersihan
santri di Pondok Pesantren Darrululum Jombang?.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara angka kejadian skabies terhadap
tingkat kebersihan santri di Pondok Pesantren Darrululum Jombang.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi angka kejadian skabies di Pondok Pesantren Darrululum
Jombang.
2. Mengidentifikasi tingkat kebersihan santri di Pondok Pesantren Darrululum
Jombang.
3. Menganalisa hubungan antara hubungan antara angka kejadian skabies
terhadap tingkat kebersihan santri di Pondok Pesantren Darrululum Jombang
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat atau Institusi terkait
Menambah pengetahuan masyarakat khususnya yang tinggal di dalam
maupun di luar pesantren mengenai penyakit kulit skabies sehingga dapat
memberikan pengertian terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan .
Menambah informasi untuk Institusi Pondok Darrululum sehingga
Pesantren bisa memberikan suatu program kebersihan yang bisa di berikan
pada seluruh warga Pondok Pesantren Darrululum Jombang.
1.4.2 Bagi Intitusi Lain

Menambah informasi untuk institusi lain tentang pentingnya menjaga


kebersihan sehingga bisa mengurangi angka keajadian skabies di seluruh
institusi

1.4.3 Bagi peneliti


Memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai cara
memecahkan masalah melalui kerangka ilmiah dengan berfikir secara kreatif
dan inovatif untuk menyelesaikannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabies var hominis dan produknya (10).Di Indonesia penyakit skabies sering disebut
kudis, penyakit gudik wesi (jawa timur, jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu
(sulawesi selatan). Disebut juga agogo atau disko, hal ini kemungkinan karena penderita
menggaruk badanya yang gatal menyerupai orang menari (11).

Skabies umumnya menyerang bagian lipatan tubuh. Gejala gatal-gatal, menyerang pada
bagian kulit dimalam hari. Penyakit skabies, disebabkan faktor kebersihan yang kurang
dipelihara secara baik. Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi kamar
(12)
yang pengab, dapat memicu 8 terjadinya gatal-gatal . Penyakit gatal-gatal ini mudah
menyerang siapapun yang jarang mandi. Karena itu, jika ingin menghindar dari serangan
penyakit gatal-gatal, maka harus menjaga kebersihan. Bahkan skabies dapat menjangkit siapa
saja yang bersentuhan tubuh dengan penderita (12).

2.1.1 Definsi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabies var hominis dan produknya (10).

2.1.2 Etiologi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
(4)
Sarcoptes scabiei dan produknya . Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas
Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei
var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih

kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini
sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan
mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (13).

2.1.3 Epidemiologi

Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa


negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan
(14)
cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja . Penyakit skabies dapat terjadi pada satu
keluarga, tetangga yang berdekatan, bahkan dapat terjadi di seluruh kampung (14).

Penyebab dan proses terjadinya penyakit skabies berkembang dari rantai sebab akibat
ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan
berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis,sosiologis dan antropologis) dengan
penyebab (agent) serta denganlingkungan (environment).

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan
keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan
timbulnya penyakit tertentu, termasuk penyakit kulit skabies (15).

a. Unsur penyebab (agent)Pada umumnya, kejadian setiap penyakit sangat


dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam
proses sebab akibat. Faktor yang terinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam
epidemiologi digolongkan dalam faktor resiko. Dalam hal ini yang menjadi faktor penyebab
dalam terjadinya penyakit skabies adalah seekor tungau yang bernama sarcoptes scabiei.

b. Unsur pejamu (host) Unsur pejamu terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam
dua kelompok sifat utama, yakni: pertama, sifat yang erat hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk biologis dan kedua, sifat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu, seperti: umur, jenis kelamin, keadaan
imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri.
Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti:
kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, kebiasaan hidup dan kehidupan sehari-hari
termasuk kebiasaan hidup sehat. Keseluruhan unsur tersebut di atas merupakan sifat
karakteristik individu sebagai pejamu akan ikut memegang peranan dalam proses kejadian
penyakit, termasuk penyakit kulit skabies yang dapat berfungsi sebagai faktor resiko.

c. Unsur lingkungan (Environment)

Lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya


proses penyakit. Secara garis besarnya, maka unsur lingkungan dapat di bagi dalam tiga
agian utama, yakni: lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial (15).

