Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup saat ini menuntut agar segala hal dapat dilakukan ssecara cepat dan
efisien terutama urusan makanan, sehingga membuka peluang besar bagi para
pedagang untuk mulai membuat atau menjual suatu produk berupa makanan yang
dapat diolah dengan cepat (instant) serta dijual dengan tingkat permintaan pasar
yang tinggi.

Makanan instan atau cepat saji (Junk food) adalah semua makanan yang
dikonsumsi yang tidak memberikan manfaat bahkan justru merugikan kesehatan,
dapat pula makanan yang sebenarnya sehat tetapi dikonsumsi berlebihan.
Umumnya yang termasuk junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula,
lemak dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit (Reni Wulan Sari,
2008).

Sebuah penelitian yang melibatkan para ilmuwan di University of Bonn


menemukan bahwa junk food bisa mengakibatkan sistem imun rusak seperti
terkena serangan penyakit serius.

Perilaku remaja yang gemar mengkonsumsi makanan secara berlebihan


sebenarnya dapat mempengaruhi prestasi belajar, karena dapat mempengaruhi
konsentrasi mereka. Setelah mengkonsumsi makanan tersebut, terdapat
peningkatan aliran darah yang banyak pada saluran pencernaan, yang dapat
berpengaruh pada hemodinamika. Oleh karena itu, diharapkan kepada mereka yang
memerlukan konsentrasi yang tinggi tidak mengkonsumsi makanan secara
berlebihan. (Guyton,1997).

1
Mengonsumsi makanan cepat saji bisa membuat sel imun menjadi lebih agresif
seiring waktu, sehingga meningkatkan risiko mengidap penyakit parah. Efek ini
pun bisa terendap lama, bahkan setelah mengganti pola makan yang lebih sehat
seperti makan buah dan sayuran.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan perumusan masalah


yaitu:

1. Bagaimana dampak positif makanan instan atau cepat saji bagi kesehatan tubuh.
2. Bagaimana dampak negatif makanan instan atau cepat saji bagi kesehatan
tubuh.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari


penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dampak positif dari makanan instan atau cepat saji.
2. Untuk mengetahui dampak negatif dari makanan instan atau cepat saji.

1.4 Metode Penelitian

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis dan kawan-kawan menggunakan


Teknik wawancara dan studi pustaka.

1.4.1 Wawancara

Pengumpulan data melalui Teknik wawancara dilkaukan dalam bentuk


percakapan informal yang mengandung unsur spontanitas dengan
memanfaatkan waktu luang. Meskipun dilakukan dengan informal, akan tetapi

2
dalam menggali data atau informasi yang diperlukan diarahkan pada focus
penelitian. Wawancara dilakukan terhadap responden sebagai sumber data
primer maupun terhadap responden sebagai sumber data sekunder. Setiap
informasi yang diberikan responden selalu dicek kebenarannya dengan
responden lainnya.

1.4.2 Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan


penelaahan terhadap berbagai buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan
yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun waktu dan lokasi pelaksanaan penelitian ini yang merupakan tempat
pengmbilan sample dan data terhadap peniltian yang dilakukan, yaitu:

Tabel 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian.

Waktu Penelitian 21 Desember 2018 s/d 28 Desember 2018


Lokasi Penelitian Program Studi D4 Teknik Informatika Politeknik
Pos Indonesia.
Jl. Sariasih IV No.54, Kelurahan Sarijadi,
Kecamatan Sukasari, Kota Bandung 40151
Telp. (022) 2009562.

3
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan karya ilmiah tentang Positif dan Negatif


Makanan ( Junk Food ) di Kalangan Mahasiswa Jurusan Teknik informatika
Politeknik Pos Indonesia sebagai berikut :

