Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari ranah tahu setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan (Notoatmodjo,

2003: 121).

a. Domain Pengetahuan

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif menurut Bloom

(1908) yang mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,2003: 122) yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu,

tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Orang

yang tahu tentang apa yang dipelajari dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

7
8

mengintegrasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan

situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang ada.


9

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya yang memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perilaku positif yang meningkat. Namun demikian ada

pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan belum tentu

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti yang

disampaikan oleh Notoatmodjo ( 2002 ).

2) Informasi

Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki

seseorang. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya

Menurut Poerwadarminto (1996), budaya adalah pikiran atau akal

budi. Budaya suatu masyarakat seperti tradisi, kepercayaan, nilai

serta norma-norma akan berpengaruh terhadap pengetahuan.


10

4) Pengalaman

Pengalaman adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang dengan

jalan apapun, sering juga orang menyebutkan pengetahuan sebagai

segala sesuatu yang diketahui orang dari pengalamannya.

5) Sosial ekonomi

Sosial ekonomi berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan.

Keadaan sosial ekonomi keluarga yang relatif mencukupi akan

mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk masuk ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Praktik atau Tindakan ( Practice )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( Overt

behavior ). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan ( Support ) dari pihak lain,

misalnya dari suami, istri dan lain-lain. Tindakan ( Practice ) merupakan

respon aktif terhadap pembentukan perilaku ( Notoatmodjo, 2003: 127).

a. Tingkatan Praktik

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

menurut kualitas, yaitu:


11

1) Praktik terpimpin ( Guided response )

Apabila subyek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya,

seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu

diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

2) Praktik secara mekanisme ( Mehcanism )

Apabila subyek atau seseorang telah dapat melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis atau sesuatu itu sudah

merupakan kebiasaan. Misalnya, seorang ibu selalu membawa

anaknya ke posyandu untuk ditimbang tanpa harus menunggu

perintah dari kader atau petugas kesehatan.

3) Adopsi ( Adoption )

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan

atau perilaku yang berkualitas. tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut ( Notoatmodjo, 2005: 55 ).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik kunjungan posyandu

1) Umur Ibu

Penelitian Anderson (1972) bahwa pelayanan kesehatan lebih

banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat muda dan


12

berusia tua. Razali menyatakan pengunjung posyandu kebanyakan

ibu berusia antara 20-35 tahun.

2) Umur Balita

Hasni (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara umur balita dengan kunjungan ke posyandu. Usia

0-12 bulan lebih banyak berkunjung ke posyandu dikarenakan untuk

mendapatkan imunisasi.

3) Pengetahuan

Waznan (2008) menyatakan bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi

perilaku menimbangkan anaknya di posyandu. Seseorang yang

mempunyai pengetahuan akan memiliki pemahaman dan kesadaran

terutama tentang manfaat yang ditimbulkan.

4) Pekerjaan

Status pekerjaan ibu mempengaruhi ketidakhadiran ibu balita ke

posyandu. Yuliastuti (2007) menyatakan bahwa ibu yang bekerja

tidak mempunyai waktu untuk datang ke posyandu meskipun ada

beberapa ibu yang menyempatkan sedikit waktu atau menyuruh

orang lain untuk menimbangkan anaknya ke posyandu.

5) Kelengkapan program posyandu


13

Jenis kegiatan yang diberikan dalam pelayanan posyandu harus

memenuhi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Kebutuhan

masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan mempengaruhi

jumlah kunjungan. Ketersediaan program tambahan akan menarik

masyarakan untuk datang ke posyandu

6) Jarak

Lokasi harus sesuai dengan standar pelayanan kesehatan (Accesible)

yaitu mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga memudahkan

kunjungan masyarakat ke posyandu

7) Jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan harus disesuaikan dengan situasi ibu dan masyarakat

sehingga kegiatan posyandu dapat terlaksana.

8) Kehadiran petugas kesehatan

Peran petugas kesehatan cukup penting bagi masyarakat dan kader

karena kehadiran petugas menjadi salah satu daya tarik bagi

masyarakat untuk berkunjung ke posyandu. Masyarakat

mengganggap bahwa petugas kesehatan dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang lengkap di posyandu ( Yuliastuti, 2007 )

3. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )


14

a. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi.

Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu

bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat

untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan

(Effendy, 1998: 268).

b. Tujuan Posyandu

1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

2) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

3) Mempercepat penerimaan NKKBS.

4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan – kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat.

5) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan

kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi.


15

6) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

rangka alih teknologi untuk swakelola usaha – usaha kesehatan

masyarakat.

c. Fungsi Posyandu

1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama

masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.