2.1.4 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan
tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kuman skabies berpindah ke lain tangan. Kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul,
gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal-gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau (16).

2.1.5 Gejala Kelinis

Ada 4 tanda cardinal (16) :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena,
walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat
sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal tersebut.

Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam (17), yaitu:

1. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan dan jari
kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki

2. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di aksila,
umbilikus, dan paha. Ruam adalah reaksi alergi dari tubuh terhadap tungau.

2.1.6 Klasifikasi Scabies

Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi padamanusia adalah


sebagai berikut:

a. Skabies pada orang bersih (Scabies in the clean)


Tipe ini sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menular lain. Ditandai
dengan gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya
menghilang akibat mandi secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak kecil
Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel lebih
banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki.
c. Skabies noduler (Nodular Scabies)
Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup. Nodul dapat
bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun telah diberikan obat
anti skabies.
d. Skabies in cognito
Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan kostikosteroid topikal atau
sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik (rasa gatal)
tapi penyakitnya tetap ada dan tetap menular.
e. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies)
Gejala ringan,rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat
pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut
dan mandi yang bersih.
f. Skabies krustosa (crustes scabies / scabies keratorik)
Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi keterlambatan
diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.
g. Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di tempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
h. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain
Apabila ada skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit menular
seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore dan
pemeriksaan serologi untuk sifilis.
i. Skabies dan Aquired Immuodeficiency Syndrome (AIDS)
Ditemukan skabies atipik dan pneumonia pada seorang penderita.
j. Skabies dishidrosiform
Jenis ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok vesikel dan pustula pada tangan dan
kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat antiskabies (18).

2.1.7 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan atas dasar : (1). Adanya terowongan yang sedikit meninggi,
berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan
pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula. (2). Tempat predileksi yang khas adalah
sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola
mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang
terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi
dapat terjadi diseluruh permukaan kulit. (3). Penyembuhan cepat setelah pemberian obat
antiskabies topikal yang efektif. (4). Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu
anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari
disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat
(Mawali, 2000). Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah
yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan
agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam
di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10
persen selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-
40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi pada lesi, dan epidermis
diatasnya dikerok secara perlahan-lahan (19).

2.2 Personal hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan.
Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untukkenyamanan individu , keamanan dan
kesehatan (20).

Personal hygiene (kebersihan perorangan) meliputi : (21)

1. Kebersihan kulit

Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene
perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-
rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada
gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam
kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan
penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang akan masuk
melewati kulit. Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan yang
sangat sentral dalam menjaga keutuhan badan. Kulit memiliki fungsi yang beragam
yang membantu dan menjalankan sistem kerja tubuh. Kulit merupakan lapisan terluar
dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang
lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam
tubuh. Untuk itu diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit.
Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap
terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang
akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk
menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga
kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit (misalnya :
kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit,
dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit sebagai organ
proteksi. Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak selamanya mudah.
Sebagai organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai masalah-masalah yang
bisa membahayakan kulit itu sendiri. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit
kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti:

a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

b. Mandi minimal 2x sehari


c. Mandi memakai sabun
d. Menjaga kebersihan pakaian
e. Makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah
f. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara


penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya perawatan rambut pada
manusia akan membuat penampilan rambut menjadi kusut, kusam, tidak rapi dan
tampak acak-acakan. Rambut terdiri dari bagian yang terbenam dalam kulit (akar
rambut) dan bagian yang berada diluar kulit (batang rambut). Ada dua macam tipe
rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan
terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak
pigmen, mempunyai medulla dan terdapat pada orang dewasa. Dengan selalu
memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai
berikut:

a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-


kurangnya 2x seminggu
b. Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

Kesehatan yang baik secara menyeluruh penting artinya bagi rambut yang menarik,
dan seperti halnya kulit, kebersihan membantu kita memelihara badan supaya menarik.
Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu
badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau ketakutan.

Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan rambut adalah :


a. Menghindari sampo yang memiliki kandungan kimia yang tidak jelas
b. Menghindari penggunaan air yang terlalu panas saat keramas
c. Berhenti atau setidaknya kurangi penggunaan pengering rambut. Usahakan agar
selalu mengeringkan rambut secara alami dengan menggunakan handuk dan
mengangin-anginkannya di udara terbuka. Saat mengeringkan, gosokkan handuk
dengan lembut.
d. Menyisir rambut dengan lembut saat rambut masih dalam keadaan agak basah.
e. Mengurangi penggunaan gel rambut, krim, minyak rambut, pewarna rambut,
dan spray rambut.
f. Melindungi kulit kepala dari sinar matahari langsung, misalnya dengan
menggunakan topi atau scarf.
g. Menghindari ikatan yang kencang pada rambut. Hentikan kebiasaan menarik-
narik rambut tanpa alasan yang jelas.
h. Saat memotong rambut ke salon atau tukang cukur, pastikan mereka
menggunakan gunting yang tajam. Gunting yang kurang tajam hanya akan berefek
negatif pada akar rambut dan merusak struktur rambut anda.
i. Mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung protein dan zat
besi. Bila sedang mengikuti program pengurangan berat badan, perhatikan
kandungan nutrisi diet. Kurangi konsumsi kafein dan hentikan kebiasaan
merokok. Keduanya memang terbukti tidak baik bagi kesehatan tubuh.
j. Menjauhi obat-obatan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan rambut. Rajin
berolahraga karena olahraga yang teratur akan memperlancar peredaran darah,
termasuk peredaran darah ke kulit kepala yang dapat menutrisi akar.rambut dan
memperlancar pertumbuhan rambut. Beristirahat dengan cukup sehingga
pertumbuhan rambut lebih optimal.
k. Menghindari stres karena stres akan mengganggu metabolisme tubuh yang
33berpotensi mempengaruhi pertumbuhan rambut. Sebagaimana struktur tubuh
yang lainnya, maka rambut juga tidak akan lepas dari permasalahan/gangguan
yang bisa ditimbulkan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan
rambut.

3. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam praktik higiene
seseorang, karena semuanya rentan terhadap berabgai macam infeksi. Cidera di kulit
(misalnya kaki) dapat menimbulkan sensasi nyeri serta sangat mengganggu
kemampuan untuk bergerak, berjalan dan menyangga beban tubuh, sedangkan tangan
lebih bersifat manipulatif daripada suportif. Ketangkasan tangan sangat banyak karena
besarnya rentang gerak antara ibu jari dan jari yang lainnya, sehingga setiap kondisi
yang mengenai tangan secara otomatis akan mengganggu kemampuan dalam hal
perawatan diri klien.
Perawatan tangan, kaki dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam
usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama
pada saat sakit, perawatan tangan, kaki dan kuku akan semakin penting. Perawatan kaki,
tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh
dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan
handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan
kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada
ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah
usang, dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki.
Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan
kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini
sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong
sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus.
Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang
terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.

Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari
kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata,
tangan, kaki dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan
tangan yang kotor dapat membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit
tertentu

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur

c. Mencuci kaki sebelum tidur

2.2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku personal hygiene

Skabies sangat erat hubungannya dengan perilaku, terutama dalam hal personal
hygiene yang buruk. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang (22). Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Body image, gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

b. Praktik sosial, pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene

c. Status sosial-ekonomi, personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

d. Pengetahuan, pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita skabies ia harus menjaga
kebersihan dirinya.

e. Budaya, disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang, ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

g. Kondisi fisik, pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat

diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.2.2 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi :


Body image
Praktik sosial
Status – sosial ekonomi
Pengetahuan
Budaya Faktor penyebab scabies
Kebiasaan
Fisik

Angka kejadian scabies


Personal hygiene :
Kebersihan kulit
Kebersihan rambut
Kebersihan tangan,kaki dan kuku

Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti

Diketahui bahwa kejadian scabies dipegaruhi oleh beberapa faktor yaitu body image
, praktik sosial, status – sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi
fisik. Dalam penelitian saya khusus mengamati personal hygiene santri meliputi
kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan tangan, kaki dan kuku. Pada
penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisa hubungan antara angka
kejadian scabies terhadap tingkat kebersihan santri di pondok pesantren.Dari
kerangka konsep diatas juga terdapat variabel sebagai batasan penelitian yang akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Peneletian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yaitu pengukuran penelitian


dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu objek yang dipantau. Sedangkan
desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional .Penelitian ini
mengidentifikasi hubungan antara angka kejadian scabies terhadap tingkat kebersihan
santri di Pondok Pesantren Darululum,Jombang.