Pada BAB I (Pendahuluan) membahas tentang latar belakang, identifikasi


masalah, tujuan, ruang lingkup, sistematika penulisan. Pada bagian ini akan
membantu pembaca dalam menganalisa latar belakang dan mengindentifikasi
masalah dari Positif dan Negatif Makanan ( Junk Food ) di Kalangan Mahasiswa
Jurusan Teknik informatika Politeknik Pos Indonesia. Pada BAB II (Tinjauan
Pustaka) pembahasannya meliputi uraian dan sumber tentang penjelasan mengenai
positif dan negatif makanan instan atau cepat saji. Pada BAB III (Pelaksanaan dan
Hasil Penelitian) membahas tentang penetapan lokasi dan waktu penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data. Pada BAB IV (Pembahasan Hasil Penelitan) pembahasannya meliputi
penguraian pemaparan data yang diperoleh dari lapangan penelitian untuk menguji
apakah data yang didapat itu mendukung hipotesis yang ada atau tidak. jika
mendukung berarti diterima jika tidak berarti sebaliknya. Pada BAB V
(Kesimpulan dan Saran) pada bab ini berisikan pencapaian tujuan dari hasil
penelitian, serta saran yang konstruktif berdasarkan atas kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mahasiswa
2.1.1 Definisi Mahasiswa

Menurut Sarwono (2008) Mahasiswa merupakan setiap orang yang secara


resmi telah terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan
batas usia sekitar antara 18–30 tahun. Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam
masyarakat yang memperoleh status karena memiliki ikatan dengan perguruan
tinggi. Mahasiswa juga merupakan seorang calon intelektual ataupun
cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat
dengan berbagai predikat dalam masyarakat itu sendiri (Sarwono, 1978).[1]

2.1.2 Ciri-Ciri Mahasiswa

Menurut Kartono Dalam Ulfah, 2010 menguraikan beberapa ciri-ciri


mahasiswa adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kemampuan dan juga kesempatan untuk belajar di perguruan


tinggi, sehingga dapat digolongkan dalam golongan intelegensia.
2. Dengan memiliki kesempatan yang ada, mahasiswa diharapkan kelak bisa
bertindak sebagai pemimpin yang mampu serta terampil, baik sebagai
pemimpin masyarakat maupun dalam dunia kerja nantinnya.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi
proses modernisasi dalam kehidupan mayarakat.
4. Mahasiswa diharapkan mampu memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkualitas serta profesional.[1]

5
2.2 Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia
yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi
dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup
yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa
yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.[3]

2.3 Fast Food Dan Junk Food

Dalam masyarakat Indonesia, makanan cepat saji disebut juga dengan fast food
dan junk food. Padahal, ada perbedaan antara fast food dan junk food. Junk food
merupakan sebutan lain untuk makanan yang kandungan nutrisinya sangat sedikit.
Menurut Oetoro, S (2013) seorang Dokter Spesialis Gizi memaparkan bahwa, Junk
food kerap dikenali sebagai makanan yang tidak sehat (makanan sampah). Junk
food memiliki kandungan lemak yang besar, rendah serat, mengandung garam
berlebih, gula, zat aditif dan kalori yang sangat tinggi tetapi rendah nutrisi, rendah
vitamin, serta sarat akan mineral. Seorang ahli kesehatan Parengkuan (2013)
mengatakan Junk food atau makanan sampah ini dideskripsikan sebagai makanan
yang tidak sehat atau minim kandungan nutrisi.[4]

Menurut Reni Wulan Sari dkk (2008) dalam bukunya yang berjudul “Bahaya
Makanan Cepat Saji dan Gaya Hidup Sehat” Menjelaskan bahwa junk food secara
harfiah, junk (=sampah, rongsok) food(=makanan) bisa diartikan sebagai ‘makanan
sampah’, ‘makanan rongsokan’, atau makanan tidak bergizi, atau makanan tidak

6
berguna. Istilah ini mengemuka untuk menyebutkan atau menunjukkan makanan-
makanan yang dianggap tidak memiliki nilai nutrisi yang baik.[5]

Yang termasuk dalam jenis junk food adalah keripik, permen, semua dessert
manis, makanan fast food yang digoreng, dan minuman soda atau minuman
berkarbonasi dan lain sebagainya. Junk food juga mengandung banyak sodium,
lemak jenuh, dan kolesterol. Bila jumlah ini terlalu banyak didalam tubuh, maka
akan menimbulkan banyak penyakit, seperti obesitas, jantung dan kanker.