Bentuk pemberdayaan masyarakat diantaranya :

a) Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang

dipilih oleh masyarakat dan telah dilatih menjadi kader

kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas.

b) Pengelolaan posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh

ketua Rukun Warga (RW) yang berasal dari kader

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh

masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada

di wilayah tersebut.

c) Pembiayaan posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui

pengumpulan dana sehat.

d) Sasaran posyandu adalah masyarakat diantaranya bayi yang

berusia kurang dari satu tahun, anak balita usia 1 (satu) sampai
16

5 (lima) tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, wanita usia

subur

2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,

terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB, sehingga

lokasi posyandu harus mudah dijangkau dan dekat dengan rumah

penduduk.

d. Peran Posyandu

Peran Posyandu adalah menekan angka kematian ibu dan balita

dengan melakukan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui:

1) Kegiatan posyandu, yang dibuka atau diselenggarakan sebulan satu

kali. Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),

imunisasi, peningkatan gizi, penatalaksanaan diare, sanitasi dasar,

penyediaan obat esensial.

Kegiatan posyandu dilakukan dengan sistem lima meja sebagai

berikut:

a) Meja I (pertama) meliputi kegiatan pendaftaran dan pencatatan

bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.

b) Meja II (kedua) adalah penimbangan balita dan ibu hamil

c) Meja III (ketiga) adalah pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

d) Meja IV (empat) disini diketahui berat badan anak yang

naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, dan pasangan

usia subur yang belum mengikuti KB. Terdapat penyuluhan


17

kesehatan dan pelayanan tentang makanan tambahan balita,

oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom.

e) Meja V (lima) meliputi pemberian immunisasi, pemeriksaan

kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pelayanan

kontrasepsi IUD, dan suntikan.

Untuk meja I – IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk

meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas

setempat.

2) Pelayanan kesehatan yang dijalankan

a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

(1) Penimbangan bulanan

(2) Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya

kurang

(3) Imunisasi bayi 3 – 14 bulan.

(4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.

(5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan

usia subur.

(1) Pemeriksaan kesehatan umum

(2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas

(3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan

pil penambah darah.


18

(4) Imunisasi TT untuk ibu hamil

(5) Penyuluhan kesehatan dan keluarga berencana

(6) Pemberian alat kontrasepsi keluarga berencana

(7) Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare

(8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

(9) Pertolongan pertama pada kecelakaan

3) Peran Posyandu mencakup rujukan pasien ke Puskesmas dan

kunjungan rumah

a) Rujukan ke Puskesmas

Apabila balita tidak mengalami kenaikan berat badan selama

tiga kali penimbangan berturut-turut, balita yang berat

badannya berada dibawah garis merah, balita yang sakit, anak

yang menderita buta senja, ibu hamil yang menunjukkan tanda

bahaya kehamilan seperti perdarahan, pusing terus menerus,

pucat, kaki bengkak.

b) Kunjungan rumah

Apabila ibu dan balita tidak melakukan penimbangan dua kali

berturut-turut, balita yang belum mendapat kapsul vitamin A,

ibu hamil dan balita yang dikirim ke Puskesmas, ibu hamil dan

ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium, pada

penderita Tuberculosis dalam Pengawasan Minum Obat (PAO)

( Depkes RI : 2000 ).
19

4. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Memanfaatkan

Pelayanan Kesehatan ( Posyandu )

Pengetahuan adalah faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku atau tindakan untuk merubah perilaku seseorang yang disengaja.

Kemudian muncul respons dalam bentuk sikap terhadap obyek yang telah

diketahui dan disadari sepenuhnya, selanjutnya dari respon sikap dibentuk

perilaku. Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003: 121).

Green ( 1980) dalam Notoatmodjo, menganalisa perilaku manusia

dari tingkat kesehatan. Kesehatan manusia dipengaruhi oleh faktor

perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku ditentukan oleh 3 faktor, yaitu

predisposisi (predisfosing factor) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor

pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan.

Faktor-faktor pendukung (reinforcing) terwujud dari sikap dan perilaku

dari petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Demikian pula, WHO (1984) menerangkan bahwa semakin baik

informasi yang didapat responden, maka akan semakin meningkatkan

pengetahuan seseorang kearah yang lebih baik. Di perkuat oleh Akbar


20

Arfian (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan sangat

signifikan antara pengetahuan ibu tentang peran dan fungsi posyandu

dengan motivasi kunjungan ke posyandu bahwa responden yang

mempunyai pengetahuan tinggi akan memiliki motivasi tinggi pula dalam

kunjungan ke posyandu.
21

B. Kerangka Teori

Domain Kognitif :
- Tahu - Analisis
- Memahami - Sintesis
- Aplikasi - Evaluasi

- Tingkat pendidikan Pengertian


nn
- Informasi
Pengetahuan Tujuan
- Budaya
tentang posyandu
- Pengalaman Fungsi
- Sosial ekonomi
Peran
Praktik / tindakan
Kunjungan Posyandu

- Jarak / lokasi
- Jadwal kegiatan
- Kehadiran tenaga
kesehatan

- Inovasi kegiatan

Bagan 2.1 Kerangka Teori diadopsi dari Machfoedz (2005) yang sudah

dimodifikasi oleh peneliti

Keterangan :

= Tidak diteliti

= yang diteliti
22

C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan tentang peran Praktik / tindakan


dan fungsi posyandu Kunjungan posyandu

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

D. Hipotesis

“ Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang peran

dan fungsi posyandu dengan praktik kunjungan posyandu di Kelurahan

Jatipurno Kabupaten Wonogiri“.

Anda mungkin juga menyukai