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang terdaftar di Pondok
Pesantren Darululum,Jombang.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa santri yang mengikuti program
imumiasi di Pondok Pesantren Darululum,Jombang.
4.2.3 Besar sampel
Adapun besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumus
sebagai berikut:
N
n = __________________
N (d2) + 1

300
n = ___________________
300(0,12) + 1

n = 75
Jadi besar sampel yang diambil sebanyak 75 santri.
Keterangan:
N : besar populasi
n : besar sampel
d : taraf signifikasi (d = 0,1)

4.2.4 Teknik penentuan anggota sampel


Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik probability
secara Simple Random Sampling atau acak sederhana yaitu teknik penetapan
sampel dengan cara mengacak populasi secara sederhana sehingga sampel
tersebut dpat mewakili karakteristik populasi. Dalam hal ini peneliti akan
mengambil 75 nomer dari secara acak untuk digunakan sebagai sampel
penelitian, sisanya sebanyak 225 tidak digunakan sebagai smpel penelitian.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.3.2 Lokasi Penelitian
Sebagai lokasi untuk melaksanakan penelitian, peneliti memilih Pondok
Pesantren Darululum,Jombang.
4.3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanankan pada bulan April 2014 di Pondok Pesantren
Darululum,Jombang.

4.4 Variabel Penelitian


1) Variabel independen/bebas
Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah personal hygiene.
2) Variable dependen/terikat
Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah angka kejadian scabies pada santri.

4.5 Definisi Istilah/Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Cara Ukur Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Bebas : Merupakan Bagaimana Wawancara Kuesioner Ordinal -Baik
Personal
cara kebiasaan -Cukup
hygiene
perawatan santri -Kurang
diri manusia menjaga
untuk kebersihan?
memelihara
kesehatan
mereka
Terikat : Merupakan Apakah santri Wawancara Kuisoner Nominal -Tinggi
Angka -Rendah
penyakit pernah
kejadian
kulit yang mengalami
scabies
di sebabkan penyakit
infestasi scabies?
dan
sensitisasi
terhadap
Sarcoptes
scabies var
hominis

Tabel 4.1 Hubungan antara angka kejadian scabies terhadap tingkat kebersihan santri di
Pondok Pesantren Darululum, Jombang.

4.6 Prosedur Penelitian/Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.6.1 Rencana pengumpulan data
Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data personal hygiene
dengan menggunakan angkat yang langsung dibagikan ke responden angket ini di isi
oleh responden ,angket langsung di tarik kembali oleh peneliti.Sedangkan
pengumpulan data scabies di lakukan dengan cara observasi data yang di ambil dari
rekam medis setelah responden di periksa oleh dokter di puskesmas setempat.
4.6.2 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisoner yang
bersifat tertutup dan lembar observasi rekam medis atau catatan medis.Kuisoner
penelitian berisi sejumlah pernyataan tertulis yaitu tentang perilaku kebersihan santri
khususnya kebersihan kulit , kebersihan rambut , dan kebersihan kaki , kuku.
Lembar kuisoner dan observasi (terlampir)
4.6.3 Teknik pengolahan data
Data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data dengan teknik :
1) Editing
Data yang terkumpul dari kuesioner dan observasi akan dicek kembali.
Proses editing data yang dilakukan meliputi pengecekan kelengkapan identitas
dan kelengkapan data yang sudah terkumpul.
2) Coding
Untuk memudahkan dalam mengolah data maka data-data yang sudah
terkumpul diberi kode sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan dalam
penelitian. Variabel diberi kode seperti responden 1 diberi kode R1,respoden 2
diberi kode R2 dan seterusnya.
3) Skoring
Skoring dilakukan untuk memberikan nilai dari variabel.
1) Menjaga kebersihan diri dikategorikan sebagai berikut:
a) Baik , jika santri menjaga kebersihan dengan rutin
b) Cukup, jika santri kurang menjaga kebersihan
c) Kurang , jika santri tidak menjaga kebersihan
2) Scabies di kategorikam sebagai berikut:
a) Tinggi ,jika banyak santri yang mengalami scabies
b) Rendah ,jika sedikit santri mengalami mengalami scabies
4) Tabulating
Data yang diperolah akan dimsukkan dalam table distribusi frekuensi untuk
mempelajari hubungan antara angka kejadian scabies terhadap tingkat kebersihan santri.