Sementara tidak semua fast food adalah junk food. Fast food didefinisikan
sebagai makanan yang disajikan di restoran. Bertram (1975) menjelaskan bahwa
fast food merupakan makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu
yang singkat.[6] Sedangkan Oxford dictionaries mendefinisikan fast food sebagai
makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah
dalam hitungan menit, terutama di restoran dan toko-toko.[7]

Pendapat lain mendefinisikan Fast food adalah makanan yang tersedia dalam
waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger dan pizza.
Mudahnya memperoleh makanan tersebut di pasaran yang menyediakan variasi
makanan sesuai selera dan daya beli masyarakat dan penyajiannya lebih cepat,
sangat membantu bagi mereka yang selalu sibuk dengan pekerjaannya (Sulistijani,
2002).[8]

Bahan penyusun fast food termasuk golongan pangan bergizi. Tetapi


kebanyakan fast food tinggi kalori dan rendah gizi, ada juga beberapa fast food
yang relatif rendah kalori dan tinggi gizi. Masalahnya sebagian besar konsumen
terutama remaja dan anak-anak jarang memesan makanan yang tergolong sehat
pada saat di restoran makanan cepat saji. Masalah lain adalah bahwa banyak
makanan yang disebut sehat tetapi mengandung kalori, lemak dan garam tinggi
yang berdampak buruk bagi kesehatan. Penting dilakukan adalah bagaimana
mengatur frekuensi mengkonsumsi fast food agar tidak berlebihan.

7
Kesimpulannya, Fast food dan junk food adalah makanan dan minuman yang
sebelumnya telah diolah dan dikemas dan langsung disajikan di tempat usaha atau
di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai
zat aditif (bahan pengawet) untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi
produk tersebut. Fast food dan junk food merupakan makanan dengan tujuan
komersial dan tidak memperdulikan kesehatan untuk masyarakat yang
mengkonsumsinya.

2.3.1 Sejarah Fast Food dan Junk Food

Fast food dan junk food tidak tiba-tiba mendominasi dunia kuliner di
seluruh dunia. Pada awalnya, Amerika memasuki era industri yang
menyebabkan banyak pekerja hanya mempunyai jam istirahat yang pendek dan
jam kerja yang panjang. Bahkan wanita pada saat itu juga mulai bekerja,
akibatnya mereka meninggalkan pekerjaan rumah seperti memasak dan
akhirnya lebih banyak waktu untuk makan diluar rumah. Hal tesebut yang
mendorong industri makanan Amerika menciptakan fast food dan junk food.
Makanan tersebut adalah salah satu bagian dari perubahan sosial masyarakat.
Benjamin Franklin menciptakan istilah, “Waktu adalah uang” dan ini telah
diterapkan untuk berbagai aspek kehidupan. Alasan itulah yang mendorong
restoran fast food banyak di pilih.

Sylvester Graham, seorang menteri kesehatan, telah membuat gerakan


protes pertama terhadap makanan Amerika yang mengangkat isu-isu, seperti
kesehatan makanan dan hilangnya peternakan keluarga. Karena pada saat itu,
Amerika sudah meningkatkan teknologi untuk mengolah hasil peternakan dan
pertanian menjadi fast food dan makanan kalengan, yang dianggap Graham
sebagai makanan yang tidak sehat.

8
Salah satunya juga dapat dilihat dari perubahan yang dihasilkan perang sipil
(1861-1865). Selama perang, pasukan Uni Amerika tersebar di ribuan mil. Hal
ini berdampak pada makanan sehat dalam masa perang tersebut. Salah satu
solusinya adalah mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan kalengan.
Ketika mereka kembali ke kehidupan sipil setelah perang, mereka menjadi
akrab dengan makanan tersebut, dan ingin selalu mengkonsumsinya.
Industrialisasi fast food dan junk food Amerika dimulai setelah perang tersebut.

Dr. Harvey Wiley, seorang dokter dan mantan ahli kimia utama untuk
USDA, bekerja selama hampir tiga puluh tahun untuk membuat makanan lebih
aman. Melalui usahanya, undangundang untuk menciptakan Pure Food and
Drug Act terlaksana pada tahun 1906, meskipun itu ditentang keras oleh banyak
produsen makanan komersial (junk food). Pada akhir abad ke-19, banyak
makanan olahan yang diproduksi secara besar-besaran, beberapa dari makanan
tersebut mengandung zat-zat berbahaya, seperti sianida, pemutih, boraks, dan
serbuk gergaji. Sylvester Graham dan Dr. John Harvey Kellogg, direktur
sanatorium di Battle Creek, Michigan, prihatin tentang masalah ini, mereka
gagal dalam upaya untuk membuat pasokan makanan yang lebih aman untuk
kesehatan.

Pada tahun 1960-an, usaha fast food dan junk food telah menjadi industri
miliaran dolar. Salah satu industri makanan tersebut adalah McDonald’s, yang
pertama kali dibuka pada tahun 1940 ditempat terbuka dekat Pasadena,
California, oleh pemilik bioskop Richard dan Maurice McDonald yang awalnya
masih berupa kios hamburger. Pada tahun 1955, Raymond A. Kroc seorang
distributor mesin pembuat susu kocok mendirikan jaringan McDonald
pertamanya di Des Plaines, Illinois.

Pada awalnya, Kroc mendengar adanya kios hamburger yang memiliki


delapan mesin. Ia mendatangi kios itu, yang bernama McDonald’s dan terkesan

9
melihat cepatnya pelayanan pada para pelanggan. Kroc membujuk para pemilik
kios untuk mengizinkannya membuka restoran fast food dengan nama yang
sama. Peristiwa tersebut bersamaan dengan kebangkitan budaya anak muda
tahun 1950-an. Akibatnya, jumlah restoran McDonald bertambah dengan cepat,
karena anak-anak muda berbondong-bondong datang untuk berkumpul sambil
menikmati makanan.

Pada tahun 1961, Kroc telah mendirikan lebih dari 200 kios dan
membangun McDonald menjadi usaha yang sangat maju. Namun, Kroc tidak
merasa puas dengan keberhasilannya tersebut. Ia berfikir bagaimana usahanya
tersebut dapat bertahan lama, kemudian muncul ide untuk menarik pelanggan
dewasa. Pada saat itu, ia sadar bahwa makin sedikit keluarga yang punya waktu
untuk menyiapkan makanan dirumah, Kroc dengan bijak memutuskan untuk
mengubah citra McDonald menjadi tempat dimana sebuah keluarga dapat
makan bersama-sama diluar rumah. Rencana Kroc ini berhasil, bahkan
melampaui espektasinya. Makin lama, keluarga-keluarga makin banyak
memilih makan di McDonald untuk makan siang ataupun malam.

Kroc menguatkan citra baru dengan efektif pada seluruh masyarakat


melalui kampanye iklan. McDonald adalah tempat yang akan melakukan
segalanya untuk anda, sebagaimana dikatakan salah satu slogan dalam iklan
tersebut, “menyatukan anggota keluarga pada jam-jam makan”. Selama
beberapa dasawarsa Kroc telah berhasil mengubah McDonald menjadi tempat
makan untuk anak-anak muda dan juga keluarga.

Beberapa organisasi-organisasi seperti Fast Food Nation telah


memfokuskan perhatian pada makanan ini sebagai pembunuh terbesar
masyarakat dunia karena penyakit yang dihasilkan dari makanan tersebut.
Meskipun kekhawatiran ini, penjualan junk food dan fast food telah sangat
meluas dan kemungkinan akan terus tumbuh untuk masa mendatang.[9]

10
2.3.2 Jenis-Jenis Junk Food

Menurut Vinsensia (2011) jenis junk food yang sering kita jumpai antara
lain, yaitu :

1. Makanan yang berpengawet seperti makanan yang disimpan di dalam


kaleng, mie yang dijual dalam kemasan dan kaleng. Hampir bisa dipastikan
semua makanan kategori ini mambahayakan karena zat pengawetnya.
2. Makanan yang mengandung kadar garam tinggi dan mengandung MSG
seperti makanan ringan. Makanan jenis ini memang cocok dan enak untuk
dijadikan cemilan. Namun karena mengandung kadar garam tinggi dan
penyedap rasa buatan, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
3. Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging dalam burger.
4. Makanan yang mengandung soda seperti minuman ringan yang bersoda
yang banyak dijual.kulit ayam dalam fried chicken, dan lainnya.[10]

11

Anda mungkin juga menyukai