Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan
lain pada bayi berumur 0-6 bulan, karena ASI adalah makanan terbaik dan paling
sempurna untuk bayi. Dengan kandungan gizi yang tinggi membuat ASI tidak bisa
tergantikan oleh susu formula termahal sekalipun. ASI juga tidak pernah basi selama
masih dalam tempatnya. Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan
mengandung zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada kolostrum.
Kolostrum adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama
setelah bayi lahir. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran
pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi. [1]
Manfaat ASI memanglah sangat penting baik bagi ibu maupun bagi bayinya.
Namun, sangat disayangkan saat ini terlebih di Indonesia, rata-rata ibu memberikan
ASI eksklusif hanya dua bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula
meningkat tiga kali lipat. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010
meumjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, presentase bayi
yang memperoleh ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%, sedangkan
menurut Dirjen Gizi dan KIA masalah utama masih rendahnya pemberian ASI
eksklusif di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu
hamil, keluarga, dan masyarakat tentang manfaat dan pentingnya ASI eksklusif.[1]
Dari faktor-faktor rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia tersebut,
yang menarik perhatian peneliti adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil. Dari
sinilah peneliti ingin meneliti tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bula. Ada dua alasan
penting peneliti ingin meneliti di wilayah kerja puskesmas bula. Alasan yang
pertama adalah belum adanya data tentang pengetahuan sikap dan perilaku ibu
tentang manfaat pemberian asi eksklusif. Kedua angka kesakitan kasus-kasus seperti
infeksi saluran pernafasan, diare dan alergi pada anak yang nota bene merupakan
dampak dari bayi yang tidak diberikan asi eksklusif masih tinggi.[2]

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang pemberian ASI


eksklusif di wilayah kerja puskesmas bula?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dam perilaku ibu mengenai manfaat
pemberian asi eksklusif.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran pengetahuan para ibu di wilayah kerja Puskesmas Bula
tentang manfaat pemberian ASI eksklusif
2. Mengetahui gambaran sikap para ibu di wilayah kerja Puskesmas Bula tentang
manfaat pemberian ASI eksklusif
3. Mengetahui gambaran perilaku para ibu di wilayah kerja Puskesmas Bula
tentang manfaat pemberian asi eksklusif
.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
 Menambah pengalaman penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan
 Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada umumnya
 Mengaplikasikan ilmu kedokteran yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bula
 Memenuhi salah satu syarat penulis dalam menjalani Program Internsip Dokter
Umum Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat


Meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat mengenai ASI
eksklusif

1.4.3 Manfaat bagi Puskesmas


Diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Bula dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat
2
1.4.4 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam upaya pengembangan
penelitian khususnya yang berkaitan dengan masalah pemberian ASI eksklusif.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2003).
a.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan yang dipelajari/rangsang
yang diterima.

b.Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara
benar.

c.Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat diartikan
penggunaanhukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
lain.

d.Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya suatu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

e.Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Bisa diartikan juga
sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

4
f.Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penelitian terhadap
suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan,
antara lain:
a.Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.

b.Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.

c.Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.

d.Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal.

2.2 SIKAP
Sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menurut
Sunaryo (2004) adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon
tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Jadi, sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek.Dalam hal sikap, dapat dibagi dalam berbagai tingkatan, antara lain:
5
a.Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

b.Merespon (responding), yaitu dapat berupa memberikan jawaban apabila ditanya,


mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c.Menghargai (valuating),yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan


atau mendiskusikan suatu masalah.

d.Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya


(Notoatmodjo, 2007).

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap


Menurut Sunaryo (2004), ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengubahan sikap adalah faktor internaldan eksternal.
a.Faktor internal
Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima, mengolah,
dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan
diterima atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan penentu pembentukan
sikap. Faktor interna terdiri dari faktor motif, faktor psikologis dan faktor fisiologis.

b.Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan
membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Faktor eksterna terdiri dari: faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan dan
pendorong.

2.3 PERILAKU
2.3.1 PENGERTIAN
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia
Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme
6
terhadaplingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.

2.Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,


sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.3.2 Faktor Terjadinya Perilaku


(Notoatmodjo, 2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor
pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan perilaku itu sendiri
khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a.Faktor Predisposisi (Predisposing factor)Yaitu faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinyaperilaku seseorang antara lain:
-Pengetahuan
-Sikap
-Kepercayaan
-Keyakinan
-Nilai-nilai
-Tradisi, dsb

b.Faktor Pemungkin (Enabling factor) Yaitu faktor yang memungkinkan atau


memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya:
-Puskesmas
-Posyandu
-Rumah sakit
7
-Tempat pembuangan air
-Tempat pembuangan sampah
-Tempat olahraga
-Makanan bergizi
-Uang
-Dsb.

c.Faktor Penguat (Reinforcing factor) Yaitu faktor yang mendorong atau


memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. misalnya, ada anjuran
dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Menurut Sunaryo (2004) dalam berperilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain:
a.Faktor genetik atau endogen,merupakan konsepsi dasar atau modal untuk
kelanjutan perkembangan perilaku. Faktor genetik berasal dari dalam diri
individu, antara lain:
1)Jenis ras, setiap ras mempunyai pengaruh terhadap perilaku yang
spesifik, saling berbeda satu sama yang lainnya.
2)Jenis kelamin, perilaku pria atas dasar pertimbangan rasional atau akal
sedangkan pada wanita atas dasar emosional.
3)Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda-beda sesuai dengan sifat
fisiknya.
4)Sifat kepribadian, merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki
sebagai perpaduan dari faktor genetik dengan lingkungan.
5)Bakat pembawaan, merupakan interaksiantara faktor genetik dengan
lingkungan serta tergantung adanya kesempatan untuk pengembangan.
6)Intelegensi, merupakan kemampuan untuk berpikir dalam
mempengaruhi perilaku.

b.Faktor dari luar individu atau faktor eksogen, faktor ini juga berpengaruh dalam
terbentuknya perilaku individu antara lain:
1) Faktor lingkungan, merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
2) Pendidikan, proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan
8
perilaku individu maupun kelompok.
3) Agama, merupakan keyakinan hidup yang masuk ke dalam kontruksi
kepribadian seseorang yang berpengaruh dalam perilaku individu.
4) Sosial ekonomi, salah satu yang berpengaruh terhadap perilaku adalah
lingkungan sosial ekonomi yang merupakan sarana untuk terpenuhinya fasilitas.
5) Kebudayaan, hasil dari kebudayaan yaitu kesenian, adat istiadat atau peradaban
manusia mempunyai peranan pada terbentuknya perilaku.

2.4 ASI [4]


2.4.1 Pengertian ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah istilah untuk cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non
gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar
lemak 4–5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui dan juga
terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi.
Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi
sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas.
Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena
petumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara (Proverawati,
2009).
Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif
bekerja yang berperan dalam produksi ASI. Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan
oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini
dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi
oleh kelenjar pituitari sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel
mioepitel untuk mengeluarkan ASI (ejection). Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex
atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses
sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Produksi ASI dapat meningkat atau
menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu
pertama laktasi (Proverawati, 2009).

9
2.4.2 Proses Terbemtuknya ASI

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI


biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron
turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah
mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin
lancar.
Dua frefleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh
hisapan bayi (Kristiyanasari, 2009).
1) Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya
bayi menghisap.

2) Refleks Aliran (Let Down Reflex)


Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain memengaruhi
hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga memengaruhi
hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Setelah oksitosin
dilepas kedalam darah maka akan mengacu otot-otot polos yang
mengelilingi alveoli dan duktulus, dan sinus menuju puting susu. Refleks
let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu
merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan
pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi
oleh kejiwaan ibu (Kristiyanasari, 2009).

10
2.4.3 Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.
Persiapan untuk memberikan ASI berlangsung setelah terjadi kehamilan maka
korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesteron
untuk mempersiapkan payudara, agar pada waktunya dapat memberikan ASI.
Estrogen akan mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk proliferasi,
deposit lemak, air, dan elektrolit, jaringan ikat makin banyak dan mioepitel
disekitar kelenjar mamae semakin membesar, sedangkan progesteron
meningkatkan kematangan kelenjar mamae bersama dengan hormon lainnya
(Manuaba, 1998).
Hormon prolaktin yang sangat penting dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI makin bertambah, tetapi fungsinya belum mampu mengeluarkan
ASI karena dihalangi oleh hormon estrogen, progesteron, dan human placental
lactogen hormone. Oksitosin meningkat dari hipofisis posterior, tetapi juga belum
berfungsi mengeluarkan ASI karena dihalangi hormon estrogen dan progesteron.
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk
memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin
menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin menghitam.
Setelah persalinan hormon-hormon yang dikeluarkan plasenta (estrogen,
progesteron, dan human plasental lactogen hormone) yang berfungsi menghalangi
peranan prolaktin dan oksitosin menurun. Untuk mempercepat pengeluaran ASI,
setelah persalinan bahkan saat tali pusat belum dipotong, bayi langsung diisapkan
pada puting susu ibunya sehingga terjadi refleks pengeluaran prolaktin dan
oksitosin. Isapan bayi sangat menguntungkan karena dapat mempercepat
pelepasan plasenta, serta perdarahan postpartum dapat dihindari (Manuaba, 1998).
Setelah plasenta lahir dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron,
dan human placental lactogen hormone, maka prolaktin dapat berfungsi
membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai duktus
kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang
dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga mioepitel yang terdapat di
sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluakan ASI ke
dalam sinus : let down reflex.
11
2.4.4 Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, memunyai nilai
biologis tertentu, dan memunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang
membedakan ASI dengan susu formula (Manuaba, 1998).
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas :
1) Kolostrum.
a) Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi.
b) Mengandung: imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn,
Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa.
c) Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan
diikuti ASI yang berwarna putih.

2) ASI transisi (antara).

ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan yang


disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.

3) ASI sempurna.

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,


sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna. Terdapat beberapa
pengertian yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang
kotor dan buruk sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Penuhnya
kolostrum sebagai pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh.
Kolostrum banyak mengandung antibody dan anti-infeksi serta dapat
menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk siap menerima ASI.
Memerhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak
berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya
dengan ASI sampai umur empat bulan.

2.4.5 Pemberian ASI Eksklusif


Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim (Roesli, 2000).
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi
12
berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta
lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal diatas, WHO/UNICEF membuat deklarasi
yang dikenal dengan DeklarasiInnocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang
dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang
juga ditanda-tangani oleh Indonesia ini memuat hal-hal mengenai tujuan global
untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka
semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif
sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi
makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang
ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan
dari lingkungan sehingga para ibu dapat menyusui secara eksklusif. Pada tahun
1999 UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu
pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health
Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai
usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberikan
makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan.
Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar
atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif tidak berjalan dengan baik. Selain itu, Terlepas dari rekomendasi baru
UNICEF, masih ada pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan padat
mulai pada usia 4 bulan sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990), yaitu
“hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan”. Namun, pengetahuan terakhir
tentang efek pemberian makanan padat yang terlalu dini telah cukup menunjang
pembaharuan defenisi ASI eksklusif menjadi “ASI saja sampai usia sekitar 6
bulan”.
13
Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain
itu, tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan
padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan
sebaliknya, hal ini akan memunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi
dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya.
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, yaitu
bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan
menarik, perusahaan, lingkungan, dan masyarakat pun akan lebih mendapat
keuntungan (Roesli, 2000).

Manfaat pemberian ASI eksklusif menurut Utami Roesli (2000), yaitu

a. Manfaat bagi bayi

1) ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.

2) ASI mudah dicerna oleh bayi.

3) Jarang menyebabkan konstipasi.

4) Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.

5) ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh
bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.

6) ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.

7) Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang


diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih
cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA.

8) Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan


resiko sakit jantung bila mereka dewasa.

9) ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi
mendadak.

14
10) Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan
bayi.

b. Manfaat untuk ibu

1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan


kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

2) Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran


sebelum hamil.

3) Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat


badan lebih cepat.

4) Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada


wanita menyusui sangat rendah.

5) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dan sebagainya.

6) ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi payudara bila ASI telah
kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu.
Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu memerah
dan membuang ASInya setiap kali akan menyusui.

c. Manfaat untuk keluarga

1) Tidak perlu membuang uang untuk membeli susu formula.

2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)


dalam perawatan kesehatan.

3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.

4) Memberikan ASI pada bayi (menyusui) berarti hemat tenaga bagi


keluarga sebab ASI selalu siap sedia.

d. Manfaat untuk masyarakat dan negara

1) Menghemat devisa negara karena tidak perlu menyimpan susu formula


dan peralatan lain untuk persiapan.

2) Bayi sehat membuat negara lebih sehat.


15
3) Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit
lebih sedikit.

4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.

5) ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru

2.4.6 Pemberian ASI bukan eksklusif


Pemberian ASI bukan eksklusif adalah pemberian ASI oleh ibu tidak
secara penuh selama 6 bulan awal tetapi diselingi oleh susu formula atau makanan
pendamping ASI (Yudha, 2010). Sedangkan Menurut Roesli (2011), Pemberian
ASI bukan eksklusif merupakan pemberian ASI yang ditambah dengan pemberian
makanan tambahan atau yang biasa dikenal dengan nama MP-ASI, pemberian
ASI bukan eksklusif diberikan karena kurangnya pengetahuan ibu, pemahaman
tentang ASI eksklusif dan pengaruh promosi susu formula.
Pemberian ASI bukan eksklusif berpengaruh terhadap penambahan berat
badan bayi. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alvarado tahun
2005 di Colombia, hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI
bukan eksklusif akan mengalami penambahan berat badan 300 gram lebih sedikit
dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dyah di Kecamatan Kankung
kabupaten Kendal tahun 2008, hasil penelitian menunjukkanbahwa bayi yang
diberi ASI eksklusif mengalami perubahan rerata skor Z yang lebih tinggi
daripada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif atau hanya diberi susu formula.
Rerata skor Z pengukuran sebelumnya pada bayi yang diberi ASI eksklusif adalah
-0,10 menjadi 0,097 pada pengukuran saat penelitian, atau mengalami kenaikan
0,19 SD BB/U dalam waktu 1 bulan, sedangkan bayi yang diberi susu formula
rerata skor Z pengukuran awal adalah -0,14 menjadi -0,29 pada pengukuran kedua
atau mengalami penurunan 0,15 SD BB/U dalam waktu 1 bulan.

16
BAB III
METODE

3.1 Desain Mini Project


Desain mini project ini adalah cross-sectional dengan metode deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku Ibu di wilayah
kerja Puskesmas Bula mengenai pemberian asi eksklusif.
Kegiatan dimulai dengan melakukan pembagian kuesioner bagi ibu-ibu yang
datang dalam kegiatan posyandu. Hasil rangkaian kegiatan tersebut kemudian
didiskusikan dengan pembimbing dokter internsip di Puskesmas Bula untuk
mengidentifikasi permasalahan mengenai pengetahuan sikap dan perilaku ibu tentang
pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bula.

3.2 Lokasi dan Waktu Mini Project


Mini project ini dilakukan di 13 Posyandu cakupan Puskesmas Bula, Kabupaten
Seram Bagian Timur pada bulan Desember 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Mini Project

3.3.1 Populasi Mini Project


Populasi mini project ini adalah seluruh ibu yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur.

3.3.2 Populasi Terjangkau Mini Project


Populasi terjangkau mini project ini adalah seluruh ibu yang berdomisili di Bula,
Kabupaten Seram Bagian Timur yang datang ke 13 Posyandu cakupan Puskemas Bula
selama periode Desember 2018.

3.3.3 Sampel Mini Project


Sampel mini project adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bula yang
datang ke salah satu dari 13 Posyandu cakupan Puskesmas Bula, yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.

17
3.3.4 Estimasi Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan, maka digunakan rumus
perhitungan sampel berdasarkan Slovin:
𝑛= N
1 + 𝑁𝑒 2
𝑛= 540
1 + (540 x 0,052)
𝑛 = 229,78 orang
𝑛  230 orang
𝑛 = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (0,05)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dibutuhkan sampel minimal sebanyak


230 orang.

3.4 Kriteria Sampel


 Kriteria Inklusi
o Ibu yang berdomisili di Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur
yang datang ke 13 Posyandu cakupan Puskesmas Bula pada bulan
Desember 2018
o Bersedia menjadi responden
o Tidak mengalami gangguan mental

 Kriteria Eksklusi
o Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
o Memiliki gangguan mental

3.5 Instrumen Pengumpulan Data Mini Project


Instrumen mini project untuk menggambarkan pengetahuan sikap dan perilaku
ibu tentang pemberian asi eksklusif, berupa kuisioner dengan pertanyaan tertutup
yang terbagi dalam empat bagian yaitu (lampiran 1):

18
• Bagian pertama merupakan isian untuk mengetahui demografi responden.
Bagian ini terdiri atas lima isian yaitu nama, usia, alamat, pendidikan terakhir,
dan pekerjaan responden.
• Bagian kedua berisi 15 buah pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan
responden tentang asi eksklusif. Diberikan skor masing-masing pertanyaan
dengan skala Guttman: 1-untuk jawaban benar, 0-untuk jawaban salah.

• Bagian ketiga berisi 5 buah pertanyaan untuk mengetahui sikap responden


tentang pemberian asi eksklusif. Diberikan skor masing-masing pertanyaan
dengan skala Guttman: 1-untuk jawaban benar, 0-untuk jawaban salah.

• Bagian keempat berisi 10 buah pertanyaan untuk mengetahui perilaku responden


tentang pemberian asi eksklusif. Diberikan skor masing-masing pertanyaan
dengan skala Guttman: 1-untuk jawaban benar, 0-untuk jawaban salah.

Terdapat tiga golongan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku:


• Baik, jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak  80% (12
pertanyaan untuk pengetahuan,  4 pertanyaan untuk sikap, dan  8 pertanyaan
untuk perilaku.
• Cukup, jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 50-70% (7
11pertanyaan untuk pengetahuan, 2-3 pertanyaan untuk sikap, dan 5 pertanyaan
untuk perilaku)
• Kurang, jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak  40% (
6pertanyaan untuk pengetahuan,  1 pertanyaan untuk sikap, dan  4 pertanyaan
untuk perilaku)
Pemgetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian asik eksklusif dikatakan:
• Baik, jika respomden yang tergolong baik ada  67% responden ( 154
responden)
• Cukup, jika respomden yang tergolong baik ada 34-66% responden (78-153
responden)
• Kurang, jika respomden yang tergolong baik hanya  33 % responden (77
responden)

3.6 Definisi Operasional


19
No Variabel Definisi Alat Klasifikasi
Pengukuran
1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil Kuisioner, Jawaban salah = 0
dari tahu dan ini terjadi Jawaban benar = 1
setelah orang tersebut
melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu
2. Sikap merupakan reaksi atau respon Kuisioner Jawaban salah = 0
seseorang yang masih Jawaban benar = 1
tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek

3. Perilaku semua kegiatan atau aktivitas Kuisioner Jawaban salah = 0


manusia, baik dapat diamati Jawaban benar = 1
langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar
4. ASI bayi hanya diberi ASI saja, Kuisioner Jawaban salah = 0
eksklusif tanpa tambahan cairan lain Jawaban benar = 1
seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur
nasi
3.7 Langkah-Langkah Pelaksanaan Mini Project
a. Berdiskusi mengenai topik dengan Kepala Puskesmas, pembimbing mini project
dan staf puskesmas, serta mengumpulkan data.
b. Memberikan kuisioner pada ibu-ibu yang datang ke 13 Posyandu cakupan PKM
Bula pada bulan Desember 2018.,
c. Seluruh data yang ada kemudian dikumpulkan dan di analisis.

3.8. Pengolahan & Penyajian Data

20
Pada mini project ini seluruh data-data yang telah diperoleh akan diolah dengan
metode analisis univariat. Untuk memudahkan dalam memahami hasil laporan ini,
maka data-data tersebut direkapitulisasi serta disajikan dalam bentuk uraian, tabel,
dan grafik.

3.9. Aspek Etik Pengambilan Data


Dilakukan setelah responden mengerti maksud dan tujuan dari mini project ini.
Seluruh data dan informasi yang diperoleh dalam mini project akan dijaga
kerahasiaannya serta dipergunakan secara bertanggung jawab. Keikutsertaan
responden bersifat sukarela, dan dapat menolak maupun mengundurkan diri setiap
saat.

21
BAB IV
HASIL MINI PROJECT

4.1 Data Umum


4.1.1. Profil Komunitas Umum
Puskesmas Bula terletak di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur dengan jumlah
penduduk berjumlah 16.607 jiwa.

4.1.2. Data Geografis

22
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Bula

Puskesmas Bula berlokasi di Jl.Pancasila No.5, Bula. Batas wilayah Puskesmas Bula
adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram
 Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Banggoi
 Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Werinama
 Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Waru.

4.1.3. Data Demografis


Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Bula sebesar 16.607 jiwa. Dimana jumlah
penduduk wanita sebanyak 9.964 jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 6.643 jiwa. Rata-
rata jumlah anggota dalam satu KK berjumlah 5 orang. Jumlah penduduk terbanyak adalah
desa Bula yaitu dengan jumlah 12.055 jiwa, sedangkan paling sedikit adalah desa Kampung

23
Gorom yaitu sebanyak 293 jiwa. Jumlah distribusi penduduk menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada table di bawah ini :
Jumlah Penduduk
No. Desa Total Jumlah KK
Laki-laki Perempuan
1. Bula 4.822 7.233 12.055 1.749
2. Tansi Ambon 144 218 362 140
3. Fattolo 312 468 780 115
4. Bula Air 172 258 430 86
5. Wailola 193 290 483 141
6. Lemumir 184 277 461 165
7. Kampung Gorom 117 176 293 91
8. Sesar 263 395 574 115
9. Engglas 229 345 574 120
10. Salas 204 307 511 120
Total 6.643 9.964 16.607

Tabel 4.1 Jumlah Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Penduduk laki-laki rata-rata berprofesi sebagai nelayan, petani, dan pedagang.


Penduduk perempuan sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Profesi penduduk
lainnya adalah sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, kontraktor dan pensiunan.

4.1.4. Sumber Daya Kesehatan


Sumber daya kesehatan yang tersedia di Puskesmas Bula pada tahun 2017 dapat
dilihat dari Tabel 4.1, yaitu:
No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan

1 Medis :
1. Dokter Umum 2 PNS
2. Dokter Gigi 1 PNS
2 Tenaga Keperawatan :
1. S1 Keperawatan 2 PTT
2. D3 Keperawatan 17 PNS
5 PTT
2 Relawan
3. D3 Kebidanan 10 PNS
24
3 PTT
2 Relawan
3 Tenaga Kesehatan lainnya :
1. S1 Kesehatan Masyarakat 3 2 PNS 1 PTT
2. Apoteker 1 PNS
3. D3 Gizi 3 2 PNS 1 Relawan
4. D3 Kesehatan Lingkungan 2 PNS
5. D3 Analis Kesehatan 1 PTT
6. SPK 5 PNS
7. SPRG 1 PNS
8. Cleaning Service 1 Honorer
9. Fisioterapis -
Jumlah 61
Tabel 4.2 Data Ketenagaan Puskesmas Bula Tahun 2017
4.1.5. Sarana Pelayanan Kesehatan
Distribusi pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Bula dapat dilihat
pada Tabel 4.3, yaitu:
N
Jenis Fasilitas Pelayanan JUMLAH
O
1 Puskesmas Pembantu (PUSTU) 3
2 Pos Bersalin Desa (Polindes) 1
3 Posyandu 14
4 Rumah Sakit Umum 1
5 Puskesmas Non Perawatan 1
Tabel 4.3. Distribusi Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bula

4.1.6. Pembiayaan Kesehatan


Jumlah alokasi anggaran kesehatan Puskesmas Bula pada tahun 2013 sebesar
Rp.255.845.000,-, Sumber anggaran dari Biaya Operasional Kesehatan (BOP)
merupakan sumber anggaran terbesar, yaitu Rp 221.000.000,- Disusul dengan anggaran
dari Jampersal sebesar Rp 18.495.000,- Sementara dari Jamkesmas sebesar Rp
16.350.000,-

4.2 Profil Responden Kuesioner


4.2.1 Distribusi Usia Responden
Usia responden kuesioner terbanyak adalah kelompok usia 36-50 tahun, yaitu
sebanyak 41% dari responden. Kelompok usia terbanyak berikutnya adalah usia 21-35
25
tahun, yaitu sebanyak 40% responden, diikuti responden yang berusia >50 tahun, yaitu
sebanyak 40%. Usia responden kuesioner paling sedikit adalah kelompok usia di bawah 20
tahun, yaitu sebanyak 1% responden.

Kelompok Usia Jumlah Responden Persentase %


 20 tahun 1 1%
21-35 tahun 77 77,8%
36-50 tahun 14 14,1%
> 50 tahun 7 7,1%
Total 99 responden 100%

Tabel 4.4 Usia Responden Kuisioner Dermatofitosis

Usia Responden
1%
7%

14%
≤ 20 tahun
21-35 tahun
36-50 tahun
> 50 tahun

78%

Grafik 4.3 Usia Responden Kuisioner Dermatofitosis

4.2.2 Distribusi Pendidikan Responden


Pendidikan terakhir mayoritas responden adalah sekolah menengah atas (SMA) yaitu
sebanyak 46,5%, diikuti kelompok berikutnya adaalah mereka yang tamat dari perguruan
tinggi (PT) atau sederajat, yaitu sebanyak 23,2%. Persentase responden dengan pendidikan
terakhir sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) sama besarnya, yaitu
15,15%. Tidak ada responden yang tidak bersekolah (0%).

26
Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase %

Tidak sekolah 0 0%
SD 15 15,15%
SMP 15 15,15%
SMA 46 46,5%
Perguruan Tinggi 23 23,2%
Total 99 responden 100%

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden Kuisioner

Pendidikan Terakhir

15%
23%

Tidak sekolah
SD
SMP
15%
SMA
Perguruan tinggi

47%

Grafik 4.4 Pendidikan Terakhir Responden Kuisioner

4.2.3 Distribusi Pekerjaan Responden


Sebagian kecil responden kuesioner memiliki pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu sebanyak 10,1% responden, sedangkan 89,9% responden tidak bekerja.

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase %

Tidak bekerja 89 89,9%


Bekerja 10 10,1%
Total 98 responden 100%
27
Tabel 4.6 Pekerjaan Responden Kuisioner

Pekerjaan

10%

Tidak bekerja
Bekerja

90%

Grafik 4.5 Pekerjaan Responden Kuesioner

4.3 Hasil Mini Project


4.3.1 Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja puskesmas Bula
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang mengenai pemberian ASI
eksklusif, yaitu sebanyak 77,7% responden. Sedangkan 15,1% memiliki pengetahun cukup
mengenai ASI eksklusif. Hanya terdapat 7% responden yang memiliki pengetahuan baik
mengenai ASI eksklusif.

Kategori Pengetahuan Jumlah Responden Persentase %

Pengetahuan Baik 7 7,1%


Pengetahuan Cukup 15 15,1%
Pengetahuan Kurang 77 77,8%
Total 98 responden 100%

Tabel 4.7 Gambaran Pengetahuan Masyarakat di Puskesmas Bula Mengenai pemberian ASI
eksklusif

28
Kategori Pengetahuan

7%

15%
Pengetahuan Baik
Pengetahuan Cukup
Pengetahuan Kurang

78%

Grafik 4.6 Gambaran Pengetahuan Masyarakat di Puskesmas Bula Mengenai Dermatofitosis

Berdasarkan penilaian dari aspek pengetahuan responden, didapatkan hasil sebagai


berikut:
• Pengetahuan responden mengenai definisi ASI eksklusif adalah cukup (59,5%
responden menjawab benar)
• Pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif adalah kurang (31,3% responden
menjawab benar)
• Pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif adalah kurang (29,2% responden
menjawab benar)
• Pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif adalah kurang (33,3% responden
menjawab benar)
• Pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif adalah kurang (11,1% responden
menjawab benar)

Aspek Jumlah Responden Persentase (%) Kategori Pengetahuan


Pengetahuan yang Menjawab Benar
Definisi 59 59,5% Pengetahuan cukup
Faktor risiko 31 31,3% Pengetahuan kurang
Penularan 29 29,2% Pengetahuan kurang
Manifestasi klinis 33 33,3% Pengetahuan kurang
Penanganan 11 11,1% Pengetahuan kurang
29
Tabel 4.8 Gambaran Setiap Aspek Pengetahuan Responden Mengenai Pemberian ASI eksklusif

4.3.2 Gambaran Sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas Bula
Sebelum penyuluhan dilakukan, peserta diminta untuk mengisi pre-test. Mayoritas
peserta mendapatkan 1 jawaban benar, yaitu sebesar 29,2% peserta, diikuti dengan 2
jawaban benar (sebesar 26,2%), tidak ada jawaban benar (20,2%), 3 jawaban benar (17,1%),
4 jawaban benar (sebanyak 7,1%), dan 5 jawaban benar (sebanyak 0%).

Jumlah Jawaban Benar Jumlah Peserta Persentase (%)

0 20 20,2%
1 29 29,2%
2 26 26,2%
3 17 17,2 %
4 7 7,2%
5 0 0%
Total 99 peserta 100%
Tabel 4.9 Gambaran Jawaban yang Benar Saat Pre-test

30
Jumlah Jawaban Benar
7%
20%

17% 0
1
2
3
4
5

29%
26%

Grafik 4.7 Gambaran Jawaban yang Benar Saat Pre-test

Setelah penyuluhan dilakukan, peserta diminta untuk melakukan post-test dan


didapatkan peningkatan pengetahuan masyarakat. Mayoritas peserta menjawab 5 pertanyaan
benar, yaitu sebanyak 51,5% peserta. Sedangkan 30,3% peserta menjawab 4 pertanyaan
dengan benar, diikuti 11,1% responden yang menjawab 3 pertanyaan dengan benar,
selanjutnya diikuti 7,1% responden yang menjawab 2 pertanyaan dengan benar, dan 0%
yang menjawab 1 pertanyaan benar dan 0 pertanyaan benar.

Jumlah Jawaban Benar Jumlah Peserta Persentase (%)

0 0 0%
1 0 0%
2 7 7,1%
3 11 11,1%
4 30 30,3%
5 51 51,5%

Total 99 peserta 100%

Tabel 4.10 Gambaran Jawaban yang Benar Saat Post-test

31
Jumlah Jawaban Benar
7%

11%
0
1
2
3
52% 4
5

30%

Grafik 4.8 Gambaran Jawaban yang Benar Saat Post-test

Pengetahuan masyarakat pada seluruh aspek meningkat, antara lain pada aspek definisi,
faktor risiko, penularan, manifestasi klinis dan penanganan dermatofitosis. (Grafik 4.9)

100

90

80

70

60

50 Pretest
40 Postest

30

20

10

0
Definisi Faktor risiko Penularan Manifestasi Penanganan
klinis

Grafik 4.9. Distribusi Frekuensi Peserta dengan Jawaban Benar Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan

32
Gambaran Perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas Bula

33
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
di wilayah kerja puskesmas Bula
Berdasarkan hasil dari mini project, didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kurang mengenai dermatofitosis, yaitu sebanyak 77,7% responden.
Sementara itu, terdapat 15,1% memiliki pengetahun cukup mengenai dermatofitosis. Hanya
terdapat 7% responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai dermatofitosis.
Berbagai tingkat pengetahuan masyarakat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
usia, pendidikan, dan pekerjaan. Budiman dan Riyanto (2013) menyatakan bahwa usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang. Usia
sangat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang dalam memperoleh
informasi. Budiman dan Riyanto (2013) juga menyatakan adanya pengaruh pendidikan
terhadap pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan responden, semakin mudah pula
responden dalam menerima informasi. Adanya informasi kesehatan tentang dermatofitosis
dapat mempengaruhi opini dan kepercayaan responden, informasi yang diperoleh tersebut
dapat mempermudah responden untuk mempersepsikannya, sehingga dapat dinilai secara
langsung yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pengetahuan dan terwujudnya sikap
hidup bersih dan sehat dalam mencegah dermatofitosis. Pekerjaan juga berpengaruh dalam
pengetahuan responden mengenai dermatofitosis. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.13

Tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam banyaknya kasus dermatofitosis di wilayah kerja Puskesmas Bula.
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Notoatmodjo lebih jauh menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang.7,14

Berdasarkan hasil yang didapat, pengetahuan mengenai definisi dermatofitosis adalah


yang paling baik, dengan persentase sebesar 59,5% (atau sebanyak 59 responden yang
menjawab dengan benar), diikuti oleh pengetahuan mengenai manifestasi klinis
34
dermatofitosis, dengan persentase sebesar 33,3% (atau sebanyak 33 responden yang
menjawab dengan benar). Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan
berdasarkan informasi yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari karena penyakit
dermatofitosis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam masyarakat.

Aspek pertanyaan yang memiliki pengetahuan yang kurang, di mana 11,1 %


responden menjawab dengan benar (atau sebanyak 11 responden) adalah mengenai
penanganan dermatofitosis. Sebagian besar responden tidak dapat membedakan
pengobatan penyakit jamur adalah bukan dengan menggunakan antibiotik.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai aspek-aspek pengetahuan tersebut


merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan pengetahuan tersebut berperan
penting dalam menurunkan angka insidensi penyakit dermatofitosis di wilayah Bula.
Masyarakat harus mengetahui penyebab, cara penularan penyakit dermatofitosis, serta
penanganan yang akan diberikan. Pengetahuan akan hal-hal tersebut akan bermanfaat
dalam pengobatan penyakit dermatofitosis, sehingga rantai penularannya dapat terputus
dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan di antara masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bula.

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, telah diperoleh
gambaran pengetahuan sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif di wilayah
kerja puskesmas bula

• Pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI eksklusif dapat dibedakan dalam tiga tingkat,
yaitu ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 7% (7 responden), berpengetahuan
cukup sebanyak 15,1% (15 responden), dan berpengetahuan kurang sebanyak 77,7%
(77 responden).
• Pengetahuan Ibu kurang dalam hal (29 responden menjawab benar) dan penanganan (11
responden menjawab benar).
• Sikap ibu mengenai pemberian ASI eksklusif dapat dibedakan dalam tiga tingkat, yaitu
ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 7% (7 responden), berpengetahuan cukup
sebanyak 15,1% (15 responden), dan berpengetahuan kurang sebanyak 77,7% (77
responden).
• Perilaku ibu mengenai pemberian ASI eksklusif dapat dibedakan dalam tiga tingkat, yaitu
ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 7% (7 responden), berpengetahuan cukup
sebanyak 15,1% (15 responden), dan berpengetahuan kurang sebanyak 77,7% (77
responden).

6.2 Saran
Berdasarkan hasil mini project ini, didapatkan berbagai saran untuk peneliti,
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bula untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai pemberian ASI eksklusif.

• Bagi peneliti
o Sebaiknya mini project dilakukan dalam batasan cakupan yang lebih luas
(mengambil sampel dari berbagai wilayah), agar pengetahuan seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bula mengenai pemberian ASI
eksklusif dapat ditingkatkan

• Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bula


36
o Lebih aktif dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI eksklusif dan
dari sumber yang terpercaya seperti bertanya ke petugas kesehatan, membaca
buku, situs kesehatan di internet atau ikut serta dalam pennyuluhan yang
diberikan dari puskesmas
o Diharapkan dengan upaya yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas Bula untuk mengedukasi masyarakat mengenai pemberian ASI
eksklusif, masyarakat mau menerima dan merespon informasi yang diberikan.

• Bagi Puskesmas Bula


o Mengoptimalkan peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan
secara individu mengenai pemberian ASI eksklusif.
.

37
Daftar Pustaka

1. Adhi Djuanda dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.

2. Vishnu S, Tarun KK, Anima S, Ruchi S, Subhash C. Dermatophytes:


Diagnosis of dermatophytosis and its treatment. Afr J Microbiol Res. 2015
May 13;9(19):1286–93.

3. Voljč M. Dermatophyte Infections in Humans: Current Trends and Future


Prospects. In 2015. p. 3–27.

4. Alemayehu A, Minwuyelet G, Andualem G. Prevalence and Etiologic Agents


of Dermatophytosis among Primary School Children in Harari Regional State,
Ethiopia [Internet]. Journal of Mycology. 2016 [cited 2018 Mar 28]. Available
from: https://www.hindawi.com/journals/jmy/2016/1489387/

5. Soebono H. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;


2001.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

7. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;


2005.

8. BEHZADI P, Behzadi E, Ranjbar R. Dermatophyte fungi: Infections,


Diagnosis and Treatment. SMU Med J. 2014 Jul 30;1:50–62.

9. Hainer BL. Dermatophyte infections. Am Fam Physician. 2003 Jan


1;67(1):101–8.

10. Fitzpatrick TB, Goldsmith LA. Fitzpatrick’s Dermatology in General


Medicine. 8th ed. New York, N.Y.: McGraw-Hill Medical; 2012.

11. AL-Janabi A. Dermatophytosis: Causes, clinical features, signs and treatment.


J Symptoms Signs. 2014 Aug 9;3:200–3.

12. Arti kata - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet]. [cited
2018 Apr 20]. Available from: https://www.kbbi.web.id/

13. Budiman, Riyanto. Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2003.

38
LAMPIRAN 1
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Lembar Persetujuan Mengisi kuisioner Mini Project “Gambaran Pengetahuan Sikap


Dan Perilaku Ibu Tentang Manfaat Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bula”.
Kegiatan pengisian kuisioner ini dibuat sebagai suatu bagian dari mini project
“Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Tentang Manfaat
Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bula ”. Seluruh identitas
yang tertuang di dalam lembaran kuesioner ini bersifat pribadi, dan rahasia, sehingga
kejujuran dalam menjawab lembaran kuesioner ini sangat dihargai.

Dengan bertandatangan dibawah ini, saya secara sadar bersedia untuk menjadi responden
mini project “Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Tentang
Manfaat Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bula ”.
Sekiranya informasi yang saya berikan dapat digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan
keperluan.

Tertanda,

Peserta

39
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BULA KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

IDENTITAS RESPONDEN
1. No responden :
2. Nama responden :
3.Alamat responden :
4. Umur responden :
a. < 18 tahun
b. 18-25 tahun
c. 26-30 tahun
d. > 30 tahun
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD
b. SD
c. SLTP
d. SLTA
e. Perguruan tinggi
6. Pekerjaan responden :
a. Ibu rumah tangga
b. Wiraswasta
c. Buruh
d. Pegawai swasta
e. Pegawai negeri/TNI/POLRI
7. Jumlah anak :
a. 1-2
b. 3-4
c. >5

40
8. Berapa jumlah orang anak yang tergolong bayi
a. 1
b. 2
c. >2
9. Berapa bulan usia anak terakhir :
a. 0-6 bulan
b. 7 bulan-1 tahun
c. >1 tahun
10. Penghasilan per bulan :
a. Rp.100.000-500.000
b. Rp.600.000-1.000.000
c. Rp.1.000.000-3.000.0000
d. >Rp.3.000.000

PENGETAHUAN
1.Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila jawaban ya, apa pengertian ASI eksklusif menurut ibu ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun
3. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama

41
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?
a. Memberi nutrisi
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Semua jawaban benar
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein susu, taurin, karbohidrat ,lemak
d. Semua benar
7 . Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif bikin anak cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar
d. Semua salah
8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat bagi
ibu ?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan
b. Menunda kehamilan berikutnya
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar

42
10. Menurut ibu apakah ASI dapat diganti dengan makanan lain pegganti ASI
(PASI) ?
a. Ya
b. Tidak
11. Menurut ibu mana yang lebih baik, ASI atau PASI ?
a. ASI
b. PASI
12. Bila jawaban ASI, apakah kelebihan ASI daripada PASI ?
a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya
c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak
d. Semua jawaban benar
13. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti
ASI ?
a. 1 bulan
b. 3 bulan
c. 5 bulan
d. 6 bulan
14. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali ?
a. 1 kali
b. Sesering mungkin
c. 3-5 kali
d. setiap kali bayi menangis
15. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI ?
a. ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif
b. 8 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun

43
SIKAP
1.Apakah ibu setuju bila bayi diberikan ASI eksklusif ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Apakah ibu setuju bahwa susu formula yang ada sekarang sudah cukup baik
untuk menggantikan ASI ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Apakah ibu setuju bahwa pemberian ASI diperlukan keahlian atau perlakuan
khusus dan benar dalam menyusui ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Apakah ibu setuju dengan anjuran pemerintah untuk menyusui bayi sampai usia
2 tahun ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Bila jawaban no. 4 setuju apakah alasan nya ?
a. Sangat banyak manfaat nya untuk bayi
b. Tanggung jawab seorang ibu

PERILAKU
1.Apakah ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi ibu selama 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apabila jawaban no. 1 tidak, apakah alasan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan ?
a. Karena bekerja
b. Produksi ASI sedikit atau tidak ada sama sekali
c. Gaya hidup
d. Lain-lain.....

44
3. Apakah semua anak ibu diberikan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
4. Bila ibu bekerja, bagaimana cara ibu memberikan ASI ?
a. Sebelum dan sepulang kerja
b. Membawa bayi ke tempat kerjakan
c. Memompa ASI dan menyimpan nya dalam botol
d. Tidak memberikan ASI
5. Apakah setelah memberikan ASI eksklusif, ibu melanjutkan memberikan ASI
sampai usia bayi 2 tahun ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apabila jawaban no. 5 tidak, apakah alasan ibu tidak melanjutkan memberikan
ASI sampai usia bayi 2 tahun ?
a. Kurang waktu karena sibuk bekerja
b. Produksi ASI sedikit atau tidak ada sama sekali
c. Susu formula sudah dapat menggantikan ASI
d. Lain-lain.....
7. Apakah produksi ASI ibu banyak atau sedikit ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ibu melakukan perawatan khusus pada payudara ibu untuk
memperlancar ASI ?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila jawaban no. 8 ya, dengan cara apa ibu melakukannya ?
a. Pemijatan payudara
b. Perawatan tradisional
c. Obat-obatan, suplemen
d. Teknik akupuntur

45
10. Darimana ibu mengetahui informasi mengenai ASI eksklusif ?
a. Keluarga
b. Televisi, surat kabar dan majalah
c. Dokter, bidan atau tenaga kesehatan lain nya
d. Penyuluhan

TERIMAKASIH

46

Anda mungkin juga menyukai