4.7 Analisis Data


Analisis data dengan menggunakan uji signifikansi yang tujuannya mencaari makna
hubungan antara variabel yang di teliti dengan menggunakan uji statistik chi square.
DAFTAR PUSTAKA

1. C.G Buchart, (1997). Scabies : An Epidemiologic Reassessment. . - : Majalah


Kedokteran Indonesia.
2. Rozendal, J.A. (1997). Vector Control : Methods for Use by Individuals and
Communities. Geneva : World Health Organization.
3. Rahariyani, L. D. (2007). Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: EGC.
4. Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
5. Handri, I. 2008. Skabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren. Available from:
http://www.drhandri.com/?=380. [09 Februari 2014].
6. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
7. Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-mohbadri-
2623&node=146&start=141Kuspriyanto., 2002. Pengaruh Sanitasi dan Higiene
Perorangan Terhadap Penyakit Kulit, Tesis, Surabaya. Pasca Sajana Universitas
Airlangga. [09 Februari 2014].
8. Kuspriyanto. (2002). Pengaruh Sanitasi dan Higiene PeroranganTerhadap Penyakit
Kulit. Tesis. Surabaya : Pascasarjana Universitas Airlangga.
9. Alamsyah, D. (2011) Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta: Mulia Medika.
10. Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta.6
11. Amir Hamzah Suleiman. 1981. Media Audio Visual, Jakarta, Gramedia.
12. Siswono,. 2005. Program ASI Eksklusif Hingga Bayi Usia Enam Bulan. Available at :
http://www.mediaindo.co.id. (di akses tanggal 19 februari 2014)
13. Handoko, Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
BPFE Yogyakarta
14. Sungkar S., Skabies, Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia, Jakarta; 1995.
15. Noor, N.N, 2008, Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta.
16. Handoko, R.P, 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi Juanda, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
17. Graham-Brown, R., Burns, T., 2005.Infeksi Bakteri dan Virus. Dalam: Lecture Notes
Dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 28-29.
18. Emier,(2007). Scabies. Diakses bulan April 2014.
websitehttp://emier86.blogspot.com/2007/10/scabies.html
19. Mawali, H. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.
20. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik, Edisi Keempat. Jakarta: EGC.
21. Isro’in, Laily., Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Personal Hygiene Konsep, Proses dan
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan.
22. Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika

Lampiran 1

Lembaran Kuisoner

Tanggal :

Petunjuk pengisian

1. Pilihlah satu jawaban yang menurut anda benar dengan member tanda silang
(X) pada jawaban anda pilih.
2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu
3. Mohon menjawab sesuai dengan apa yang anda ketahui tanpa ada unsure
paksaan ataupun rekayasa demi tercapainya hasil yang diinginkan pada
penelitian.
A. Identitas Responden
1. No. Responden : ............................. (di isi peneliti)
2. Umur : ............................ Tahun
3. Jenis kelamin : (perempuan/laki-laki)
4. Kelas : .....................
5. Alamat : ...........RT........RW
.................................

*) Coret yang tidak benar

B. Perilaku Personal hygiene


1. Apakah anda menggunakan barang keperluan sehari – hari milik sendiri?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
2. Apakah anda mengganti pakaian dalam anda 2x dalam sehari?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
2. Apakah anda mandi minimal 2x sehari ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
3. Apakah anda menggunakan alat mandi seperti sabun dan lain lain bersama teman
anda ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
4. Apakah anda menggunakan handuk anda sendiri ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
5. Apakah anda menjemur handuk setelah mandi ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
6. Apakah anda rajin menjaga kebersihan pakain ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
7. Apakah anda selalu memakai pakaian anda sendiri ?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
8. Apakah anda selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar anda?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak pernah
9. Apakah anda selalu mencuci kaki sebelum tidur?
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak

C. Tentang scabies
1. Apakah anda pernah mengalami penyakit gudik selama di pondok pesantren?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengetahui penyebab penyakit gudik?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda sering merasa gatal-gatal pada kulit terutama pada malam hari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda sering timbul bintik-bintik pada kulit terutama pada sela-sela jari tangan
atau jari kaki?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda sering bertukar pakaian atau alat mandi dengan teman anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ada teman sekamar atau sepondok yang mengalami hal yang sama sseperti
anda alami?
a. Ya
b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai